Anda di halaman 1dari 83

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang menyerang paru-paru

dan organ tubuh lain yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium

tuberculosis. Selain masuk melalui inhalasi droplet, bakteri ini dapat masuk

juga melalui saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit (Nurarif dan

Kusuma, 2015).

Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang menyerang parenkim

paru yang disebabkan oleh basil Mycobacterium Tuberculosis. Basil ini

masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection kemudian mengalami

proses yang dikenal focus primer dari ghon (Hod Alsagaff, 1995:73 dalam

Saferi & Mariza, 2013)

Berdasarkan dua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa tuberculosis

paru adalah penyakit infeksi menular yang menyerang paru-paru. Penyakit

tersebut di sebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan dapat menyerang

siapa saja.

Situasi tuberculosis (TB) paru didunia semakin memburuk dengan jumlah

kasus yang terus meningkat. Secara global penyakit TB paru ini telah
2

menginfeksi sekitar 10 juta orang penduduk dunia (kisaran 9-11 juta) pada

tahun 2017 dengan prevalensi kasus pada pria 5,8 juta, pada wanita 3,2 juta

dan 1 juta pada anak-anak. Kasus TB paru ini terdapat disemua negara dan

kelompok umur, tetapi secara keseluruhan 90% adalah orang dewasa (berusia

≥ 15 tahun). 9% adalah orang yang hidup dengan HIV dan dua per tiga berada

di delapan negara : India (27%), Cina (9%), Indonesia (8%), filipina (6%),

Pakisan (5%), Nigeria (4%), Bangladesh (4%), dan Afrika Selatan (3%)

(Tuberculosis Global Report, 2018).

Sebagian besar dari jumlah kasus TB paru didunia pada tahun 2017 terjadi

di wilayah Asia Tenggara yaitu sebanyak 44%. Beberapa negara di Asia

Tenggara menjadi high burden countries TB paru. Diantaranya yaitu

Indonesia 842 kasus, Filipina 581 kasus, Myanmar 191 kasus, Vietnam 124

kasus dan Thailand 108 kasus dari jumlah per 100.000 populasi (Tuberculosis

Global Report, 2018)

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, penderita TB paru di Indonesia

yaitu mencapai 1.017.290 jiwa dengan jumlah laki-laki lebih tinggi daripada

perempuan. Angka prevalensi laki-laki sebanyak 510.714 kasus dan

perempuan sebanyak 506.576 kasus. Kelompok usia yang paling banyak

terserang TB paru yaitu usia produktif 15-54 tahun dengan prevalensi

601.543 kasus, pada anak terdapat 273.751 kasus dan lansia 141.996 kasus.
3

Dari 34 provinsi di Indonesia, Jawa Barat merupakan peringkat pertama

dengan jumlah kasus penderita TB paru tertinggi di Indonesia. Angka

penderita TB paru tersebut semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada

tahun 2018 tercatat 186.809 kasus TB Paru di Jawa Barat diikuti oleh Jawa

Timur dengan 151.878 kasus dan Jawa Tengah dengan 132.565 kasus

(Riskesdas, 2018).

Adapun data Dinas Kesehatan Kota Sukabumi pada tahun 2018 tercatat

1702 penderita tuberculosis paru. Kasus ini terdiri dari TB kasus BTA (+)

berjumlah 835, TB paru klinis 793 kasus dan TB paru lainnya 73 kasus.

Sehingga kasus TB paru ini menempati urutan 10 dari top ten penyakit

tertinggi di Kota Sukabumi setelah penyakit Diabetes Melitus dan Faringitis.

Begitupun dengan situasi yang ada di salah satu rumah sakit di kota

Sukabumi yaitu RSUD R. Syamsudin, SH. Dari data terakhir di ruang Korpri

Paru pada awal bulan Maret 2019 antara lain sebagai berikut:

Tabel 1.1
Distribusi 10 Penyakit di Ruang Rawat Inap Kropri Paru RSUD R. Syamsudin, SH
Kota Sukabumi

No Diagnosa Medis Jumlah Persentase (%)


1. TB Paru 19 kasus 33 %
2. Pneumonia 10 kasus 17 %
3. Efusi Pleura 7 kasus 12 %
4. Asma 6 kasus 10 %
5. PPOK 4 kasus 7%
6. Hemoptisis 4 kasus 7%
7. SOPT 3 kasus 5%
8. Pneumothorax 3 kasus 5%
9. ISPA 1 kasus 2%
10. Bronkhitis 1 kasus 2%
Jumlah 58 kasus 100 %
4

Sumber: Rekam medis ruang Korpri Paru RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi

Berdasarkan data tabel diatas, kasus TB paru di ruang Korpri Paru yaitu 19

kasus pada awal bulan Maret. Dapat disimpulkan bahwa insiden kasus TB

paru merupakan penyakit dengan peringkat tertinggi di ruang rawat inap

Korpri Paru RSUD R. Syamsudin,SH kota Sukaumi.

TB paru berisiko menambah jumlah penderita jika tidak ditanggulangi

sejak dini dan bisa menimbulkan komplikasi. Penyakit ini dapat

ditanggulangi dengan pengobatan dan pencegahan penularannya. Menurut

Muttaqin (2012) komplikasi yang membahayakan diantaranya seperti efusi

pleura, pneumothoraks, abses paru masif, laringitis sampai menjalar ke organ

lain seperti usus, tulang dan otak. Komplikasi lanjut seperti obstruksi jalan

nafas, kerusakan parenkim berat, amyloidosis, kanker paru dan sindrom gagal

nafas.

Untuk mencegah komplikasi pada TB paru maka dibutuhkan peran dan

fungsi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan. Menurut Hidayat

(2012) peran perawat meliputi care giver, educator, motivator, advocator dan

konselor yang dilakukan secara komprehensif dalam meningkatkan status

kesehatan klien. Pendekatan proses keperawatan yang dilakukan diantaranya

dengan memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan

klien tentang status kesehatannya, memberikan obat anti mikroba untuk

mengobati penyebab dasar penyakit, memeriksa kondisi klien dan melakukan

perawatan diri klien secara optimal. Oleh karena itu, perawat dan asuhan
5

keperawatan dalam menanggulangi klien dengan tuberculosis paru sangat

penting.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan asuhan

keperawatan pada klien dengan tuberculosis paru dalam Karya Tulis Ilmiah

dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien TB Paru Di Ruang

Korpri Paru RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi”

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan

keperawatan pada klien dengan TB Paru secara langsung di ruang Korpri

Paru RSUD. R. Syamsudin, SH yang komprehensif meliputi aspek bio-

psiko-sosial spiritual melalui pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian TB Paru

b. Mampu mendeskripsikan diagnosa keperawatan TB Paru

c. Mampu mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan TB Paru

d. Mampu mendeskripsikan tindakana keperawatan TB Paru

e. Mampu mendeskripsikan evaluasi pada TB Paru

f. Mampu membandingkan antar konsep dengan kenyataan TB Paru

C. Metode Telaah

1. Metode deskriptif
6

Dalam penulisan karya tulis ini, metode yang digunakan adalah metode

deskriptif dengan menggambarkan pelaksanaan asuhan keperawatan

yang dilaksanakan terhadap salah seorang klien dengan TB Paru di ruang

Korpri Paru RSUD. R. Syamsudin, SH.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Menurut Deden Dermawan (2012) wawancara adalah tehnik

pengumpulan data dengan melakukan diskusi tanya jawab dengan

klien berkaitan dengan masalah yang dihadapinya atau disebut

dengan anamnesa.

b. Observasi

Observasi adalah tehnik pengumpulan data dengan mengamati

secara langsung keadaan klien dan prilaku berhubungan dengan

masalah kesehatan klien (Dermawan, 2012).

c. Studi Dokumentasi

Melakukan studi dokumentasi untuk memvalidasi data yang

diperoleh dengan melihat stasus pasien.

d. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan oleh penulis secara menyeluruh

terhadap klien untuk memperoleh data mengenai status kesehatan

klien. Tehnik yang digunakan dengan teknik inspeksi, palpasi,

perkusi, auskultasi (Dermawan, 2012).


7

e. Studi Kepustakaan

Mencari berbagai sumber bahan bacaan atau buku teori sebagai

literatur yang berhubungan dengan masalah kasus TB paru.

3. Sumber dan Jenis Data

a. Sumber Data

1) Data Primer

Sumber data primer adalah data-data yang berasal dari pasien

yang memberikan informasi lebih lengkap mengenai masalah

kesehatan yang dihadapinya (Dermawan, 2012).

2) Data sekunder

Sumber data sekunder adalah data-data yang didapatkan dari

keluarga klien atau pihak yang dekat dengan klien (Dermawan,

2012).

b. Jenis Data

1) Objektif

Data objektif adalah data yang dapat diukur dan di observasi

serta dapat diperoleh menggunakan panca indera saat

pemeriksaan fisik (Dermawan, 2012)

2) Subjektif

Data subjektif ialah data yang didapat sebagai suatu persepsi

klien mengenai masalah kesehatannya (Dermawan, 2012).


8

D. Sistematika Penulisan

Karya tulis imiah ini terdiri dari empat bab disusun secara sistematis yaitu

pendahuluan, tinjauan pustaka, tinjauan kasus dan pembahasan, kesimpulan

dan rekomendasi. Penulis memberikan gambaran umum mengenai isi setiap

bab yaitu sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Terdiri dari uraian yang melatarbelakangi serta mendorong penulis dalam

pengambilan kasus, tujuan penulisan yang dicapai, metode penulisan dan

teknik pengumpulan data serta sistematika penulisan yang digunakan.

BAB II: Tinjauan Pustaka

Pada bab ini memberikan gambaran permasalahan secara teoritis yang

meliputi konsep-konsep dasar mengenai TB paru, konsep pemenuhan

kebutuhan dasar manusia dan teori mengenai konsep dasar asuhan

keperawatan.

BAB III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan

Pada bab ini memberikan gambaran tentang hal-hal yang terdapat di

lapangan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan mengenai tuberculosis paru

meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi. Pada bab ini juga terdapat pembahasan mengenai kasus yang

dibahas dengan teoritis.


9

BAB IV : Kesimpulan dan Rekomendasi

Berisikan kesimpulan mengenai hal-hal yang telah ditulis sesuai dengan

tujuan penyusunan karya tulis ilmiah dan memberikan rekomendasi kepada

pihak yang terkait seperti institusi, pelayanan kesehatan, perawat dengan

tujuan meningkatkan proses asuhan keperawatan.


10

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi TB Paru

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi menular yang menyerang

parenkim paru yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis.

Basil ini masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection

kemudian mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon

(Hood Alsagaff, 1995: 73 dalam Wijaya dan Putri, 2013)

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi menular yang menyerang

paru-paru dan organ tubuh lain yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium Tuberculosis. Selain masuk melalui inhalasi droplet,

bakteri ini bisa masuk melalui saluran pencernaan dan luka terbuka pada

kulit (Nurarif dan Kusuma, 2015).

Berdasarkan kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan penyakit infeksi

menular yang menyerang paru-paru. Penyakit ini disebabkan oleh basil

Mycobacterium tuberculosis.

Menurut Wijaya & Putri (2013), klasifikasi TB paru berdasarkan

kelainan klinis, radiologis dan makrobiologis terdiri dari:

a. TB paru BTA positif: Gambaran hasil radiologik sesuai dengan TB

paru, dengan atau tanpa gejala klinis, hasil BTA positif.


11

b. TB paru dengan BTA Negatif: Hasil BTA negatif, gejala klinik dan

gambaran radiologik sesuai dengan TB paru aktif.

c. Bekas TB paru: Bakteriologik negatif, gejala klinik tidak ada atau

ada gejala sisa akibat kelainan paru, ada riwayat pengobatan OAT

yang mendukung, radiologik menunjukan gambaran lesi TB inaktif,

dengan foto serial yang tidak berubah.

2. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan

a. Anatomi Sistem Pernafasan

Anatomi sistem pernafasan terdiri dari saluran pernafasan atas dan

saluran pernafasan bawah. Saluran penafasan atas terdiri dari: nares

anterior, hidung, faring (tekak) dan laring (pangkal tenggorok).

Sedangkan saluran pernafasan bawah terdiri dari: trakea atau batang

tenggorok, bronkus (cabang tenggorok), bronkiolus dan paru-paru.

Gambar 2.1 Anatomi Paru-paru

Sumber: Nurliana (2014)


12

Paru-paru adalah salah satu organ sistem pernafasan yang berada

dalam kantong yang dibentuk oleh pleura parientalis dan pleura

visceralis. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru-

paru kiri mempunyai dua lobus. Paru-paru bermuara ke alveoli yang

merupakan kantong udara yang berukuran sangat kecil dan

merupakan tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida (Haryani

dkk, 2009).

b. Fisologi pernafasan

Fungsi utama pernapasan yaitu untuk memperoleh O2 dan

mengeluarkan CO2 oleh sel-sel tubuh. Ekspirasi terdiri dari 3 tahap,

yaitu ventilasi, transportasi dan respirasi sel. Ventilasi merupakan

suatu proses dimana masuknya campuran gas-gas ke dalam dan ke

luar paru-paru. Transportasi terdiri dari beberapa proses yaitu difusi

gas-gas, distribusi darah dan reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan

karbondikosida dengan darah. Kemudian respirasi sel atau respirasi

eksterna, yaitu saat dimana karbondioksida dikeluarkan oleh paru-

paru (Haryani dkk, 2009).

3. Etiologi

Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab tuberkulosis.

Terdapat dua macam bakteri tuberkulosis yaitu tipe Human dan Bovin.

Tipe Human bisa terdapat pada droplet dan udara sehingga orang yang

menghirupnya akan rentan terinfeksi. Sedangkan tipe Bovin terdapat di


13

susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis usus. Basil tipe ini tidak

berspora sehingga saat terkena pemanasan, sinar matahari dan sinar

ultraviolet akan mudah mati. Bakteri ini bisa menyebar ke organ lain

melalui aliran darah (Wim de Jong dalam Nurarif dan Kusuma, 2015).

4. Patofisiologi

Bakteri tuberkulosis yang berasal dari droplet masuk ke dalam

tubuh manusia melalui udara yang di hirup ke pernafasan. Bakteri

tersebut kemudian berkembangbiak di bagian alveoli. Selain itu, bakteri

ini bisa menyebar ataupun pindah ke bagian sistem limfe dan pembuluh

darah yang nantinya akan merusak organ-organ yang lain.

Setelah bakteri berada di alveoli dan berkembang, kemudian terjadi

proses inflamasi sebagai respon sistem imun tubuh terhadap bakteri

tersebut. Reaksi tersebut mengakibatkan penumpukan eksudat pada

alveoli. Infeksi awal biasanya terjadi antara 2 sampai 10 minggu setelah

pemajanan.

Setelah infeksi awal, selanjutnya individu akan mengalami

penyakit aktif karena tidak kuatnya sistem imun tubuh terhadap bakteri.

Tuberkel kemudian memecah dan melepaskan massa seperti keju ke

dalam bronkus. Tuberkel yang pecah tersebut membentuk jaringan parut

paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak dan mengakibatkan

terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut (Manurung dkk, 2013).


14

5. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala pada TB paru (Wijaya & Putri, 2013):

a. Gejala respiratorik, meliputi: Batuk, batuk darah karena pecahnya

pembuluh darah, sesak nafas jika terjadi kerusakan parenkim paru

yang luas atau penyakit penyerta lain seperti efusi pleura dan

pneumothorax, nyeri dada jika sistem persarafan di pleura terkena.

b. Gejala sistemik, meliputi: Demam timbul pada sore terutama malam

hari, keringat malam, anoeksia, penurunan berat badan serta malaise.

6. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Manurung dkk (2013) pemeriksaan diagnostik pada klien

dengan tubercolusis paru, yaitu:

a. Pemeriksaan radiologi (Foto Rontgen Thorax): Gambaran foto

thorax yang menunjang diagnosis TB, yaitu : adanya klasifkasi dan

bayangan millie, pada foto ulang beberapa minggu kemudian

terdapat bayangan menetap, terdapat bayangan lesi terutama di

lapangan paru atas, bayangan berwarna (patchy) atau bercak

(nodular), adanya kavitas tunggal atau ganda, kelainan bilateral

terutama di lapangan atas paru,

b. Pemeriksaan Laboratorium
15

1) Darah: TB aktif ditemukan adanya peningkatan leukosit dan

LED (laju endap darah).

2) Sputum BTA: pemeriksaaan dilakukan untuk menemukan

kuman tuberkulosis

c. Test Tuberculin (Mantoux Test): pemeriksaan dilakukan untuk

menegakkan diagnosa terutama pada anak-anak.

7. Manajemen Medik

Dalam Nurarif dan Kusuma (2015) pengobatan tuberkulosis terdiri

dari 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan).

a. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:

1) Rifampisin: Dosis 10 mg/kgBB, maksimal 600 mg 2-3x/

minggu atau dosis intermiten 60 mg/kali.

2) INH: Dosis 5 mg/kgBB maksimal 30 mg, 10 mg/kgBB 3 kali

seminggu, 15 mg/kgBB 2 kali semingu atau 300 mg/hari untuk

dewasa. Intermiten : 600 mg/kali.

3) Pirazinamid: Dosis fase intensif 25 mg/kgBB, 35 mg/kgBB 3

kali seminggu, 50 mg/kgBB 2 kali seminggu.

4) Streptomisin: Dosis 15 mg/kgBB atau sesuai BB.

5) Etambutol: Dosis fase intensif 20 g/kgBB, fase lanjutan 15

mg/kgBB. Dosis intermien 40 mg/kgBB/kali.

b. Kombinasi dosis tetap ( fixed dose combination), terdiri dari:


16

1) 4 OAT dalam satu tablet: isoniazid 75mg, rifampisin 150mg,

pirazinamid 40mg dan etambutol 275mg.

2) 3 OAT dalam satu tablet yaitu isoniazid 75mg dan pirazinamid

400mg, rifampisin 150mg.

3) Rekomendasi WHO 1999, fase intensif 3-4 tablet sehari dan

fase lanjutan 2 obat OAT yang selama ini di gunakan.

c. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2): Kanamisin, kuinolon, obat

masih dalam penelitian (makrlid, amoksilin + asam klavulanat, dan

derivate rifampisin dan INH).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan proses pengumpulan data dari berbagai sumber

untuk mengenali masalah klien dan memberikan asuhan keperawatan

sesuai kebutuhan klien (Effendi, 1995 dalam Dermawan, 2012).

a. Identitas

1) Identitas klien mencakup: nama, umur, jenis kelamin, agama,

suku bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan, status perkawinan,

alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor

rekam medis, diagnosa medis (Dermawan, 2012).

2) Identitas penanggung jawab mencakup: nama, umur, jenis

kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan

klien (Dermawan, 2012).


17

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

Keluhan yang sangat dirasakan akan menentukan prioritas

intervensi. Keluhan utama yang sering muncul pada pasien TB

paru antara lain mengeluh batuk terus-menerus dan berdahak

sampai berdarah selama tiga minggu atau lebih (Muttaqin, 2012).

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Riwayat kesehatan sekarang merupakan kronologi klien

dirawat. Menurut Muttaqin (2012) tahap ini menggunakan

PQRST:

Provoking incident: Merupakan faktor pencetus dari penyakit. Hal

yang memperberat atau meringankan.

Quality or quantity: untuk menggambarkan keluhan dirasakan.

Region: mengetahui lokasi keluhan dan menyebar atau tidak

Scale: mengkaji intensitas/ skala nyeri (0-5).

Time: untuk mengetahui kapan dan lama keluhan dirasakan.

3) Riwayat Kesehatan dahulu

Kaji riwayat penyakit yang pernah diderita atau penyakit

yang sama. Pasien TB paru kaji apakah sebelumnya klien pernah

menderita TB paru, TB lain dan penyakit lain yang memperberat


18

TB paru seperti diabetes mellitus. Tanyakan obat yang pernah di

minum, seperti OAT (Muttaqin, 2012).

4) Riwayat Kesehatan keluarga

Kaji adakah anggota keluarga yang menderita penyakit

yang sama atau riwayat penyakit lain baik bersifat genetis

maupun tidak. TB paru dapat menular terhadap orang lain meski

tidak diturunkan (Muttaqin, 2012).

5) Genogram

Tahap genogram mengkaji 3 generasi dari keluarga klien

untuk mengetahui riwayat keturunan (Setiadi, 2012)

6) Riwayat Alergi

Alergi yang dimaksud yaitu adakah alergi makanan, alergi

obat, alergi hewan atau alergi tumbuhan.

c. Pengkajian Pola Kebiasaan Sehari-hari

1) Pola nutrisi

Kaji pola kebiasaan makan dan minum sebelum dan saat

sakit. Klien TB paru biasanya mengalami penurunan nafsu makan

dengan porsi makan yang tidak habis, tidak dapat mencerna dan

penurunan berat badan (Wijaya & Putri, 2013).

2) Pola eliminasi
19

Mengkaji kebiasaan BAB/hari, frekuensi, konsistensi,

warna dan bau. Kaji BAK klien frekuensi, jumlah serta warna dan

keluhan (Setiadi, 2012).

3) Pola istirahat dan tidur

Kaji kebiasaan tidur siang dan malam, jumlah jam tidur,

dan keluhan. Biasanya pada klien dengan TB paru mengalami

kesulitan tidur karena batuk pada malam hari, demam malam hari,

menggigil atau berkeringat serta mimpi buruk (Wijaya & Putri,

2013).

4) Pola personal hygiene

Kaji mengenai kebiasaan mandi, menggosok gigi, mencuci

rambut, gunting kuku serta berpakaian. Biasanya pada klien

dengan TB paru yang dirawat di rumah sakit akan mengalami

perubahan personal hygiene (Muttaqin, 2012).

5) Pola aktivitas

Klien dengan TB paru akan sulit untuk melakukan aktivitas

sesuai dengan keinginannya karena kelelahan umum dan

kelemahan otot serta nafas pendek (Wijaya & Putri, 2013).

d. Pemeriksaan fisik

Ada 4 teknik pemeriksaan fisik (IPPA) yaitu inspeksi, palpasi,

perkusi dan auskultasi (Dermawan, 2012).


20

1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital

Keadaan umum yaitu kondisi saat dikaji, penampilan,

tingkat kesadaran. Tanda-tanda vital mengukur tekanan darah,

denyut nadi, frekuensi pernapasan dan suhu tubuh. Klien TB paru

ditemukan keluhan sesak nafas, lemah, lesu, respirasi meningkat

nadi cepat, berkeringat malam, adanya peningkatan suhu sampai

40-41oC (Muttaqin, 2012).

Kaji berat badan klien sebelum sakit dan saat sakit. Adapun

klasifikasi an perhitungan IMT menurut Depkes (2013):

IMT = BB (kg)

TB (m)2

Tabel 2.1 klasifikasi IMT

IMT Kategori
<17,0 Sangat kurus
17,0-18,4 Kurus
18,5-25,0 Normal
>25,1-27,0 Gemuk
>27,0 Obesitas

2) Sistem pernapasan

Pada klien TB paru sekilas terlihat adanya penurunan

proporsi diameter bentuk dada anterior posterior dibandingkan

proporsi diameter lateral. Klien tanpa komplikasi biasanya gerakan

pernafasannya tidak mengalami perubahan. Klien dengan efusi

pleura masif dan kerusakan parenkim luas akan terihat


21

ketidaksimetrisan rongga dada dan peningkatan frekuensi nafas,

sesak serta penggunaan otot bantu. Tanda lain yang muncul

biasanya bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru dan

jika disertai komplikasi seperti efusi pleura akan di dapatkan bunyi

redup sampai pekak karena akumulasi cairan di rongga pleura.

Kemudian pada klien TB paru di dapatkan bunyi nafas tambahan

(ronchi) sedangkan klien dengan komplikasi seperti efusi pleura

akan didapatkan penurunan resonan vokal pada sisi yang sakit

(Muttaqin, 2012).

3) Sistem kardiovaskuler

Kaji warna konjungtiva, ada tidaknya peningkatan jugularis

venous pressure, frekuensi tekanan darah dan irama denyut nadi.

Pada tuberculosis yang lanjut akan ditemukan tanda-tanda seperti

sianosis, tekanan vena jugularis yang meningkat, teraba denyut

nadi yang cepat dan kuat serta tekanan darah meningkat

(Muttaqin, 2012).

4) Sistem gastrointestinal

Kaji adanya stomatitis, jumlah gigi, mukosa bibir, bau

mulut, ada tidaknya pembesaran tonsil, bentuk abdomen. Pada

tuberkulosis biasanya bibir tampak kering, mual, muntah, nyeri

pada ulu hati (Muttaqin, 2012).

5) Sistem perkemihan
22

Klien TB paru urin akan berwarna jingga pekat dan berbau

yang menandakan fungsi ginjal masih normal sebagai eksresi

karena meminum obat OAT terutama ripamfisin (Muttaqin, 2012).

6) Sistem persyarafan

Data yang dikaji meliputi pemeriksaan 12 syaraf kranial.

Biasanya pada penderita tuberkulosis paru jarang ditemukan

adanya gangguan pada sistem persyarafan ( Juda, 2012).

7) Sistem muskuloskeletal

Kaji adanya nyeri dan pembengkakan, kemampuan rentan

gerak sendi, kekuatan otot pada ekstremitas atas dan bawah

dengan rentang nilai (0-5) serta keterbatasan gerak. Pada klien

dengan TB paru biasanya tampak lemah, aktivitas dibantu orang

lain, terdapat nyeri sendi atau tonus menurun ( Muttaqin, 2012).

8) Sistem endokrin

Pada sistem ini perlu dikaji ada tidaknya pembesaran

kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening.

9) Sistem integumen

Kaji keadaan kulit (turgor), warna, pigmentasi dan lesi.

Kaji keadaan rambut dan kulit kepala. Pada klien TB paru

biasanya turgor menurun, kulit kering atau bersisik, pada malam

hari berkeringat (Muttaqin, 2012).

10) Sistem reproduksi


23

Kaji adanya nyeri tekan atau tidak, ada benjolan atau tidak,

genetalia ada keluhan atau tidak.

e. Pola kognitif perceptual dan sensori

1) Aspek psikologis

Kaji mengenai status emosional, konsep diri, stressor,

mekanisme koping, harapan dan pemahaman klien tentang

kesehatannya. Menurut Damayanti dan Iskandar (2012)

pengkajian mengenai konsep diri terdiri dari: citra tubuh (body

image), ideal diri ( self ideal), peran diri (self role), identitas diri

(self identity). Biasanya klien TB paru mengalami stress dan

menyangkal terhadap keadaan serta merasakan isolasi/penolakan

karena penyakit menular.

2) Aspek sosial

Kaji hubungan klien dengan keluarga, petugas kesehatan,

serta lingkungan sekitar. Kaji pula respon klien akibat penyakit

terhadap proses sosialisasi klien.

3) Aspek spiritual

Data spiritual menyangkut masalah keyakinan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa dan pandangan klien terhadap penyakitnya

serta keinganan yang dilakukan saat ini.


24

f. Aspek medis

Aspek medis merupakan kolaborasi pemberian obat dalam proses

penyembuhan klien.

g. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang adalah data objektif yang dapat

menguatkan dalam menegakkan suatu diagnosa. Data tersebut hasil

dari kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.

h. Analisa Data

Analisa data yaitu proses menuju penentuan diagnosa keperawatan

yang menghubungkan data yang diperoleh dari konsep, teori, prinsip

asuhan keperawatan yang relevan dengan kondisi klien. Data-data

yang diperoleh terdiri dari data objektif dan data subjektif digunakan

untuk menegakkan diagnosa keperawatan (Setiadi, 2012).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan tentang masalah

kesehatan aktual atau potensial, dimana perawat secara akuntabilitas dapat

mengidentifikasi dan memberikan intervensi keperawatan serta merubah

status kesehatan klien (Carpenito, 2000; Gordon, 1976 & NANDA dalam

Dermawan 2012).
25

Diagnosa yang muncul pada pasien tuberculosis paru menurut

Nurarif dan Kusuma (2015) serta dalam Manurung (2013) yaitu:

1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d penumpukan sekret

2) Gangguan pertukaran gas b.d kerusakan membran alveolar kapiler

3) Hipertermi b.d reaksi inflamasi

4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d batuk,

anoreksia

5) Intoleransi aktivitas b.d keletihan dan perubahan status nutrisi

6) Risiko penyebaran infeksi b.d kurangnya pengetahuan tentang

penyakit

3. Perencanaan

Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk

membantu klien dalam meraih status kesehatan yang diharapkan ( Gordon,

1994 dalam Dermawan 2012).

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret

Tujuan: Bersihan jalan nafas efektif

Kriteria hasil:

 klien mampu melakukan batuk efektif

 sekret tidak ada

 Bunyi nafas vesikuler

 Reflek batuk (+)


26

 Tanda-tanda vital normal

Tabel 2.2

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Intervensi Rasional
1. Kaji fungsi pernafasan: bunyi 1. Adanya perubahan fungsi respirasi dan
nafas, kecepatan irama, kedalaman penggunaan otot tambahan menandakan kondisi
dan penggunaan otot bantu. penyakit yang masih dalam kondisi
2. Catat kemampuan mengeluarkan penanganan. Penurunan buyi nafas dapat
sekret atau batuk secara efektif menunjukkan atelectasis. Ronchi, mengi
3. Atur posisi klien semi fowler atau menunjukkan akumulasi sekret/
high fowler ketidakmampuan untuk membersikan jalan
4. Ajarkan klien latihan nafas dalam nafas yang dapat menimbukan penggunaan otot
dan batuk efektif pernafasan.
5. Lakukan fisioterapi dada: postural 2. Ketidak mampuan mengeluarkan sekret
drainase menjadi timbulnya penumpukan sekret berlebih
6. Anjurkan minum air putih pada saluran pernafasan
minimal 2500 ml/hari dalam 3. Posisi semi fowler atau high fowler
keadaan hangat jika tidak ada memberikan kesempatan paru-paru berkembang
kontraindikasi. secara maksimal
Kolaborasi: 4. Peningkatan gerakan sekret ke dalam jalan
1. Berikan oksigen inspirasi atau nafas untuk mudah dikeluarkan.
udara yang lembab 5. Postural drainase bagian penting untuk
2. Berikan obat sesuai indikasi membuang banyaknya secret yang kental.
 Agen mukolitik, contoh 6. Pemasukan tinggi cairan membantu untuk
asetilsistein (mucomyst) mengeluarkan secret, membuatnya mudah
 Bronkodilator, misal untuk dikeluarkan.
okstrifilin (holedyl): teofilin Kolaborasi
 Kortikosteroid (prednison) 1. Berfungsi meningkatkan kadar tekanan parsial
3. Lakukan suction jika oksigen dan saturasi oksigen dalam darah
memungkinkan 2. Berfungsi untuk mengencerkan dahak dengan
4. Berikan obat agen anti infeksi.  Agen mukolitik menurunkan kekentalan
dan perlengketan sekret paru untuk
memudahkan pembersihan
 Bronkodilator meningkatkan ukuran
lumen percabangan trakeobronkial
sehingga menurunkan tahanan terhadap
aliran udara
 Menurnkan keaktifan mikroorganisme
sehingga respon inflamasi turun dan
produksi sekret berkurang sekret
3. Tindakan suction dengan menggunakan alat
dilakukan untuk mengeluarkan sekret yang
kental
4. Menurunkan keaktifan mikroorganisme dan
respon inflamasi.
27

b. Gangguan pertukaran gas b.d kerusakan membran alveolar kapiler

Tujuan : pertukaran gas kembali normal

Kriteria hasil:

 Tidak ada sianosis dan dispneu

 Peningkatan ventilasi dan oksigen

 Suara nafas vesikuler

 Tanda-tanda vital dalam batas normal

Tabel 2.3 Gangguan pertukaran gas

Intervensi Rasional
1. Auskultasi suara nafas, catat 1. Bunyi nafas dapat menurun/ tidak ada pada area
adanya suara tambahan kolaps yang meliputi satu lobus, segmen paru
2. Posisikan pasien untuk atau seluruh area paru
memaksimalkan ventilasi 2. Menurunkan konsumsi oksigen
3. Monitor respirasi dan status O2 3. Berguna mengetahui kebutuhan oksigen
4. Catat pergerakan dada, amati 4. Berguna dalam evaluasi derajat kesulitan
kesimetrisan, penggunaan otot pernafasan dan proses penyakit
tambahan, retraksi supraclavicular Kolaborasi:
dan intercostal Memperbaiki penurunan ventilasi/ menurunnya
Kolaborasi: alveolar paru.
Berikan pelembab udara

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d batuk,

anoreksia.

Tujuan : Nutrisi adekuat

Kriteria hasil:

 Nafsu makan meningkat

 Berat badan klien meningkat atau dalam batas normal

 Mual dan muntah berkurang atau hilang


28

 Porsi makan habis

 Turgor kulit elastis

Tabel 2.4

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Intervensi Rasional
1. Catat status nutrisi, turgor kulit, 1. Sebagai data fokus untuk menentukan rencana
berat badan saat ini, tingkat tindakan selanjutnya
kehilangan berat badan, integritas 2. Meningkatkan intake makanan dan nutrisi untuk
mukosa mulut, kemampuan/ perubahan mekanisme tubuh dalam proses
ketidakmampuan menelan, adanya penyembuhan
riwayat mual atau diare 3. Meingkatkan kenyamanan daerah mulut sehingga
2. Anjurkan klien untuk makan akan meningkatkan perasaan nafsu makan
sedikit tapi sering dalam keadaan Kolaborasi
hangat dengan diit TKTP 1. Menentukan kebutuhan nutrisi yang tepat bagi
3. Anjurkan oral care sebelum dan klien
sesudah makan 2. Mengontrol keefektifan tindakan terutama
Kolaborasi dengan kadar protein darah
1. anjurkan ke ahli gizi untuk 3. Meningkatkan komposisi akan kebutuhan vitamin
menentukan komposisi diet da nafsu makan klien.
2. monitor pemeriksaan laboratorium:
kadar albumin, total protein, dan
BUN
3. Berikan vitamin sesuai indikasi

d. Hipertermi b.d reaksi inflamasi

Tujuan: Termoregulasi dalam rentang normal dan dapat

mempertahankannya

Kriteria hasil:

 Suhu tubuh dalam rentang normal

 Nadi dan respirasi dalam rentang normal

 Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

Tabel 2.5 hipertermi

Intervensi Rasional
29

1. Monitor suhu rutin minimal tiap 2 jam dan 1. Mengetahui sejauh mana kisaran suhu
warna kulit tubuh
2. Monitor TD, nadi dan RR 2. Mengetahui perkembangan klien adanya
3. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila peningkatan laju metabolisme secara
Kolaborasi kontinu
1. Berikan anti piretik 3. Menurunkan suhu tubuh secara non
farmakologis
4. Obat anti piretik bisa berguna untuk
menurunkan suhu tubuh bila perlu

e. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, kelemahan umum

Tujuan: klien dapat melakukan aktivitas secara bertahap

Kriteria hasil:

 Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan

 Tidak terdapat keletihan

 Tonus otot baik

Tabel 2.6 Intoleransi aktivitas

Intervensi Rasional
1. Kaji aktivitas yang dapat dilakukan oleh 1. Merencanakan tindakan selanjutnya yang
klien akan dilakukan
2. Bantu klien melakukan aktivitas secara 2. Membantu aktivitas klien secara bertahap
bertahap selama proses penyembuhan
3. Dekatkan barang-barang yang dibutuhkan 3. Mempermudah memenuhi kebutuhan
klien klien
4. Latih klien untuk melakukan pergerakan 4. Latihan pergerakan dilakukan untuk
pasif dan aktif mencegah terjadinya kekakuan otot
5. Anjurkan istirahat yang adekuat 5. Membantu mengembalikan energi

f. Risiko penyebaran infeksi b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakit

Tujuan: tidak terjadi penyebaran infeksi

Kriteria hasil:

 Klien menunjukkan prilaku hidup sehat


30

 Jumlah leukosit dalam batas normal

 Mendeskripsikan proses penularan, faktor yang mempengaruhi

penularan serta penatalakasanaannya

 Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.

Tabel 2.7 Risiko penyebaran infeksi

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pemahaman klien dan 1. Pengetauan awal pasien dan keluarga
keluarga tentang penyakit dan program mengenal kondisi dan perawatan untuk
pengobatannya. dijadikan acuan dalam merencanakan
2. Kaji patologi penyakit (Fase aktif dan intervensi selanjutnya
inaktif) dan potensial penyebaran infeksi 2. Untuk mengetahui kondisi nyata dari
melalui airbone selama meludah, batuk, masalah pasien. Fase inaktif berarti tubuh
bersin, berbicara dan tertawa pasien sudah terbebas dari kuman
3. Identifikasi resiko penularan kepada tuberkulosis
anggota keluarga yang lain dan teman 3. Menurangi risiko anggota keluarga tertular
dekat. Intruksikan jika bersin, batuk serta penyakit yang sama
meludah buang ke tisu dan hindari 4. Mengajarkan pada klien dan keluarga
meludah sembarang tempat cara pencegahan penyebaran infeksi
4. Anjurkan penggunaan tisu untuk 5. Cuci tangan bersih merupakan salah satu
membuang sekret. Review pentingnya prilaku untuk mencegah terjadinya
mengontrol penyebaran infeksi seperti penyebaran infeksi.
penggunaan masker
5. Anjurkan klien dan keluarga untuk selalu
mencuci tangan dengan sabun setelah
memegang wadah sputum dan
memegang/membuang tisu

4. Pelaksanaan

Implementasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memenuhi

kriteria hasil seperti yang digambarkan dalam rencana tindakan. Tindakan

dapat dilaksanakan oleh perawat, klien, anggota keluarga atau kolaborasi

anggota tim kesehatan (Dermawan, 2012).

5. Evaluasi
31

Evaluasi adalah mengukur respon prilaku klien terhadap tindakan

asuhan keperawatan yang dilakukan sesuai yang telah ditetapkan. Terdapat

evaluasi formatif atau berjalan serta evaluasi somatif ( Craven dan Hinle,

2000 dalam Dermawan, 2012).

a. Format evaluasi

Menurut Fichbach (1991) dalam Dermawan (2012) format catatan

perkembangan yang diorientasikan kearah proses keperawatan adalah

metode SOAPIER.

S Subjektif : pernyataan yang dikemukakan klien.

O Objektif : penilaian yang diamati oleh perawat

A Analysis : Status diagnosa keperawatan

P Plan of Care : Hasil dan merencanakan tindakan selanjutnya

I Implementation : Implementasi tindakan yang dilakukan

E Evaluation : respon klien terhadap hasil tindakan

R Revision : perubahan rencana saat diperlukan

Sedangkan untuk menentukan masalah teratasi atau tidak dan

teratasi sebagian dapat menggunakan metode SOAP.

S:Data subjektif, pernyataan yang dikemukakan oleh klien.

O:Data objektif, penilaian yang diamati dan diukur oleh perawat

A:Analysis, penelitian berkembang kearah baik atau memburuk.

P:Plan, rencana penanganan klien didasarkan pada hasil analisa.


32

BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Laporan Kasus

1. Pengkajian

a. Biodata

1) Identitas Klien

Nama : Tn. D

Umur/tempat Tgl lahir : 21 tahun/ Sukabumi, 10-08-1997

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Buruh

Suku/ Bangsa : Sunda

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat : Kp. Cikukulu Rt/Rw 006/002

kecamatan Cicantayan, Desa Cisande

Tanggal Masuk : 6 Maret 2019 jam 22: 15:20

No. RM : 0015xxx

Tanggal Pengkajian : 7 Maret 2019 jam 09.00

Diagnosa Medis : TB Paru Relaps on OAT


33

2) Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. D

Umur : 50 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Buruh

Alamat : Kp. Cikukulu Rt/Rw 006/002 desa

Cisande Kecamatan Cicantayan

Hubungan dengan Klien : Paman

b. Riwayat Penyakit

1) Keluhan Utama

Klien mengeluh sesak

2) Riwayat Penyakit Sekarang

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 Maret 2019

pukul 09.00 WIB klien mengeluh sesak nafas sudah 1 minggu

disertai batuk berdahak dengan warna kehijauan dan sulit

dikeluarkan. Sesak dirasakan semakin memberat saat batuk dan

melakukan aktivitas seperti berjalan dan berkurang saat istirahat

seperti tidur dengan posisi setengah duduk. Klien mengatakan

mual dan terkadang ingin muntah saat makan sehingga nafsu


34

makan menurun dan mengalami penurunan berat badan yaitu

6kg. Klien mengatakan badannya terasa lemas, persendian terasa

linu dan pegal-pegal. Ketika batuk, klien tidak menutup

mulutnya atau terkadang menutupnya dengan kedua tangan serta

klien membuang sputum pada kantong plastik yang disimpan

didekatnya yang kemudian dibuang ke tempat sampah. Klien

mengatakan sedang pengobatan TB paru bulan ke-3 di

puskesmas dan sering merasakan batuk berdahak sejak 3 bulan

yang lalu. Pengobatan TB paru saat ini di mulai dari tanggal 17

Desember 2018 di Puskesmas Cicantayan.

3) Riwayat Penyakit Dahulu

Klien mengatakan pernah di rawat 2 tahun yang lalu karena

penyakit yang sama seperti yang diderita saat ini. Klien

mengatakan pengobatannya yang dulu tuntas selama 6 bulan.

Klien mengatakan tidak memiliki riwayat operasi ataupun

kecelakaan. Klien dirumahnya seorang perokok namun

semenjak sakit 2 tahun yang lalu merokoknya berhenti.

4) Riwayat Penyakit Keluarga

Klien mengatakan di keluarganya tidak ada yang memiliki

riwayat penyakit keturunan seperti diabetes mellitus, hipertensi

dan asma. Namun, klien mengatakan ada anggota keluarga yang

menderita penyakit yang sama yaitu 2 orang kakak laki-lakinya


35

dan pernah dirawat. Ayah klien juga meninggal karena penyakit

yang sama karena tidak diobati.

5) Genogram

Bagan 3.1

Genogram

Keterangan:

= Perempuan

= Laki-laki

= Perempuan meninggal

= Laki-laki meninggal

= Klien

= tinggal serumah

= garis keturunan

Interpretasi:
36

Klien merupakan anak ke 4 dari 4 bersaudara dan orang

tuanya sudah meninggal. Klien belum menikah dan tinggal

bersama paman dan 2 orang saudara laki-lakinya. Diagram

diatas menunjukkan bahwa tidak terdapat penyakit keturunan

dalam keluarga klien. Namun, keluarga yang tinggal serumah

memiliki riwayat penyakit yang sama sehingga memungkinkan

penyebaran penyakit.

6) Riwayat Alergi

Klien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap obat,

makanan maupun benda.

c. Pengkajian Pola Kebiasaan Sehari – Hari

Tabel 3.1

Pengkajian pola kebiasaan sehari-hari

No Data Biologis Sebelum sakit Saat sakit

1. Pola makan

a. Frekuensi 3 x sehari 3xsehari (dibantu)

b. Jenis/ diet Nasi, lauk pauk Bubur TKTP

c. Porsi 1 porsi habis Habis ¼ porsi

d. Keluhan Tidak ada keluhan Tidak nafsu makan,

terasa mual

2. Pola minum

a. Frekuensi 6-8 gelas/hari 6-8 gelas aqua ukuran


37

250ml/hari

b. Jenis Air putih, teh, kopi Air putih

c. Jumlah 3000cc 2000cc

d. Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

3. Pola eliminasi BAB

a. Frekuensi 2 hari sekali 2 hari sekali tapi selama

dirawat belum BAB

b. Warna Kuning khas feces Kuning khas feces

c. Bau Khas feces Khas feces

d. Konsistensi Lembek lembek

e. Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

4. Pola eliminasi BAK

a. Frekuensi 4-5 x/ hari 3-4 x/ hari (dibantu)

b. Warna Kuning jernih Kuning jingga

c. Bau Khas urin Khas urin

d. Alat bantu Tidak ada Tidak ada

e. Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

5. Pola istirahat dan tidur

a. Lama tidur 1-2 jam/hari 1-2 jam/hari

siang

b. Lama tidur 6-8 jam/hari 5-6 jam/ hari


38

malam

c. Kebiasaan Tidak ada Tidak ada

pengantar tidur

d. Kesulitan tidur Tidak ada Tidak ada

e. Kebiasaan Tidak ada Tidak ada

penggunaan

obat tidur
Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
f. Keluhan

6. Pola kebersihan

(personal hygiene)

a. Mandi 2 x sehari 1x sehari (di lap oleh

keluarga)

b. Mencuci rambut 2 x/seminggu Belum mencuci rambut

c. Sikat gigi 2x sehari 1x sehari ( dibantu)

d. Ganti pakaian 2x sehari 1x sehari (dibantu)

7. Pola aktivitas dan

olahraga

a. Jenis pekerjaan Buruh harian lepas Tidak bekerja

b. Waktu bekerja 7-8 jam/ hari Tidak bekerja

c. Jenis olahraga Futsal Tidak olahraga

d. Frekuensi Jarang Tidak oahraga

olahraga
39

e. Kegiatan Berkumpul bersama Istirahat

diwaktu luang keluarga

d. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum

Klien tampak lemah berbaring di tempat tidur dengan posisi

setengah duduk, perawakan klien tampak kurus.

Kesadaran : Composmentis

GCS : E4M6V5

TTV : TD : 110/70 mmhg

Nadi : 84x/ menit

RR : 28x/ ment

Suhu : 36,50 c

BB sebelum sakit : 48kg

BB saat sakit : 42kg

Tinggi Badan : 165 cm

Indeks masa tubuh (IMT) : 15,42 ( sangat kurus)

2) Sistem Pernafasan
40

Bentuk hidung simetris, tidak ada lesi, tidak ada

pembesaran sinus, fungsi penciuman normal, terpasang oksigen

nasal kanul 4 liter/menit, tidak terdapat pernafasan cuping

hidung, , frekuensi nafas 28x/menit, tampak sesak, terdapat

dahak berwarna kehijauan saat batuk, bentuk dada simetris,

terdapat retraksi dinding dada. Saat auskultasi terdengar ronchi

kasar pada lobus bagian bawah kiri dan vesikuler pada bagian

kanan. Vocal premitus bergetar pada paru kanan dan lebih

lemah pada paru bagian kiri. Saat di perkusi resonan pada

bagian kanan dan pekak pada bagian kiri.

3) Sistem Kardiovaskuler

Konjungtiva tidak anemis, warna merah muda, tidak ada

pembesaran vena jugularis, tidak ada sianosis, bunyi jantung S1

dan S2 berirama regular (Lub Dup), tidak terdapat mur-mur,

Capillary refill time (CRT) <2 detik, akral hangat, tekanan darah

110/70 mmhg, nadi 84x/menit.

4) Sistem Pencernaan

Bentuk bibir simetris, mukosa bibir lembap, gusi berwarna

merah muda dan tidak mengalami pembengkakan, gigi masih

utuh, gigi tampak berwarna kekuningan, lidah tampak bersih,

uvula terletak ditengah berwarna merah muda, tidak terdapat

pembesaran tonsil, reflek menelan baik, ada nyeri tekan pada ulu
41

hati, bentuk abdomen datar, turgor kulit elastis dan kembali

dalam waktu 2 detik, tidak terdapat pembesaran hepar, pada

perkusi keempat kuadran terdengar suara timpani, bising usus

9x/menit .

5) Sistem Perkemihan

Tidak teraba distensi pada kandung kemih, tidak terpasang

alat bantu perkemihan, BAK di tempat tidur menggunakan pot

urinal di bantu keluarga, setelah BAK area genetalia di

bersihkan dengan tisu, tidak ada keluhan saat BAK.

6) Sistem Persyarafan

a) Tingkat kesadaran

Pada pemeriksaan tingkat kesadaran klien berada

pada keadaan composmentis, GCS= 15 (E=4; membuka

mata dengan spontan, M=6; mengikuti perintah, V=5;bicara

biasa). Klien mengenal terhadap orang, mengingat tempat

dan waktu.

b) Nervus I (Olvactorius)

Klien dapat membedakan bau minyak kayu putih

dan kulit jeruk, tidak terdapat gangguan pada indera

penciuman.

c) Nervus II (Optikus)
42

Klien dapat melihat jelas tanpa alat bantu kacamata

pada saat membaca name tag perawat pada jarak 1 meter.

d) Nervus III (Okulomotorius)

Klien bisa membuka mata dengan baik, kedua pupil

tampak simetris serta kontraksi pupil mengecil saat

dirangsang oleh cahaya dekat.

e) Nervus IV (Trochlearis)

Klien dapat menggerakkan bola mata ke arah atas

dan ke bawah.

f) Nervus V (Trigeminus)

Fungsi sensasi baik, klien dapat merasakan usapan

kasa di kulit dan goresan pulpen di telapak kaki.

g) Nervus VI ( Abdusen)

Klien dapat melirikan mata ke kiri dan ke kanan.

h) Nervus VII (Facial)

Klien dapat membuka mulutnya, memperlihatkan

giginya, mengerutkan dahi dan mengangkat alis.

i) Nervus VIII (Akustikus)


43

Klien dapat menjawab pertanyaan dari perawat atau

orang lain, klien dapat mendengar detik jam saat jam

tangan didekatkan pada telinga klien.

j) Nervus IX (Glosofaringeal)

Klien dapat membedakan rasa susu dan bubur.

k) Nervus X (Vagus)

Klien dapat menelan dan berbicara dengan jelas.

l) Nervus XI (Assesorius)

Klien dapat menggerakkan kepala, bahu, menunduk,

menengadah, miring kiri dan miring kanan.

m) Nervus XII (Hipoglosus)

Klien dapat menjulurkan lidah dan menggerakkan

ke kiri dan ke kanan.

7) Sistem Muskuloskeletal

a) Ekstremitas atas

Bentuk simetris antara tangan kanan dan kiri,

jumlah jari lengkap, tidak ada oedema, reflek bisep ada

terbukti terdapat fleksi siku, reflek trisep ada terbukti

terdapat ekstensi siku, klien mampu menggerakan tangan

secara ekstensi, fleksi, abduksi dan adduksi namun tidak


44

bisa menahan saat diberikan beban. Pada ekstemitas dextra

terpasang infus futrolit 20 tpm. Kekuatan otot 4 4

b) Ekstremitas bawah

Bentuk simetris antara kaki kanan dan kaki kiri, jari

lengkap, tidak ada oedema, tidak ada varises, kaki mampu

di gerakkan secara ektensi, fleksi, abduksi, adduksi namun

lemas dan tidak bisa menahan saat diberikan beban.

Kekuatan otot 4 4

8) Sistem Endokrin

Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid dan

pembesaran kelenjar getah bening, tidak terdapat

hyperpigmentasi atau hypopigmentasi pada kulit.

9) Sistem Integumen

Rambut pasien tidak beruban dan kulit kepala tampak

bersih, tidak terdapat lesi, kulit berwarna sawo matang kulit

masih elastis, tampak berkeringat.

10) Sistem Reproduksi

Genitalia klien mengatakan tidak ada keluhan, tidak terasa

panas dan tidak ada pembengkakan.

e. Data Psikososial

1) Status Emosional
45

Emosi klien tampak stabil. Klien mengatakan kondisinya

sekarang ini harus diterima dan sabar menghadapinya.

2) Konsep Diri

a) Citra diri

Klien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya,

terutama bagian tangan karena bisa digunakaan untuk

bekerja dan tidak ada bagian yang tidak disukai.

b) Identitas diri

Klien mengatakan bangga menjadi seorang laki-laki dan

bisa memenuhi kebutuhan sendiri.

c) Peran diri

Klien mengatakan belum menikah dan setiap hari

bekerja, namun saat ini tidak mampu menjalanan perannya

seperti biasa.

d) Ideal diri

Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera pulang

supaya bisa beraktivitas kembali.

e) Harga diri

Klien mengatakan tidak merasa malu pada keadaannya

saat ini, hanya pasrah dengan keadaan.

3) Stressor
46

Klien mengatakan kondisinya saat ini takut menjadi beban

keluarga dan menyusahkan yang lain.

4) Koping Mekanisme

Menurut klien dalam setiap menghadapi masalah mencoba

menyelesaikannya secara mandiri namun jika tidak bisa maka

mencari jalan keluarnya dengan bermusyawarah bersama

keluarga.

5) Harapan dan Pemahaman Klien Tentang Kondisi Kesehatan

Sekarang

Klien dan keluarga kurang memahami penyakit yang

dialami klien baik bahaya yang ditimbulkan dari penyakit TB

paru, cara penyebaran dan pencegahan penyakit. Keluarga

bertanya tentang kondisi klien saat ini. Di rumah, klien dan

keluarga masih meggunakan alat makan secara bersama.

Membuang dahak langsung ke kantong plastik. Klien dan

keluarga tidak memakai masker. Keluarga berharap tenaga

kesehatan dapat memberikan pelayanan terbaik agar klien dapat

segera sembuh.

f. Data Sosial

Klien mampu berkomunikasi baik dengan keluarga, petugas

kesehatan dan lingkungan sekitar. Klien tampak kooperatif dengan


47

perawat dan tim kesehatan lain. Klien juga mendapat dukungan dari

keluarga terlihat dari anggota keluarga yang bergantian menemani

klien di rumah sakit.

g. Data Spiritual

Klien mengatakan beragama islam dan meyakini bahwa Allah

SWT adalah Tuhannya. Sebelum sakit, klien melaksanakan sholat 5

waktu, akan tetapi saat sakit tidak bisa melaksanakan karena kondisi

yang tidak memungkinkan. Klien hanya beribadah dan berdoa di

tempat tidur untuk kesembuhanya.

h. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Laboratorium

Tabel 3.2
Pemeriksaan Laboratorium
Tangg Pemeri Jenis
Hasil Nilai Normal Interpretasi
al ksaan Pemeriksaan
Hemoglobin 12,8 13-17 g/d Rendah
Leukosit 19200 4000-10000/µL Meningkat
Hematokrit 40 40-54% Normal
Hemato 150.000-
Trombosit 502000 Meningat
logi 450.000Juta/µL
6
Klinik Eritrosit 5,0 4,4-6,0Juta/µL Normal
Maret
MCV 79 80-100 fL Normal
2019
MCH 26 26-34 pg Normal
MCHC 32 32-36g/dL Normal
Glukosa
Kimia
darah 112 <140mg/dl Normal
Klinik
sewaktu
7 Kimia SGOT 28 <37UL Normal
Maret klinik SGPT 12 <42U/I Normal
2019 Albumin 2,2 3,5-8,2g/dL Rendah
Globulin 3,3 3,5-5,5g/dL Rendah
48

Ureum 20 19-43m/dL Normal


Kreatin 0,75 0,66-1,25m/dL Normal
Asam urat 8,6 3,5-8,5mg/dL Meningkat
Natrium 142 137-150mmol/L Normal
Kalium 4,3 3,5-5,5mmol/L Normal
Calsium 7,0 8-10,4mg/dL Rendah
Imunol Anti HIV Non
Non reaktif
ogi Kualitatif reaktif

2) Pemeriksaan Radiologi Thorax

Tabel 3.3

Interpretasi hasil Rontgen

Tanggal Jenis pemeriksaan Hasil


8 Maret 2019 Rontgen Thorax Tb Paru lama aktif

i. Aspek Medis

Tabel 3.4

Therapi Medis

Tanggal
Nama Obat 0 Dosis Rute Jadwal
08 09 10
7
Futrolit 20 tpm Intra 07.00 WIB dan
   
Vena 19.00 WIB
Ranitidin     2x50 mg Intra 07.00 WIB dan
Vena 19.00 WIB
Ondansentron     2x4mg Intra 07.00 WIB dan
Vena 19.00 WIB
Omeprazole     2x40mg Intra 07.00 WIB dan
Vena 19.00 WIB
OAT
 Rifampisin     1x150mg 07.00 WIB
 INH     1x75mg Per Oral 07.00 WIB
 Pirazinamid     1x400mg 07.00 WIB
 Ethambutol     1x275mg 07.00 WIB
49

Ceptazidin     2x1 gr Intra 07.00 WIB dan


vena 19.00 WIB
05.00 WIB,
Dexamethason 3x5mg Intra
    13.00 WIB dan
vena
21.00 WB
05.00 WIB,
Antasida     3x400mg Per Oral 13.00 WIB dan
21.00 WIB
05.00 WIB,
Salbutamol     3x1mg Per Oral 13.00 WIB dan
21.00 WIB
4x1 05.00 WIB,
Combivent     placon 10.00 WIB,
Nebulasi
13.00 WIB dan
17.00 WIB
Pulmicort     2x1 07.00 WIB dan
Nebulasi
placon 19.00 WIB

j. Analisa Data

Tabel 3.5
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah

1. DS: Invasi kuman Bersihan jalan

 Klien mengatakan mycobacterium tuberculosis nafas tidak efektif

sesak disertai pada saluran pernafasan

batuk berdahak 

dan sulit Menempel di jalan nafas

dikeluarkan 

DO: Proses peradangan pada

 Klien tampak jaringan paru-paru


50

sesak dan batuk 

 Bunyi suara paru Mekanisme pertahanan

ronchi kasar pada tubuh dengan peningkatan

lobus bagian produksi mucus

bawah kiri 

 Tampak retraksi Produksi mucus mengalami

dinding dada penumpukan di jalan nafas

 Perkusi paru pekak 

pada bagian kiri Batuk dan sesak

 Vocal premitus 

bergetar pada Bersihan jalan nafas tidak

bagian paru kanan efektif

dan lebih lemah

pada paru kiri

 Terpasang oksigen

4 LPM

 Terdapat sputum

berwarna

kehijauan

 RR : 28x/menit

2. DS: Mual, muntah Ketidakseimbangan

 Klien mengatakan nutrisi kurang dari


51

tidak nafsu makan  kebutuhan

dan terasa mual Anoreksia

serta rasa ingin 

muntah Asupan kurang, BB turun

 Klien mengatakan 

BB sebelum sakit Ketidakseimbangan nutrisi


48kg kurang dari kebutuhan
DO: tubuh

 BB saat ini 42kg

 IMT 15,42 (kurus)

 Porsi makan tidak

habis, hanya ¼

porsi

 Nyeri tekan pada

ulu hati

 Perawakan tampak

kurus

 Terdengar suara

timpani pada

kuadran ke empat

 Bising usus
52

9x/menit

3. DS: Invasi kuman Intoleransi aktivitas

 Klien mengatakan mycobacterium tuberculosis

tubuhnya terasa dalam tubuh

lemas, persendian 

terasa linu dan Reaksi infeksi/inflamasi

pegal merusak parenkim paru

DO: 

 Klien tampak Reaksi sistemis : kelemahan

istirahat berbaring 

ditempat tidur Intoleransi aktivitas

dengan posisi

setengah duduk

 Aktivitas dibantu

oleh keluarga dan

perawat

 Tampak lemah

 Terpasang infus

futrolit 20 tpm

pada ektremitas

atas dextra

 Kekuatan otot
53

4 4

4 4

4. DS: Kurang informasi Risiko penyebaran

 Klien dan keluarga  infeksi

mengatakan Kurang pengetahuan

kurang memahami 

dengan penyakit Risiko penyebaran infeksi

yang dialami klien

saa ini

 Klien mengatakan

memiliki kebiasaan

merokok dirumah

sebelum sakit dan

memakai alat

makan masih

secara bersama.

DO:

 Saat batuk klien

terkadang tidak

menutup mulutnya

atau menutup

mulutnya dengan
54

kedua telapak

tangan

 Klien terkadang

membuang dahak

ke kantong plastik

yang digantung

dibawah tempat

tidur

 Klien dan keluarga

tidak mengunakan

masker

 Pemeriksaan

laboratorium pada

tanggal 6 Maret

2019 terjadi

peningkatan

Leukosit yaitu

19200/µL

 Keluarga tampak

bertanya mengenai

kondisi klien
55

2. Prioritas Masalah Keperawatan

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan

sekret

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

d. Risiko penyebaran infeksi berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan tentang penyakit


56

3. Perencanaan

Nama : Tn. D No. RM : 0015xxx

Umur : 21 tahun Diagnosa Medis : TB Paru

Tabel 3.6
Rencana Tindakan Keperawatan

No Perencanaan
Diagnosa Keperawatan Tujuan Paraf
Intervensi Rasioal
1 Bersihan jalan nafas Tupan: 1. Kaji tanda-tanda vital setiap 8 1. Mengetahui keadaan umum Erni
tidak efektif Setelah dilakukan tindakan jam sekali klien Y.S
berhubungan dengan keperawatan selama 4x24 jam , pada 2. Kaji fungsi respirasi antara lain 2. Adanya perubahan fungsi
penumpukan sekret tanggal 10 Maret 2019 diharapkan suara nafas tambahan, respirasi dan penggunaan otot
DS: jalan nafas bersih dan efektif. frekuensi, irama, kedalaman tambahan menandakan
 Klien mengeluh Tupen: dan penggunaan otot nafas kondisi penyakit yang masih
sesak disertai batuk Setelah dilakukan tindakan tambahan setiap 8 jam sekali dalam kondisi penanganan
berdahak keperawatan pada tanggal 7 Maret 3. Catat kemampuan untuk penuh.
DO: 2019 diharapkan penmpukan secret mengeluarkan sekret atau batuk 3. Ketidakmampuan
 Klien tampak sesak dapat teratasi dengan kriteria hasil: secara efektif setiap pagi hari mengeluarkan secret menjadi
dan batuk  Klien mengatakan sesak sekali timbulnya penumpukan secret
 Bunyi suara paru berkurang 4. Atur posisi klien semi fowler berlebih pada saluran
ronchi pada lobus  Klien mengatakan batuk atau high fowler pernafasan
bagian bawah kiri berkurang 5. Ajarkan teknik nafas dalam dan 4. Posisi semi fowler atau high
 Retraksi dinding  Klien mengatakan dahak bisa batuk efektif setiap pagi hari fowler memberikan
dada dikeluarkan 6. Lakukan fisoterapi dada: kesempatan paru-paru
 Perkusi pekak pada  Perkusi pada kedua paru resonan postural drainase setiap pagi berkembang secara maksimal
bagian paru kiri  Tidak terdengar bunyi suara hari 5. Peningkatan gerakan sekret
7. Ajurkan minum air putih ±2500 ke dalam jalan nafs untuk
57

 Vocal fremitus nafas tambahan ml/hari dalam kondisi hangat mudah dikeluarkan
bergeta pada paru  Respirasi normal 16-24 x/menit jika tidak ada kontraindikasi 6. Postural drainase bagian
kanan dan lebih  Tidak ada sekret Kolaborasi penting untuk membuang
lemah pada bagian 1. Berikan oksigen inspirasi atau banyaknya sekret yang kental
kiri udara yang lembab 7. Air digunakan untuk
 Terpasang oksigen 2. berikan pengobatan atas menggantikan keseimbangan
4 liter/menit indikasi cairan tubuh akibat cairan
 Terdapat sputum  agen mukolitik missal yang keluar melalui keringat
berwarna kehijauan actilcystein (mukomyst) dan proses pernafasan. Air
RR: 28x/menit  Bronkodilator, misalnya hangat akan mempermudah
combivent pengenceran sekret melalui
 Kortikosteroid misalnya proses konduksi yang
dexamethason. mengakibatkan arteri pada
3. berikan obat agen anti infeksi area sekitar leher vasodilatsi
misalnya: dan mempermdah cairan
 Obat primer: Rifamfisin, dalam pembuluh darah dapat
Isoniazid (INH), diikat oleh sekret.
pirazinamid, ethambutol.

1. Berfungsi meningkatkan
kadar tekanan parsial O2 dan
saturasi O2 dalam darah
2. Berfungsi untuk
mengencerkan dahak.
 Agen mukolitk
menurunkan kekentalan
dan perlengketan sekret
paru untuk memudahkan
pembersihan
 Bronkodilator
meningkatkan ukuran
lumen percabangan
trakeobronkial sehngga
58

menrunkan tahanan
terhadap aliran udara
 Menurunkan keaktifan
mikrorganisme sehingga
respon inflamasi turun
dan produksi sekret
berkurang.
3. Obat anti agen infeksi dapat
menurunkan keaktifan dari
mikroorganisme dan respon
inflamasi.
2. Ketidakseimbangan Tupan: 1. Catat status nutrisi, turgor 1. Sebagai data fokus untuk Erni
nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan kulit, berat badan saat ini mendefinisikan derajat/ Y.S
kebutuhan tubuh keperawatan 4x24 jam diharapkan pada tingkat kehilangan berat badan, luasnya masalah dan
berhubungan dengan tanggal 10 Maret 2019 keseimbangan integritas mukosa mulut, menentukan pilihan intervensi
anoreksia nutrisi terjaga kemampuan/ketidamampuan yang tepat.
DS: Tupen: menelan, adanya riwayat mual 2. Meningkatkan intake
 Klien mengatakan Setelah dilakukan tindakan atau diare secara periodik makanan dan nutrisi untuk
tidak nafsu makan keperawatan pada tanggal 7 Maret 2. Anjurkan makan sedikit tapi meningkatkan mekanisme
dan terasa mual dan 2019 diharapkan anoreksia dapat sering dan dalam keadaan tubuh dalam proses
rasa ingin muntah teratasi dengan kriteria hasil: hangat dengan diit TKTP penyembuhan
 Klien mengatakan  Nafsu makan meningkat 3. Anjurkan oral care sebelum 3. Meningkatkan kenyamanan
BB sebelum sakit  BB klien meningkat dan sesudah makan daerah mulut sehingga akan
48kg  Mual dan muntah berkurang atau 4. Berikan informasi tentang meningkatkan perasaan nafsu
DO: hilang kebutuhan nutrisi dengan diit makan
 BB saat ini 42kg  Porsi makan habis TKTP 4. Meningkatkan pengetahuan
 IMT 15,42 (kurus)  Turgor kulit elastis tentang kebutuhan nutrisi
 Porsi makan tidak Kolaborasi
habis, hanya ¼ 1. Anjurkan pada ahli gizi untuk 1. Menetukan kebutuhan nutrisi
porsi menentukan komposisi diet yang tepat bagi pasien
 Nyeri tekan pada 2. Monitor pemeriksaan 2. Mengontrol keefektifan
ulu hati laboratorium : kadar albuin, tndakn terutama dengan kadar
 Perawakan tampak total protein, BUN protein darah
3. Berikan vitamin sesuai indikasi 3. Meningkatkan komposisi
59

kurus 4. Berikan obat anti emetik akan kebutuhan vitamin dan


 Terdengar suara nafsu makan klien
timpani pada 4. Mengurangi rasa sakit pada
kuadran ke empat ulu hati saat sebelum makan
 Bising usus
9x/menit
Intoleransi aktivitas Tupan: 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Menetahui keadaan umum Erni
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan setiap 8 jam atau sesudah lien Y.S
kelemahan umum keperawatan 4x24 jam diharapkan pada beraktivitas 2. Merencanakan tindakan
DS: tanggal 10 Maret 2019 intoleransi 2. Kaji aktivitas yang dapat selanjutnya
 Klien mengatakan aktivitas teratasi dan dapat melakukan dilakukan oleh klien setiap hari 3. Membantu aktivitas klien
tubuhnya lemas, aktivitas secara optimal sekali secara bertahap selama
persendian terasa Tupen: 3. Bantu klien dalam melakukan proses penyembuhan
linu dan pegal- Setelah dilakukan tindakan aktivitas secar bertahap 4. Mempermudah memenui
pegal keperawatan pada tanggal 7 Maret 4. Dekatkan barang-barang yang kebutuhan klien
diharapkan kelemahan fisik berkurang dibutuhkan klien 5. Latihan aktif dan pasif
DO: dengan kriteria hasil: 5. Latih klien untuk melakukan dilakukan agar mencegah
 Klien tampak  Tidak tampak lemah pergerakan aktif dan pasif terjadinya kekakuan otot
istirahat berbaring  Klien mampu melakukan aktivitas setiap 8 jam sekali 6. Membantu mengembalikan
3. di tempat tidur secara mandiri seperti ke kamar 6. Anjurkan istirahat yang energi
dengan posisi mandi adekuat
setengah duduk  Mampu partisipasi dalam
 Aktivitas dibantu perawatan diri
oleh perawat dan  Tonus otot baik
keluarga
 Tampak lemah
 Terpasang infus
pada ekstremitas
atas dextra
 Kekuatan otot
4 4
4 4
60

4. Risiko penyebaran Tupan: 1. Kaji tingkat pengetahuan klien 1. Pengetahuan awal pasien dan Erni
infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan dan keluarga tentang kondisi keluarga mengenal kondisi Y.S
dengan kurangnya keperawatan selama 4x24 jam klien dan perawatannya dan perawatan untuk
pengetahuan diharapkan pada tanggal 10 Maret 2. kaji patologi penyakit (fase dijadikan acuan dalam
DS: 2019 risiko penyebaran infeksi teratasi aktif/inaktif) dan potensial merencanakan intervensi
 Klien dan keluarga Tupen: penyebaran infeksi melalui selanjutnya
mengatakan kurang Setelah dilakukan tindakan airbone selama meludah, batuk 2. Untuk mengetahui kondisi
memahami dengan keperawatan pada tanggal 7 Maret bersin, berbicara dan tertawa nyata dari masalah klien.
penyakit yang 2019 diharapkan pengetahuan klien 3. Identifikasi resiko penularan Fase inaktif berarti pasien
dialami klien saat dan keluarga dapat teratasi (bertambah) kepada anggota keluarga yang sudah terbebas dari kuman
ini dengan kriteria hasil: lain dan orang dekat. tuberkulosis
 Klien mengatakan  Klien menunjukan prilaku hidup Intruksikan klien jika bersin, 3. Mengurangi risiko anggota
memiliki kebiasaan sehat batk serta meludah buang ke keluarga untuk tertular
merokok dirumah  Klien menunjukkan prilaku untuk tisu dan hindari meludah dengan penyakit yang sama
sebelum sakit menurunkan risiko penyebaran sembarang tempat 4. Mengajarkan pada klien dan
memakai alat penyakit: menutup mulut saat 4. Anjurkan penggunaan tisu keluarga cara mencegah
makan masih batuk, bersin dan tidak membuang untuk membuang sekret. penyebaran infeksi
secara bersama sputum di sembarang tempat Review pentingnya mengontrol 5. Cuci tanganbersih
DO:  Leukosit dalam batas normal penyebaran infeksi seperti merupakan salah satu prilaku
 Saat batuk klien (4.000-11.000 mm3) menggunakan masker untuk mencegah terjadinya
terkadang tidak  Klien dan keluarga paham tentang 5. Anjurkan klien dan keluarga penyebaran infeksi
menutup mulutnya pencegahan, perawatan, untuk selalu mencuci tangan 6. Meningkatkan pengetahuan
atau menutup penyebaran dan bahaya TB paru dengan sabun setelah klien dan keluarga tentang
mulutnya dengan memegang wadah sputum dan Tb paru dan menurunkan
kedua telapak memegang/membuang tisu risiko penularan.
tangannya 6. Berikan pendidikan kesehatan
 Klien membuang mengenai penyakit TB paru
dahak ke kantong meliputi:
plastik yang  Pengertian TB paru
digantung di bawah  Penyebab TB paru
tempat tidur  Tanda dan gejala TB paru
 Klien dan keluarga  Proses penularan TB paru
tidak menggunakan  Program
61

masker pengobatan/perawatan
 Pemeriksaan
laboratorium pada
tanggal 4 maret
2019 menunjukkan
peningkatan
leukosit yaitu
19200/µL
 Keluarga tampak
bertanya mengenai
kondisi klien

4. Pelaksanaan

Nama : Tn. D No.RM : 0015xxx

Umur : 21 tahun Diagnosa : TB paru Relaps on OAT

Tabel 3.7

Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

No. Diagnosa
Tanggal Waktu Implementasi Evaluasi paraf
Keperawatan
1 Kamis 07.50 WIB 1. Mengobservasi tanda-tanda vital S : Klien mengatakan masih sesak dan batuk Erni
07-03-2019 R/ TD: 110/80 mmhg O: Y.S
Nadi: 82x/menit  Bunyi suara paru masih terdengar
RR: 28x/menit ronchi kasar pada lobus bawah kiri
62

Suhu: 36,5o C  Terdapat retraksi dinding dada


08.00 WIB 2. Mengkaji fungsi respirasi  Sekret kental dan sulit dikeluarkan
R/ suara nafas terdengar ronchi kasar pada  RR: 28x/menit
lobus bawah kiri, frekuensi nafas  Terpasang O2 4 liter/menit
28x/menit, terdapat retraksi dinding dada, A : Masalah belum teratasi
vocal fremitus bergetar pada bagian paru P : Intervensi dilanjutkan
kiri dan kanan, terdengar pekak pada paru
bagian kiri.
3. Mencatat kemampuan untuk
08.13 WIB mengeluarkan sekret atau batuk secara
efektif
R/ batuk masih produktif namun tidak
sering
4. Mengatur posisi klien semi fowler
08.20 WIB R/ klien megatakan nyaman dengan posisi
tidurnya
5. Mengajarkan teknik nafas dalam dan
08.25 WIB batuk efektif (pendidikan kesehatan)
R/ klien mempraktekkan tenik nafas
dalam dan mampu batuk efektif
6. Melakukan fisioterapi dada: postural
drainase
08.33 WIB
R/ Klien tidak mau dilakukan fisioterapi
dada
7. Menganjurkan minum air putih
±2500ml/hari dalam kondisi hangat jika
08.38 WIB tidak ada kontraindikasi
R/ klien mengatakan batuk berkurang
setelah minum air hangat

Kolaborasi
1. Memberikan oksigen inspirasi atau udara
lembab
R/ terpasang oksigen nasal kanul 4
63

08.00 WIB liter/menit


2. Memberikan pengobatan atas indikasi:
 Ceptazidin 2x1gr (intra vena)
 Salbutamol 3x1mg (oral)
13.00 WIB  Dexamethason 3x5mg (Intra vena)
 Combivent 4x1 placon (Nebulizer)
R/ Nebulizer combivent 3x 200 mg
3. Memberikan obat agen anti infeksi
R/ memberikan obat OAT per oral:
Rifampisin 1x150mg, INH 1x75mg,
Pirazinamid 1x400mg, Ethambutol
07.45 WIB
1x275mg
2 Kamis 08.40 WIB 1. Mencatat status nutrisi klien S : Klien mengatakan tidak nafsu makan,
7 Maret 2019 R/ turgor kulit <2detik, nyeri tekan pada terasa mual dan ingin muntah
ulu hati, berat badan saat ini 42 kg, O:
kehilangan berat badan 6kg, IMT: 15,42  Porsi makan habis 1/4
dan reflek menelan baik  BB klien masih 42kg
08.48 WIB 2. Menganjurkan makan sedikit tapi sering  IMT 15,42 (kurus)
dan dalam keadaan hangat dengan diit  Turgor kulit <2 detik
TKTP  Nyeri tekan pada ulu hati
R/ porsi makan habis 1/4 A: masalah teratasi sebagian
3. Menganjurkan oral care sebelum dan P : Intervensi dilanjutkan
08.50 WIB sesudah makan
R/ klien tidak mau menyikat gigi hanya
berkumur-kumur saja
4. Memberikan informasi tentang kebutuhan
09.00 WIB nutrisi dengan diit TKTP
R/ klien mengerti tentang nutrisi diit
TKTP

Kolaborasi
1. Mengajukan pada ahli gizi untuk
12.00 WIB menentukan komposisi diet
64

2. Memberikan obat anti emetik:


07.56 WIB Ranitidin 2x50mg (Intravena)

3 Kamis 07.50 WIB 1. Mengobservasi tanda-tanda vital S : Klien mengatakan badannya masih terasa
7 Maret 2019 R/ TD: 110/80 mmhg, Nadi: 82x/menit, lemas, terasa linu dan pegal
RR: 28x/menit, suhu: 36,5o C O:
09.16 WIB 2. Mengkaji aktivitas yang dapat dilakukan  klien tampak lemah, berbaring
oleh klien ditempat tidur
R/ berbaring ditempat tidur, makan  kekuatan otot 4 4
disuapi, minum bisa sendiri, tidak kuat 4 4
untuk berjalan ke kamar mandi  ADL masih dibantu oleh perawat dan
3. Membantu klien melakukan aktivitas keluarga
09.25 WIB secara bertahap  TTV :
R/ aktivitas dibantu keluarga dan perawat TD : 110/80mmhg, Nadi : 85x/menit,
seperti mengganti baju dan BAK RR : 28x/men Suhu : 36,5o c
4. Mendekatkan barang-barang yang A : Masalah teratasi sebagian teratasi
09.35 WIB dibutuhkan klien P : Intervensi dilanjutkan
R/ mendekatkan meja kebutuhan klien
5. Melatih klien untuk melakukan
09.45 WIB pergerakan pasif dan aktif
R/ klien mampu menggerakkan
ekstremitas namun mengatakan terasa
lemas, kekuatan otot
4 4
4 4

6. Menganjurkan istirahat yang adekuat


R/ klien bisa beristirahat meski terkadang
09.55 WIB batuk

4 Kamis 10.20 WIB 1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan S : Klien dan keluarga mengatakan mulai
7 Maret 2019 keluarga tentang kondisi klien dan memahami tentang kondisi yang dialami klien
perawatannya namun masih bingung bagaimana
65

12.30 WIB 2. Mengkaji patologi penyakit dan potensial perawatannya


penyebaran infeksi O:
R/ Leukosit 19200/ µL  Klien dan keluarga tampak memakai
10.27 WIB 3. Mengidentifikasi resiko penularan kepada masker
anggota keluarga yang lain dan teman  Keluarga dan klien mempraktekan
dekat. Mengintruksikan jika bersin, batuk cuci tangan bersih namun masih
serta meludah buang ke tisu dan hindari kebingungan langkah-langkahnya
meludah sembarangan  Klien tampak membuang sputum
R/ klien mengatakan akan membuang pada tisu dan membuang pada tempat
dahak menggunakan tisu sampah
4. Menganjurkan klien dan keluarga untuk  Leukosit 19200 /µL
10.38 WIB mengontrol infeksi dengan menggunakan A : Masalah teratasi
masker P : Intervensi dihentikan
R/ klien dan keluarga mau memakai
masker
5. Menganjurkan klien dan keluarga untuk
10.45 WIB selalu mencuci tangan dengan sabun
setelah memegang wadah sputum dan
memegang/membuang tisu
R/ klien dan keluarga mempraktekkan
cuci tangan bersih
6. Memberikan pendidikan kesehatan
mengenai penyakit TB paru
13.30 WIB R/ klien dan keluarga memperhatikan
penjelasan mengenai TB paru
66

5. Catatan Perkembangan

Tabel 3.8

Catatan Perkembangan

No. Diagnosa
Hari/tgl/jam Catatan Perkembangan Paraf
Keperawatan
Jumat/8 Maret 2019 S: klien mengatakan masih sesak namun batuk berkurang Erni Y.S
O:
 Frekuensi nafas 28x/menit
 Klien tampak sesak dan terpasang oksigen nasal kanul 4 liter/menit
 Buyi paru ronchi kasar di lobus kiri bawah
 sekret kental dan sulit dikeluarkan
 Tampak retraksi dinding dada
 TTV: TD : 110/80 mmhg, Nadi : 82x/menit, RR : 28x/menit, suhu : 36,5o c
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan sesuai diagnosa 1
I :
 Mengukur tanda-tanda vital
TD: 120/80 mmg, Nadi : 80x/menit, R : 27x/menit, suhu: 36,8 oc
1 08.00 WIB
 Mengkaji fungsi pernafasan
R/ bunyi nafas masih terdengar ronchi kasar pada lobus bagian kiri bawah, masih terdapat
retraksi dinding dada, vocal fremitus bergetar pada kedua paru
08.15 WIB  Mencatat kemampuan mengeluarkan sekret
R/ sekret bisa dikeluarkan tapi sedikit
 Mengatur posisi semi fowler
08.25 WIB R/ klien mengatakan nyaman dengan posisi tidurnya
67

 Mengajarkan teknik nafas dalam dan batuk efektif


08.30 WIB R/ klien melakukan teknik nafas dalam dan mampu batuk efektif
 Melakukan fisioterapi dada: postural drainase
08.40 WIB R/ klien masih belum ingin dilakukan fisioterapi dada
 Menganjurkan klien minum air putih ± 2500ml/hari dalam kondisi hangat
09.00 WIB R/ klien mengatakan batuknya berkurang
Kolaborasi
08.50 WIB  Memberikan oksigen inspirasi atau udara lembab
R/ terpasang oksigen nasal kanul 3 liter/menit
 Memberikan obat sesuai indikasi
09.10 WIB Ceptazidin 2x1gr (intravena)
Dexamethason 3x5mg (Intra vena)
Salbutamol 3x1mg (oral)
Combivent 4x1 placon (inhalasi nebulizer)
13.00 WIB
 Memberikan obat agen anti infeksi OAT peroral
Rifampisin 1x150mg, INH 1x75mg, pirazinamid 1x400mg, ethambutol 1x275mg
E : klien megatakan masih sesak dan batuk masih dirasakan namun jarang
R : Masalah teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan sesuai diagnosa 1

07.56 WIB

2 Jumat/ 8 Maret S : klien mengatakan tidak nafsu makan, masih terasa mual Erni Y.S
2019 O:
 Porsi makan habis 1/2 porsi
 BB klien saat ini 42 kg
 IMT 15,42 (kurus)
 Turgor kulit <2 detik
 Ada nyeri tekan di ulu hati
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan sesuai diagnosa 2
I:
68

09.15 WIB  Mencatat status nutrisi klien


R/ turgor kulit < 2 detik, BB : 42 kg, IMT 15,42 ( sangat kurus), nyeri tekan pada ulu hati,
reflek menelan baik
09.25 WIB  Menganjurkan makan sedikit tapi dalam keadaan hangat degan diit TKTP
R/ porsi makan habis ½ porsi
09.30 WIB  Menganjurkan oral care sebelum dan sesudah makan
R/ klien tidak mau sikat gigi hanya berkumur-kumur saja
09.40 WIB  Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi dengan diit TKTP
R/ klien mngerti tentang nutrisi diit TKTP
Kolaborasi
12.00 WIB  Mengajukan pada ahli gizi untuk menentukan komposisi diet
 Memberikan obat anti emetik: Antasida 3x100mg (oral)
13.00 WIB E : klien mengatakan nafsu makan mulai meningkat namun masih terasa mual
R : Masalah teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan sesuai diagnosa 2
3 Jumat S : Klien mengatakan badan masih teras lemas, terasa linu Erni Y.S
8 Maret 2019 O:
 Klien tampak lemah
 ADL masih dibantu keluarga dan perawat
 Tampak berbaring ditempat tidur
 Kekuatan otot 4 4
4 4
 TTV : TD: 110/80 mmhg, Nadi : 82x/menit, RR : 28x/menit, Suhu : 36,5 oc
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
I:
 Mencatat tnda-tanda vital
08.00 WIB
R/ TD: 120/80mmhg, Nadi: 83x/menit, RR: 26x/menit, Suhu: 36,8oC
 Mengkaji aktivitas yang dapat dilakukan oleh klien
09.55 WIB
R/ berbaring ditempat tidur, makan disuapi, minum bisa sendiri, makan buah bisa sendiri,
tidak bisa berjalan ke kamar mandi
 Membantu klien melakukan aktivitas secara bertahap
10.00 WIB R/ aktivitas dibantu mengganti pakaian dan BAK
 Mendekatkan barang-barang yang dibutuhkan klien
69

R/ meja kebutuhan klien didekatkan


08.03 WIB  Melatih klien untuk melakukan pergerakan pasif dan aktif
R/ klien bisa menggerakkan ekstremitas namun lemas saat diberikan beban, kekuatan otot
10.10 WIB 4 4
4 4

 Menganjurkan istirahat yang adekuat


R/ klien mengatakan bisa beristirahat tidur meski terkadang masih batuk
10.20 WIB E : klien mengatakan badan masih terasa lemas dan terasa linu
R : Intervensi dlanutkan sesuai diagnosa nomor 3

4 Jumat S : Klien dan keluarga mengatakan mulai mengetahui tentang kondisi yang dialami klien namun Erni Y.S
8 Maret 2019 masih bingung bagaimana perawatannya
O:
 Klien dan keluarga tampak memakai masker
 Keluarga dan klien mempraktekkan cuci tangan bersih namun masih bingung langkah-
langkahnya
 Klien tampak membuang dahak pada tisu dan membuang pada tempat sampah
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
I:
 Mengkaji pengetahuan klien dan keluarga tentang kondisi klien dan perawatannya
10.40 WIB
R/ klien dan keluarga mulai bisa menjelaskan kondisi yang dialami klien
 Mengkaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi menganjurkan klien untuk
10.50 WIB
tidak membuang dahak sembarang tempat
R/ nilai leukosit 19200/µL, klien membuang dahak dengan tisu
 Mengidentifikasi resiko penularan kepada anggota keluarga yang lain dan teman dekat.
11.00 WIB Mengintrukiskan jika bersin, batuk dan meludah di buang ke tisu dan tidak meludah
sembarang tempat
R/ klien membuang dahak ke tisu
 Menganjurkan mengontrol penyebaran infeksi dengan penggunaan masker
11.15 WIB R/ klien dan keluarga tampak memakai masker
 Menganjurkan klien dan keluarga melakukan cuci tangan bersih dengan sabun
70

R/ klien dan keluarga mempraktekkan cuci tangan bersih namun belum ingat langkah-
11.30 WIB langkahnya
 Memberikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit TB paru
R/ klien dan keluarga tampak memperhatikan penjelasan tentang TB paru
13.35 WIB E : Klien dan keluarga mengatakan sudah mulai memahami kondisi dan perawatan pada klien
R : masalah teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan

1 Sabtu/9 Maret 2019 S: klien mengatakan masih terasa sesak namun batuk berkurang Erni Y.S
O:
 Frekuensi nafas 27x/menit
 Terpasang oksigen nasal kanul 3 liter/menit
 Retraksi dinding dada masih terlihat
 Bunyi suara paru ronchi kasar pada lobus bawah kiri
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan sesuai diagnosa 1
I:
 Mengkaji tanda-tanda vital
08.15 WIB
TD: 120/80 mmg Nadi: 80x/menit, RR: 25x/menit, suhu : 36,6o c
 Mengkaji fungsi pernafasan
08.28 WIB
R/ bunyi paru ronchi kasar pada area lobus kiri
 Mencatat kemampuan mengeluarkan sekret atau batuk efektif
08.35 WIB
R/sekret dapat dikeluarkan tapi sedikit, mampu batuk efektif dan batuk berkurang
 Mengatur posisi semi fowler
R/ klien mengatakan nyaman dengan posisi tidurnya
08.46 WIB  Mengajarkan klien latihan nafas dalam dan batuk efektif
R/ klien melakukan tehnik nafas dalam dan mampu batuk efektif
09.00 WIB  Melakukan fisioterapi dada: postural drainase
R/klien masih tidak ingin dilakukan fisioterapi dada
09.10 WIB  Menganjurkan minum air putih ±2500ml/hari dalam kondisi hangat
R/ klien mengatakan batuk sudah berkurang sering minum air hangat
09. 20 WIB Kolaborasi
 Memberikan oksigen inspirasi/udara lembab
R/ terpasang oksigen nasal kanul 2 liter/menit
71

08.20 WIB  Memberikan obat sesuai indikasi


Ceptazidin 2x1 gr (intra vena)
13.00 WIB Dexamethason 3x5mg (intra vena)
Salbutamol 3x1mg (intra vena)
Combivent 4x1 placon (inhalasi nebulizer)
 Memberikan obat agen anti infeksi OAT peroral:
Rifampisin 1x150mg, INH 1x75mg, Pirazinamid 1x400mg, Ethambutol 1x275mg
07.57 WIB E : klien mengatakan masih sesak namun batuk sudah jarang
R : masalah teratasi sebagian dan intervensi di lanjutkan sesuai diagnosa 1

2 Sabtu/ 9 Maret S: klien mengatakan nafsu makan mulai meningkat namun masih terasa mual Erni Y.S
2019 O:
 Porsi makan habis ½ porsi
 IMT 15,42 (kurus)
 BB klien 42 kg
 Turgor kulit < 2 detik
 Masih terasa nyeri tekan pada ulu hati
A: masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilajutkan sesuai diagnosa 1
I:
09.30 WIB  Mencatat status nutrisi
R/ Turgor kulit < 2 detik, BB : 42 kg, IMT : 15,42 (sangat kurus), masih terasa nyeri tekan
pada ulu hati
 Menganjurkan makan sedikit tapi sering dalam keadaan hangat dengan diit TKTP
09.37 WIB
R/ porsi makan habis ½ porsi
 Menganjurkan oral care sebelum dan sesudah makan
R/ klien masih tidak mau menyikat gigi hanya berkumur-kumur saja
09.45 WIB  Memberikan pendidikan kesehatan tentang nutrisi dengan diit TKTP
R/ klien mulai mengerti tentang nutrisi kebutuhan dengan diit TKTP
09.59 WIB Kolaborasi
 Mengajukan ke ahli gizi untuk menentukan komposisi diet
 Memberikan obat anti emetik: Antasida 3x400mg (oral)
12.00 WIB E : klien mengatakan nafsu makan mulai meningkat dan mual mulai terasa berkurang
72

13.00 WIB R : masalah teratasi sebagian, intervensi di lanjutkan sesuia diagnosa 2

3 Sabtu/ 9 Maret S : klien mengatakan badannya masih terasa lemas dan masih terasa linu Erni Y.S
2019 O:
 Klien tampak berbaring ditempat tidur
 Kekuatan otot 4 4
4 4
 ADL dibantu keluarga dan perawat
A : masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan sesuai diagnosa ke 3
I:
08.15 WIB  Mencatat tanda-tanda vital
R/ TD: 120/80mmhg, Nadi: 80x.menit, RR: 25x/menit, Suhu: 36,6o C
 Mengkaji aktivitas yang dapat dilakukan oleh klien
10.05 WIB
R/ minum dan makan sudah mulai bisa sendiri, masih tidak kuat berjalan ke kamar mandi
 Membantu klien melakukan aktivitas secara bertahap
10.35 WIB
R/ dibantu perawat dan keluarga seperti mengganti baju dan BAK dengan pot urinal
 Mendekatkan barang-barang yang dibutuhkan klien
09.59 WIB
R/ meja kebutuhan klien didekatkan
 Melatih klien untuk melakukan pergerakan aktif dan pasif
10.24 WIB R/ mampu menggerakkan ekstremitas namun badan dan ekstremitas bawah masih terasa
lemas, kekuatan otot 5 5
4 4
 Menganjurkan istirahat yang adekuat
R/ klien mengatakan bisa beristirahat tidur
10.43 WIB E : klien mengatakan badan masih terasa lemas
R : Masalah teratasi sebagian, intervensi dilanjutkan sesuai diagnosa 3

4 Sabtu/ 9 Maret S : klien dan keluarga mengatakan memahami tentang kondisi dan perawatan pada klien Erni Y.S
2019 O:
11.00 WIB  Klien dan keluarga tampak memakai masker
 Keluarga dan klien melakukan cuci tangan bersih
 Klien tampak membuang dahak ke tissue kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik
73

dan diikat dan dibuang ke tempat sampah


A: Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
1 Minggu/ 10 Maret S : klien mengatakan masih sesak namun batuk sudah jarang dan tidak ada dahak Erni Y.S
2019 O:
08.08 WIB  Tidak ada retraksi dinding dada
 Terpasang oksigen nasal kanul 2 liter/ menit
 Bunyi paru ronchi kasar pada lobus bawah kiri
 TTV: TD : 110/70 mmhg, Nadi : 80x/menit, RR : 25x/menit, suhu : 36, 5o c
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan dan didelegasikan kepada perawat ruangan
2 Minggu/ 10 Maret S : Klien mengatakan nafsu makan sudah meningkat dan rasa mual sudah mulai hilang Erni Y.S
2019 O:
09.00 WIB  Porsi makan habis
 Turgor kulit < 2 detik
 BB 42kg
 IMT 14 (kurus)
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
3 Minggu/10 Maret S : klien mengatakan badan masih terasa lemas Erni Y.S
2019 O:
10.15 WIB  Klien tampak berbaring ditempat tidur
 Kekuatan otot 5 5
4 4
 ADL dibantu perawat dan keluarga tetapi makan dan minum sudah bisa mandiri
 TTV : TD : 110/70 mmhg, Nadi : 80x/menit, RR : 25x/menit, suhu: 36,5o C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan dan didelegasikan kepada perawat ruangan
74

B. Pembahasan

Dalam pembahasan ini penulis menguraikan kesenjangan antara teoritis

dan dan tinjauan kasus pada klien. Penulis melakukan asuhan keperawatan

pada Tn. D dengan masalah tuberculosis paru di ruang Korpri Paru RSUD R.

Syamsudin, SH kota Sukabumi dari tanggal 7 Maret 2019 sampai tanggal 10

Maret 2019. Selama proses keperawatan, penulis menerapkan tahapan

pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Beberapa

kesenjangan yang penulis temukan diantaranya:

1. Pengkajian

Tahap pengkajian adalah tahapan awal yang dilakukan pada proses

keperawatan. Saat penulis melakukan pengkajian, data yang didapat dari

Tn. D sebagian muncul sesuai dengan data yang terdapat dalam tinjauan

teori. Akan tetapi, penulis tidak menemukan data-data seperti dalam teori

menurut Muttaqin (2012) takikardi, peningkatan tekanan darah, suhu

meningkat, nyeri dada, penurunan proporsi diameter bentuk dada,

penurunan resonan vocal, sianosis, peningkatan vena jugularis. Hal ini

dikarenakan data-data tersebut akan muncul pada penderita TB paru

dengan fase lanjut.

Dari hasil pengkajian pada tanggal 7 Maret 2019 klien mengeluh

sesak nafas disertai batuk berdahak dengan warna kehijauan. Tetapi

dahaknya sedikit yang keluar dan batuk tidak terlalu sering seperti saat

sebelum di bawa ke rumah sakit. Sesak berkurang jika beristirahat atau

posisi setengah duduk. Klien mengatakan mual dan rasa ingin muntah
75

serta tidak nafsu makan, badannya terasa lemas. Klien dan keluarga

kurang memahami dengan kondisi klien saat ini, membuang sputum pada

kantong plastik dan tidak memakai masker.

Klien saat pengkajian terpasang oksigen nasal kanul 4 liter/menit,

bentuk dada simetris namun terdapat retraksi dinding dada, frekuensi

nafas 28x/menit, vocal fremitus bergetar pada kedua paru, terdengar

suara ronchi kasar saat di auskultasi pada bagian lobus bawah kiri dan

vesikuler pada bagian kanan, perkusi pekak pada paru-paru kiri. Selain

itu, aktivitas klien dibantu oleh perawat dan keluarga.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan disusun berdasarkan masalah yang dihadapi

klien baik aktual maupun potensial. Diagnosa yang terdapat pada

tinjauan teori sebagian besar muncul dalam tinjauan kasus pada Tn. D

yaitu:

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan

sekret

b. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

d. Risiko penyebaran infeksi berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan tentang penyakit

Diagnosa tersebut berdasarkan Nurarif dan Kusuma (2015), Manurung

dkk (2013). Akan tetapi, terdapat diagnosa yang tidak muncul pada
76

tinjauan kasus berdasarkan tinjauan teori yaitu kerusakan pertukaran gas

berhubungan dengan kerusakan membran alveolar. Hal ini terjadi karena

penulis tidak menemukan data-data yang menunjang diagnosa tersebut

diantaranya sianosis, gelisah, dyspnea, nafas cuping hidung, takikardi

dan samnolen. Selain itu, penulis juga tidak mengangkat diagnosa

keperawatan hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi seperti

yang terdapat dalam tinjauan teori. Hal ini dikarenakan tidak ada data-

data yang menunjang diagnosa tersebut. Suhu tubuh klien selama proses

asuhan keperawatan masih dalam batas normal dan tidak ada perubahan

warna kulit.

3. Perencanaan

Rencana keperawatan pada prinsipnya disusun sesuai dengan

landasan teori. Penulis membuat rencana keperawatan dengan

mempertimbangkan situasi dan kondisi klien serta keadaan di lapangan

yang memungkinkan rencana keperawatan tersebut dapat dilakukan.

Kesenjangan yang ditemukan penulis pada tahap perencanaan yaitu

tidak semua intervensi yang terdapat dalam teoritis dapat di aplikasikan

pada kasus Tn. D yang penulis kaji. Beberapa kesenjangan diantaranya:

a. Dalam teoritis, intervensi yang dilakukan pada diagnosa bersihan

jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret

salah satunya bersihkan sekret dari mulut dan trakea, lakukan suction

jika memungkinkan. Hal tersebut tidak penulis angkat saat

menyusun perencanaan karena klien dalam keadaan composmentis


77

dan terdapat respon batuk. Oleh karena itu untuk mengeluarkan

sekret, perencanaan yang penulis susun yaitu memberikan

pendidikan dengan mengajarkan tehnik nafas dalam dan batuk

efektif serta melakukan kolaborasi dengan pemberian nebulizer.

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia. Pada perencanaan dalam kasus,

penulis membuat rencana memberikan pendidikan kesehatan tentang

nutrisi diit TKTP sedangkan dalam tinjauan teoritis tidak terdapat

perencanan tersebut. Hal ini dilakukan karena keluarga dan klien

bertanya mengenai makanan yang diperbolehkan dikonsumsi oleh

klien.

c. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan tentang penyakit, perencanaan yang tidak terdapat

dalam tinjauan teoritis tetapi muncul dalm tinjaun kasus adalah

memberikan pendidian kesehatan tentang perawatan dan pencegahan

tuberkulosis paru. Hal ini penulis lakukan karena klien dan keluarga

tidak memaham kondisi yang dialami klien dan tidak tahu penyebab,

pencegahan serta bagaimana perawatannya.

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada Tn. D sesuai dengan

perencanaan yang telah ditetapkan baik dilakukan secara mandiri

maupun kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain. Pada tahap ini

penulis bekerja sama dengan perawat ruangan sehingga termonitoring,


78

keluarga klien, dan tim medis lainnya sehingga dapat diakukan secara

optimal dalam setiap asuhan keperawatan yang diberikan. Akan tetapi,

ada intervensi yang tidak dapat dilakukan secara optimal oleh penulis

yaitu melakukan fisioterapi dada (postural drainase) pada diagnosa

bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan

sekret. Hal tersebut sudah penulis coba lakukan akan tetapi klien

menolak/ tidak ingin dilakukan tindakan tersebut dengan alasan batuknya

sudah berkurang dan cukup dilakukan uap dan pemberian obat. Selain

itu, memang tindakan postural drainase juga sudah jarang

diimplementasikan di ruang korpri paru RSUD R. Syamsudin, SH

terutama pada pasien-pasien dengan penumpukan sekret.

Selain itu, pelaksanaan oral hygiene sebelum dan sesudah makan

pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia tidak dapat dilaksanakan secara optimal.

Hal ini dikarenakan kondisi tubuh klien yang tidak kuat apabila harus

berjalan ke kamar mandi dan tidak mau melakukannya ditempat tidur.

Sehingga klien hanya ingin berkumur-kumur saja untuk pelaksanaan oral

hygiene.

5. Evaluasi

Penulis melakukan evaluasi sebagai tahap akhir dari asuhan

keperawatan yang diberikan pada Tn. D dengan tuberculosis paru. Hal

ini dilakukan untuk mengetahui keberhasilan dan keefektifan tindakan

yang dilakukan berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan.


79

Evaluasi yang dilakukan penulis terdiri dari evaluasi formatif dan

evaluasi sumatif.

Berdasarkan empat diagnosa yang muncul pada Tn. D didapat

bahwa diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektifberhubungan dengan

penumpukan sekret teratasi sebagian dan di delegasikan kepada perawat

ruangan dengan kondisi klien masih mengeluh sesak dan terpasang

oksigen. Diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

umum dapat teratasi sebagian dengan intervensi di lanjutkan dan

didelegaskan kepada perawat ruangan dengan kondisi klien masih

tampak lemas, makan dan minum bisa mandiri tetapi belum bisa ke

kamar mandi secara mandiri. Sedangkan diagnosa ketidak seimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi pada hari ke empat

dengan hasil nafsu makan klien sudah meningkat, porsi makan habis dan

rasa mual sudah hilang. Diagnosa risiko penyebaran infeksi berhubungan

dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dapat teratasi pada hari

ke 3 dengan hasil klien dan keluarga mengerti tentang penyakit yang

dialami klien, penyebaran dan cara pencegahannya .


80

BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menular yang meyerang paru-

paru dan disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang

penyebarannya melalu inhalasi droplet. Tanda dan gejala yang sering muncul

yaitu batuk sampai batuk berdarah, sesak, nyeri dada dan beberapa gejala

sistemis lain seperti demam, keringat malam, anoreksia sampai penurunan

berat badan dan malaise.

Penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. D di ruang Korpri Paru

RSUD R. Syamsudin, SH kota Sukabumi dengan TB paru secara langsung

dan komprehensif dengan pendekatan proses keperawatan. Hal ini

memberikan pengalaman yang nyata untuk penulis dalam menerapkan konsep

teoritis pada saat aplikasi. Penulis menemukan kesenjangan antara teori dan

praktek di lapangan. Hal tersebut merupakan sebuah keunikan dari respon

klien terhadap kondisi dan masalah kesehatannya. Penulis menyimpulkan

hasil proses asuhan keperawatan, yaitu:

1. Pengkajian

Saat melakukan pengkajian pada klien Tn. D tanggal 7 Maret 2019,

penulis menggunakan metode wawancara dan observasi. Saat melakukan

wawancara penulis tidak mendapat kesulitan karena klien dan keluarga


81

tampak kooperatif. Penulis juga melakukan pendekatan pemeriksaan fisik

secara persistem. Adapun data hasil pegkajian yang diperoleh adalah: klien

tampak sesak, batuk berdahak, respirasi 28x/menit, terdapat retraksi

dinding dada, terpasang oksigen nasal kanul 4 liter/menit, terdengar bunyi

suara ronchi kasar pada lobus paru kiri, mengeluh mual, tidak nafsu makan

dan badan lemas, perawakan kurus, IMT 15,42 (sangat kurus), nyeri tekan

pada ulu hati. Selain itu, klien dan keluarga kurang memahami kondisi

yang dialami klien saat ini.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. D, yaitu:

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan

sekret

b. Ketidak seimbangan nutrisi kurag dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

d. Risiko penyebaran infeksi berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan tentang penyakit

3. Perencanaan

Perencanaan tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan

masalah yang ditemukan pada klien. Perencanaan tersebut dilakukan

berdasar pada sumber teori yang sudah ada namun disesuaikan dengan

kondisi klien dan ketersediaan sarana dan prasaran di ruangan. Dalam


82

penyusunan perencanaan, penulis melibatkan klien, keluarga klien,

perawat ruangan, dan tim kesehatan yang lainnya.

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada Tn. D melibatkan

keluarga, bekerja sama dengan perawat ruangan yang mendelegasikan dan

monitoring tindakan serta tenaga kesehatan lain dalam proses

penyembuhan klien seperti terapi medis dan pemeriksaan penunjang.

Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.

5. Evaluasi

Pada tahap evaluasi dari empat diagnosa yang muncul pada Tn. D

diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

penumpukan sekret dan diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan

kelemahan umum dapat teratasi sebagian dengan klien

masihmengeluhsesak dan lemas. Sedangkan pada diagnosa

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia dan diagnosa resiko penyebaran infeksi berhubungan

dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dapat teratasi dengan

nafs maka klienmeningkat dan mengetahui penyebab penyakit dan cara

pencegahannya.

6. Pendokumentasian

Setelah melakukan semua tahapan proses keperawatan, maka

penulis melakukan dokumentasi setiap tahapan yang dilakukan untuk

memudahkan melakukan evaluasi. Selain itu, pendokumentasian dilakukan


83

untuk mengetahui pencapaian mutu pelayanan yang optimal dan

berkesinambungan dengan masalah klien.

B. Rekomendasi

Dari pengalaman selama melakukan asuhan keperawatan, penulis

mengajukan saran yang kiranya bermanfaat dalam meningkatkan mutu

asuhan keperawatan, diantaranya kepada:

1. Bagi Rumah Sakit

Agar mutu pelayanan keperawatan dapat terlaksana secara

komprehensif, diharapkan perawat meningkatkan pendidikan kesehatan

pada pasien agar dapat mengenali penyakitnya serta meningkatkan

partisipasi aktif klien dan keluarga dalam asuhan keperawatan. Hal yang

harus dipertahankan yaitu penggunan masker khusus terutama untuk

mencegah penyebaran infeksi.

2. Bagi Klien dan Keluarga

Setelah mengalami proses penyakit sampai dirawat di rumah sakit

diharapkan klien bisa meningkatkan pola hidup sehat dan mencegah

terjadinya penyakit Tuberkulosis paru. Selain itu, Peran keluarga dalam

proses penyembuhan klien sangat penting. Keluarga diharapkan selalu

memberikan support (dukungan) dan berperan aktif dalam proses

penyembuhan klien.

Anda mungkin juga menyukai