BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tuberculosis. Selain masuk melalui inhalasi droplet, bakteri ini dapat masuk
juga melalui saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit (Nurarif dan
Kusuma, 2015).
proses yang dikenal focus primer dari ghon (Hod Alsagaff, 1995:73 dalam
siapa saja.
kasus yang terus meningkat. Secara global penyakit TB paru ini telah
2
menginfeksi sekitar 10 juta orang penduduk dunia (kisaran 9-11 juta) pada
tahun 2017 dengan prevalensi kasus pada pria 5,8 juta, pada wanita 3,2 juta
dan 1 juta pada anak-anak. Kasus TB paru ini terdapat disemua negara dan
kelompok umur, tetapi secara keseluruhan 90% adalah orang dewasa (berusia
≥ 15 tahun). 9% adalah orang yang hidup dengan HIV dan dua per tiga berada
di delapan negara : India (27%), Cina (9%), Indonesia (8%), filipina (6%),
Pakisan (5%), Nigeria (4%), Bangladesh (4%), dan Afrika Selatan (3%)
Sebagian besar dari jumlah kasus TB paru didunia pada tahun 2017 terjadi
Indonesia 842 kasus, Filipina 581 kasus, Myanmar 191 kasus, Vietnam 124
kasus dan Thailand 108 kasus dari jumlah per 100.000 populasi (Tuberculosis
yaitu mencapai 1.017.290 jiwa dengan jumlah laki-laki lebih tinggi daripada
601.543 kasus, pada anak terdapat 273.751 kasus dan lansia 141.996 kasus.
3
tahun 2018 tercatat 186.809 kasus TB Paru di Jawa Barat diikuti oleh Jawa
Timur dengan 151.878 kasus dan Jawa Tengah dengan 132.565 kasus
(Riskesdas, 2018).
Adapun data Dinas Kesehatan Kota Sukabumi pada tahun 2018 tercatat
1702 penderita tuberculosis paru. Kasus ini terdiri dari TB kasus BTA (+)
berjumlah 835, TB paru klinis 793 kasus dan TB paru lainnya 73 kasus.
Sehingga kasus TB paru ini menempati urutan 10 dari top ten penyakit
Begitupun dengan situasi yang ada di salah satu rumah sakit di kota
Sukabumi yaitu RSUD R. Syamsudin, SH. Dari data terakhir di ruang Korpri
Paru pada awal bulan Maret 2019 antara lain sebagai berikut:
Tabel 1.1
Distribusi 10 Penyakit di Ruang Rawat Inap Kropri Paru RSUD R. Syamsudin, SH
Kota Sukabumi
Sumber: Rekam medis ruang Korpri Paru RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi
Berdasarkan data tabel diatas, kasus TB paru di ruang Korpri Paru yaitu 19
kasus pada awal bulan Maret. Dapat disimpulkan bahwa insiden kasus TB
lain seperti usus, tulang dan otak. Komplikasi lanjut seperti obstruksi jalan
nafas, kerusakan parenkim berat, amyloidosis, kanker paru dan sindrom gagal
nafas.
(2012) peran perawat meliputi care giver, educator, motivator, advocator dan
perawatan diri klien secara optimal. Oleh karena itu, perawat dan asuhan
5
penting.
keperawatan pada klien dengan tuberculosis paru dalam Karya Tulis Ilmiah
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Metode Telaah
1. Metode deskriptif
6
Dalam penulisan karya tulis ini, metode yang digunakan adalah metode
a. Wawancara
dengan anamnesa.
b. Observasi
c. Studi Dokumentasi
d. Pemeriksaan Fisik
e. Studi Kepustakaan
a. Sumber Data
1) Data Primer
2) Data sekunder
2012).
b. Jenis Data
1) Objektif
2) Subjektif
D. Sistematika Penulisan
Karya tulis imiah ini terdiri dari empat bab disusun secara sistematis yaitu
BAB I : Pendahuluan
keperawatan.
evaluasi. Pada bab ini juga terdapat pembahasan mengenai kasus yang
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Definisi TB Paru
kemudian mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon
bakteri ini bisa masuk melalui saluran pencernaan dan luka terbuka pada
Mycobacterium tuberculosis.
b. TB paru dengan BTA Negatif: Hasil BTA negatif, gejala klinik dan
ada gejala sisa akibat kelainan paru, ada riwayat pengobatan OAT
dkk, 2009).
b. Fisologi pernafasan
gas-gas, distribusi darah dan reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan
3. Etiologi
Terdapat dua macam bakteri tuberkulosis yaitu tipe Human dan Bovin.
Tipe Human bisa terdapat pada droplet dan udara sehingga orang yang
susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis usus. Basil tipe ini tidak
ultraviolet akan mudah mati. Bakteri ini bisa menyebar ke organ lain
melalui aliran darah (Wim de Jong dalam Nurarif dan Kusuma, 2015).
4. Patofisiologi
ini bisa menyebar ataupun pindah ke bagian sistem limfe dan pembuluh
pemajanan.
penyakit aktif karena tidak kuatnya sistem imun tubuh terhadap bakteri.
5. Manifestasi Klinis
yang luas atau penyakit penyerta lain seperti efusi pleura dan
6. Pemeriksaan Diagnostik
b. Pemeriksaan Laboratorium
15
kuman tuberkulosis
7. Manajemen Medik
dari 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan).
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
PQRST:
5) Genogram
6) Riwayat Alergi
1) Pola nutrisi
dengan porsi makan yang tidak habis, tidak dapat mencerna dan
2) Pola eliminasi
19
warna dan bau. Kaji BAK klien frekuensi, jumlah serta warna dan
kesulitan tidur karena batuk pada malam hari, demam malam hari,
2013).
5) Pola aktivitas
d. Pemeriksaan fisik
Kaji berat badan klien sebelum sakit dan saat sakit. Adapun
IMT = BB (kg)
TB (m)2
IMT Kategori
<17,0 Sangat kurus
17,0-18,4 Kurus
18,5-25,0 Normal
>25,1-27,0 Gemuk
>27,0 Obesitas
2) Sistem pernapasan
biasanya bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru dan
(Muttaqin, 2012).
3) Sistem kardiovaskuler
(Muttaqin, 2012).
4) Sistem gastrointestinal
5) Sistem perkemihan
22
6) Sistem persyarafan
7) Sistem muskuloskeletal
8) Sistem endokrin
9) Sistem integumen
Kaji adanya nyeri tekan atau tidak, ada benjolan atau tidak,
1) Aspek psikologis
image), ideal diri ( self ideal), peran diri (self role), identitas diri
2) Aspek sosial
3) Aspek spiritual
f. Aspek medis
penyembuhan klien.
g. Pemeriksaan Penunjang
h. Analisa Data
yang diperoleh terdiri dari data objektif dan data subjektif digunakan
2. Diagnosa Keperawatan
status kesehatan klien (Carpenito, 2000; Gordon, 1976 & NANDA dalam
Dermawan 2012).
25
anoreksia
penyakit
3. Perencanaan
Kriteria hasil:
Tabel 2.2
Intervensi Rasional
1. Kaji fungsi pernafasan: bunyi 1. Adanya perubahan fungsi respirasi dan
nafas, kecepatan irama, kedalaman penggunaan otot tambahan menandakan kondisi
dan penggunaan otot bantu. penyakit yang masih dalam kondisi
2. Catat kemampuan mengeluarkan penanganan. Penurunan buyi nafas dapat
sekret atau batuk secara efektif menunjukkan atelectasis. Ronchi, mengi
3. Atur posisi klien semi fowler atau menunjukkan akumulasi sekret/
high fowler ketidakmampuan untuk membersikan jalan
4. Ajarkan klien latihan nafas dalam nafas yang dapat menimbukan penggunaan otot
dan batuk efektif pernafasan.
5. Lakukan fisioterapi dada: postural 2. Ketidak mampuan mengeluarkan sekret
drainase menjadi timbulnya penumpukan sekret berlebih
6. Anjurkan minum air putih pada saluran pernafasan
minimal 2500 ml/hari dalam 3. Posisi semi fowler atau high fowler
keadaan hangat jika tidak ada memberikan kesempatan paru-paru berkembang
kontraindikasi. secara maksimal
Kolaborasi: 4. Peningkatan gerakan sekret ke dalam jalan
1. Berikan oksigen inspirasi atau nafas untuk mudah dikeluarkan.
udara yang lembab 5. Postural drainase bagian penting untuk
2. Berikan obat sesuai indikasi membuang banyaknya secret yang kental.
Agen mukolitik, contoh 6. Pemasukan tinggi cairan membantu untuk
asetilsistein (mucomyst) mengeluarkan secret, membuatnya mudah
Bronkodilator, misal untuk dikeluarkan.
okstrifilin (holedyl): teofilin Kolaborasi
Kortikosteroid (prednison) 1. Berfungsi meningkatkan kadar tekanan parsial
3. Lakukan suction jika oksigen dan saturasi oksigen dalam darah
memungkinkan 2. Berfungsi untuk mengencerkan dahak dengan
4. Berikan obat agen anti infeksi. Agen mukolitik menurunkan kekentalan
dan perlengketan sekret paru untuk
memudahkan pembersihan
Bronkodilator meningkatkan ukuran
lumen percabangan trakeobronkial
sehingga menurunkan tahanan terhadap
aliran udara
Menurnkan keaktifan mikroorganisme
sehingga respon inflamasi turun dan
produksi sekret berkurang sekret
3. Tindakan suction dengan menggunakan alat
dilakukan untuk mengeluarkan sekret yang
kental
4. Menurunkan keaktifan mikroorganisme dan
respon inflamasi.
27
Kriteria hasil:
Intervensi Rasional
1. Auskultasi suara nafas, catat 1. Bunyi nafas dapat menurun/ tidak ada pada area
adanya suara tambahan kolaps yang meliputi satu lobus, segmen paru
2. Posisikan pasien untuk atau seluruh area paru
memaksimalkan ventilasi 2. Menurunkan konsumsi oksigen
3. Monitor respirasi dan status O2 3. Berguna mengetahui kebutuhan oksigen
4. Catat pergerakan dada, amati 4. Berguna dalam evaluasi derajat kesulitan
kesimetrisan, penggunaan otot pernafasan dan proses penyakit
tambahan, retraksi supraclavicular Kolaborasi:
dan intercostal Memperbaiki penurunan ventilasi/ menurunnya
Kolaborasi: alveolar paru.
Berikan pelembab udara
anoreksia.
Kriteria hasil:
Tabel 2.4
Intervensi Rasional
1. Catat status nutrisi, turgor kulit, 1. Sebagai data fokus untuk menentukan rencana
berat badan saat ini, tingkat tindakan selanjutnya
kehilangan berat badan, integritas 2. Meningkatkan intake makanan dan nutrisi untuk
mukosa mulut, kemampuan/ perubahan mekanisme tubuh dalam proses
ketidakmampuan menelan, adanya penyembuhan
riwayat mual atau diare 3. Meingkatkan kenyamanan daerah mulut sehingga
2. Anjurkan klien untuk makan akan meningkatkan perasaan nafsu makan
sedikit tapi sering dalam keadaan Kolaborasi
hangat dengan diit TKTP 1. Menentukan kebutuhan nutrisi yang tepat bagi
3. Anjurkan oral care sebelum dan klien
sesudah makan 2. Mengontrol keefektifan tindakan terutama
Kolaborasi dengan kadar protein darah
1. anjurkan ke ahli gizi untuk 3. Meningkatkan komposisi akan kebutuhan vitamin
menentukan komposisi diet da nafsu makan klien.
2. monitor pemeriksaan laboratorium:
kadar albumin, total protein, dan
BUN
3. Berikan vitamin sesuai indikasi
mempertahankannya
Kriteria hasil:
Intervensi Rasional
29
1. Monitor suhu rutin minimal tiap 2 jam dan 1. Mengetahui sejauh mana kisaran suhu
warna kulit tubuh
2. Monitor TD, nadi dan RR 2. Mengetahui perkembangan klien adanya
3. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila peningkatan laju metabolisme secara
Kolaborasi kontinu
1. Berikan anti piretik 3. Menurunkan suhu tubuh secara non
farmakologis
4. Obat anti piretik bisa berguna untuk
menurunkan suhu tubuh bila perlu
Kriteria hasil:
Intervensi Rasional
1. Kaji aktivitas yang dapat dilakukan oleh 1. Merencanakan tindakan selanjutnya yang
klien akan dilakukan
2. Bantu klien melakukan aktivitas secara 2. Membantu aktivitas klien secara bertahap
bertahap selama proses penyembuhan
3. Dekatkan barang-barang yang dibutuhkan 3. Mempermudah memenuhi kebutuhan
klien klien
4. Latih klien untuk melakukan pergerakan 4. Latihan pergerakan dilakukan untuk
pasif dan aktif mencegah terjadinya kekakuan otot
5. Anjurkan istirahat yang adekuat 5. Membantu mengembalikan energi
Kriteria hasil:
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pemahaman klien dan 1. Pengetauan awal pasien dan keluarga
keluarga tentang penyakit dan program mengenal kondisi dan perawatan untuk
pengobatannya. dijadikan acuan dalam merencanakan
2. Kaji patologi penyakit (Fase aktif dan intervensi selanjutnya
inaktif) dan potensial penyebaran infeksi 2. Untuk mengetahui kondisi nyata dari
melalui airbone selama meludah, batuk, masalah pasien. Fase inaktif berarti tubuh
bersin, berbicara dan tertawa pasien sudah terbebas dari kuman
3. Identifikasi resiko penularan kepada tuberkulosis
anggota keluarga yang lain dan teman 3. Menurangi risiko anggota keluarga tertular
dekat. Intruksikan jika bersin, batuk serta penyakit yang sama
meludah buang ke tisu dan hindari 4. Mengajarkan pada klien dan keluarga
meludah sembarang tempat cara pencegahan penyebaran infeksi
4. Anjurkan penggunaan tisu untuk 5. Cuci tangan bersih merupakan salah satu
membuang sekret. Review pentingnya prilaku untuk mencegah terjadinya
mengontrol penyebaran infeksi seperti penyebaran infeksi.
penggunaan masker
5. Anjurkan klien dan keluarga untuk selalu
mencuci tangan dengan sabun setelah
memegang wadah sputum dan
memegang/membuang tisu
4. Pelaksanaan
5. Evaluasi
31
evaluasi formatif atau berjalan serta evaluasi somatif ( Craven dan Hinle,
a. Format evaluasi
metode SOAPIER.
BAB III
A. Laporan Kasus
1. Pengkajian
a. Biodata
1) Identitas Klien
Nama : Tn. D
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
No. RM : 0015xxx
Nama : Tn. D
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama
5) Genogram
Bagan 3.1
Genogram
Keterangan:
= Perempuan
= Laki-laki
= Perempuan meninggal
= Laki-laki meninggal
= Klien
= tinggal serumah
= garis keturunan
Interpretasi:
36
penyebaran penyakit.
6) Riwayat Alergi
Tabel 3.1
1. Pola makan
terasa mual
2. Pola minum
250ml/hari
siang
malam
pengantar tidur
penggunaan
obat tidur
Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
f. Keluhan
6. Pola kebersihan
(personal hygiene)
keluarga)
olahraga
olahraga
39
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4M6V5
RR : 28x/ ment
Suhu : 36,50 c
2) Sistem Pernafasan
40
kasar pada lobus bagian bawah kiri dan vesikuler pada bagian
3) Sistem Kardiovaskuler
Capillary refill time (CRT) <2 detik, akral hangat, tekanan darah
4) Sistem Pencernaan
pembesaran tonsil, reflek menelan baik, ada nyeri tekan pada ulu
41
9x/menit .
5) Sistem Perkemihan
6) Sistem Persyarafan
a) Tingkat kesadaran
dan waktu.
b) Nervus I (Olvactorius)
penciuman.
c) Nervus II (Optikus)
42
e) Nervus IV (Trochlearis)
dan ke bawah.
f) Nervus V (Trigeminus)
g) Nervus VI ( Abdusen)
j) Nervus IX (Glosofaringeal)
k) Nervus X (Vagus)
l) Nervus XI (Assesorius)
7) Sistem Muskuloskeletal
a) Ekstremitas atas
b) Ekstremitas bawah
Kekuatan otot 4 4
8) Sistem Endokrin
9) Sistem Integumen
e. Data Psikososial
1) Status Emosional
45
2) Konsep Diri
a) Citra diri
b) Identitas diri
c) Peran diri
seperti biasa.
d) Ideal diri
e) Harga diri
3) Stressor
46
4) Koping Mekanisme
keluarga.
Sekarang
segera sembuh.
f. Data Sosial
perawat dan tim kesehatan lain. Klien juga mendapat dukungan dari
g. Data Spiritual
waktu, akan tetapi saat sakit tidak bisa melaksanakan karena kondisi
h. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 3.2
Pemeriksaan Laboratorium
Tangg Pemeri Jenis
Hasil Nilai Normal Interpretasi
al ksaan Pemeriksaan
Hemoglobin 12,8 13-17 g/d Rendah
Leukosit 19200 4000-10000/µL Meningkat
Hematokrit 40 40-54% Normal
Hemato 150.000-
Trombosit 502000 Meningat
logi 450.000Juta/µL
6
Klinik Eritrosit 5,0 4,4-6,0Juta/µL Normal
Maret
MCV 79 80-100 fL Normal
2019
MCH 26 26-34 pg Normal
MCHC 32 32-36g/dL Normal
Glukosa
Kimia
darah 112 <140mg/dl Normal
Klinik
sewaktu
7 Kimia SGOT 28 <37UL Normal
Maret klinik SGPT 12 <42U/I Normal
2019 Albumin 2,2 3,5-8,2g/dL Rendah
Globulin 3,3 3,5-5,5g/dL Rendah
48
Tabel 3.3
i. Aspek Medis
Tabel 3.4
Therapi Medis
Tanggal
Nama Obat 0 Dosis Rute Jadwal
08 09 10
7
Futrolit 20 tpm Intra 07.00 WIB dan
Vena 19.00 WIB
Ranitidin 2x50 mg Intra 07.00 WIB dan
Vena 19.00 WIB
Ondansentron 2x4mg Intra 07.00 WIB dan
Vena 19.00 WIB
Omeprazole 2x40mg Intra 07.00 WIB dan
Vena 19.00 WIB
OAT
Rifampisin 1x150mg 07.00 WIB
INH 1x75mg Per Oral 07.00 WIB
Pirazinamid 1x400mg 07.00 WIB
Ethambutol 1x275mg 07.00 WIB
49
j. Analisa Data
Tabel 3.5
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
batuk berdahak
dikeluarkan
bawah kiri
Vocal premitus
Terpasang oksigen
4 LPM
Terdapat sputum
berwarna
kehijauan
RR : 28x/menit
Klien mengatakan
habis, hanya ¼
porsi
ulu hati
Perawakan tampak
kurus
Terdengar suara
timpani pada
kuadran ke empat
Bising usus
52
9x/menit
lemas, persendian
DO:
istirahat berbaring
dengan posisi
setengah duduk
Aktivitas dibantu
perawat
Tampak lemah
Terpasang infus
futrolit 20 tpm
pada ektremitas
atas dextra
Kekuatan otot
53
4 4
4 4
kurang memahami
saa ini
Klien mengatakan
memiliki kebiasaan
merokok dirumah
memakai alat
makan masih
secara bersama.
DO:
terkadang tidak
menutup mulutnya
atau menutup
mulutnya dengan
54
kedua telapak
tangan
Klien terkadang
membuang dahak
ke kantong plastik
yang digantung
dibawah tempat
tidur
tidak mengunakan
masker
Pemeriksaan
laboratorium pada
tanggal 6 Maret
2019 terjadi
peningkatan
Leukosit yaitu
19200/µL
Keluarga tampak
bertanya mengenai
kondisi klien
55
sekret
3. Perencanaan
Tabel 3.6
Rencana Tindakan Keperawatan
No Perencanaan
Diagnosa Keperawatan Tujuan Paraf
Intervensi Rasioal
1 Bersihan jalan nafas Tupan: 1. Kaji tanda-tanda vital setiap 8 1. Mengetahui keadaan umum Erni
tidak efektif Setelah dilakukan tindakan jam sekali klien Y.S
berhubungan dengan keperawatan selama 4x24 jam , pada 2. Kaji fungsi respirasi antara lain 2. Adanya perubahan fungsi
penumpukan sekret tanggal 10 Maret 2019 diharapkan suara nafas tambahan, respirasi dan penggunaan otot
DS: jalan nafas bersih dan efektif. frekuensi, irama, kedalaman tambahan menandakan
Klien mengeluh Tupen: dan penggunaan otot nafas kondisi penyakit yang masih
sesak disertai batuk Setelah dilakukan tindakan tambahan setiap 8 jam sekali dalam kondisi penanganan
berdahak keperawatan pada tanggal 7 Maret 3. Catat kemampuan untuk penuh.
DO: 2019 diharapkan penmpukan secret mengeluarkan sekret atau batuk 3. Ketidakmampuan
Klien tampak sesak dapat teratasi dengan kriteria hasil: secara efektif setiap pagi hari mengeluarkan secret menjadi
dan batuk Klien mengatakan sesak sekali timbulnya penumpukan secret
Bunyi suara paru berkurang 4. Atur posisi klien semi fowler berlebih pada saluran
ronchi pada lobus Klien mengatakan batuk atau high fowler pernafasan
bagian bawah kiri berkurang 5. Ajarkan teknik nafas dalam dan 4. Posisi semi fowler atau high
Retraksi dinding Klien mengatakan dahak bisa batuk efektif setiap pagi hari fowler memberikan
dada dikeluarkan 6. Lakukan fisoterapi dada: kesempatan paru-paru
Perkusi pekak pada Perkusi pada kedua paru resonan postural drainase setiap pagi berkembang secara maksimal
bagian paru kiri Tidak terdengar bunyi suara hari 5. Peningkatan gerakan sekret
7. Ajurkan minum air putih ±2500 ke dalam jalan nafs untuk
57
Vocal fremitus nafas tambahan ml/hari dalam kondisi hangat mudah dikeluarkan
bergeta pada paru Respirasi normal 16-24 x/menit jika tidak ada kontraindikasi 6. Postural drainase bagian
kanan dan lebih Tidak ada sekret Kolaborasi penting untuk membuang
lemah pada bagian 1. Berikan oksigen inspirasi atau banyaknya sekret yang kental
kiri udara yang lembab 7. Air digunakan untuk
Terpasang oksigen 2. berikan pengobatan atas menggantikan keseimbangan
4 liter/menit indikasi cairan tubuh akibat cairan
Terdapat sputum agen mukolitik missal yang keluar melalui keringat
berwarna kehijauan actilcystein (mukomyst) dan proses pernafasan. Air
RR: 28x/menit Bronkodilator, misalnya hangat akan mempermudah
combivent pengenceran sekret melalui
Kortikosteroid misalnya proses konduksi yang
dexamethason. mengakibatkan arteri pada
3. berikan obat agen anti infeksi area sekitar leher vasodilatsi
misalnya: dan mempermdah cairan
Obat primer: Rifamfisin, dalam pembuluh darah dapat
Isoniazid (INH), diikat oleh sekret.
pirazinamid, ethambutol.
1. Berfungsi meningkatkan
kadar tekanan parsial O2 dan
saturasi O2 dalam darah
2. Berfungsi untuk
mengencerkan dahak.
Agen mukolitk
menurunkan kekentalan
dan perlengketan sekret
paru untuk memudahkan
pembersihan
Bronkodilator
meningkatkan ukuran
lumen percabangan
trakeobronkial sehngga
58
menrunkan tahanan
terhadap aliran udara
Menurunkan keaktifan
mikrorganisme sehingga
respon inflamasi turun
dan produksi sekret
berkurang.
3. Obat anti agen infeksi dapat
menurunkan keaktifan dari
mikroorganisme dan respon
inflamasi.
2. Ketidakseimbangan Tupan: 1. Catat status nutrisi, turgor 1. Sebagai data fokus untuk Erni
nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan kulit, berat badan saat ini mendefinisikan derajat/ Y.S
kebutuhan tubuh keperawatan 4x24 jam diharapkan pada tingkat kehilangan berat badan, luasnya masalah dan
berhubungan dengan tanggal 10 Maret 2019 keseimbangan integritas mukosa mulut, menentukan pilihan intervensi
anoreksia nutrisi terjaga kemampuan/ketidamampuan yang tepat.
DS: Tupen: menelan, adanya riwayat mual 2. Meningkatkan intake
Klien mengatakan Setelah dilakukan tindakan atau diare secara periodik makanan dan nutrisi untuk
tidak nafsu makan keperawatan pada tanggal 7 Maret 2. Anjurkan makan sedikit tapi meningkatkan mekanisme
dan terasa mual dan 2019 diharapkan anoreksia dapat sering dan dalam keadaan tubuh dalam proses
rasa ingin muntah teratasi dengan kriteria hasil: hangat dengan diit TKTP penyembuhan
Klien mengatakan Nafsu makan meningkat 3. Anjurkan oral care sebelum 3. Meningkatkan kenyamanan
BB sebelum sakit BB klien meningkat dan sesudah makan daerah mulut sehingga akan
48kg Mual dan muntah berkurang atau 4. Berikan informasi tentang meningkatkan perasaan nafsu
DO: hilang kebutuhan nutrisi dengan diit makan
BB saat ini 42kg Porsi makan habis TKTP 4. Meningkatkan pengetahuan
IMT 15,42 (kurus) Turgor kulit elastis tentang kebutuhan nutrisi
Porsi makan tidak Kolaborasi
habis, hanya ¼ 1. Anjurkan pada ahli gizi untuk 1. Menetukan kebutuhan nutrisi
porsi menentukan komposisi diet yang tepat bagi pasien
Nyeri tekan pada 2. Monitor pemeriksaan 2. Mengontrol keefektifan
ulu hati laboratorium : kadar albuin, tndakn terutama dengan kadar
Perawakan tampak total protein, BUN protein darah
3. Berikan vitamin sesuai indikasi 3. Meningkatkan komposisi
59
4. Risiko penyebaran Tupan: 1. Kaji tingkat pengetahuan klien 1. Pengetahuan awal pasien dan Erni
infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan dan keluarga tentang kondisi keluarga mengenal kondisi Y.S
dengan kurangnya keperawatan selama 4x24 jam klien dan perawatannya dan perawatan untuk
pengetahuan diharapkan pada tanggal 10 Maret 2. kaji patologi penyakit (fase dijadikan acuan dalam
DS: 2019 risiko penyebaran infeksi teratasi aktif/inaktif) dan potensial merencanakan intervensi
Klien dan keluarga Tupen: penyebaran infeksi melalui selanjutnya
mengatakan kurang Setelah dilakukan tindakan airbone selama meludah, batuk 2. Untuk mengetahui kondisi
memahami dengan keperawatan pada tanggal 7 Maret bersin, berbicara dan tertawa nyata dari masalah klien.
penyakit yang 2019 diharapkan pengetahuan klien 3. Identifikasi resiko penularan Fase inaktif berarti pasien
dialami klien saat dan keluarga dapat teratasi (bertambah) kepada anggota keluarga yang sudah terbebas dari kuman
ini dengan kriteria hasil: lain dan orang dekat. tuberkulosis
Klien mengatakan Klien menunjukan prilaku hidup Intruksikan klien jika bersin, 3. Mengurangi risiko anggota
memiliki kebiasaan sehat batk serta meludah buang ke keluarga untuk tertular
merokok dirumah Klien menunjukkan prilaku untuk tisu dan hindari meludah dengan penyakit yang sama
sebelum sakit menurunkan risiko penyebaran sembarang tempat 4. Mengajarkan pada klien dan
memakai alat penyakit: menutup mulut saat 4. Anjurkan penggunaan tisu keluarga cara mencegah
makan masih batuk, bersin dan tidak membuang untuk membuang sekret. penyebaran infeksi
secara bersama sputum di sembarang tempat Review pentingnya mengontrol 5. Cuci tanganbersih
DO: Leukosit dalam batas normal penyebaran infeksi seperti merupakan salah satu prilaku
Saat batuk klien (4.000-11.000 mm3) menggunakan masker untuk mencegah terjadinya
terkadang tidak Klien dan keluarga paham tentang 5. Anjurkan klien dan keluarga penyebaran infeksi
menutup mulutnya pencegahan, perawatan, untuk selalu mencuci tangan 6. Meningkatkan pengetahuan
atau menutup penyebaran dan bahaya TB paru dengan sabun setelah klien dan keluarga tentang
mulutnya dengan memegang wadah sputum dan Tb paru dan menurunkan
kedua telapak memegang/membuang tisu risiko penularan.
tangannya 6. Berikan pendidikan kesehatan
Klien membuang mengenai penyakit TB paru
dahak ke kantong meliputi:
plastik yang Pengertian TB paru
digantung di bawah Penyebab TB paru
tempat tidur Tanda dan gejala TB paru
Klien dan keluarga Proses penularan TB paru
tidak menggunakan Program
61
masker pengobatan/perawatan
Pemeriksaan
laboratorium pada
tanggal 4 maret
2019 menunjukkan
peningkatan
leukosit yaitu
19200/µL
Keluarga tampak
bertanya mengenai
kondisi klien
4. Pelaksanaan
Tabel 3.7
No. Diagnosa
Tanggal Waktu Implementasi Evaluasi paraf
Keperawatan
1 Kamis 07.50 WIB 1. Mengobservasi tanda-tanda vital S : Klien mengatakan masih sesak dan batuk Erni
07-03-2019 R/ TD: 110/80 mmhg O: Y.S
Nadi: 82x/menit Bunyi suara paru masih terdengar
RR: 28x/menit ronchi kasar pada lobus bawah kiri
62
Kolaborasi
1. Memberikan oksigen inspirasi atau udara
lembab
R/ terpasang oksigen nasal kanul 4
63
Kolaborasi
1. Mengajukan pada ahli gizi untuk
12.00 WIB menentukan komposisi diet
64
3 Kamis 07.50 WIB 1. Mengobservasi tanda-tanda vital S : Klien mengatakan badannya masih terasa
7 Maret 2019 R/ TD: 110/80 mmhg, Nadi: 82x/menit, lemas, terasa linu dan pegal
RR: 28x/menit, suhu: 36,5o C O:
09.16 WIB 2. Mengkaji aktivitas yang dapat dilakukan klien tampak lemah, berbaring
oleh klien ditempat tidur
R/ berbaring ditempat tidur, makan kekuatan otot 4 4
disuapi, minum bisa sendiri, tidak kuat 4 4
untuk berjalan ke kamar mandi ADL masih dibantu oleh perawat dan
3. Membantu klien melakukan aktivitas keluarga
09.25 WIB secara bertahap TTV :
R/ aktivitas dibantu keluarga dan perawat TD : 110/80mmhg, Nadi : 85x/menit,
seperti mengganti baju dan BAK RR : 28x/men Suhu : 36,5o c
4. Mendekatkan barang-barang yang A : Masalah teratasi sebagian teratasi
09.35 WIB dibutuhkan klien P : Intervensi dilanjutkan
R/ mendekatkan meja kebutuhan klien
5. Melatih klien untuk melakukan
09.45 WIB pergerakan pasif dan aktif
R/ klien mampu menggerakkan
ekstremitas namun mengatakan terasa
lemas, kekuatan otot
4 4
4 4
4 Kamis 10.20 WIB 1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan S : Klien dan keluarga mengatakan mulai
7 Maret 2019 keluarga tentang kondisi klien dan memahami tentang kondisi yang dialami klien
perawatannya namun masih bingung bagaimana
65
5. Catatan Perkembangan
Tabel 3.8
Catatan Perkembangan
No. Diagnosa
Hari/tgl/jam Catatan Perkembangan Paraf
Keperawatan
Jumat/8 Maret 2019 S: klien mengatakan masih sesak namun batuk berkurang Erni Y.S
O:
Frekuensi nafas 28x/menit
Klien tampak sesak dan terpasang oksigen nasal kanul 4 liter/menit
Buyi paru ronchi kasar di lobus kiri bawah
sekret kental dan sulit dikeluarkan
Tampak retraksi dinding dada
TTV: TD : 110/80 mmhg, Nadi : 82x/menit, RR : 28x/menit, suhu : 36,5o c
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan sesuai diagnosa 1
I :
Mengukur tanda-tanda vital
TD: 120/80 mmg, Nadi : 80x/menit, R : 27x/menit, suhu: 36,8 oc
1 08.00 WIB
Mengkaji fungsi pernafasan
R/ bunyi nafas masih terdengar ronchi kasar pada lobus bagian kiri bawah, masih terdapat
retraksi dinding dada, vocal fremitus bergetar pada kedua paru
08.15 WIB Mencatat kemampuan mengeluarkan sekret
R/ sekret bisa dikeluarkan tapi sedikit
Mengatur posisi semi fowler
08.25 WIB R/ klien mengatakan nyaman dengan posisi tidurnya
67
07.56 WIB
2 Jumat/ 8 Maret S : klien mengatakan tidak nafsu makan, masih terasa mual Erni Y.S
2019 O:
Porsi makan habis 1/2 porsi
BB klien saat ini 42 kg
IMT 15,42 (kurus)
Turgor kulit <2 detik
Ada nyeri tekan di ulu hati
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan sesuai diagnosa 2
I:
68
4 Jumat S : Klien dan keluarga mengatakan mulai mengetahui tentang kondisi yang dialami klien namun Erni Y.S
8 Maret 2019 masih bingung bagaimana perawatannya
O:
Klien dan keluarga tampak memakai masker
Keluarga dan klien mempraktekkan cuci tangan bersih namun masih bingung langkah-
langkahnya
Klien tampak membuang dahak pada tisu dan membuang pada tempat sampah
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
I:
Mengkaji pengetahuan klien dan keluarga tentang kondisi klien dan perawatannya
10.40 WIB
R/ klien dan keluarga mulai bisa menjelaskan kondisi yang dialami klien
Mengkaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi menganjurkan klien untuk
10.50 WIB
tidak membuang dahak sembarang tempat
R/ nilai leukosit 19200/µL, klien membuang dahak dengan tisu
Mengidentifikasi resiko penularan kepada anggota keluarga yang lain dan teman dekat.
11.00 WIB Mengintrukiskan jika bersin, batuk dan meludah di buang ke tisu dan tidak meludah
sembarang tempat
R/ klien membuang dahak ke tisu
Menganjurkan mengontrol penyebaran infeksi dengan penggunaan masker
11.15 WIB R/ klien dan keluarga tampak memakai masker
Menganjurkan klien dan keluarga melakukan cuci tangan bersih dengan sabun
70
R/ klien dan keluarga mempraktekkan cuci tangan bersih namun belum ingat langkah-
11.30 WIB langkahnya
Memberikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit TB paru
R/ klien dan keluarga tampak memperhatikan penjelasan tentang TB paru
13.35 WIB E : Klien dan keluarga mengatakan sudah mulai memahami kondisi dan perawatan pada klien
R : masalah teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan
1 Sabtu/9 Maret 2019 S: klien mengatakan masih terasa sesak namun batuk berkurang Erni Y.S
O:
Frekuensi nafas 27x/menit
Terpasang oksigen nasal kanul 3 liter/menit
Retraksi dinding dada masih terlihat
Bunyi suara paru ronchi kasar pada lobus bawah kiri
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan sesuai diagnosa 1
I:
Mengkaji tanda-tanda vital
08.15 WIB
TD: 120/80 mmg Nadi: 80x/menit, RR: 25x/menit, suhu : 36,6o c
Mengkaji fungsi pernafasan
08.28 WIB
R/ bunyi paru ronchi kasar pada area lobus kiri
Mencatat kemampuan mengeluarkan sekret atau batuk efektif
08.35 WIB
R/sekret dapat dikeluarkan tapi sedikit, mampu batuk efektif dan batuk berkurang
Mengatur posisi semi fowler
R/ klien mengatakan nyaman dengan posisi tidurnya
08.46 WIB Mengajarkan klien latihan nafas dalam dan batuk efektif
R/ klien melakukan tehnik nafas dalam dan mampu batuk efektif
09.00 WIB Melakukan fisioterapi dada: postural drainase
R/klien masih tidak ingin dilakukan fisioterapi dada
09.10 WIB Menganjurkan minum air putih ±2500ml/hari dalam kondisi hangat
R/ klien mengatakan batuk sudah berkurang sering minum air hangat
09. 20 WIB Kolaborasi
Memberikan oksigen inspirasi/udara lembab
R/ terpasang oksigen nasal kanul 2 liter/menit
71
2 Sabtu/ 9 Maret S: klien mengatakan nafsu makan mulai meningkat namun masih terasa mual Erni Y.S
2019 O:
Porsi makan habis ½ porsi
IMT 15,42 (kurus)
BB klien 42 kg
Turgor kulit < 2 detik
Masih terasa nyeri tekan pada ulu hati
A: masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilajutkan sesuai diagnosa 1
I:
09.30 WIB Mencatat status nutrisi
R/ Turgor kulit < 2 detik, BB : 42 kg, IMT : 15,42 (sangat kurus), masih terasa nyeri tekan
pada ulu hati
Menganjurkan makan sedikit tapi sering dalam keadaan hangat dengan diit TKTP
09.37 WIB
R/ porsi makan habis ½ porsi
Menganjurkan oral care sebelum dan sesudah makan
R/ klien masih tidak mau menyikat gigi hanya berkumur-kumur saja
09.45 WIB Memberikan pendidikan kesehatan tentang nutrisi dengan diit TKTP
R/ klien mulai mengerti tentang nutrisi kebutuhan dengan diit TKTP
09.59 WIB Kolaborasi
Mengajukan ke ahli gizi untuk menentukan komposisi diet
Memberikan obat anti emetik: Antasida 3x400mg (oral)
12.00 WIB E : klien mengatakan nafsu makan mulai meningkat dan mual mulai terasa berkurang
72
3 Sabtu/ 9 Maret S : klien mengatakan badannya masih terasa lemas dan masih terasa linu Erni Y.S
2019 O:
Klien tampak berbaring ditempat tidur
Kekuatan otot 4 4
4 4
ADL dibantu keluarga dan perawat
A : masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan sesuai diagnosa ke 3
I:
08.15 WIB Mencatat tanda-tanda vital
R/ TD: 120/80mmhg, Nadi: 80x.menit, RR: 25x/menit, Suhu: 36,6o C
Mengkaji aktivitas yang dapat dilakukan oleh klien
10.05 WIB
R/ minum dan makan sudah mulai bisa sendiri, masih tidak kuat berjalan ke kamar mandi
Membantu klien melakukan aktivitas secara bertahap
10.35 WIB
R/ dibantu perawat dan keluarga seperti mengganti baju dan BAK dengan pot urinal
Mendekatkan barang-barang yang dibutuhkan klien
09.59 WIB
R/ meja kebutuhan klien didekatkan
Melatih klien untuk melakukan pergerakan aktif dan pasif
10.24 WIB R/ mampu menggerakkan ekstremitas namun badan dan ekstremitas bawah masih terasa
lemas, kekuatan otot 5 5
4 4
Menganjurkan istirahat yang adekuat
R/ klien mengatakan bisa beristirahat tidur
10.43 WIB E : klien mengatakan badan masih terasa lemas
R : Masalah teratasi sebagian, intervensi dilanjutkan sesuai diagnosa 3
4 Sabtu/ 9 Maret S : klien dan keluarga mengatakan memahami tentang kondisi dan perawatan pada klien Erni Y.S
2019 O:
11.00 WIB Klien dan keluarga tampak memakai masker
Keluarga dan klien melakukan cuci tangan bersih
Klien tampak membuang dahak ke tissue kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik
73
B. Pembahasan
dan dan tinjauan kasus pada klien. Penulis melakukan asuhan keperawatan
pada Tn. D dengan masalah tuberculosis paru di ruang Korpri Paru RSUD R.
1. Pengkajian
Tn. D sebagian muncul sesuai dengan data yang terdapat dalam tinjauan
teori. Akan tetapi, penulis tidak menemukan data-data seperti dalam teori
dahaknya sedikit yang keluar dan batuk tidak terlalu sering seperti saat
posisi setengah duduk. Klien mengatakan mual dan rasa ingin muntah
75
serta tidak nafsu makan, badannya terasa lemas. Klien dan keluarga
kurang memahami dengan kondisi klien saat ini, membuang sputum pada
suara ronchi kasar saat di auskultasi pada bagian lobus bawah kiri dan
vesikuler pada bagian kanan, perkusi pekak pada paru-paru kiri. Selain
2. Diagnosa Keperawatan
tinjauan teori sebagian besar muncul dalam tinjauan kasus pada Tn. D
yaitu:
sekret
dkk (2013). Akan tetapi, terdapat diagnosa yang tidak muncul pada
76
yang terdapat dalam tinjauan teori. Hal ini dikarenakan tidak ada data-
data yang menunjang diagnosa tersebut. Suhu tubuh klien selama proses
asuhan keperawatan masih dalam batas normal dan tidak ada perubahan
warna kulit.
3. Perencanaan
salah satunya bersihkan sekret dari mulut dan trakea, lakukan suction
klien.
tuberkulosis paru. Hal ini penulis lakukan karena klien dan keluarga
tidak memaham kondisi yang dialami klien dan tidak tahu penyebab,
4. Pelaksanaan
maupun kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain. Pada tahap ini
keluarga klien, dan tim medis lainnya sehingga dapat diakukan secara
ada intervensi yang tidak dapat dilakukan secara optimal oleh penulis
sekret. Hal tersebut sudah penulis coba lakukan akan tetapi klien
sudah berkurang dan cukup dilakukan uap dan pemberian obat. Selain
Hal ini dikarenakan kondisi tubuh klien yang tidak kuat apabila harus
hygiene.
5. Evaluasi
evaluasi sumatif.
tampak lemas, makan dan minum bisa mandiri tetapi belum bisa ke
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi pada hari ke empat
dengan hasil nafsu makan klien sudah meningkat, porsi makan habis dan
BAB IV
A. Kesimpulan
penyebarannya melalu inhalasi droplet. Tanda dan gejala yang sering muncul
yaitu batuk sampai batuk berdarah, sesak, nyeri dada dan beberapa gejala
teoritis pada saat aplikasi. Penulis menemukan kesenjangan antara teori dan
1. Pengkajian
secara persistem. Adapun data hasil pegkajian yang diperoleh adalah: klien
suara ronchi kasar pada lobus paru kiri, mengeluh mual, tidak nafsu makan
dan badan lemas, perawakan kurus, IMT 15,42 (sangat kurus), nyeri tekan
pada ulu hati. Selain itu, klien dan keluarga kurang memahami kondisi
2. Diagnosa Keperawatan
sekret
dengan anoreksia
3. Perencanaan
berdasar pada sumber teori yang sudah ada namun disesuaikan dengan
4. Pelaksanaan
5. Evaluasi
Pada tahap evaluasi dari empat diagnosa yang muncul pada Tn. D
pencegahannya.
6. Pendokumentasian
B. Rekomendasi
partisipasi aktif klien dan keluarga dalam asuhan keperawatan. Hal yang
penyembuhan klien.