Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Hasrialdi Wirawan

NIM : 1845041004
Kelas : A 2018

PENDIDIKAN INKLUSI

Soal

1. Pendidikan Inklusif Paradigma Baru atau Lama?


2. Apakah kebijakan pendidikan Inklusif mampu meningkatkan angka partisipasi
pendidikan bagi penyandang disabilitas?
3. Bagaimana peran guru dalam implementasi kebijakan pendidikan inklusif di Indonesia?
4. Apakah permasalahan yang dihadapi dalam implementasi kebijakan pendidikan inklusif
di Indonesia?
5. Bagaimana penyelenggaraan pendidikan inklusi di tempat anda?

Jawaban :

1. Pendidikan inklusif merupakan paradigma baru pendidikan kita dan merupakan strategi
untuk mempromosikan pendidikan universal yang efektif karena dapat menciptakan
sekolah yang responsif terhadap beragam kebutuhan aktual dari anak dan masyarakat.
Perkembangan terakhir dalam pendidikan kebutuhan khusus adalah
pemikiran mengenai pendidikan inklusif. Pelaksanaan pendidikan inklusif di Indonesia
dipayungi UUD 1945 Pasal 3 : tentang hak setiap warga negara untuk mendapatkan
pendidikan, kemudian Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 pasal 32
tentang pendidikan khusus dan layanan khusus.

2.

3. Peranan guru dalam pendidikan inklusif harus memiliki kompetensi atau kemampuan
mengelola pembelajaran siswa-siswi berkebutuhan khusus yang terdiri atas aspek
pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat, sebagai seperangkat
tindakan yang cerdas, penuh tanggung jawab, yang dimiliki guru sebagai syarat untuk
dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas guru. Paradigma
guru yang semula hanya pengajar (teacher), kini beralih sebagai pelatih (coach),
pembimbing (counselor) dan manajer belajar (learning manager). Selain itu, dalam
pembelajaran inklusi, peran guru sangatlah penting karena merupakan tonggak proses
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran di sekolah yang bersifat inklusi perlu memiliki
kemampuan menerapkan kurikulum yang bersifat heterogen.

4. Permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut:


1) Pemahaman inklusi dan implikasinya
a. Pendidikan inklusif bagi anak berkelainan/penyandang cacat belum dipahami
sebagai upaya peningkatan kualitas layanan pendidikan. Masih dipahami sebagai
upaya memasukkan disabled children ke sekolah regular dalam rangka give
education right and kemudahan access education, and againt discrimination.
b. Pendidikan inklusi cenderung dipersepsi sama dengan integrasi, sehingga masih
ditemukan pendapat bahwa anak harus menyesuiakan dengan sistem sekolah.
c. Dalam implementasinya guru cenderung belum mampu bersikap proactive dan
ramah terhadap semua anak, menimbulkan komplain orang tua, dan menjadikan
anak cacat sebagai bahan olok-olokan.
2) Kebijakan sekolah
a. Sekalipun sudah didukung dengan visi yang cukup jelas, menerima semua jenis
anak cacat, sebagian sudah memiliki guru khusus, mempunyai catatan hambatan
belajar pada masing-masing ABK, dan kebebasan guru kelas dan guru khusus
untuk mengimplementasikan pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif, namun
cenderung belum didukung dengan koordinasi dengan tenaga profesional,
organisasi atau institusi terkait.
b. Masih terdapat kebijakan yang kurang tepat, yaitu guru kelas tidak memiliki
tangung jawab pada kemajuan belajar ABK, serta keharusan orang tua ABK dalam
penyediaan guru khusus.

3) Proses pembelajaran
a. Proses pembelajaran belum dilaksanakan dalam bentuk team teaching, tidak
dilakukan secara terkoordinasi.
b. Guru cenderung masih mengalami kesulitan dalam merumusakan flexible
curriculum, pembuatan IEP, dan dalam menentukan tujuan, materi, dan metode
pembelajaran.
c. Masih terjadi kesalahan praktek bahwa target kurikulum ABK sama dengan siswa
lainnya serta anggapan bahwa siswa cacat tidak memiliki kemampuan yang cukup
untuk menguasai materi belajar.
d. Karena keterbatasan fasilitas sekolah, pelaksanaan pembelajaran belum
menggunakan media, resource, dan lingkungan yang beragam sesuai kebutuhan
anak.
3) Kondisi guru
a. Belum didukung dengan kualitas guru yang memadai. Guru kelas masih dipandang
not sensitive and proactive yet to the special needs children.
b. Keberadaan guru khusus masih dinilai belum sensitif dan proaktif terhadap
permasalahan yang dihadapi ABK.
4) Sistem dukungan
a. Belum didukung dengan sistem dukungan yang memadai. Peran orang tua, sekolah
khusus, tenaga ahli, perguruan tinggi – LPTK PLB, dan pemerintah masih dinilai
minimal. Sementara itu fasilitas sekolah juga masih terbatas.
b. Keterlibatan orang tua sebagai salah satu kunci keberhasilan dalam pendidikan
inklusi, belum terbina dengan baik. Dampaknya, orang tua sering bersikap kurang
peduli dan realistik terhadap anaknya.

5.

Anda mungkin juga menyukai