NIM : 7203141023
Penerapan Belajar Dalam Konteks Perkembangan Fisik, Sosial, Emosional dan Moral
Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan – perubahan pada tubuh, otak,
kapasitas sensorik dan keterampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada
tubuh/fisik ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan
otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari
tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya
adalah kematangan.
4 aspek perkembangan fisik menurut Kuhlen dan Thompson (Hurlock, 1956) antara lain
sebagai berikut :
Perubahan fisik (otak) juga merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia
karena otak adalah sentral perkembangan dan fungsi kemanusiaan sehingga semakin sempurna
struktur otak maka akan meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds,
2001).
3 tahap pertumbuhan otak menurut para ahli (Vasta, Heih & Miller, 1992) yaitu :
Teori pembelajaran sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional
(behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori
ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori-teori belajar perilaku, tetapi memberi
lebih banyak penekanan pada efek-efek dariisyarat-isyarat pada perilaku, dan pada proses-
proses mental internal.
Salah satu asumsi paling awal mendasari teori pembelajaran sosial Bandura adalah manusia
cukup fleksibel dan sanggup mempelajari bagaimana kecakapan bersikap maupun berperilaku.
Titik pembelajaran dari semua ini adalah pengalaman- penglaman tak terduga (vicarious
experiences). Meskipun manusia dapat dan sudah banyak belajar dari pengalaman langsung,
namun lebih banyak yang mereka pelajari dari aktivitas mengamati perilaku orang lain.
Asumsi awal memberi isi sudut pandang teoritis Bandura dalam teori pembelajaran sosial yaitu:
(1) Pembelajaran pada hakikatnya berlangsung melalui proses peniruan (imitation) atau
pemodelan (modeling).
(2) Dalam imitation atau modeling individu dipahami sebagai pihak yang memainkan peran aktif
dalam menentukan perilaku mana yang hendak ia tiru dan juga frekuensi serta intensitas
peniruan yang hendak ia jalankan.
(3) Imitation atau modeling adalah jenis pembelajaran perilaku tertentu yang dilakukan tanpa
harus melalui langsung.
(4) Dalam Imitation atau modeling terjadi penguatan tidak langsung padaperilaku tertentu yang
sama efektifnya dengan penguatan langsung untuk memfasilitasi dan menghasilkan peniruan.
Individu dalam penguatan tidak langsung perlu menyumbangkan komponen kognitif tertentu
(seperti kemampuan mengingat dan mengulang) pada pelaksanaan proses peniruan. (5)
Mediasi internal sangat penting dalam pembelajaran, karena saat terjadi adanya masukan
indrawi yang menjadi dasar pembelajaran dan perilaku dihasilkan, terdapat operasi internal
yang mempengaruhi hasil akhirnya.
Sosial emosional learning atau bisa di singkat dengan SEL adalah proses pembelajaran di mana
belajar untuk mengelola emosi, peduli dengan sesamanya, mengenali emosi, membuat
keputusan yang baik, berperilaku yang baik dan bertanggung jawab, mengembangkan perilaku
yang positif, serta menghindari perilaku yang negatif.
Pembelajaran sosial dan emosional ini juga berfungsi untuk mengajarkan pada anak untuk
menjadi pribadi atau individu yang sadar akan dirinya sendiri dan sadar terhadap sosial
disekitarnya, juga diharapkan anak mampu membuat keputusan yang kompeten dan
bertanggung jawab.
Proses pembelajaran anak dipengaruhi oleh aspek perkembangan emosi dan sosial. Karena
pada proses pembelajaran ini, tidak hanya di pengaruhi oleh kemampuan kognitif saja.
Pembelajaran sosial dan emosi juga sangat berpengaruh pada orang lain, lingkungan, bahkan
dirinya sendiri. Pengembangan aspek ini didapat dari pembelajaran sosial emosional yang
dimana itu adalah proses untuk mengembangkan sikap, nilai-nilai dan keterampilan yang
diperlukan sebagai modal untuk anak dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sebagai awal
dari penanaman pendidikan karakter pada anak.
Sosial emosional learning atau bisa di singkat dengan SEL adalah proses pembelajaran di mana
belajar untuk mengelola emosi, peduli dengan sesamanya, mengenali emosi, membuat
keputusan yang baik, berperilaku yang baik dan bertanggung jawab, mengembangkan perilaku
yang positif, serta menghindari perilaku yang negatif.
Menurut Kohlberg pendekatan yang baik yang harus dilakukan untuk memahami perilaku moral
harus didasari pemahaman tentang tahapan-tahapan perkembangan moral. Dijelaskan pula
bahwa tujuan pendidikan moral adalah untuk mendorong individu-individu untuk mencapai
tahapan- tahapan moral selanjutnya. Dalam keadaan ini maka guru tidak hanya menyajikan
materi pelajaran kepada siswa, akan tetapi secara terus menerus harus dapat mendorong
perkembangan berpikir dan perubahan – perubahan perilaku menuju tahap perkembangan
yang lebih tinggi. Yang penting sebagai guru harus mengajarkan tentang nilai-nilai moral.
( Manan, 1995:8 )
Kohlberg mencoba merevisi dan memperluas teori perkembangan moral yang di jelaskan oleh
Piaget. Dalam perluasan teori ini Kohlberg tetap menggunakan pendekatan dasar Piaget yaitu
menghadapkan anak-anak dengan serangkaian cerita-cerita yang menyangkut tentang moral.
Namun cerita-cerita yang di kembangkan Kohlberg kira-kira lebih kompleks dari cerita-cerita
yang di gunakan oleh Piaget.
Searah dengan Piaget, Kohlberg bahwa para remaja menerapkan stuktur kognitif moral mereka.
Mereka menafsirkan segala tindakan dan perilaku berkembang menurut struktur mereka
sendiri. Dengan demikian Kohlberg menemukan bahwa : (1) penilaian dan perbuatan moral
pada intinya bersifat rasional, (2) terdapat sejumlah tahap pertimbangan moral yang sesuai
dengan Piaget, (3) penelitiannya membenarkan pendapat Piaget, bahwa sekitar usia 16 tahun,
pada masa remaja merupakan tahap tertinggi dalam proses tercapainya pertimbangan moral.
Pada awalnya Kohlberg berpendapat enam tahap perkembangan moral yang dilalui seorang
anak untuk dapat sampai ketingkat remaja atau tingkat dewasa. Keenam tahap tersebut
masing-masing berada pada level tiga, dimana pada level pertama dan ke dua berada pada level
Pre- Conventional, tahap ketiga dan keempat berada pada levelConventional, dan tahap lima
dan enam berada pada Post conventional, autonomous atau pricipled level.