5 /Jul/2018
1
Artikel Skripsi
2 3
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Eddy. O.S. Hiarief. 2016. Prinsip-Prinsip Hukum Pidana
110711381 Edisi Revisi, Atma Pustaka. Yogyakarta. Hal. 56.
23
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018
24
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018
25
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018
meskipun demikian, perlu diajukan bahwa ini pidana dapat dipertanggungjawabkan sebagai
berlainan dengan sistem yang dipakai dalam demikian.6
KUHP kita pada dasarnya dipakai sistem Sebagai konsekuensi yang kedua ialah
pertama yang hanya mengenal dua golongan bahwa : perbedaan antara daders (pembuat)
peserta, dengan perkecualian bahwa pidana dan medeplichtigen (pembantu) adalah
bagi pembantu adalah 1/3 lebih ringan dari prinsipiil. Sehingga batas antara kedua bentuk
pembuat. itu ditentukan menurut sikap batinnya. Orang
Dalam aturan penyertaan di atas dikenal yang akan digolongkan sebagai pembantu
dua golongan peserta principal dan accessory. harus mempunyai Gehilfewillen (untuk
Pidana untuk accessory adalah lebih ringan membantu).
daripada principal. Lain daripada itu jika aturan Kalau kita membaca dimana dikatakan
di atas kita pelajari dari segi batas – batas bahwa apa yang membedakan mededader
penyertaan, maka ini adalah lebih jelas dari (orang yang turut serta melakukan ) dengan
aturan kita. medeplichtige bahwa yang pertama secara
Pertama : orang yang menganjurkan orang langsung turut serta pada pelaksanaan
untuk menganjurkan orang lain untuk perbuatan itu hanya memberi bantuan yang
melakukan perbuatan pidana terang dapat sedikit atau banyak berfaedah maka batas
dipiana menurut Art 61 (2) tersebut seakan – akan ditentukan menurut
Kedua : dengan redaksi Art 62 maka bukan sifatnya perbuatan, jadi obyektif.7
saja orang yang membeantu orang lain Tetapi jika kita mengikuti noot pada akhir
melakukan perbuatan piana, tapi juga orang kalimat yang disebut di atas, yang menunjuk
yang membantu pangenjur dapat pidana. kepada tulisan Berner’s 108 yang berbunyi : “
Ketiga : dengan ketentuan Art 62 (2) orang pembantu boleh mengadakan perbuatan apa
yang menganjurkan untuk membantu saja, asal dia tidak ikut melakukan perbuatan
4
penganjur dapat dipidana. Orang yang pidana, tapi hanya mempermudah
menyuruh lakukan dan orang yang ditimbulkannya itu oleh pembuat ” maka
menganjurkan adalah tidak prinsipiil. mungkin kita masih ragu – ragu juga bahwa
Ini berarti bahwa dalam bentuk daders ( batas itu harus dicari di lapangan subyektif dan
pembuat ) antara berbagai – bagai golongan di tidak di lapangan obyektif. Akan tetapi keragu-
situ tidak perlu ditentukan secara subyektif raguan itu menjadi hilang juga beberapa garis
yaitu menurut niatnya masing – masing dibawah kalimat kita membaca. Tidak ada
peserta, tetapi sukup secara obyektif menurut pembantuan jika tidak ada kesengajaan ( niat )
bunyinya aturan saja. untuk memberi bantuan pada waktu atau
Batas antara orang yang menyuruh lakukan untuk melakukan perbuatan yang ditentukan
(doen plegen) dan orang yang mengajurkan oleh wet sebagai kejahatan”
(uitlokken). Perbedaan ini janganlah dicari –
cari dalam sikap batin masing – masing yaitu B. Batas – Batas Pertanggung Jawaban Ajaran
yang pertama harus mempunyai Taterwijlen Deelneming Terhadap Perkara Tindak
dan yang kedua harus mempunyai Pidana Korupsi Dalam Pratik.
Anstifterwillen seperti halnya dalam ilmu hukun KUHP mengaturnya dalam Pasal 55 sampai
Jerman, tetapi cukuplah bahawa untuk menjadi dengan Pasal 62. Akan tetapi, pada subbab ini,
orang yang menyuruh lakukan, orang yang pembahasan difokuskan pada Pasal 55 dan
disuruh melakukan materiele dader) tidak Pasal KUHP. Dalam kedua pasal tersebut, siapa
dapat dipidana sebagai pelaku karena salah saja yang dikatakan sebagai pembantu
satu sebab dia dipandang tidak mempunyai dinyatakan secara tegas. Penyertaan atau
kesalahan.5 deelneming atau complicity dalam beberapa
Selanjutnya untuk menjadi penganjur literatur, disamakan dengan istilah “Turut
cukuplah jika cara – cara yang dipakai untuk Campur Dalam Peristiwa Pidana” yang
menganjurkan itu tersebut formulering pasal 55
(1) ke 2 dan orang yang melakukan perbuatan 6
N. Langemeyer-Suringo 1953. Inleideng Fat De Studie
Vanhet Nederlandsche Straafrecht HID. Tjeens Willins
4
Moeljatno, Ibid. hal. 81. 2000 Hasrlem. Hal. 318.
5 7
Ibid, hal. 84. Ibid. hal, 318-319.
26
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018
digunakan oleh Tresna, “Turut Berbuat Delik” Pasal 55 ayat (1) KUHP mengatur : “Dipidana
yang digunakan oleh Karni dan “Turut Serta” sebagai pelaku suatu perbuatan pidana : ke-1.
istilah yang digunakan oleh Utrecht.8 Mereka yang melakukan, yang menyuruh
Sama seperti percobaan, terhadap lakukan dan yang turut serta melakukan
penyertaan terdapat dua pandangan. Pertama, perbuatan. Ke-2. Mereka yang dengan memberi
pandangan yang menyatakan bahwa atau menanjikan sesuatu, dengan
penyertaan adalah persoalan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat
pertanggungjawaban pidan dan bukan dengan kekerasan atau ancaman atau
merupakan suatu delik karena bentuknyatidak penyesatan, atau dengan memberi
sempurna. Pandangan ini menyatakan kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja
pernyataan sebagai straufdehnungsgrund. 9 menganjurkan orang lain supaya melakukan
Dengan kata lain, penyertaan dipandang perbuatan.13 Pasal 56 KUHP : “Dipidana sebagai
sebagai dapat diperlausnya pembantu suatu kejahatan : ke-1. Mereka yang
pertanggungjawaban pidana pelaku. sengaja memberi bantuan pada waktu
Penyertaan sebagai straufdehnungsgrund kejehatan yang dilakukan. ke – 2. Mereka
diikuti oleh sebagaian besar ahli hukum pidana yangsengaja memberi kesempatan, sarana
Belanda .10 atau keterangan untuk melakukan
Pandangan kedua, dikemukakan oleh kejahatan”.14
Pompe yang menyatakan bhwa pernyataan Berdasarkan kedua pasal tersebut dapat
adalah aturan – aturan yang memberi disimpulkan bahwa siapa saja yang dapat
perluasan terhadap norma yang tersimpul dipidana sebagai pelaku : 1) Pleger atau pelaku;
dalam undang – undang . 11 artinya, Pompe 2) Doenpleger atau orang yang menganjurkan.
hendak menyatakan bahwa penyertaan adalah Sedangkan pembantu atau medeplichtige
perluasan terhadap perbuatan yang dapat adalah : 1) pembantu pada saat kejahatan
dipidana. Pandangan yang demikian disebut dilakukan ; dan 2) Pembantu sebelum
sebagai tatbestandsausdehnungsgrund bahwa kejahatan dilakukan. Masing – masing pelaku
penyertaan adalah bentuk khusus suatu tindak yang dapat dimintakan pertanggungjawaban
pidana. Moeljatno sependapat dengan Pompe pidana dan pembantu.
yang menyatakan bahwa penyertaan adalah Terkait siapa saja yang dapat dimintakan
delik yang berdiri sendiri dan bersifat khusus pertanggungjawaban pidana dalam delik
atau delicta sui generis.12 penyertaan, menurut Simons, dalam ajaran
Sebagian besar ahli hukum pidana Belanda penyertaan bisaanya dibagi dalam dua bentuk
yang menyatakan bahwa penyertaan adalah penyertaan, pernyataan yang berdiri sendiri
perluasan terhadap pelaku yang dapat dan penyertaan yang tidak berdiri sendiri.
dimintakan pertanggungjawaban pidana dan Pertama. Zelfstandige deelneming atau
bukan delik yang berdiri sendiri. Dasar penyertaan yang berdiri sendiri adalah tindakan
argumentasinya : Pertama, bab tentang masing – masing peserta dalam melakukan
penyertaan terletak pada Buku Kesatu KUHP suatu perbuatan pidana diberi penilaian atau
perihal ketentuan umum. Kedua, bab tentang kualifikasi tersendiri dan tindakan mereka
penyertaan berbicara mengenai siapa saja yang masing – masing diadili secara sendiri pula.
dapat dimintakan pertanggungjawaban pidana. Kedua onzelfstandige deelneming atau atau
Artinya, penyertaan fokus pada pelaku dan penyertaan yang tidak berdiri sendiri adalah
bukan perbuatan. Ketiga, dalam dakwaan dapat – tidaknya seorang peserta dihukum
penuntut umum, pasal – pasal tentang tergantung pada perannya dalam perbuatan
penyertaan harus di juncto – kan dengan pasal pidana yang telah dilakukan oleh seorang
– pasal lain terkait kejahatan atau pelanggaran. pelaku dan tergantung pula apakah perbuatan
yang dilakukan oleh pelakunya itu merupakan
suatu tindak pidana ataukah bukan.
8
Nyoman Serikat Putrajaya, 2005 Kejahatan Korporasi dan Termasuk penyertaan yang berdiri sendiri
Pertanggungjawaban Pidana, Banyumedia Malang hal, 11.
9
Loc.Cit
adalah pelaku, yang menyuruh lakuakan dan
10
Molejatno, Op.Cit. hlm. 224
11 13
WPJ. Pompe, Op.Cit. hlm. 224 Moeljatno, Loc.Cit
12 14
. Pasal 55 ayat (1) KUHP Pasal 56 KUHP
27
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018
turut serta melakukan. Sedangkan penyertaan dalam sejarah pernah dibenarkan. Pembedaan
yang tidak berdiri sendiri adalah yang seperti itu dilakukan oleh para ahli hukum Italia
menggerakkan dan yang membantu. Mereka ini di abad pertengahan, dengan membuat
adalah sebagai asesor kepada peserta lain yang pembedaan – pembedaan secara dogmatis,
pemidanaannya tergantung kepada mereka harus mengatur meteri penyertaan
pemidanaan orang lain. Menurut van Hammel, karena undang – undang tidak mengaturnya.
sistem KUHP kita membedakan Pasal 55 ayat Penyertaan yang berdiri sendiri yang mereka
(1) ke-1 adalah penyertaan yang berdiri sendiri, maksudkan adalah mereka yang menyuruh
sedangkan Pasal 55 ayat (1) ke-2 dan Pasal 56 lakukan dan mereka yang turut serta
adalah penyertaan yang tidak berdiri sendiri.15 melakukan. Bersama – sama dengan mereka
Pandangan van Hammel, Simons dan yang melakukan itu disebut sebagai pelakuyang
pembentuk KUHP yang demikian, kiranya tidak dapat di bagi menjadi dua pelaku langsung,
terlepas dari beberapa postulat dalam hukum pelaku tidak langsung dan pelaku penyerta.
Romawi. Pertama, res accessoria sequitur rem Sebagai lawannya adalah penyertaan yang tidak
principale yang berarti pelaku pembantu berdiri sendiri yang teridiri dari mereka yang
mengikuti pelaku utamanya. Kedua menggerakkan dan mereka yang membantu.
accessorium non ducit, sed sequitur, suum Masih menurut Pompe, semua penyertaan
princepale. Artinya peserta pembantu tidak adalah tidak berdiri sendiri, kendatipun
membantu memimpin, melainkan mengikuti perbuatan masing – masing pesrta harus
pelaku utamanya. Ketiga, cujus juris est ditinjau sendiri – sendiri. Ditambahkan oleh van
principale, ejusdem juris erit accessorium : Bemmelen dan van Hattum dalam
perkara pelaku pembantu termasuk dalam pembantuan pun diperlukan adanya
yuridiksi yang sama dengan pelaku utamanya. pelaksanaan yang dapat dipidana. Ketentuan
Keempat, non est consonum rationi quod dalam KUHP sebenarnya untuk menghindari
cognition accessorii in curia christianitatis ajaran penyertaan asesor yang ekstrim. 18
impediatur, ubi cognition causae principalis ad Moeljatno yang sependapat dengan van
forum ecclesiasticum noscitur pertinere yang Bemmelen, van Hattum dan Pompe juga
berarti sangat tidak pantas apabila pelaku menyatakan bahwa antara satu peserta dengan
pembantu diadili di pengadilan yang berbeda lainnya adalah satu kesatuan.
dengan pelaku utamany. Kelima, juri non est Dengan tidak adanya pembedaan antara
consonum quod aliquisaccessories in curia regis penyertaan berdiri sendiri dan penyertaan yang
convicator antequam aliquis de facto fuerit tidak berdiri sendiri. Argumentasinya adalah :
attinctus. Artinya, pelaku pembantu tidak boleh Pertama, pembedaan yang demikian tidak
diadili sebelum pelaku utama terbukti terlepas dari situasi pada saat KUHP dibuat
bersalah.16 yang mana dalam perkembangannya sudah
Beberapa ahli hukum pidana tidak tentu mengalami perubahan secara signifikan.
sependapat dengan pembagian penyertaan ke Kedua, dalam tataran praktis, terdapat
dalam penyertaan berdiri sendiri. Mereka kesulitan untuk memisahkan antara penyertaan
adalah, van Bammelen, van Hattum, Pompe yang satu dengan penyertaan yang lain. Ketiga,
dan Moeljatno. Argumentasi van Bemmelen dalam hal penuntutan pidana, jika pelaku yang
dan van Hattum bahwa dalam hukum pidana satu diadili secara terpisah dengan pelaku lain
modern, dipidananya seseorang adalah akan menimbulkan saksi mahkota792.
tergantung dari apa yang dilakukannya sendiri Kendatipun tidak dilarang oleh KUHP, namun
dan tidak dapat digantungkan kepada adanya saksi mahkota dalam persidangan
pemidanaan orang lain. Kendatipun demikian, terhadap delik penyertaan akan mengurangi
perlu diingat bahwa sejarah pembentukan objektifitas pengadilan. Keempat, terdapat
KUHP menganut penyertaan yang berdiri suatu postulat yang menyatakan, seseorang
sendiri dan penyertaan yang asesor atau tidak dapat disebut sebagai pelaku kejahatan ketika
dapat berdiri sendiri. 17 Pembedaan tersebut ia melakukan kejahatannya, atau ia membantu
dan ikut serta melakukan kejahatannya, atau ia
15
Moeljatno, Op. Cit. hlm. 96
16 18
Van Hammel; Simons. Ibid. JM. Van Bemmelen En W.F.C van Hattum, Op.Cit., hlm.
17
Ibid. 384.
28
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018
membantu dan ikut serta melakukan ditentukan dalam undang – undang, baik itu
kejahatan.19 merupakan unsur subjektif, maupun unsru
objektif, tanpa memandang apakah
1. Plegen (melakukan) keputusan untuk melakukan perbuatan
Kata “plegen” diartikan sebagai “pelaku”. pidana tersebut timbul dati dirinya sendiri
Siapa yang menjadi pelaku dari suatu atau timbul karena digerakkan oleh pihak
perbuatan pidana tentunya tidak terlepas ketiga ).21
dari apa yang dirumuskan oleh undang – Suatu tindak pidana hanyalah dia yang
undang. van Eck sebagaimana yang dikutip tindakannya atau kealpaannya memenuhi
van Bemmelen dan van Hattum semua unsur delik seperti yang terdapat
menyatakan bahwa, “Menkan het dalam rumusan delik tersebut, baik yang
daderschap uit de delictsomschrijving telah dinyatakan secara tegas, maupun yang
aflezen793” ( Orang dapat memastikan siapa tidak dinyatakan secara tragis. Jadi pelaku
yang harus dipandang sebagai pelaku adalah adalah seorng diri telah melakukan sendiri
dengan membaca suatu rumusan delik). tindak pidana yang bersangkutan ). 22 (jika
Akan tetapi dalam praktiknya tidak mudah orang mendengar perkataan “pelaku” maka
untuk menentukan siapa menjadi pelaku menurut pengertian yang umum di dalam
dari suatu perbuatan pidana. tata bahasa, teringatlah orang mula – mula
Menurut Hazewinkel Suringa, pelaku adalah pada seseorang yang secara sendirian telah
setiap orang yang dengan seorang diri telah memenuhi seluruh rumusan delik. Jelas
memenuhi semua unsur delik seperti yang bahwa undang – undang tidak pernah
telah ditentukan dalam rumusan delik mempunyai maksud untuk memandang
tersebut. mereka yang telah menyuruh lakukan atau
Undang – undang tidak akan berhasil mereka yang telah menggerakkan orang lain
menggantikan perkataan orang yang untuk melakukan suatu perbuatan pidana
menggerakan orang lain untuk melakukan itu sebagai pelaku dalam pengertian
perbuatan pidana dengan perkataan sebagaimana dimaksudkan di atas. Sebab
pembuat; dan tidak seorang pun akan jika mereka harus dipandang juga sebagai
berhasil menggantikan perkataan pembuat pelaku, maka mereka itu harus pula
yang telah umum dipakai dengan perkataan melaksanakan sendiri perbuatan
pelaku. (Pelaku adalah orang yang pelaksanaannya ). 23
memenuhi suatu rumusan delik atau orang
yang memenuhi semua unsur dari rumusan 2. Doenplegen (menyuruh, melakukan).
delik, ataupun seperti yang telah dikatakan Menyuruh lakukan adalah terjemahan dari
Zevenbergen : orang yang telah memenuhi doenplegen, sedangkan orang yang
semua unsur dari suatu delik secara menyuruh lakukan disebut istilah
lengkap).20 doenpleger. Menurut sejarahnya, bentuk
(Pelaku suatu tindak pidana adalah orang penyertaan doenplegen sebenarnya tidak
yang melakukan perbuatan pidana yang dikenal dalam Code Penal Perancis sebagai
bersangkutan, dalam arti orang yang dengan induk dari Wetboek Van Strafrecht. Orang
sengaja atau suatu ketidaksengajaan seperti yang menyuruh lakukan dimasukkan sebagai
yang telah disyaratkan oleh undang – pelaku dalam pengertian yang luas,
undang telah menimbulkan suatu akibat sedangkan orang yang disuruh hanyalah
yang tidak dikhendaki oleh undang – undang sebagai instrumen. Oleh karena itu dalam
telah melakukan tindakan yang terlarang Memorie van Toelichting menyatakan
atau mengalapkan tindakan yang diwajibkan bahwa pelaku bukan saja ia yang melakukan
oleh undang – undang, atau atau dengan perbuatan pidana, melainkan juga orang
perkataan lain, ia adalah orang yang yang melakukan secara tidak in persona
memenuhi semua unsur delik seperti yang tetapi melalui orang lain yang seolah
19 21
Eddy. O.S Hiary2016. Prinsip-Prinsip Hukum Pidana Edisi D. Simons Op.Cit. hlm. 307
22
Revisi Cahaya Atma Pustaka Yogyakarta hal. 354. G.A van Hamel, Op.Cit, hlm. 444
20 23
Zevenbergen Op.Cit. Ibid, hal. 444-445
29
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018
sekadar alat bagi kehendakinya. 24 Dalam Hal terakhir yang berkaitan dengan
bentuk penyertaan menyuruh lakukan doenplegen atau menyuruh lakukan adalah
paling tidak dua orang atau lebih yang bahwa orang yang menyuruh lakukan atau
terlibat dalam suatu perbuatan pidana doenpleger sudah pasti diliputi oleh
dengan kedudukan yang berbeda. kesengajaan. Artinya orang yang menyuruh
Seseorang yang mempunyai kehendak menghendaki orang yang disuruh bertindak
melakukan sesuatu perbuatan pidana, sesuai dengan kehendaknya. Oleh karena
namun ia tidak mau melakukannya sendiri itu semua akibat yang akan timbul, baik
dan mempergunakan orang lain yang yang dikhendaki maupun yang tidak
disuruh melakukan perbuatan pidana dikhendaki haruslah diperhitungkan dan
tersebut.25 Kendatipun demiakian, seseoang menjadi resiko yang harus
yang menyuruh orang lain melakukan suatu dipertanggungjawabkan oleh orang yang
perbuatan, sama halnya dengan orang menyuruh. Pengaruh psikologis dari orang
tersebut melakukan perbuatan itu sendiri: yang menyuruh terhadap orang yang
Paling tidak ada tiga syarat penting dalam disuruh tidaklah penting, sehingga doen
donplegen. Pertama, alat yang dipakai atau menyuruh secara praktis dipahami juga
untuk melakukan suatu perbuatan pidana sebagai dengan sengaja membiarkan orang
adalah orang. Kedua, orang yang disuruh lain melakukan delik.
tidak mempunyai kesengajaan, kealpaan
atau kemampuan bertanggung jawab. 3. Medeplegen ( turut serta melakukan )
Ketuga, sebagai konsekuensi syarat kedua Medeplegen dapat diartikan sebagai turut
adalah bhwa orang yang disuruh melakukan serta melakukan. Mengenai istilah
tidaklah dapat dijatuhi pidana. 26 medeplegen, pada awalnya digunakan
Simon. ( Perkataan ini kurang kalimat (sengaja ikut bekerja untuk
menguntungkan, oleh karena jika orang melakukan perbuatan ). Istilah tersebut
yang melakukan tindak pidana adalah tidak mendatangkan keberatan karena tidak
lain dari suatu “alat mati” belaka, maka terlihat perbedaan dengan pembantu yang
orang yang telah menggunakan alat itu memberikan bantuan pada saat perbuatan
sendiri, haruslah dipandang sebagai seorang dilakukan. Oleh karena itu tidak ada
pelaku materil. Pada dasarnya menyuruh kesatuan pendapat di antara para ahli
lakukan itu dapat terjadi tanpa adanya sifat hukum pidana terkait apa yang dimaksud
“tidak mempunyai kehendak” pada orang dengan medeplegen824.
yang telah melakukan pebuatan pidana. Menurut van Hammel, perbuatan orang
Masalahnya di sini hanyalah berkenan yang medeplegen, selain merupakan
dengan tidak dapat dituntutnya orang penyertaan yang lengkap, juga orang –
tersebut menurut hukun pidana sebagai orang yang terlibat harus melakukan seluruh
seorang pelaku). perbuatan. Pengertian medeplegen ini juga
Simons kemudian melanjutkan, (seseorang diikuti oleh Jonkers825 dan Simons826. Terkait
mempunyai kehendak melakukan suatu medeplegen, van Hammel menyatakan
perbuatan pidana, namun ia tidak mau sebagai berikut : ( sesuai dengan apa yang
melakukannya sendiri dan mempergunakan terjadi saat KUHP dibentuk, dalam
orang lain yang disuruh melakukan penerapan undang – undang hukum positif
perbuatan pidana tersebut salah satu kita, menurut hemat saya ajaran yang
bentuk penyertaan )310. Artinya Simons bersifat objektiflah yang harus kita gunakan.
hendak menyatakan bahwa pelaku, orang Dengan menganut paham seperti itu, saya
yang menyuruh lakukan dan orang yang terpaksa harus menganutnya secara
turut serta melakukan adalah para pelaku konsekuen dan harus terjadi, namun yang
dalam konteks delik penyertaan. jarang terjadi, yakni dengan memandang
bahwa tindakan dari setiap peserta tersebut
harus demikian lengkap agar peserta
24
Jan Remmelink, Op.Cit, hlm. 310 tersebut harus demikian lengkap agar
25
Moeljatno, Op.Cit. hlm. 123 peserta tersebut juga di anggap sebagai
26
D. Simons. Op.Cit, hal. 309-310
30
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018
seorang pelaku, yaitu suatu hal yang pada delik penyertaan, maka harus dinyatakan
kenyataannya tidak dilakukan oleh bahwa “A dan B bersama - sama dan
pengadilan – pengadilan ). 27 bersatu telah melakukan suatu perbuatan
(kecuali bahwa kesengjaan seorang turut pidana”29
serta melakukan harus ditujukan kepada Eddy : dalam hal ini sependapat dengan van
suatu kerjasama, kesengajaan dari turut Bemmelen dan van Hattim. Dasar
serta melakukan harus juga ditujukan argumentasinya adalah : pertama, dalam
kepada unsur – unsur delik yang diliputi medeplegen harus ada dua kesengajaan
kesengajaan yang harus dipenuhi oleh yang bersifat mutlak. Kedua, adanya sikap
seorang pelaku ). Van Bemmen dan van batin di antara para pelaku untuk
Hattum selanjutnya berpendapat bahwa menimbulkan delik yang dituju berarti harus
medepelegen pada hakekatnya hanya ada kesepahaman dalam mewujudkan delik.
mungkin pada perbuatan yang merupakan Ketiga, jika ternyata salah satu dari
delik. Pada delik materiil perbuatan tersebut kesengjaan tersebut tidak ada, maka tidak
adequat kausal dengan akibat. ada turut serta melakukan meskipin
Terkait medepelegen, Pompe menyatakan perbuatan pidana terjadi. Keempat,
bahwa medeplegen adalah seseorang kalaupun terjadi perbuatan pidana, maka
dengan seorang lainnya atau lebih kualifikasi pelaku dan perbuatan yang
melaksanakan perbuatan pidana. Dalam dilakukan harus dibedakan. 30
makna bahwa masing – masing atau setidak Hal terakhir dari medeplegen ini adalah,
– tidaknya mereka itu sama melaksanakan terkadang pembentuk undang – undang
unsur – unsur perbuatan pidana tersebut, sudah mensyaratkan bahwa dalam
namun tidak mensyaratkan medeplegen mewujudkan suatu delik harus ada pelaku
harus melaksanakan semua unsur delik.28 yang lebih dari satu orang. Artinya, ada
(Demikian agar seseorang yang turut keturutsertaan dalam delik tersebut. Pasal
melakukan dapat dipidana, maka orang 170 ayat (1) KUHP, “barang siapa yang di
tersebut harus mempunyai kesengajaan dan muka umum bersama – sama melakukan
memenuhi unsur – unsur lain dari delik kekerasan terhadap orang atau barang,
tersebut. Jika kesengajaan tersebut tidak dipidana penjara selama – lamanya lima
terdapat pada orang yang turut melakukan, tahun enam bulan”. Contoh lain pasal 214
maka orang tersebut tidak dapat dipidana KUHP, “Paksaan dan perlawanan yang
karena turut melakukan. Oleh karena diterangkan dalam pasal 211 dan 212
itu,sama halnya dengan dapat dipidannya dilakukan oleh dua orng bersama – sama
seseorang yang telah menyuruh lakukan, atau lebih, dipidana penjara selama –
maka untuk dapat dipidananya seseorang lamanya tujuh tahun”31
yang turut serta melakukan, disyaratkan
bahwa mereka itu mempunyai suatu 4. Uitlokking (menganjurkan melakukan)
kesengajaan yang ditujukan kepada Uitlokking secara hafifah diartikan sebagai
perbuatan pidana yang mereka lakukan ). yang menganjurkan atau menggerakkan,
Mengenai adanya dua kesengajaan tersebut, sedangkan orang yang menganjurkan atau
Moeljatno berpendapat bahwa kesengajaan menggerakan disebut sebagai uitlokker.
yang pertamaadalah elemen melawan (kesengajaan menggerakan orang lain yang
hukum subjektif yaitu sikap batin di antara dapat dipertanggungjawabkan pada dirinya
para pelaku peserta. Sedangkan sendiri untuk melakukan suatu perbuatan
kesengajaan yang kedua adalah objektif pidana dengan menggunakan cara – cara
onrechtselement atau elemen melawan yang telah ditentukan oleh undang – undang
hukum objektif yakni adanya kerja sama karena telah tergerak, orang tersebut
yang nyata di antara para pelaku. Masih
menurut Moeljatno, dalam dakwaan
penuntut umum jika A dan B melakukan
29
Moeljatno Op.Cit, hal. 116-117
27 30
G.A Van Hammel.Op.Cit. hlm. 306 Eddy Op.Cit. hal. 372
28 31
Pompe Op.Cit. 249. Pasal 214 ayat (1) KUHP
31
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018
32
Lex Crimen Vol. VII/No. 5 /Jul/2018
ada tiga perbedaan prinsip. Pertama Eddy. O.S Hiary2016. Prinsip-Prinsip Hukum
Doenplegen harus tetap dikecualikan dari Pidana Edisi Revisi Cahaya Atma
penidanaan. Sedangkan orang yang Pustaka Yogyakarta
digerakkan atau dianjurkan melkukan G.A. Van Hamel. 1913. Inleiding taf De Studie
perbuatan pidana dapat dimintakan Van Het Nedelandsche Strafrecht
pertanggung jawaban pidana. Kedua Derde Arus De Frisen
upaya dalam uitlokking bersifat limiatif George P. Fletcher, 1998, Basic Consepts Of
sementara dalam doenplegen dapan Criminal Law, Oxford University
digunakan sarana apa pun. Ketiga uit Press, New York-Oxford
lokken atau orang menggerakkan atau Lirik Mulyadi, Tindak Pidana Korupsi Tinjauan
menganjurkan tidak mungkin Khusus Terhadap Proses
mewujudkan semua unsure yang ada Penyidikan Penuntutan Peradilan
dalam rumusan delik. Serta Upaya Hukumnya Menurut
Undang-Undang Nomor 31 Tahun
B. SARAN 1999), Citra Aditya Bhakti Bandung
1. Penulis harap kepada para pejabat 2000
maupun menghindari perbuatan jahat N. Langemeyer-Suringo 1953. Inleideng Fat De
yang dapat merugikan Negara, Studie Vanhet Nederlandsche
perekonomian Negara karena perbuatan Straafrecht HID. Tjeens Willins
tersebut itu adalah perbuatan tercela, 2000 Hasrlem
jahat, buruk sabarlah dalam mencari
rejeki yang halal. kasih makan anak dan Nyoman Serikat Putrajaya, 2005 Kejahatan
istri dari baranghasil korupsi sama Korporasi dan
dengan memberi makan bara api. Pertanggungjawaban Pidana,
“Ingatlah“. Banyumedia Malang
2. Penulis harap kepada para pejabat, Paul. H. Robinson, 1997, Structure and Function
aparat petugas hukum berlakulah adil, in Criminal Law, Clarendon Press-
adil adalah amanah Allah, penuhilah rasa Oxford
keadilan kepada masyarakat,jangan Robert K. Yim 1988, Applications of Case Study
berbuat adil karena kasihan dan Research, dari London New Delhi
sebaliknya,karena rasa dendam pribadi hal. 4.
atau kepentingan apalagi secara uang. Syahdeini. Sultan Renny. 2006.
Pertanggungjawaban Pidana
DAFTAR PUSTAKA Korupsi. GrafitiPress, Jakarta
Adi Mahrus, 2008. Kejahatan Korporasi Kajian Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni
Relevansi Sanksi, Tindakan Bagi Bandung, Cetakan keempat, 1996.
Penanggulangan Kejahatan Syed Hussein Alatas, Korupsi, Sifat, Sebab dan
Korporasi Arti Bumi Mitra . Fungsi, LP3ES, Jakarta 1987, hal. IX
Arief Barda Nawawi, 2003. Kapitas Selekta Suyatno, Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme,
Hukum Pidana. PT Citra Aditya Pustaka Sinar Harapan, Jakarta
Semarang 2005.
Ali Mahrus, 2011. Hukum Pidana Korupsi di V. Hattum, 1953. Hand en Leerboeh Van Het
Indonesia. UUI Press Yogyakarta Nederlandsche Strafrecht I.S
Eddy. O.S. Hiarief. 2016. Prinsip-Prinsip Hukum Bouda Quint D. Branuer en Zoon
Pidana Edisi Revisi, Atma Pustaka. Arnhen
Yogyakarta Wasingatu ZXakiah, Penegakan Hukum Undang-
D. Simons. 1937. Leboeh Van Het Undang Korupsi, Makalah, Jakarta
Nederlandsche Strafrecrecht, 2001
Eerste Deel Zes De Drus P. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Noordhaat. N.V. Groningen- Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi
Batavia Bahan Ajar Hukum Pidana Unsrat Manado
33