Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MATA KULIAH BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA

BANK PERKREDITAN RAKYAT

DISUSUN OLEH:

Fikri Fadilah (1706619022)

Indira Julianty (1706619040)

Khusnul Khotimah (1706619045)

Elba Seville (1706619073)

Merdhania Khusumaningrum (1706619079)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

JAKARTA

2020
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bank Perkreditan Rakyat atau BPR merupakan salah satu bank yang paling dicari dan
jasanya paling banyak di gunakan oleh masyarakat Indonesia. Apalagi kini ada banyak
sekali jenis Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang juga tersebar di perdesaan. Sehingga
seluruh masyarakat luas bisa merasakan manfaat dari BPR.
BPR memiliki ciri khas yaitu salah satu layanan masyarakat yang mendekat kepada
rakyat pedesaan sehingga BPR juga lekat dengan bank desa, pasar, pegawai, petani, serta
rakyat kecil lainnya. Sedangkan Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Fungsi Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu:
 Memberi pengetahuan terhadap masyarakat luas tentang perbankan
 Membuat pemerataan kesempatan untuk membuka usaha
 Mempercepat pembangunan di desa
 Menyediakan layanan perbankan

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Bank Perkreditan Rakyat?
2. Bagaimana sejarah Bank Perkreditan Rakyat?
3. Bagaimana sasaran, asas, dan landasan hukum BPR?
4. Bagaimana keadaan BPR ditengah pandemic COVID-19?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini,yaitu:
1. Memahami dan mengetahui apa itu Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
2. Menjelaskan kondisi BPR ditengah pandemic COVID-19
3. Melaksanakan kegiatan pembelajaran Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. BANK PERKREDITAN RAKYAT


1. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah Bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam
bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. BPR sudah ada sejak jaman
sebelum kemerdekaan yang dikenal dengan sebutan Lumbung Desa, bank Desa, Bank
Tani dan Bank Dagang Desa atau Bank Pasar
BPR adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau dalam
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah
yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2. Kegiatan Usaha Bank Perkreditan Rakyat


Berikut usaha yang dapat dilaksanakan oleh BPR:
 Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
 Memberikan kredit.
 Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip
Syariah,sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
 Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito
berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain.

Berikut usaha yang tidak dapat dilaksanakan oleh BPR :

 Menerima simpanan berupa giro.


 Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.
 Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent bankingdan concern terhadap
layanan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah.
 Melakukan usaha perasuransian.
 Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud dalam
usaha BPR.

3. Tujuan Bank Perkreditan Rakyat


Pendirian BPR memiliki tujuan, yaitu :
 Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan jasa pelayanan perbankan bagi masyarakat
pedesaan
 Menunjang pertumbuhan dan modernisasi ekonomi pedesaan sehingga para petani,
nelayan dan para pedagang kecil di desa dapat terhindar dari lintah darat, pengijon
dan pelepas uang
 Melayani kebutuhan modal dengan prosedur pemberian kredit yang mudah dan
sesederhana mungkin sebab yang dilayani adalah orang-orang relatif rendah
pendidikannya
 Ikut serta memobilisasi modal untuk keperluan pembangunan dan turut membantu
rakyat dalam berhemat dan menabung dengan menyediakan tempat yang dekat,
aman, dan mudah untuk menyimpan uang bagi penabung kecil

4. Alokasi Kredit dalam Bank Perkreditan Rakyat


Dalam mengalokasikan kredit, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
BPR, yaitu:
1. Dalam memberikan kredit, BPR harus memiliki keyakinan atas kemampuan dan
kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan perjanjian.
2. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia
mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lainnya
yang serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR kepada peminjam atau sekelompok
peminjam yang terkait, termasuk kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok
yang sama dengan BPR tersebut. Batas maksimum tersebut adalah tidak melebihi
30% dari modal yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.
3. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia
mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain yang
serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR kepada pemegang saham (dan keluarga)
yang memiliki 10% atau lebih dari modal disetor, anggota dewan komisaris (dan
keluarga), anggota direksi (dan keluarga), pejabat BPR lainnya, serta perusahaan-
perusahaan yang di dalamnya terdapat kepentingan pihak pemegang saham (dan
keluarga) yang memiliki 10% atau lebih dari modal disetor, anggota dewan
komisaris (dan keluarga), anggota direksi (dan keluarga), pejabat BPR lainnya.
Batas maksimum tersebut tidak melebihi 10% dari modal yang sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.

Dalam mengalokasikan kredit, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
BPR, yaitu:

1. Dalam memberikan kredit, BPR wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan
kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan perjanjian.
2. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia
mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain yang
serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR kepada peminjam atau sekelompok
peminjam yang terkait, termasuk kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok
yang sama dengan BPR tersebut. Batas maksimum tersebut adalah tidak melebihi
30% dari modal yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.
3. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia
mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain yang
serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR kepada pemegang saham (dan keluarga)
yang memiliki 10% atau lebih dari modal disetor, anggota dewan komisaris (dan
keluarga), anggota direksi (dan keluarga), pejabat BPR lainnya, serta perusahaan-
perusahaan yang di dalamnya terdapat kepentingan pihak pemegang saham (dan
keluarga) yang memiliki 10% atau lebih dari modal disetor, anggota dewan
komisaris (dan keluarga), anggota direksi (dan keluarga), pejabat BPR lainnya.
Batas maksimum tersebut tidak melebihi 10% dari modal yang sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.

B. SEJARAH BANK PERKREDITAN RAKYAT


Awalnya BPR dibentuk dengan tujuan untuk membantu para petani, pegawai, dan
buruh agar dapat terlepas dari jerat hutang yang diberikan oleh rentenir. Dengan suku bunga
yang sangat tinggi, para petani dan buruh merasa hasil jerih payah mereka habis hanya
untuk membayar hutang kepada pihak rentenir. Oleh karena itu, pemerintah memutuskan
untuk mendirikan suatu lembaga keuangan mikro bertujuan untuk menghapus
ketergantungan masyarakat terhadap sistem pinjaman uang yang menjerat tersebut.
Runtutan sejarah panjang BPR dapat diuraikan sebagai berikut:
 Abad ke-19 : Dibentuk Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani, dan Bank Dagang Desa.
 Pasca kemerdekaan Indonesia : Didirikan Bank Pasar, Bank Karya Produksi Desa
(BKPD).
 Awal 1970an : Didirikan Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP) oleh Pemerintah
Daerah.
 Tahun 1988 : Dikeluarkan Paket Kebijakan Oktober 1988 (PAKTO 1988) melalui
Keputusan Presiden RI No. 38 yang menjadi momentum awal pendirian BPR-BPR
baru. Kebijakan tersebut memberikan kejelasan mengenai keberadaan dan kegiatan
usaha “Bank Perkreditan Rakyat” atau BPR yang bertujuan untuk melayani masyarakat
golongan mikro, kecil, dan menengah.
 Tahun 1992 : Dikeluarkan Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan dan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998, sebagai
landasan hukum yang jelas terhadap BPR untuk diakui sebagai salah satu jenis bank
selain Bank Umum. Sejak saat itu di Indonesia mulai dikenal ada 2 lembaga keuangan
setara bank yang diakui, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.
 Tahun 2004 : Dikeluarkan Undang-Undang No. 24 tahun 2004 tentang Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS), suatu lembaga independen yang berfungsi menjamin
simpanan nasabah di bank yang beroperasional di wilayah hukum Indonesia, termasuk
BPR. Sejak saat itu, tingkat keamanan masyarakat untuk menabungkan atau
mendepositokan uangnya di BPR menjadi sama amannya dengan di bank umum selama
besaran nilai simpanan dan suku bunga yang diberikan oleh bank sesuai dengan aturan
yang berlaku.

C. SASARAN, ASAS, DAN LANDASAN HUKUM BANK PERKREDITAN RAKYAT


1. Sasaran Bank Perkreditan Rakyat
Melayani kebutuhan petani, peternak, nelayan, pedagang, pengusaha kecil,
pegawai, dan pensiunan karena sasaran ini belum dapat terjangkau oleh bank umum
dan untuk lebih mewujudkan pemerataan layanan perbankan, pemerataan kesempatan
berusaha, pemerataan pendapatan, dan agar mereka tidak jatuh ke tangan para pelepas
uang (rentenir dan pengijon), karena BPR umumnya ditujukan untuk masyarakat
golongan ekonomi lemah bukan hanya di pedesaan saja tetapi untuk masyarakat
perkotaan golongan ekonomi lemah juga.

2. Asas Bank Perkreditan Rakyat


Dalam melaksanakan usahanya BPR berasaskan demokrasi ekonomi dengan
menggunakan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi adalah sistem ekonomi
Indonesia yang dijalankan sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 yang memiliki 8 ciri
positif sebagai pendukung dan 3 ciri negatif yang harus dihindari (free fight liberalism,
etatisme, dan monopoli). Pasal tersebut diantara nya berbunyi:
“Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional”.
Penjelasan pasal 33 menyebutkan bahwa “dalam pasal 33 tercantum dasar
demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua dibawah pimpinan
atau penilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang
diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang”. Selanjutnya dikatakan bahwa “Bumi
dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok
kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Sehingga, sebenarnya secara tegas Pasal 33 UUD 1945 beserta penjelasannya,
melarang adanya penguasaan sumber daya alam ditangan orang-seorang. Dengan kata
lain monopoli, oligopoli maupun praktek kartel dalam bidang pengelolaan sumber daya
alam adalah bertentangan dengan prinsip pasal 33.

3. Landasan Hukum Bank Perkreditan Rakyat


Landasan Hukum BPR ialah UU No.7/1992 tentang Perbankan sebagaimana
telah diubah dengan membuat UU No.10/1998. Dalam UU tersebut secara tegas telah
disebutkan bahwa BPR adalah Bank yang melaksanakan segala kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan usaha BPR terutama
ditujukan untuk melayani usaha-usaha kecil serta masyarakat di daerah pedesaan pada
dasarnya. Bentuk hukum BPR dapat berupa Perseroan Terbatas maupun Perusahaan
Daerah, atau Koperasi.

D. KEADAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DI TENGAH PANDEMI COVID-19


Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyampaikan dampak dari wabah virus corona
(Covid-19) membuat banyak Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang berstatus gagal.

Banyak BPR yang gagal akibat dari kegiatan bisnis tidak menguntungkan karena
banyak program pemerintah yang menjadi saingan BPR. Ini membuat jumlah BPR terus
menyusut, jumlahnya tinggal 1.700 perusahaan.

Status bank gagal yaitu, suatu keadaan di mana operasional bank tertentu dapat
dihentikan oleh otoritas pengawasan perbankan. Saat ini, banyak Bank Pembangunan
Daerah (BPD) yang memberikan dana kepada BPR. Ini menyebabkan banyak sekali
tagihan BPD kepada BPR.

Sementara untuk penguatan modal BPD, pemerintah daerah bisa mengeluarkan surat
utang (municipal bond) untuk menolong BPR tersebut. Namun itu semua tergantung
kesiapan BPD dan BI.

Dibawah ini merupakan beberapa strategi Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat


Indonesia (Perbarindo) dalam menjaga likuiditas di tengah pandemi Covid-19 :

1. Berdikusi dengan bank umum mengenai penempatan dana antarbank.


Ketua Umum Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Djoko
Suyanto mengatakan penempatan dana antarbank akan menjadi salah satu strategi risk
management yang dapat terjadi di kemudian hari. Meskipun demikian, hingga saat ini
kondisi likuiditas BPR dipastikan masih tergolong aman.

2. Pinjaman jangka pendek dari Bank Indonesia.


Perbarindo sudah berdiskusi dengan bank umum untuk mengupayakan pinjaman yang
disiapkan untuk menjaga likuiditas.
Hingga Januari 2020, loan to deposit ratio (LDR) BPR tercatat sebesar 76,21 persen,
penempatan tabungan di BPR tumbuh 7,96 persen dibandingkan periode sama tahun
lalu (year on year/yoy), dan deposito yang tumbuh 13,15 persen (yoy).
Likuiditas BPR tidak hanya berasal dari angsuran semata, tetapi juga dana pihak ketiga
(DPK).penempatan dana pihak ketiga (DPK) dalam bentuk tabungan di BPR
mengalami penurunan pada Januari 2020 dibandingkan bulan sebelumnya (month to
month), yakni sebesar 1,7 persen.
Walaupun begitu, DPK dalam bentuk deposito mengalami pertumbuhan pada Januari
2020 sebesar 1,76 persen. Ini berarti DPK pada Januari masih tergolong normal. tren
penarikan tabungan di BPR hingga saat ini juga masih terhitung normal. Penempatan
tabungan dan deposito juga masih bertmbuh hingga saat ini.
BAB III
KESIMPULAN

BPR adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau dalam bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Fungsi Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu:
 Memberi pengetahuan terhadap masyarakat luas tentang perbankan
 Membuat pemerataan kesempatan untuk membuka usaha
 Mempercepat pembangunan di desa
 Menyediakan layanan perbankan
TABEL PEMBAGIAN KEGIATAN

NAMA ANGGOTA TUGAS

Khusnul Khotimah Artikel

Indira Julianty Resume

Merdhania Khusumaningrum Makalah

Fikri Fadilah Makalah

Elba Seville PPT


DAFTAR PUSTAKA

https://www.simulasikredit.com/fungsi-dan-tugas-bank-perkreditan-rakyat-bpr-di-
indonesia/

https://tirto.id/mengenal-bpr-dan-perbedaannya-dengan-bank-umum-ery2

https://www.cnbcindonesia.com/market/20200409162154-17-150956/dampak-covid-
19-lps-sebut-banyak-bpr-diujung-tanduk

https://www.google.co.id/amp/s/m.bisnis.com/amp/read/20200422/90/1230897/strategi-
bpr-jaga-likuiditas-di-tengah-tekanan-pandemi-covid-19

https://bprindra.com/mengenal-bank-perkreditan-rakyat/

https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/Pages/Bank-Perkreditan-Rakyat.aspx

Anda mungkin juga menyukai