Anda di halaman 1dari 10

TUGAS TERSTRUKTUR FISIOLOGI TUMBUHAN II

PERANAN UNSUR HARA BAGI PERTUMBUHAN DAN


PERKEMBANGAN TUMBUHAN

Disusun Oleh:

DADAN DARMAWAN
B1J006065

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2011
PENDAHULUAN

Petumbuhan dan perkembangan tanaman sangat bergantung pada faktor


lingkungan tumbuhnya. Menurut (Salisbury dan Ross, 1992), lingkungan tanaman
adalah segala sesuatu yang berada di sekitar tanaman yang saling berinteraksi.
Interaksi tersebut menimbulkan transfer massa atau energi antara tanaman dan
lingkungannya. Faktor-faktor yang memenuhi defnisi di atas mencakup cahaya,
panas, air, potensial elektrik, berbagai jenis gas, mineral dan substansi organik.
Kebutuhan air tanaman (crop water requirement) sering diistilahkan sebagai
komsurnsi air oleh tanaman (water use) didefinisikan sebagai banyaknya air yang
hilang dari areal bervegetasi per satuan waktu yang digunakan untuk proses
evapotranspirasi Kebutuhan air untuk tanaman dipengaruhi oleh faktor iklim dan
tanah (Heddy, 1986).
Faktor iklim seperti radiasi matahari, suhu, kecepatan angin dan
kelembaban udara mempengaruhi proses evaporasi, sedangkan faktor tanah
seperti tekstur, kedalaman air tanah dan struktur topografi menentukan besarnya
infiltrasi, perkolasi dan limpasan air. Selain itu karakteristik tanaman seperti,
pertumbuhan dan fase perkembangan tanaman juga berpengaruh terhadap jumlah
yang dibutuhkan tanaman. Petumbuhan dan perkembangan yang optimal selatu
berkaitan dengan suatu kondisi lingkungan tumbuh spesifik yang mendukung
(favourable) ekspresi suatu komposisi genetik tertentu. Perubahan kondisi
lingkungan dapat memberikan pengaruh pada proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman (Baharsjah, 1991; Allen et al., 1998).
Penelitian menunjukkan bahwa unsur tertentu diperlukan untuk
pertumbuhan normal bagi tanaman. Unsur penting ini harus dalam bentuk yang
dapat digunakan oleh tanaman, dan dalam konsentrasi optimum untuk
pertumbuhan suatu tanaman, unsur-unsur tersebut harus dalam suatu
keseimbangan yang wajar antara konsentrasi-konsentrasi unsur hara yang dapat
larut di dalam tanah. Terlalu banyak kalsium misalnya, dapat menghambat posfor
dan boron atau dapat mempermudah khlorosis karena mengurangi tersedianya
besi, seng atau mangan. Suatu unsur dikatakan esensial jika gejala kekhasannya
tampak pada tumbuhan yang ditanam tanpa mengandung unsur tersebut dalam
larutan haranya walupun tumbuhan tersebut menghasilkan biji yang viabel. Ada
dua kriteria utama suatu unsur dikatakan sebagai unsur esensial, pertama yaitu
bahwa apabila tanpa unsur tersebut maka tumbuhan tidak dapat menyempurnakan
daur hidupnya (misal, membentuk biji yang viabel), yang kedua yaitu bila unsur
tersebut menjadi bagian dari molekul atau kandungan tumbuhan yang esensial
bagi tumbuhan itu. Selain itu, dapat juga ditambahkan satu kriteria lagi yaitu harus
secara langsung berperan dalam tumbuhan dan bukan menyebabkan suatu unsur
lain menjadi lebih mudah tersedia atau melawan unsur lain (Salisbury and Ross,
1995).

PEMBAHASAN
Unsur hara essensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dapat dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro
(makronutrien) merupakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan dalam
jumlah yang besar, sedangkan unsur hara mikro (mikronutrien) merupakan unsur
hara yang diperlukan dalam jumlah yang sedikit namun esensialitasnya tidak
kurang penting karena tumbuhan tidak dapat bertahan hidup tanpanya. Unsur
yang termasuk dalam kelompok unsur hara makro yaitu C, O, H, N, P, S, K, Ca
dan Mg. Sedangkan kelompok unsur hara mikro yaitu Mn, Fe, Cu, Zn, B, Cl dan
Mo serta beberapa unsur lain yang terdapat dalam tanaman dalam jumlah kecil,
seperti Al, Co, Na dan lain-lain (Sebanek, 1992). Fungsi unsur hara makro
diantaranya, karbon (C), bersama-sama dengan O dan H dalam proses
metabolisme. C dalam bentuk CO2 berperan sebagai akseptor elektron terakhir
pada proses fotosintesis (Sutcliffe and Baker, 1974).
Oksigen berperan sebagai akseptor elektron terakhir dalam proses respirasi
aerobik. Hidrogen terionisasi (H+) membawa muatan positif pada sisi membran
organel pada metabolisme energetik yang apabila terakumulasi menjadi dasar bagi
transformasi energi pada membran sel. Nitrogen berperan sebagai elemen
pembentuk protein struktural dan fungsional. P (fosfor) terutama berperan pada
transfer energi. S (sulfur) berfungsi sebagai biokatalitik dan konstruktif alami.
Potasium (K), perannya belum begitu diketahui, namun kemungkinan
berpengaruh dalam sintesis protein terutama jika terdapat amonia dalam jumlah
yang cukup pada media tumbuh. Unsur Mg (magnesium) merupakan aktivator
enzim fosfatase, fosfokinase sintetase dan enzim yang mengkatalisis hidrolisis
asam fosforik anhidra. Selain itu, magnesium juga sebagai penyusun molekul
klorofil. Unsur yang terakhir, yaitu kalsium (Ca) berperan dalam fungsi transport
dan sebagai regulator permeabilitas membran dan menstabilkannya (Sebanek,
1992).

Menurut Meyer dan Anderson (1952), unsur hara mempunyai beberapa


peran bagi tumbuhan antara lain :
1. Komponen penyusun protoplasma dan dinding sel Sejumlah sangat penting
dan merupakan komponen permanen pada protoplasma dan dinding sel.
2. Berpengaruh pada tekanan osmotik sel tumbuhan.
Tekanan osmotik beberapa sel tumbuhan diatur oleh bahan organik dan garam
mineral yang terlarut dalam cairan sel. Kebanyakan sel tumbuhan dengan
konsentrasi unsur hara yang tinggi, tekanan osmotik cairan tubuhnya sangat
rendah.
3. Berpengaruh pada kerja asam dan bufer
Unsur hara yang diserap dari tanah seringkali berpengaruh pada pH cairan sel
dan bagian lain dari sel tumbuhan, walaupun kadang-kadang tidak terlalu
besar.
4. Berpengaruh pada permeabilitas membran sitoplasma.
Permeabilitas membran sitoplasma dipengaruhi oleh kation dan anion pada
medium yang terkontak langsung dengannya. Ca dan di- atau trivalent kation
lain kadang-kadang menurunkan permeabilitas membran sitoplasma pada
banyak sel, namun kation monovalent menyebabkan efek peningkatan.
5. Fungsi toksik dari elemen mineral
Banyak unsur hara pada bentuk ionnya mempunyai pengaruh toksik terhadap
protoplasma, kadang-kadang menyebabkan disorganisasi atau kematian saat
konsentrasinya sangat rendah.
6. Fungsi antagonistik
Satu ion atau garam berpengaruh baik pada ion atau garam lain disebut
antagonisme. Beberapa elemen mineral berinteraksi dengan cara mengatur
keseimbanagn ion. Fenomena antagonistik terlihat jelas pada fenomena
toksisitas.
7. Fungsi katalitik
Pengaruh khusus unsur hara pada tunbuhan diakibatkan oleh partisipasinya
dalam suatu fungsi atau sistem katalitik dan berbagai reaksi enzimatik dalam
sel.
Loveless (1991) menambahkan mengenai peranan unsur hara makro bagi
tumbuhan tingkat tinggi adalah sebagai berikut :
1. Nitrogen (N), penyusun asam amino, protein, asam nukleat dan sebagainya.
2. Kalium (K), pengaktif sebuah enzim atau lebih, terlibat dalam pengendalian
potensial osmosis sel terutama sel pengawal.
3. Kalsium (Ca), struktur dan sifat permeabilitas selaput sel, struktur lamela
tengah.
4. Fosfor (P), komponen ATP, asam nukleat dan banyak substrat metabolisme,
kofaktor berbagai enzim.
5. Belerang (S), penyusun protein tertentu (gugus -SH yang penting bagi
berbagai enzim).
6 Magnesium (Mg), penyusun klorofil, kofaktor berbagai enzim.
Masih menurut Loveless (1991) menyatakan bahwa peranan unsur hara
mikro antara lain:
1. Besi (Fe), berhubungan dengan pengangkutan elektron (sistem oksidase
sitokrom).
2. Boron (B), translokasi gula menembus selaput sel.
3. Mangan (Mn), kofaktor bagi sebuah enzim atau lebih (misalnya arginase).
4. Seng (Zn), kofaktor bagi sebuah enzim atau lebih (misalnya karbonat
anhidrase).
5. Tembaga (Cu), berhubungan dengan sistem oksidase tertentu dan reduksi
nitrit menjadi amonia.
6. Molibdenum (Mo), reduksi nitrat.
Menurut Salisbury dan Ross (1995), gejala defisiensi unsur-unsur hara
makro akan menyebabkan munculnya beberapa gejala kerusakan jaringan
tumbuhan antara lain :
1. Defisiensi kalsium (Ca), menyebabkan daun muda pada kuncup akhir mula-
mula melengkung secara khas dan akhirnya jaringan di daerah ini akan mati.
2. Defisiensi fosfor (P), pada tumbuhan hijau tua sering muncul warna merah
dan ungu dan tangkai pendek dan pipih jika kekurangan unsur terjadi pada
taraf pertumbuhan lanjut.
3. Defisiensi magnesium (Mg), daun dengan bercak warna (klorosis), memerah,
kadang-kadang dengan bercak mati, ujung dan tepi daun melengkung ke
bawah atau ke atas serta tangkainya pipih.
4. Defisiensi belerang (S), menyebabkan daun muda dengan urat dan jaringan
antar urat daun berwarna hijau muda.
Sedangkan menurut Dwidjoseputro (1980), walaupun hanya diperlukan
dalam jumlah yang relatif sedikit, namun kekurangan unsur hara mikro akan
menyebabkan beberapa gejala defisiensi antara lain :
1. Defisiensi unsur besi (Fe), dalam bentuk ion-ion Fe2+ akan menimbulkan
klorosis, lembaran daun menjadi kuning pucat, sedangkan urat-urat daun tetap
berwarna hijau.
2. Defisiensi boron (B), lekas matinya bagian-bagian yang mengalami
pertumbuhan seperti “penyakit pucuk” (top sickess) pada tembakau,
menguningnya kobis dan menggulungnya daun kentang.
3. Defisiensi mangan (Mn), efeknya sama dengan kekurangan Fe dan Mg yaitu
klorosis.
4. Defisiensi tembaga (Cu), mengisutnya ujung-ujung daun yang akhirnya
menyebabkan gugurnya seluruh daun.
5. Defisiensi seng (Zn), salah tumbuh pada ujung akar yang akhirnya
menghambat pertumbuhan semua bagian.
6. Defisiensi molibdenum (Mo), terganggunya pertumbuhan tanaman, sedangkan
kelebihan Mo akan menimbulkan racun.
Pada dasarnya gejala kekurangan unsur hara tergantung pada dua hal
utama yaitu (1) fungsi dari unsur hara tersebut, dan (2) kemudahan bagi unsur
hara tersebut untuk ditranslokasikan dari daun tua ke daun muda. Efek yang
diperlihatkan oleh tanaman akibat kekurangan hara tertentu (defisiensi) menurut
Noggle dan Fritz (1983) yaitu: untuk defisensi unsur boron gejalanya berupa
nekrosis, daun gugur sebelum waktunya, meristem apikal terhambat dan mati,
penurunan fungsi jaringan meristem, tanaman menjadi kerdil, akar memendek,
jumlah bunga dan buah berkurang. Defisiensi kalsium berakibat daun berklorosis,
menggulung, keriting, jaringan meristem akar dan batang mati, buah sedikit atau
tidak ada. Defisiensi klorin (Cl) menyebabkan daun layu, diikuti klorosis, daun
kemerahan dan nekrosis. Defisiensi unsur besi (Fe) mengakibatkan klorosis yang
kemudian bisa menjadi nekrosis. Sedangkan defisiensi magnesium juga dapat
mengakibatkan klorosis dan kadang nekrosis. Tanaman yang mengalami
kekurangan unsur N dan S dalam tubuhnya menyebabkan timbulnya gejala
klorosis akibat kekurangan klorofil dan jika terjadi defisiensi N batang bisa
berubah menjadi merah atau keunguan akibat kekurangan antosianin. Selain itu,
bisa menyebabkan tanaman menjadi lemah dan kerdil. Defisiensi unsur K dapat
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, yang terutama terjadi pada tumbuhan
biji, serta bisa mengakibatkan klorosis daun. Defisiensi tembaga (Cu) diketahui
dapat menyebabkan nekrosis/klorosis, sedangkan defisiensi mangan (Mn)
menyebabkan klorosis dan nekrosis yang terjadi baik pada daun muda maupun
tua. Defisiensi seng (Zn) menyebabkan daun tidak dapat melebar dan batang tidak
memanjang (diduga akibat gangguan pada metabolisme auksin), sedangkan
defisiensi Molibdenum (Mo) dapat menyebabkan korosis atau nekrosis (Sutcliffe
dan Baker, 1974).

KESIMPULAN

1. Kekurangan unsur hara tertentu pada tanaman dapat menyebabkan


terjadinya nekrosis atau klorosis, bahkan kematian tanaman.
2. Unsur hara makro umumnya berperan dalam komponen penyusun tubuh
tanaman, dan reaksi-reaksi utama metabolik serta diperlukan dalam jumlah
yang relatif besar oleh tanaman.
3. Unsur hara mikro umumnya berperan sebagai aktivator enzim dalam
reaksi-reaksi tertentu dan dibutuhkan dalam jumlah yang relatif sedikit
oleh tanaman.

DAFTAR REFERENSI

Akmal.2008. Strategi Pemuliaan Jagung Untuk Karakter Toleransi Terhadap


Cekaman Kekeringan. Percikan vol. 92
Allen, R.G., L.S. Pereira, D. Raes, and M. Smith. 1998. Crop Evapotranspiration:
Guidelines for computing crop water requirements. PA0 Irrigation and
Drainage Paper 56. Rome, Italy. 300 hlm.
Bahar sjah, J.S. 1991. Hubungan Cuaca Tanaman. Di dalam : Bey, editor . Kapita
Selekfa &lam Agromefeomlogi. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hlm 170-182.
Dwidjoseputro. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia, Jakarta.
Heddy, S. 1986. Biologi Pertanian. Rajawali, Malang
Kaya Elizabeth.2009. Ketersediaan Fosfat, Serapan Fosfat, dan Hasil Tanaman
Jagung (Zea mays) Akibat Pemberian Bokashi Ela Sagu Dengan Pupuk
Fosfat Pada Ultisols. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 9 No. 1
(30-36).
Loveless, A.R.1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 1.
Gramedia, Jakarta.
Meyer, B.S dan D.B Anderson.1952. Plant Physiology. D Van Nostrand Company
In, New Jersey.
Noggle, R.G and G.J. Fritz. 1983. Introductory Plant Physiology 2nd Edition.
Prentice Hall Inc., New Jersey.
Rukmi.2010. Peranan Unsur Nitrogen Dalam Proses Respirasi. Staf pengajar pada
Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus.
Salisbury, F. B. and C.W. Ross. 1992. Plant Physiology. Wads worth. Publishing
Company, California.
Salisbury, F.B dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1 Sel : Air,
Larutan dan Permukaan. ITB, Bandung.
Sebanek, J. 1992. Plant Physiology. Elsevier, Czechoslovakia.
Sutcliffe, J.F and D.A. Baker. 1974. Plants and Mineral Salts. Edward Arnold
(Publishers) Ltd., London.

Anda mungkin juga menyukai