Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Abstract
Regency area that investment increased more relatively is Purbalingga. One of the Increased
industrial sector is retail, whether traditional market and modern market formats such as alfamart
and Indomart. Today almost every district in Purbalingga have more than one retail market in a
modern format, such as in Kalimanah District, Padamara District, Bobotsari District and Bojongsari
District. Therefore, researchers are interested to discuss about the implementation of zo-ning
policies of traditional markets and modern markets in Purbalingga and what factors are likely to
affect the implementation of zoning policies of tradisional market and a modern market in
Purbalingga.Based on the results there are un synchronized legislation in zonation of traditi onal
market and modern market. The factors that affect in policy of zoning traditional market and
modern market are the law, law enforcement, facilities and infrastructure, community, and cultural
factors.
Abstrak
Kabupeten yang investasinya relatif meningkat adalah Kabupaten Purbalingga. Salah satu industri
yang berkembang saat ini adalah sektor retail/pasar, baik dalam format tradisional maupun modern,
seperti Alfamart dan Indomart. Saat ini beberapa kecamatan di Kabupaten Purbalingga memiliki lebih
dari satu retail dalam format pasar modern, seperti Kecamatan Kalimanah, Padamara, Bobotsari dan
Bojongsari. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas mengenai implementasi kebijakan
zonasi pasar tradisional dan pasar modern di Kabupaten Purbalingga dan faktor yang cenderung
mempengaruhi kebijakan zonasi pasar tradisional dan pasar modern di Kabupaten Purbalingga.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat ketidaksinkronan peraturan perundang-
undangan, sehingga mengakibatkan implementasi kebijakan zonasi pasar tradisional dan pasar
modern tidak komprehensif. Faktor-faktor yang cenderung mempengaruhi kebijakan zonasi pasar
tradisional dan pasar modern yaitu hukum, penegak hukum, masyarakat, sarana dan fasilitas serta
budaya. Penulis mengajukan saran agar Permendagri Permendagri No. 53/M-DAG/PER/12/2008 dan
Perda Kabupaten Purbalingga No. 2 tahun 2010 dilakukan amandemen atau uji materiil.
Pendahuluan
Manusia, apabila ditinjau dari sisi seja- lah satu hal yang paling penting, karena me-
rah, telah mengenal dan melakukan kegiatan rupakan tempat untuk melakukan kegiatan ter-
jual beli sejak mengenal peradaban sebagai sebut selain menjadi salah satu indikator paling
bentuk pemenuhan kebutuhan. Dalam kegiatan nyata kegiatan ekonomi masyarakat di suatu
jual beli, keberadaan pasar merupakan salah wilayah.
Sama halnya dengan bangsa lain, bangsa
Artikel ini merupakan hasil Penelitian Pemula dengan
sumber biaya DIPA UNSOED berdasarkan Surat Perjan-
Indonesia telah lama mengenal pasar khusus-
jian Pelaksanaan Jasa Penelitian Tahun Anggaran 2011 nya pasar tradisional. Berdasar Kamus Umum
No. 1583/H23.9/PN/2011 tanggal 31 Maret 2011. Uca-
pan terima kasih disampaikan kepada Marien Aditi-
Bahasa Indonesia, pasar berarti tempat orang
yanto, Mahasiswa Fakultas Hukum UNSOED, yang telah berjual beli sedangkan tradisional dimaknai si-
membantu pelaksanaan penelitian ini.
46 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 12 No. 1 Januari 2012
kap dan cara berpikir serta bertindak yang sela- Ada bebrapa ancaman yang muncul dari
lu berpegang kepada norma dan adat kebiasaan keberadaan pasar modern. Pertama, memati-
yang ada secara turun temurun. Berdasarkan kan warung-warung tradisional karena adanya
arti di atas, maka pasar tradisional adalah tem- pergeseran kebiasaan konsumen. Posisi yang
pat orang berjual beli yang berlangsung di berdekatan antar supermarket, hypermarket
suatu tempat berdasarkan kebiasaan.1 Kebera- atau minimarket melalui keunggulan yang dimi-
daan pasar tradisional bukan semata urusan liki dibandingkan dengan pasar tradisional di
ekonomi tetapi lebih jauh kepada norma, ranah kota-kota besar telah menyebabkan berpindah-
budaya, sekaligus peradaban yang berlangsung nya para pembeli pasar tradisional ke pasar
sejak lama di berbagai wilayah di Indonesia. modern. Kedua, terkait permasalahan pereko-
Pasar tradisional mempunyai fungsi dan nomian lokal. Perputaran uang di daerah, awal-
peranan yang tidak hanya sebagai tempat per- nya sebagian besar perputaran uang tersebut
dagangan tetapi juga sebagai peninggalan merupakan konstribusi dari usaha kecil mene-
kebudayaan yang telah ada sejak zaman dahu- ngah (UKM), namun seiring dengan relatif ber-
lu. Saat ini perlu disadari, bahwa pasar tradisi- kurangnya UKM dan pasar tradisonal akibat ka-
onal bukan satu-satunya pusat perdagangan. lah bersaing dengan pasar modern, maka secara
Semakin banyaknya pusat perdagangan lain se- otomatis mengecilkan konstribusi mereka. Se-
perti pasar modern, baik dalam bentuk mini- mentara di sisi lain, keberadaan pasar modern
market, hypermart maupun mall yang pada gi- di suatu daerah cenderung tidak memberikan
lirannya dapat membuat pasar tradisional harus sumbangan yang signifikan pada perekonomian
mampu bertahan dalam persaingan agar tidak lokal karena pendapatan yang diperoleh dari
tergilas oleh arus modernisasi. pasar modern biasanya hanya berasal dari pajak
Maraknya pembangunan pasar-pasar mo- IMB dan pajak reklame. Bandingkan dengan
dern justru dipertanyakan kemanfaatan secara pendapatan pemerintah daerah dari penarikan
meluas, karena melahirkan ketimpangan. Pasar retribusi terhadap pedagang pasar tradisional.
modern mengambilalih keuntungan pedagang Ketiga, panjangnya masa kerja pasar modern.
kecil, dan mengalir ke pasar modern dengan Pasar modern cenderung beroperasi selama
berbagai bentuknya. Berdasarkan data AC Niel- tujuh hari dalam dalam seminggu (365 hari atau
sen, kontribusi penjualan pasar tradisional me- 366 hari setahun) dari mulai pukul 09.00 atau
mang terus merosot. Bila pada tahun 2002, do- 10.00 hingga pukul 22.00 tanpa hari libur. Ka-
minasi penjualan di segmen pasar ini mencapai laupun tutup, itu dilakukan hanya untuk stock-
75%, maka pada tahun 2007 lalu turun menjadi recheck, bahkan di hari raya apapun juga mere-
hanya 70%.2 Dengan demikian, pasar tradisional ka tetap beroperasi, meskipun dengan jam ker-
juga semakin tersingkirkan. Tidak heran apabila ja yang berubah atau digeser. Hal tersebut ti-
muncul sengketa dan resistensi para pedagang dak mungkin kita jumpai di pasar tradisional
tradisional yang telah lama menghuni pasar-pa- yang waktu kerjanya amat terbatas karena pe-
sar desa atau perkampungan. Bahkan model re- dagang harus menyesuaikan kebutuhan konsu-
strukturisasi pasar tradisional yang dibangun men dan meluangkan waktu pedagang untuk
“atas nama kelayakan” juga melahirkan per- keluarganya.
soalan baru, karena makin mahalnya pengelola- Kabupaten di wilayah Eks Karisidenan Ba-
an pasar bergaya modern itu dan akibatnya nyumas yang investasinya relatif lebih mening-
harga sewa tidak terjangkau oleh pedagang. kat adalah Kabupaten Purbalingga. Sektor in-
dustri yang dalam tiga tahun terakhir ini par-
tumbuhannya relatif meningkat adalah sektor
1 Rahadi Wasi Bintoro, “Aspek Hukum Zonasi Pasar Tra- industri ritel, baik ritel tradisional maupun ritel
disional dan Pasar Modern”, Jurnal Dinamika Hukum, dalam format pasar modern seperti alfamart
Vol. 10, No. 3 edisi September 2010, hlm. 201
2 Arie Sujito, “Mal dan Marginalisasi”, Jurnal Flamma dan indomart. Saat ini hampir disetiap keca-
Edisi 24 Tahun 2005, website www.ireyogya.org diak-
ses padatanggal 10 Januari 2010. matan wilayah Kabupaten Purbalingga terdapat
Implementasi Kebijakan Zonasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern (Studi di Kabupaten Purbalingga) 47
ritel dalam format pasar modern, bahkan di modern secara berkesinambungan, sehingga
beberapa kecamatan terdapat lebih dari satu masyarakat kecil, khususnya usaha kecil mene-
ritel dalam format pasar modern, seperti di ngah tidak dirugikan dengan keberadaan pasar
Kecamatan Kalimanah, Kecamatan Padamara, modern.
Kecamatan Bobotsari, Bojongsari maupun Keca-
matan Kutasari. Keberadaan ritel ini tentu saja Perumusan Masalah
mendatangkan sisi positif bagi warga masyara- Berdasarkan latar belakang tersebut di atas,
kat, dimana mereka tidak perlu jauh-jauh ke penulis tertarik untuk membahas mengenai
kota untuk memenuhi kebutuhannya. Namun implementasi kebijakan zonasi pasar tradisio-
demikian, keberadaan retail seperti indomart nal dan pasar modern di Kab. Purbalingga dan
dan alfamart di lokasi yang berdekatan dengan faktor-faktor yang cenderung mempengaruhi
pasar tradisional, pada gilirannya menimbulkan implementasi kebijakan zonasi pasar tradisional
suatu permasalahan tersendiri. Pada satu sisi dan pasar modern di Kab. Purbalingga.
keberadaan pasar modern ini memberikan nilai
positif tersendiri bagi konsumen, akan tetapi di Metode Penelitian
sisi lain keberadaan pasar modern berhadap- Metode Pendekatan yang tepat digunakan
hadapan dengan keberadaan pasar tradisional. untuk menjawab rumusan masalah tersebut
Berkaitan dengan pendirian pasar tradi- adalah yuridis sosiologis dengan rancangan
sional, pusat perbelanjaan dan pasar modern penelitian survey lapangan, studi pustaka, studi
telah ditentukan dalam Perpres ini, harus me- perundang-undangan dan studi dokumentasi.
ngacu pada rencana tata ruang wi1ayah kabu- Informan dalam penelitian ini meliputi peme-
paten/kota, dan rencana detail tata ruang ka- gang peran kebijakan zonasi pasar tradisional
bupaten/kota, termasuk peraturan zonasinya. dan pasar modern, yaitu, pertama, eksekutif,
Lebih lanjut berkaitan dengan zonasi pasar tra- meliputi pejabat di Dinas Perindustrian, Perda-
disional, Pasal 4 huruf a dan b Perpres No. 112 gangan dan Koperasi Disperindagkop, Kantor
menentukan bahwa pendirian pusat perbelanja- Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu; dan
an dan pasar modern wajib memperhitungkan kedua, Legislatif, Komisi B DPRD Kabupaten
kondisi sosial ekonomi masyarakat, keberadaan Purbalingga, dan pedagang tradisional, dalam
pasar tradisional, usaha kecil dan usaha mene- hal ini meliputi Pengelola Pasar Padamara, Pa-
ngah yang ada di wilayah yang bersangkutan sar Kutasari dan Pasar Segamas. Pengambilan
dan memperhatikan jarak antara hypermarket Sampel dilakukan dengan menggunakan metode
dengan pasar tradisional yang telah ada sebe- purposive sampling, di mana pengumpulan da-
lumnya. ta dilakukan dengan menggunakan metode wa-
Berdasarkan penjelasan tersebut tampak wancara dan studi kepustakaan, sedangkan da-
bahwa pengelolaan zonasi pasar tradisional de- ta yang dihasilkan dianalisis dengan mengguna-
ngan pasar modern menjadi kewenangan peme- kan triangulasi sumber.
rintah daerah. Hal ini tentu saja kontradiksi
dengan fakta yang ada, di mana di beberapa Pembahasan
daerah, khususnya di wilayah Kabupaten Purba- Implementasi Kebijakan Zonasi Pasar Tradi-
lingga terdapat beberapa minimarket dalam sional Dan Pasar Modern di Kab. Purbalingga
format pasar modern yang letaknya relatif ber- Berabad-abad lamanya kegiatan ekono-mi
dekatan dengan pasar tradisional. Penelitian- silih berganti diatur oleh mekanisme pasar
penelitian berkaitan dengan eksistensi pasar (doktrin laissez Faire) atau oleh pemerintah
tradisional dan pasar modern ditengah arus li- (doktrin Welfare state). Hal ini mengandung
beralisasi menjadi suatu hal yang penting untuk makna bahwa apabila ternyata mekanisme
dilakukan, karena hasil dari penelitian ini pada pasar mengalami kegagalan dimana terdapat
akhirnya dapat mendorong pemerintah daerah ketidakadilan yang sangat rentan dalam masya-
untuk mengelola pasar tradisional dan pasar rakat, maka masyarakat mengharapkan campur
48 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 12 No. 1 Januari 2012
tangan pemerintah.3 Upaya mereformasi hukum market dengan pasar tradisional yang telah ada
ekonomi, sesungguhnya tidak terlepas dari ku- sebelumnya.
rangnya pengaturan hukum terhadap bidang-bi- Berdasarkan penjelasan tersebut, maka
dang ekonomi.4 Tentu saja paradigma ini seja- dapat diinterpretasikan bahwa zonasi pasar
lan dengan pandangan bahwa pertembuhan modern dan pasar tradisional pengaturan men-
ekonomi sangat tergantung pada tingkat inves- jadi kewenangan pemerintah daerah, dengan
tasi dalam sebuah negara, dimana semakin memperhatikan kondisi sosial ekonomi masya-
tinggi investasi semakin tinggi pula tingkat per- rakat, keberadaan pasar tradisional, usaha ke-
tumbuhan ekonomi.5 Investasi dapat menjadi cil dan usaha menengah yang ada di wilayah
pendorong sektor ekonomi tertentu, tetapi se- yang bersangkutan dan memperhatikan jarak
kaligus dapat meminggirkan pengusaha lokal. 6 antara hypermarket dengan pasar tradisional
Keberadaan pasar modern yang menye- yang telah ada sebelumnya. Pemberian kewe-
barluas di Indonesia, mengakibatkan pemerin- nangan kepada pemerintah daerah merupakan
tah perlu turut campur. Berkaitan dengan pen- wujud pelaksanaan dari otonomi daerah. UU
dirian pasar tradisional, pusat perbelanja-an No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Dae-
dan pasar modern telah diatur dalam Perpres rah menganut prinsip otonomi secara luas, nya-
No. 112 Tahun 2007, di mana pendiriannya ha- ta dan bertanggung jawab. Hal ini berarti dae-
rus mengacu pada rencana tata ruang wi1ayah rah diberikan kewenangan untuk mengatur dan
kabupaten/kota, dan rencana detail tata ruang mengurus urusan pmerintahan di luar urusan
kabupaten/kota, termasuk peraturan zonasi- pemerintahan pusat yang telah ditetapkan un-
nya. Penentuan tata ruang wilayah yang mem- dang-undang. Penyelenggaraan pemerintahan
berikan lokasi yang tepat untuk aktivitas usaha daerah dalam melaksanakan tugas, wewenang,
pada gilirannya akan memberika potensi lebih kewajiban dan tanggung jawabnya serta atas
besar untuk menarik investasi. 7 Namun demiki- kuasa peraturan perundang-undangan yang le-
an, tata ruang wilayah juga hatus memperhati- bih tinggi dapat membuat peraturan perun-
kan pula kondisi ekonomi, budaya maupun so- dang-undangan tingkat daerah atau menetap-
sial masyarakat setempat, agar inventasi tidak kan kebijakan daerah yang dirumuskan dalam
hanya memberikan keuntungan semata bagi peraturan daerah, peraturan kepala daerah dan
pemerintah daerah tetapi juga masyarakatnya. ketentuan daerah lainnya. Beberapa bidang
Lebih lanjut berkaitan dengan zonasi pasar tra- yang menjadi urusan pemerintah pusat adalah:
disional, Pasal 4 huruf a dan b Perpres No. 112 politik luar negeri; pertahanan; keamanan; yus-
menentukan bahwa pendirian pusat perbelan- tisi; moneter dan fiskal nasional; dan agama.
jaan dan pasar modern wajib memperhitung- Urusan wajib yang menjadi kewenangan peme-
kan kondisi sosial ekonomi masyarakat, kebera- rintahan daerah untuk kabupaten/kota merupa-
daan pasar tradisional, usaha kecil dan usaha kan urusan yang berskala kabupaten/kota, yang
menengah yang ada di wilayah yang bersang- meliputi: perencanaan dan pengendalian pem-
kutan dan memperhatikan jarak antara hyper- bangunan; perencanaan, pemanfaatan, dan pe-
ngawasan tata ruang; penyelenggaraan keterti-
3 Diana Halim Koentjoro, “Penegakan Hukum dan ban umum dan ketentraman masyarakat; pe-
Pertumbuhan Ekonomi di Indoenesia”, Gloria Juris Vol.
6 No. 2, Mei-Agustus 2006, hlm. 166 nyediaan sarana dan prasarana umum; pena-
4 Hasnati, “Perlunya Reformasi Hukum Pembangunan nganan bidang kesehatan; penyelenggaraan
Ekonomi di Indonesia”, Jurnal Hukum Respublica, Vol.
4 No. 1, Tahun 2004, hlm. 84 pendidikan; penanggulangan masalah sosial;
5 Ridwan Khairandy, “iklim Investasi dan jaminan pelayanan bidang ketenagakerjaan; fasilitasi
Kepastian Hukum Dalam era Otonomi Daerah”, Jurnal
Hukum Respublica, Vol. 5 No. 2 Tahun 2006, hlm. 148 pengembangan koperasi, usaha kecil dan mene-
6 Zulkarnain Sitompul, “Investasi Asing di Indonesia: ngah; pengendalian lingkungan hidup; pelaya-
Memetik Manfaat Liberalisasi”, Jurnal Legislasi Indo-
nesia, Vol. 5 No. 2, Juni 2008, hlm. 94 nan pertanahan; pelayanan kependudukan, dan
7 P Agung Pambudi, “Peraturan Daerah dan Hambatan catatan sipil; pelayanan administrasi umum
Investasi”, Jentera, edisi 14 Tahun IV, Oktober-
Desember 2006, hlm. 35 pemerintahan; pelayanan administrasi penana-
Implementasi Kebijakan Zonasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern (Studi di Kabupaten Purbalingga) 49
man modal; penyelenggaraan pelayanan dasar Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pasar Desa
lainnya; dan urusan wajib lainnya yang diama- dan Peraturan Bupati No. 24 Tahun 2011 ten-
natkan oleh peraturan perundang-undangan. tang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Satuan
Peraturan perundang-undangan tingkat Pamong Praja. Pemerintah Daerah Kabupaten
daerah diartikan sebagai peraturan perundang- Purbalingga sangat terbuka dengan kehadiran
undangan yang dibentuk oleh pemerintah dae- investor, namun demikian, berdasarkan pera-
rah atau salah satu unsur pemerintah daerah turan perundangan tersebut di atas, para inves-
yang berwenang membuat peraturan perun- tor harus tetap memenuhi persyaratan dalam
dang-undangan daerah. Hal ini untuk menghin- perizinan. Pemberian izin dan pencabutan izin,
dari salah penafsiran yang diperluas mengenai bukanlah suatu tugas dan pekerjaan yang se-
peraturan perundang-undangan tingkat daerah. derhana bagi pemerintah, karena penerbitan
Perlu diperjelas, karena peraturan perundang- izin harus mendapat kajian yang serius bagi pi-
undangan tingkat daerah dapat berupa per- hak yang mengeluarkannya, apakah dimaksud-
aturan perundang-undangan yang dibentuk sa- kan untuk mengendalikan atau mendistribusi-
tuan pemerintah pusat di daerah atau per- kan, tentu dengan kriteria yang jelas.8 Aspek
aturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Peizinan memberikan peranan penting dalam
pemerintah pusat yang berlaku di daerah atau memberi arah untuk membentuk masyarakat
di wilayah tertentu. Materi muatan perda ada- yang hendak dicapai sesuai dengan tujuan ke-
lah seluruh materi muatan dalam rangka penye- hidupan bernegara.9
lenggaraan otonomi daerah dan tugas pemban- Pengajuan perizinan di Kab. Purbalingga
tuan, menampung dan mempertimbangkan ciri harus memenuhi persyaratan administrasi se-
khas atau kondisi khusus daerah serta merupa- perti seperti izin IMB, izin lokasi dan izin HO,
kan penjabaran lebih lanjut dari peraturan dengan koordinasi Kasi Pembangunan, kemu-
perundang-undangan yang lebih tinggi. dian baru pengurusan izin SIUP. Pada proses
Ketentuan Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 3 ayat penerbitan SIUP terdapat tim teknis dari kabu-
(1) Presiden Nomor 112 Tahun 2007, apabila paten, seperti Dinas Pekerjaan Umum, Dinas
dihubungkan dengan Pasal 10 ayat (3) dan Pasal Lingkungan Hidup, Kecamatan dan instansi lain
14 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004, dapat di- yang terkait dengan bidang usaha yang mau
interpretasikan bahwa pengaturan mengenai didirikan. Dinas Pekerjaan Umum nantinya akan
zonasi pasar tradisional dan pasar modern men- memeriksa kelengkapan seperti izin pengairan
jadi kewenangan pemerintah daerah dan me- dan bangunan, Dinas lingkunagn hidup akan
rupakan materi muatan peraturan daerah. Oleh memeriksa mengenai drainase. Hasil dari pe-
karena itu, pada dasarnya Perpres No. 112 Ta- nelitian yang dilakukan oleh instansi terkait
hun 2007 telah mengamanatkan pemerintah tersebut, kemudian direkomendasikan dalam
daerah untuk memberikan pengaturan menge- rapat penerbitan SIUP, semisal dari dinas bisa
nai zonasi pasar tradisional dan pasar modern, mewakilkan anak buahnya sifatnya struktural
melalui pembentukan peraturan daerah. dari instansi bersangkutan atau siapapun yang
Berkaitan dengan perizinan pendirian ditunjuk untuk di sidang, di sini itu dianggap
tempat usaha, di Kab. Purbalingga terdapat be- mewakili instansi yang dipimpin sesuai dengan
berapa peraturan perundang-undangan yang peruntukannya. Apabila keseluruhan perizinan
dapat dijadikan sebagai pedoman, yaitu: Kepu- telah dipenuhi, maka SIUP dapat diterbitkan.10
tusan Bupati Purbalingga No. 44 Tahun 2003 Berdasarkan penjelasan tersebut, secara
tentang Pengalihan Pengelolaan Pelayanan Per- normatif, sistem administrasi berkaitan dengan
izinan dan Investasi Kepada Kantor Pelayanan
Perizinan dan Investasi Kabupaten Purbalingga; 8 Elita Rahmi, “Perizinan Dalam Pemerintah (Sebuah
Perda No. 17 Tahun 2008 tentang Organisasi Tantangan dan Harapan di Era Otonomi)”, Jurnal
Hukum Respublica, Vol. 4, No. 1, Tahun 2004, Hlm. 122
Tatakerja Satuan Polisi Pamong Praja dan Lem- 9 Ibid., Hlm. 124
10 Wawancara dengan Disperindagkop dan KPMPT Kabu-
baga Lain Kabupaten Purbalingga; Perda No. 2 paten Purbalingga pada tanggal 30 Mei 2011
50 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 12 No. 1 Januari 2012
perizinan pendirian tempat usaha memang su- merlukan, saling memperkuat dan saling meng-
dah sesuai dengan peraturan perundangan yang untungkan, sebagaimana dimaksud dalam Per-
berlaku, di mana dalam pendirian suatu tempat aturan Pemerintah Nomor 44 tahun 1997 ten-
usaha diperlukan yaitu copy surat izin lokasi tang Kemitraan. Kemitraan ini dapat dilakukan
dari Badan Pertanahan Nasional (BPN); copy dengan berbagai cara. Pertama, memasarkan
surat izin undang-undang gangguan (HO); copy barang produksi UMKM yang dikemas atau di-
surat izin mendirikan bangunan (IMB); copy kemas ulang (repackaging) dengan merek pe-
akte pendirian perusahaan dan pengesahannya; milik barang, Pasar modern atau merek lain
surat pernyataan kesanggupan melaksanakan yang disepakati dalam rangka meningkatkan ni-
dan mematuhi ketentuan yang berlaku, sedang- lai jual barang; atau kedua, memasarkan pro-
kan untuk memperhatikan kondisi ekonomi, duk hasil UMKM melalui etalase atau outlet dari
sosial masyarakat setempat diperlukan kerjasa- Pasar modern; dan ketiga, penyediaan lokasi
ma dengan instansi lain, seperti kecamatan, usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dinas lingkungan hidup maupun dinas pekerjaan dilakukan oleh pengelola Pusat Perbelanjaan
umum untuk mendapatkan mendapatkan kajian dan Pasar modern kepada UMKM dengan me-
mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat nyediakan ruang usaha dalam areal Pusat Per-
serta rekomendasi dari instansi yang berwenang belanjaan atau Pasar modern.
untuk kemudian dijadikan sebagai dasar pe- Kemitraan sendiri dimaksudkan agar da-
nerbitan atau penolakan penerbitan SIUP. lam pelaksanaan kegiatan usaha minimarket
Perlu ditegaskan di sini, bahwa peratur- nantinya tidak terdapat kesenjangan sosial,
an perundangan di Kab. Purbalingga di atas, be- khususnya dengan pedagang tradisional. Pada
lum mendasarkan pada Perpres No. 112 Tahun dasarnya Perda No. No. 2 Tahun 2010 tentang
2007 tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Pengelolaan Pasar Desa Pasal 13 ayat (3) telah
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Pertokoan mengatur bahwa dalam pendirian pertokoan
Modern dan Peraturan Menteri Perdagangan No. modern mengadakan kemitraan dengan pelaku
53/M-DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Pe- usaha kecil. Namun demikian, ketentuan ini
nataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat belum diimplementasikan dalam praktiknya di
Perbelanjaan dan Pertokoan Modern sebagai lapangan, mengingat belum adanya pola kemi-
payung hukumnya. Hal ini mengakibatkan ana- traan yang baku antara pasar modern dengan
lisa yang dilakukan dalam proses pendirian per- pasar atau pedagang tradisional. Hal ini meng-
tokoan modern cenderung bersifat formalitas akibatkan gejolak di masyarakat cenderung
belaka, yang dilakukan guna memenuhi persya- muncul ketika terdapat rencana pendirian pa-
ratan administratif yang telah digariskan pera- sar modern dengan format minimarket di Kab.
turan, khususnya peraturan daerah. Purbalingga. Hal ini senada dengan keterangan
Eksistensi pasar tradisional tetap harus yang disampaikan oleh informan yang menekan-
dijaga, sekalipun terdapat gempuran dari pasar kan bahwa dalam pendirian minimarket cen-
tradisional. Mengingat pasar tradisional meru- derung selalu terdapat gejolak di masyarakat.11
pakan salah satu pusat perekonomian masyara- Berdasarkan penjelasan tersebut di atas,
kat lokal. Program kemitraan dipandang seba- maka dapat ditarik kesimpulan sementara,
gai salah satu solusi untuk dapat menaga eksis- bahwa implementasi perizinan pendirian per-
tensi pasar maupun pedagang tradisional. Ke- tokoan modern di Kab. Purbalingga belum se-
mitraan sebagaimana diatur dalam Perpres No. suai dengan peraturan perundangan yang ber-
112 Tahun 2007 dan Permendagri No. 53/M- laku, khususnya Perpres No. 112 tahun 2007
DAG/PER/12/2008 merupakan kerjasama usaha dan Permendagri No. 53/M-DAG/PER/12/2008.
antara usaha kecil dengan usaha menengah dan Hal ini mengakibatkan implementasi kebijakan
usaha besar disertai dengan pembinaan dan pe-
ngembangan oleh usaha menengah dan usaha 11 Wawancara dengan informan dari Pengelola Pasar
Segamas, Pasar Padamara dan Pasar Kutasari yang
besar dengan memperhatikan prinsip saling me- dilakukan pada tanggal 28 Mei dan 16 Juni 2011
Implementasi Kebijakan Zonasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern (Studi di Kabupaten Purbalingga) 51
perizinan pendirian pasar modern tidak kom- hami tentang asas-asas pembentukan peraturan
prehensif, karena berkaitan dengan kemitraan perundang-undangan, karena didalamnya ter-
sebagaimana diamanatkan dalam Perpres dan dapat acuan bagaimana cara melahirkan sebuah
Permendagri tidak diatur lebih lanjut. Padahal, produk hukum dalam hal ini undang-undang
pengaturan mengenai kemitraan ini dimaksud- yang sesuai dengan kebutuhan publik pada saat
kan mempertahankan eksistensi pasar tradisio- itu. Tidak dijadi-kannya asas-asas peraturan
nal dan untuk mengeliminir kesenjangan antara perundang-undangan dalam pembentukannya
pertokoan modern dengan pedagang tradisio- mengakibat-kan kekeliruan dalam pembentuk-
nal. Selain itu, hal tersebut menunjukkan ko- an hukum. Sumber hukum yang menjadi acuan
munikasi antara pemerintah daerah dengan pemben-tukkan produk hukum adalah Pancasi-
peme-rintah pusat belum berjalan efektif. Pada la, UUD 1945, Yurisprudensi, Hukum Agama,
dasarnya komunikasi organisasi di pemerintah Hukum Adat, dan Hukum Internasional.
daerah berlangsung dalam bentuk komunikasi Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soe-
formal maupun informal. Komunikasi organisa- kanto,13 memperkenalkan enam asas. Pertama,
si berjalan efektif apabila sumber daya manusia peraturan perundang-undangan tidak berlaku
di dalam organisasi mempunyai kualitas baik.12 surut (non retroaktif); kedua, peraturan perun-
dang-undangan yang dibuat oleh penguasa yang
Faktor-Faktor yang Cenderung Mempengaru- lebih tinggi, mempunyai kedudukan yang lebih
hi Implementasi Kebijakan Zonasi Pasar Tra- tinggi pula; ketiga, peraturan perundang-un-
disional dan Pasar Modern di Kab. Purbalingga dangan yang bersifat khusus menyampingkan
Berbicara tentang pelaksanaan hukum peraturan perundang-undangan yang bersifat
atau penegakkan hukum, adalah suatu proses umum (lex specialis derogat lex generalis); ke-
untuk mewujudkan keinginan hukum menjadi empat, peraturan perundang-undangan yang
kenyataan, yang dimaksudkan dengan keinginan berlaku belakangan membatalkan peraturan
ini adalah keinginan dari badan pembuat un- perundang-undangan yang berlaku terdahu-lu
dang-undang secara formal, dan secara materi- (lex posteriori derogate lex periori); kelima,
al adalah keinginan dari rakyat untuk adanya peraturan perundang-undangan tidak dapat di-
ketertiban dalam berbagai bidang. Hukum di ganggu gugat; dan keenam; peraturan perun-
buat sebenarnya untuk dilaksanakan, maka dang-undangan sebagai sarana untuk semaksi-
apabila peraturan hukum sudah tidak dapat mal mungkin dapat mencapai kesejahteraan
dilaksanakan, akan tidak lagi disebut sebagai spiritual dan materil bagi masyarakat maupun
hukum. Hukum dapat dilihat bentuknya sebagai individu, melalui pembaharuan atau pelestari-
kaidah-kaidah yang dirumuskan secara eksplisit. an (asas welvaarstaat).
Faktor-faktor yang dapat mempenga- Pembuatan kebijakan di tingkat daerah
ruhi berfungsinya hukum dalam masyarakat dalam hal tertentu ditentukan pula oleh kebija-
atau efektivitas hukum dipengaruhi oleh bebe- kan yang dibuat oleh pemerintah pusat. Dalam
rapa faktor yaitu: faktor hukum/peraturan; keterkaitan dengan ini, kebijakan mengenai zo-
faktor penegak hukum; faktor sarana dan fasi- nasi pasar tradisional dan pasar modern, seba-
litas; faktor masyarakat/ pemegang peran; dan gaimana telah dijelaskan sebelumnya, terdapat
faktor budaya. Berikut penjelasan dari masing- dua peraturan perundang-undangan meliputi
masing faktor tersebut. Perpres No. 112 Tahun 2007 dan Permendagri
No. 53/M-DAG/PER/12/2008. Terlepas dari
Faktor Hukum/Peraturan pembahasan mengenai implementasi kebijakan
Memahami ilmu perundang-undangan sa- zonasi pasar tradisional dan pasar modern di
ngatlah penting, seperti salah satunya mema- tingkat daerah, perlu dicermati pula kedua per-
12 Prihati, “Komunikasi Organisasi Birokrasi Pemerintah-an 13 Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, 1989,
Daerah”, Jurnal Hukum Respublica, Vol. 5 No. 1 Tahun Peraturan Perundang-undangan dan Yurisprudensi.
2005, hlm. 130 Bandung: PT. Citra Aditya Bakti Cet. Ke-3, hlm. 7-11
52 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 12 No. 1 Januari 2012
aturan perundang-undangan tersebut. Berikut aturan pelaksana lebih lanjut dari Perpres No.
ini peneliti bahas mengenai kontradiksi penga- 112 Tahun 2007. Pasal 3 Perpres No. 53/M-
turan kebijakan zonasi pasar tradisonal dan pa- DAG/PER/12/2008 mengatur bahwa:
sar modern pada kedua peraturan perundangan (1) Pendirian Pasar Tradisional atau Pu-
tersebut. Khususnya berkaitan dengan hal-hal sat Perbelanjaan atau Toko Modern
yang harus diperhatikan dalam pendirian pasar selain Minimarket harus memenuhi
persyaratan ketentuan peraturan per-
modern.
undang-undangan dan harus melaku-
Ketentuan Pasal 4 Perpres No. 112 Ta-hun kan analisa kondisi sosial ekonomi
2007, menentukan hal-hal sebagai berikut. masyarakat, keberadaan Pasar Tradi-
Pendirian Pusat perbelanjaan dan Toko sional dan UMKM yang berada di wila-
Modern wajib: yah bersangkutan.”
a. Memperhitungkan kondisi sosial ekono- (2) Analisa kondisi sosial ekonomi masya-
mi masyarakat, keberadaan Pasar Tra- rakat dan keberadaan Pasar Tradisio-
disional, Usaha Kecil dan Usaha Mene- nal dan UMKM sebagaimana dimaksud
ngah yang ada di wilayah yang ber- pada ayat (1) meliputi:
sangkutan; a. Struktur penduduk menurut mata
b. Memperhatikan jarak antara Hyper- pencaharian dan pendidikan;
market dengan Pasar Tradisional yang b. Tingkat pendapatan ekonomi ru-
telah ada sebelumnya; mah tangga;
c. Menyediakan areal parkir paling sedi- c. Kepadatan penduduk;
kit seluas kebutuhan parkir 1 (satu) d. Pertumbuhan penduduk;
unit kendaraan roda empat untuk se- e. Kemitraan dengan UMKM lokal;
tiap 60 m2 (enam puluh meter per se- f. Penyerapan tenaga kerja lokal;
gi) luas lantai penjualan Pusat Perbe- g. Ketahanan dan pertumbuhan Pasar
lanjaan dan/atau Toko Modern; dan Tradisional sebagai sarana bagi
d. Menyediakan fasilitas yang menjamin UMKM lokal;
Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern h. Keberadaan fasilitas sosial dan fa-
yang bersih, sehat (hygienis), aman, silitas umum yang sudah ada;
tertib dan ruang publik yang nyaman.” i. Dampak positif dan negatif yang
diakibatkan oleh jarak antara Hy-
Sedangkan pada ketentuan Pasal 1 ayat (4) Per- permarket dengan Pasar Tradisio-
pres No. 112 Tahun 2007 memberikan pengerti- nal yang telah ada sebelumnya;
dan
an pusat perbelanjaan sebagai berikut:
j. Tanggung jawab sosial perusahaan
Pusat Perbelanjaan adalah suatu area (Corporate Social Responsibility)”
tertentu yang terdiri dari satu atau be-
berapa bangunan yang didirikan secara Berdasarkan pengaturan pada Pasal 4, Pasal 1
vertikal maupun horizontal, yang dijual
ayat (4) dan (5) Perpres No. 112 Tahun 2007
atau disewakan kepada pelaku usaha atau
dikelola sendiri untuk melakukan kegiat- tersebut di atas, dapat diinterpretasikan bah-
an perdagang-an barang.” wa setiap pendirian pusat perbelanjaan dan
pertokoan modern (pasar modern) dengan ber-
Pasal 1 ayat (5) Perpres No. 112 Tahun 2007 bagai varianya seperti minimarket, super-mar-
memberikan pengertian toko modern sebagai ket, departement store, hypermarket maupun
berikut: grosir yang berbentuk perkulakan harus mem-
Toko Modern adalah toko dengan sistem perhitungkan kondisi sosial ekonomi masya-
pelayanan mandiri, menjual berbagai
rakat, keberadaan pasar tradisional, usaha ke-
jenis barang secara eceran yang ber-
bentuk Minimarket, Supermarket, De- cil dan usaha menengah yang ada di wilayah
partment Store, Hypermarket ataupun yang bersangkutan; memperhatikan jarak anta-
grosir yang berbentuk Perku-lakan” ra Hypermarket dengan pasar tradisional yang
telah ada sebelumnya; menyediakan areal par-
Perpres No.112 Tahun 2007 tersebut ke-
kir paling sedikit seluas kebutuhan parkir 1
mudian ditindaklanjuti dengan Permendagri No.
(satu) unit kendaraan roda empat untuk setiap
53/M-DAG/PER/12/2008 yang merupakan per-
60 m2 (enam puluh meter per segi) luas lantai
Implementasi Kebijakan Zonasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern (Studi di Kabupaten Purbalingga) 53
pemerintah, swasta, koperasi atau swadaya manfaatkan oleh Usaha Kecil melalui kerja-
masyarakat setempat dengan tempat usaha sama lain dalam rangka kemitraan.
berupa toko, kios, los dan tenda atau nama lain Selain penyediaan tempat usaha, dalam
sejenisnya yang dimiliki atau dikelola oleh rangka pengembangan kemitraan antara Pema-
pedagang kecil menengah, dengan skala usaha sok Usaha Kecil dengan Perkulakan, Hypermar-
kecil dan modal kecil, dengan proses jual beli ket, Department Store, Supermarket, dan Pe-
melalui tawar menawar. Pengertian pasar mo- ngelola Jaringan Minimarket, perjanjian kerja-
dern pun antara Perpres No. 112 Tahun 2007 sama dilakukan dengan ketentuan tidak memu-
dan Peraturan Menteri Perdagangan No. 53/M- ngut biaya administrasi pendaftaran barang dari
DAG/PER/12/2008 sama yaitu toko dengan sis- Pemasok Usaha Kecil; dan Pembayaran ke-pada
tem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis Pemasok Usaha Kecil dilakukan secara tu-nai,
barang secara eceran yang berbentuk Minimar- atau dengan alasan teknis tertentu dapat
ket, Supermarket, Department Store, Hyper- dilakukan dalam jangka waktu lima belas hari
market ataupun grosir yang berbentuk Perkula- setelah seluruh dokumen penagihan diterima.
kan, sedangkan dalam Perda No. 2 Tahun 2010 Ketentuan mengenai kemitraan ini diatur
istilah yang digunakan adalah pasar modern dan lebih lanjut pada Pasal 5 Peraturan Menteri
memberikan pengertian pasar modern adalah Perdagangan No. 53/M-DAG/PER/12/2008 di
pasar yang dibangun oleh pemerintah, swasta mana Kemitraan dengan pola perdagangan
atau koperasi yang berbentuk mall, hypermar- umum dapat dilakukan dalam bentuk kerjasama
ket, supermarket, departement store, shopping pemasaran, penyediaan lokasi usaha, atau pe-
centre, mini market yang pengelolaannya dilak- nerimaan pasokan dari Pemasok kepada Pasar
sanakan secara modern, mengutamakan pela- modern yang dilakukan secara terbuka. Kerja-
yanan kenyamanan berbelanja dengan maneje- sama pemasaran dapat dilakukan dalam ben-
men berada pada satu tangan, bermodal kuat tuk: memasarkan barang produksi UMKM yang
dan dilengkapi lebel harga yang pasti. dikemas atau dikemas ulang (repackaging) de-
Selain perbedaan dalam penggunaan isti- ngan merek pemilik barang, Pasar modern atau
lah tersebut di atas, terdapat perbedaan pula merek lain yang disepakati dalam rangka me-
dalam pengaturan mengenai program kemitra- ningkatkan nilai jual barang; atau memasarkan
an. Pada Pasal 1 ayat (9) Perpres No. 112 Tahun produk hasil UMKM melalui etalase atau outlet
2007 dan Pasal 1 ayat (9) Peraturan Menteri dari Pasar modern. Penyediaan lokasi usaha
Perdagangan No. 53/M-DAG/PER/12/ 2008 me- dilakukan oleh pengelola Pusat Perbelanjaan
ngatur bahwa: dan Pasar modern kepada UMKM dengan me-
Kemitraan adalah kerjasama usaha antara nyediakan ruang usaha dalam areal Pusat Per-
Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan belanjaan atau Pasar modern.
Usaha Besar disertai dengan pembinaan Pengaturan mengenai program kemitra-
dan pengembangan oleh Usaha Menengah
dan Usaha Besar dengan memperhatikan an pada dua peraturan perundang-undangan
prinsip saling memerlukan, saling mem- tersebut di atas menunjukan adanya suatu sin-
perkuat dan saling menguntungkan, seba- kronisasi. Program kemitraan ini dipandang
gaimana dimaksud dalam Peraturan Pe- perlu dilakukan, mengingat saat ini sangat
merintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang pesat dibangun pertokoan modern dengan ber-
Kemitraan.”
bagai nama. Sementara pasar tradisional belum
Program kemitraan ini diatur lebih lanjut pada menampakkan perkembangan yang berarti. Pa-
Pasal 6 Perpres No. 112 Tahun 2007 yang dila- dahal, pasar tradisional menjadi tumpuan rak-
kukan dengan penyediaan tempat usaha untuk yat kecil dalam memenuhi kebutuhan hidup
usaha kecil oleh Pusat Perbelanjaan dengan sehari-hari. Para pedagang di pasar tradisional
harga jual atau biaya sewa yang sesuai dengan kebanyakan berasal dari pedagang kecil dan
kemampuan Usaha Kecil, atau yang dapat di- menengah.
Implementasi Kebijakan Zonasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern (Studi di Kabupaten Purbalingga) 55
Tujuan dari program kemitraan ini adalah yang ada pada peraturan perundang-undangan
untuk memberdayaan usaha kecil dan mene- di atasnya, sehingga perda tersebut tidak boleh
ngah. Pemberdayaan usaha kecil dan menengah bertentangan dengan peraturan perundangan di
yang notabene banyak berada di pasar tradi- atasnya. Hal ini sesuai dengan asas peraturan
sional sangat penting dalam rangka mengurangi perundang-undangan bahwa peraturan perun-
kemiskinan, kesenjangan sosial, dan mengatasi dangan yang dibuat oleh penguasa yang lebih
masalah pengangguran. Peningkatan keberda- tinggi, punya kedudukan yang lebih tinggi pula.
yaan dan kemandirian masyarakat perlu menda- Berdasarkan penjelasan tersebut, pe-
pat perhatian serius. Salah satunya adalah ngertian yang diberikan Perpres No. 112 Tahun
usaha kecil dan menengah (UKM) yang banyak 2007 dan Peraturan Menteri Perda-gangan No.
melakukan kegiatannya di pasar tradisional. 53/M-DAG/PER/12/2008 mengenai pasar, pasar
Program peningkatan pertumbuhan eko- tradisional dan pasar modern adalah sama. Na-
nomi itu penting, tetapi, yang tak kalah pen- mun demikian, Perda Kabupaten Purbalingga
ting juga adalah mengatasi kemiskinan dan No. 2 Tahun 2010 memberikan pengertian yang
kesenjangan kaya-miskin. Fakta menunjukkan berbeda pada sisi redaksional, bahkan perda
bahwa pertumbuhan ekonomi saja tidak otoma- sendiri menggu-nakan istilah pasar modern
tis akan menghilangkan kemiskinan dan kesen- bukan toko medern sebagaimana pada Perpres
jangan sosial yang masih menjadi problem No. 112 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri Per-
besar bagi pemerintah dan bangsa Indonesia dagangan No. 53/M-DAG/PER/12/2008, sekali-
umumnya. Dilihat dari sisi normatif tampak pun pada dasarnya pengertian yang diberikan
pemerintah pusat relatif konsisten pada pe- mengenai pasar, pasar tradisional dan pasar
nguatan potensi UKM yang dilakukan dengan modern relatif sama dengan perpres dan per-
menfasilitasi, menyubsidi, melindungi, dan mendagri. Namun demikian, perbedaan ini pa-
membimbing atau membinanya. Perlu diingat, da gilirannya akan menciptakan mutitafsir dan
pengalaman menunjukkan bahwa UKM justru memberikan suatu makna yang ganda terhadap
tidak mengalami dampak yang besar ketika suatu peristilahan. Hal ini pada akhirnya akan
krisis moneter melanda Tanah Air tahun 1998. bertentangan dengan asas kepastian hukum,
Bahkan ada yang mengatakan, UKM merupakan yang menekankan bahwa hukum harus pasti,
"penyelamat" perekonomian nasional pada masa tidak multi tafsir atau mempunyai makna ganda
krisis lalu, sementara banyak usaha berskala (ambigu). Selain perbedaan dalam penggunaan
besar justru mengalami kemunduran yang dah- istilah, Perda No. 2 Tahun 2010, juga terdapat
syat atau gulung tikar. perbedaan mengenai perlindungan terhadap ek-
Perpres No. 112 Tahun 2007 ditanda ta- sistensi pasar tradisional terhadap berkembang-
ngani dan mulai berlaku pada tanggal 27 De- nya pasar modern, sebagaimana diatur pada
sember 2007 dan Peraturan Menteri Perdaga- Pasal 13, yaitu
ngan No. 53/M-DAG/PER/12/2008 ditandata- (1) Bupati memperhatikan kelangsungan
ngani dan belaku tanggal 12 Desember 2008. pasar desa dalam memberikan izin
Permendagri ini merupakan peraturan perun- usaha pasar modern
(2) Pendirian izin usaha pasar modern
dangan di bawah peraturan presiden dan Per-
yang berlokasi di desa dilakukan de-
aturan Menteri Perdagangan No. 53/M-DAG/ ngan memperhatikan pertimbangan
PER/12/2008 merupakan peraturan pelaksana kepala desa dan BPD;
dari Perpres No. 112 Tahun 2007. Sementara itu (3) Pasar modern/retail yang mendapat
Perda No. 2 Tahun 2010 ditandatangani dan izin di desa, sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) wajib mengadakan ke-
berlaku pada tanggal 8 Maret 2010. Apabila
mitraan dengan pelaku usaha kecil di
ditinjau dari aspek hierarkhi, maka Perpres dan desa
Permendagri mempunyai kedudukan yang lebih
tinggi dari Perda. Oleh karena itu, perda me- Apabila diperhatikan perumusan tersebut, ma-
rupakan pengaturan lebih lanjut dari amanat sih bersifat umum, padahal baik perpres mau
56 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 12 No. 1 Januari 2012
pun permendagri telah menggariskan bentuk tentunya harus disikapi serius oleh pemerintah
kemitraan dan syarat pendirian pasar modern, daerah, khususnya dalam pembuatan kebijakan
khususnya berkaitan dengan jarak. Berkaitan mengenai pendirian pasar modern.
dengan kemitraan dan jarak pasar tradisional Harus diakui menciptakan sinergitas baik
dengan pasar modern, di Purbalingga tidak ter- secara vertikal maupun horizontal, tidaklah
dapat pengaturan lebih lanjut. Berkaitan de- mudah. Faktanya persaingan tidak hanya ter-
ngan pendirian pasar modern, pemerintah dae- jadi antara yang besar melawan yang kecil, me-
rah hanya berpatokan pada persyaratan perizi- lainkan juga antara yang besar dengan yang
nan sebagaimana telah dibahas sebelumnya. besar, serta yang kecil dengan yang kecil. Pe-
Hasilnya, filosofi dan tujuan yang melatarbela- merintah sebagai regulator harus mewadahi
kangi adanya Perpres dan Permendagri tidak semua aspirasi yang berkembang tanpa ada
dapat terlaksana dengan baik di wilayah Kab. yang merasa dirugikan. Pemerintah harus mam-
Purbalingga, karena pemerintah daerah Kab. pu melindungi dan memberdayakan peda-gang
Purbalingga hanya berpatokan pada persya- tradisional karena jumlahnya yang mayoritas.
ratan administrasi, khususnya berkaitan de- Bukan hanya pemerintah yang aktif mencipta-
ngan perizinannya saja. Hal ini sesuai dengan kan suasana sinergitas ini, juga legislatif, yang
pernyataan yang disampaikan oleh informan dilakukan dengan cara pembuatan kebijakan
bahwa setiap pendirian pasar modern, khusus- yang sinkron dengan kebijakan pemerintah
nya minimarket, cenderung selalu ada konflik pusat.
di wilayah yang akan dibangun pasar modern
tersebut, namun setiap ada permasalahan sela- Faktor Penegak Hukum
lu ada pejabat yang turun dan menyatakan bah- Pasal 20 Perpres No. 112 Tahun 2007 dan
wa semua sudah sesuai dengan peraturan per- Pasal 28 Permendagri No. 53/M-DAG/PER/12/
undang-undangan yang berlaku, sehingga ma- 2008 telah menegaskan bahwa peraturan per-
syarakat tidak dapat mengelak lagi selain me- undangan tersebut berlaku sejak tanggal dite-
nyetujui pendirian pasar modern tersebut. tapkan. Namun demikian, Perda Kabupaten
Pemerintah memang mempunyai hak un- Purbalingga No. 2 Tahun 2010 tidak menjadikan
tuk mengatur keberadaan pasar tradisional dan Perpres dan Permendagri tersebut sebagai da-
pasar modern. Dalam usaha untuk mencipta- sar hukum. Hal ini menunjukkan, bahwa pene-
kan suasana sinergitas, aturan yang dibuat gak hukum, baik jajaran Pemerintah Daerah Ka-
pemerintah itu tidak boleh diskriminatif dan bupaten Purbalingga maupun dewan Perwakilan
seharusnya justru tidak membuat dunia usaha Rakyat Daerah Kabupaten Purbalingga tidak
menjadi berhenti. Pedagang kecil, menengah, cermat dalam memperhatikan peraturan per-
besar, bahkan perantara ataupun pemasok ha- undang-undangan yang berlaku, hal ini meng-
rus mempunyai kesempatan yang sama dalam akibatkan pembentukan Perda Kabupaten Pur-
berusaha. Solusi yang tepat adalah hadirnya re- balingga No. 2 Tahun 2010 pengaturannya men-
gulasi yang memposisikan keduanya untuk sa- jadi tidak komprehensif sebagaimana diamanat-
ling melengkapi bukan saling meniadakan. kan dalam Perpres dan Permendagri tersebut.
Selain itu penting pula upaya untuk melakukan Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa penegak
revitalisasi pasar tradisional agar mampu me- hukum belum cermat mengenai pengaturan zo-
ngikuti kecenderungan kebutuhan masyarakat. nasi pasar tradisional dan pasar modern dan
Analis kondisi sosial ekonomi masyarakat, kebe- sumber hukumnya serta belum adanya komuni-
radaan Pasar Tradisional, Usaha Kecil dan Usa- kasi yang terjalin dengan baik antara pemerin-
ha Menengah yang ada di wilayah yang bersang- tah pusat dengan pemerintah daerah.
kutan dan program kemitraan dapat dikatakan
sebagai usaha pemerintah pusat untuk meng- Faktor Sarana dan Fasilitas
atasi dan mengeliminir kesenjangan dan mele- Kab.Purbalingga sendiri baru mempunyai
mahnya eksistensi pasar tradisional. Hal ini satu pasar yang dikelola secara modern, yaitu
Implementasi Kebijakan Zonasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern (Studi di Kabupaten Purbalingga) 57
pasar Segamas yang didukung oleh fasilitas tribusikan lagi oleh penjual lainnya. Sementara
yang memadai, seperti ketersediaan tempat pasar tradisional di desa, sekedar menjual ke-
pembuangan akhir, toilet, dan lahan parkir. Se- butuhan pokok, seperti sayur mayur yang diha-
mentara fasilitas pendukung berupa lahan par- silkan dari pertanian masyarakat. Pertumbuhan
kir, tidak dimiliki oleh sebagian besar pasar pasar modern, apabila tidak dapat dibendung,
yang terletak dekat dengan wilayah kecamatan maka tidak hanya pasar tradisional yang akan
dan pasar desa.14 Hal ini tentunya menjadi sua- tergusur, tetapi juga pedagang lain yang me-
tu hambatan tersendiri bagi konsumen, apalagi masok barang dagangannya di pasar tradisional.
mengingat sebagian besar konsumen mengguna- Hal ini mengingat, format pasar modern yang
kan kenda-raan, sehingga konsumen akan me- berkembang di wilayah Kabupaten Purbalingga
ngalami kesulitan dalam memarkir kendaraan- berbentuk minimarket, di mana pembangunan
nya. Lain halnya dengan pasar modern, baik minimarket boleh berlokasi pada setiap sistem
Pasal 4 ayat (1) huruf c Perpres No. 112 Tahun jaringan jalan, termasuk sistem jaringan jalan
2007 maupun Pasal 4 ayat (1) Permendagri No. lingkungan pada kawasan pelayanan lingkung-
53/M-DAG/PER/12/2008 mewajibkan pasar mo- an (perumahan) di dalam kota/perkotaan, bah-
dern untuk menyediakan lahan parkir. Ber- kan pada Perda Kab. Purbalingga No. 2 Tahun
dasarkan penjelasan tersebut, baik pasar tradi- 2010 belum diatur mengenai aspek zonasinya.
sional dan pasar modern oleh perpres dan per- Jumlah pasar modern dengan berbagai
mendagri diwajibkan untuk menyediakan lahan formatnya di Kabupaten Purbalingga mencapai
parkir, akan tetapi Perda Kab. Purbalingga No. 54 buah, sedangkan jumlah pasar tradisional
2 tahun 2010 tidak mengatur hal tersebut. hanya 35 buah (data Disperindagkop Tahun
2011). Masyarakat, apabila dilihat dari sisi pe-
Faktor Masyarakat ngusaha pasar modern, maka berdasarkan data
Masyarakat, dalam hal ini dibedakan jumlah pasar modern di Kab. Purbalingga, tam-
menjadi tiga yaitu pedagang di pasar tradisi- pak bahwa jumlah pasar modern lebih banyak
onal, pengusaha pasar modern serta masyara- dibandingkan dengan pasar tradisional yang ada
kat sebagai konsumen. Sebagaimana telah di- di wilayah Kab. Purbalingga. Hal ini menunjuk-
sampaikan sebelumnya oleh informan dari Ke- kan, bentuk investasi saat ini di Kab. Purbaling-
tua Pengelola pasar Segamas, Wakil Ketua Pe- ga bertambah, tidak hanya industri rambut sa-
ngelola Pasar Kutasari, Ketua pengelola Pasar ja, melainkan juga investasi pasar modern de-
Padamara, Ketua Himpunan Pedagang Pasar ngan bentuk minimarket. Berdasarkan ketera-
Segamas yang pada dasarnya menyatakan bah- ngan yang disampaikan oleh informan dari Bina
wa pendirian pasar modern yang berdekatan Perizinan Pasar KPMPT, Disperindagkop dan
dengan pasar tradisional mengakibatkan berku- Satpol PP yang pada dasarnya menyatakan bah-
rangnya pendapatan pedagang di pasar tradisio- wa pendirian pasar modern telah sesuai dengan
nal.15 Hal ini disebabkan, fasilitas pendukung aturan yang ada di kabupaten Purbalingga, ser-
yang ada pada pasar tradisional kalah bersaing ta perizinannya telah sesuai dengan peraturan
dengan pasar modern, sehingga masyarakat se- perundangan, menunjukkan bahwa pada dasar-
bagai konsumen cenderung beralih ke pasar nya pengusaha pasar modern telah berusaha
modern dalam memenuhi kebutuhan sehari-ha- untuk mendirikan tempat usahanya secara le-
rinya, bahkan menurut informan, mereka yang gal, yaitu dengan memenuhi segala persyaratan
datang ke pasar tradisional cenderung merupa- perizinan yang diberlakukan oleh pemerintah
kan penjual juga, dengan pengertian lain pasar daerah. Namun demikian, sebagaimana telah
tradisional semata-mata dijadikan sebagai tem- dibahas sebelumnya, bahwa Perda Kab. Purba-
pat pemasok barang dagangan yang akan didis- lingga No. 2 Tahun 2010 tidak menjadikan Per-
pres No. 112 tahun 2007 dan Permendagri No.
14 Data Disperindagkop Kabupaten Purbalingga Tahun 2008 53/M-DAG/PER/12/2008 sebagai dasar hukum
15 Wawancara dilaksanakan pada tanggal 28 Mei dan 16
Juni 2011 pembentukan perda. Hal ini mengakibatkan pe-
58 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 12 No. 1 Januari 2012
ngaturan pada Perda menjadi tidak kompre- sifat tradisional menjadi modern, sehingga hal
hensif, khususnya berkaitan zonasi pasar tradi- tersebut mempengaruhi pula pola apresiasi ma-
sional dan pasar modern, serta program kemi- syarakat yang meru-pakan perilaku masyarakat
traan. Keadaan ini mengakibatkan implemen- dalam memandang, menilai, dan menghargai
tasi zonasi pasar tradisional dan pasar modern segala sesuatu yang terjadi di sekitar mereka.
di wilayah Kabupaten Purbalingga bertentangan Proses modernisasi ini mempengaruhi pola
dengan peraturan perundangan di atasnya. apresiasi masyarakat terhadap perubahan fisik
Pemegang peran berikutnya adalah ma- perkotaan yang ditandai dengan adanya pening-
syarakat sebagai konsumen. Pasar adalah sisi katan penggu-naan lahan untuk kegiatan non
dunia usaha yang mempunyai karakteristik ke- pertanian, salah satu di antaranya adalah per-
rakyatan yang lekat dengan dimensi sosial, eko- dagangan dan jasa yang ditunjukkan dengan
nomi dan budaya. Sebagai tumpuan kehidupan adanya pertumbuhan dan perkembangan pasar
dari generasi ke generasi, tren pasar harus da- mo-dern yang semakin marak. Perilaku masya-
pat memenuhi tuntutan waktu, baik fisik mau rakat Indonesia selaku konsumen sudah mulai
pun nuansa kegiatannya. Kegiatan di pasar me- bergeser dari pasar tradisonal ke pasar mo-
libatkan masyarakat baik selaku pembeli mau dern.
pun penjual saling membutuhkan satu sama Berdasarkan penjelasan tersebut di atas,
lainnya. Keberadaan pasar pada hakekatnya tampak bahwa faktor hukum dan penegak hu-
bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada kum cenderung mempengaruhi implementasi
masyarakat agar bisa memenuhi berbagai ke- zonasi pasar tradisional dan pasar modern, ka-
inginan yang dibuthkan bagi kelangsungan hi- rena pada faktor hukum, terdapat ketidaksin-
dup. Konsumen di sini tidak dapat disalahkan kronan produk-produk hukum yang ada diting-
sepenuhnya atas beralihnya mereka ke pasar kat pusat sendiri, yaitu ketidaksinkronan Per-
modern, mengingat konsumen mempunyai hak pres No. 112 Tahun 2007 dengan Permendegri
untuk memilih tempat berbelanja. No. 53/M-DAG/PER/12/2008, maupun ketidak-
sinkronan produk hukum ditingkat pusat dengan
Faktor Budaya di tingkat daerah, yaitu Perpres No. 112 Tahun
Masyarakat Indonesia dapat dikatakan 2007 dan Permendegri No. 53/M-DAG/PER/12/
berada dalam kondisi transisional, yaitu ber- 2008 dengan Perda Kab. Purbalingga No. 2 Ta-
pindahnya dari kehidupan agraris tradisional hun 2010, sedangkan pada faktor penegak hu-
menuju industrial modern, di mana kondisi kum, tampak bahwa penegak hukum ditingkat
transisional ini salah satunya dipengaruhi oleh daerah belum memperhatikan ketentuan Per-
proses urbanisasi. Perkembangan kota berjalan pres No. 112 Tahun 2007 dan Permendegri No.
seiring dengan terjadinya urbanisasi yang me- 53/M-DAG/PER/12/2008. Faktor fasilitas dan
rupakan suatu proses perubahan wilayah desa sarana, faktor masyarakat dan faktor budaya
menjadi kota. Perubahan ini terjadi pada aspek yang kemudian mengakibatkan pasar tradisional
fisik, ekonomi, dan sosial yang saling berkaitan relatif terpinggirkan semata-mata merupakan
satu sama lain dan mengakibatkan suatu wila- dampak dari tidak dilaksanakannya Perpres No.
yah menunjukkan warna kekotaan seperti di 112 Tahun 2007 dan ketidaksinkronan antara
antaranya adalah karakter non agraris, hetero- Perpres No. 112 Tahun 2007 dan Permendagri
genitas sosial, dan peningkatan intensitas ba- No. 53/M-DAG/PER/12/2008 itu sendiri.
ngunan. Proses urbanisasi ini tidak hanya meru-
pakan perpindahan penduduk dari desa ke kota Penutup
tetapi lebih pada proses masyarakat desa me- Simpulan
nuju modernisasi, meninggalkan sifat-sifat tra- Peraturan perundangan yang mengatur
disional menuju modern. Keadaan transisional zonasi pasar tradisional dan pasar modern di
akibat proses modernisasi ini ditandai dengan Kab. Purbalingga, kesemuannya belum menda-
adanya perubahan pola pikir masyarakat dari sarkan pada Perpres No. 112 Tahun 2007 ten-
Implementasi Kebijakan Zonasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern (Studi di Kabupaten Purbalingga) 59