BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pengaruh yang signifikan bagi masyarakat. Budaya dan gaya hidup masyarakat
informasi yang dapat dilakukan. Informasi yang serba terbuka dan tersedia luas
ekonomi, perdagangan dan pendidikan. Pendidikan saat ini identik dengan inovasi
yang sangat beragam, mulai dari penggunaan buku hingga penggunaan notebook
sebagai media tulis untuk pembelajaran sehingga hal itu sangat diperhatikan oleh
pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya
baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah
dunia yang baru, dunia terbuka, sehingga orang bebas membandingkan kehidupan
tahun 2015 dan PISA pada tahun 2018, saat ini yang dirasakan adanya
1
2
informasi satu dengan informasi lain. Sehingga akan muncul berbagai perspektif
merupakan hal yang penting untuk dimiliki oleh peserta didik di tengah derasnya
arus era digital. Keterampilan berpikir kritis sebagai bekal bagi peserta didik
bekerja secara produktif dengan yang lain, menempatkan empati pada tempatnya,
maupun tulisan. Hadirnya gadget di era globalisasi dapat dijadikan sebagai media
2
3
tinggi untuk memahami konsep dan prinsip fisika. Pembelajaran fisika tidak saja
dirancang untuk melahirkan fisikawan atau saintis, akan tetapi juga dirancang
untuk membantu peserta didik agar dapat berpikir kritis tentang hal-hal baru yang
peserta didik untuk mengembangkan diri menjadi individu yang memiliki sikap
disekitarnya.
didik setelah proses pembelajaran belum bisa dilihat secara maksimal disebabkan
3
4
oleh instrumen penilaian HOTS yang digunakan oleh guru masih kurang. Guru
belum bisa mengetahui siapa saja peserta didik yang sudah sampai ke tahap
diberikan soal-soal yang bersumber dari buku paket sehingga terjadi kurangnya
variasi soal yang diberikan oleh pendidik dan soal-soal yang diberikan belum
memfasilitasi peserta didik untuk berpikir kritis. Kemudian peserta didik merasa
penilaian terhadap peserta didik untuk melihat pencapaian hasil belajar yang
evaluasi proses belajar mengajar. Sesuai dengan kebutuhan pendidikan saat ini
maka instrumen penilaian yang dibutuhkan harus memenuhi HOTS. Pada proses
diperlukan di era revolusi industry 4.0 seperti sekarang ini. Ilmu pengetahuan dan
4
5
tuntutan yang terdapat pada pendidik dan peserta didik kelas XII SMA N 3
mampu menjadi instrumen penilaian yang terkategori baik. Materi listrik statis
dimiliki layak untuk dikembangkan menjadi soal HOTS. Peserta didik juga harus
pembelajaran fisika. Materi yang akan digunakan terfokus pada listrik statis.
B. Identifikasi Masalah
2. Peserta didik diberikan soal-soal yang berasal dari buku paket, sehingga
5
6
C. Batasan Masalah
pada pengembangan instrumen penilaian HOTS pada materi listrik statis di XII
D. Rumusan Masalah
1. Apakah intrumen penilaian HOTS pada materi listrik statis kelas XII SMA N
2. Apakah analisis butir soal dalam instrumen penilaian HOTS pada mata
E. Tujuan Penelitian
yaitu:
F. Kegunaan Penelitian
6
7
G. Spesifikasi Produk
keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik yang terdiri dari kisi-kisi soal
HOTS dan kartu soal HOTS. Pada kisi-kisi soal HOTS terdiri dari identitas seperti
jumlah soal, bentuk soal dan penulis. Kemudian terdapat Kompetensi Dasar,
Materi, Kelas/Semester, Indikator Soal, Level Kognitif, Bentuk Soal dan Nomor
soal. Sedangkan pada kartu soal HOTS terdapat identitas yang ada pada kisi soal,
soal uraian sebanyak 10 butir, pedoman penskoran dan keterangan dari soal
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Soal-soal dibuat sesuai dengan HOTS yaitu
(C5) dan berkreasi (C6) yang mana dapat disebut juga tingkatan level 3
(penalaran). Soal-soal tersebut akan terdiri dari 10 butir soal uraian terbatas.
7
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Fisika
seseorang dapat berkembang menjadi individu yang lebih baik dan bermanfaat
suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil individu dengan lingkungannya
aktivitas diri.
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Depdiknas (2003), mata pelajaran
fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang dapat
penyelesaian masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik secara
memiliki tiga aspek utama yaitu aspek afektif, proses, dan ilmu. Sehingga
aspek tersebut. Mata pelajaran fisika di SMA bertujuan agar peserta didik mampu
8
9
Yang Maha Esa (Mundilarto, 2012: 5). Selanjutnya Mundilarto (2021) juga
fisikawan atau saintis saja, akan tetapi dirancang untuk membantu peserta didik
akan pentingnya berpikir kritis akan hal-hal baru yang ditemuinya berdasarkan
menjadi individu yang memiliki sikap ilmiah, mampu memproses fenomena dan
fenomena yang ada di sekitarnya bekerja. Salah satu materi dalam pembelajaran
fisika adalah listrik statis. Materi ini cocok untuk dikembangkan sesuai dengan
melibatkan aktivitas mental yang paling dasar (Ariyana, 2018:5). Menurut Sani,
(2019:3) HOTS berbeda dengan HOT. HOT mencakup analisis, evaluasi, kreasi
membuat keputusan. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan juga bahwa HOT
9
10
menjadi dua, yaitu keterampilan berpikir tingkat tinggi atau sering disebut dengan
higher order thingking skill (HOTS), dan keterampilan berpikir tingkat rendah
atau sering disebut dengan lower order thingking skill (LOWS). Kemampuan
melibatkan analisis dan sintesis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta atau
kreativitas (C6) (Kurniati et al., 2016). Keterampilan berpikir tingkat rendah siswa
tingkat rendah tidak dapat digunakan pada pembelajaran pada masa sekarang ini.
berpikir tingkat tinggi terjadi saat informasi baru diterima dan saling berkaitan
dengan informasi sebelumnya atau memperluas informasi yang sudah ada agar
10
11
instrumen soal yang berbasis HOTS. HOTS ini hasilnya dinilai dengan
hari.
pada peringkat 40 dari 42 negara (TIMSS & PIRLS International Study Center,
(Istiyono et al., 2014:2). Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
Prestasi belajar fisika masih rendah, salah satunya dapat disebabkan karena
proses pembelajaran atau assesmennya yang tidak tepat. Dalam penelitian ini
hanya akan dibahas mengenai assesmennya karena assesmen yang tepat dapat
tinggi. Sehingga dari paparan tersebut pada penelitian ini peserta didik diharapkan
11
12
rumit meliputi menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta atau biasa kita sebut
3. Instrumen Penilaian
pengetahuan dan keterampilan peserta didik yang hasilnya akan digunakan untuk
pendidikan adalah alat yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa,
melakukan penilaian terhadap peserta didik guna melihat pencapaian hasil belajar
yang didapat setelah proses pembelajaran, yang nantinya digunakan sebagai acuan
diberikan terhadap peserta didik guna mengumpulkan data dapat berupa tes
maupun nontes. Tes merupakan alat ukur utama pada ranah kognitif untuk
maksimal. Untuk instrumen penilaian berupa tes terbagi menjadi 2 yaitu: (1) tes
12
13
objektif diantaranya pilihan ganda, pilihan benar salah, pilihan menjodohkan dan
isian pendek atau melengkapi, (2) tes uraian dapat berupa uraian bebas, uraian
terbatas. Sementara nontes merupakan alat ukur yang digunakan dalam mengukur
ranah afektif dan psikomotor yang hasilnya tidak pasti atau memiliki
(Purwanto, 2017:56).
Tes objektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-
butir soal (items) yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu
2018 ). Item tes objektif yang banyak dipakai dalam evaluasi hasil belajar peserta
didik di sekolah adalah pilihan ganda. Tes pilihan ganda memiliki semua
persyaratan sebagai tes yang baik, yakni dilihat dari segi objektifitas, reliabilitas,
dan daya pembeda antara peserta didik yang berhasil dengan peserta didik yang
gagal.
Adapun macam-macam tes pilihan ganda, yaitu: (1) pilihan ganda biasa
suatu kalimat penyataan yang belum lengkap dan diikuti empat atau lima
hubungan antar hal (sebab-akibat). Bentuk tes ini terdiri dari dua kalimat, satu
kalimat pernyataan dan satu kalimat alas an. Ditanyakan apakah pernyataan
13
14
memiliki hubungan sebab akibat atau tidak dengan alasan. Soal dengan ragam ini
cenderung sulit atau sangat sulit oleh sebab itu perlu diperkenalkan dengan baik,
dilatihkan dan para guru membiasakan penggunaan ragam ini walau hanya 2-3
soal dalam satu tes. (3) analisa kasus. Bentuk tes analisa kasus ini menghadapkan
peserta didik pada satu masalah. Bentuk ragam analisa kasus sama dengan ragam
butir 1 (melengkapi atau menjawab pertanyaan), hanya isi yang terkandung dalam
pokok soal berupa kasus. Peristiwa khusus, hasil kerja di laboratorium, atau
kejadian disekitar kita dapat dijadikan kasus. (5) asosiasi pilihan ganda. Bentuk
soal ini sama dengan bentuk soal melengkapi pilihan, yakni suatu pernyataan yang
tidak lengkap yang diikuti denga beberapa kemungkinan, hanya perbedaan pada
bentuk asosiasi pilihan ganda kemungkinan jawaban bisa lebih dari satu,
sedangkan melengkapi pilhan hanya satu yang paling tepat. ( Widiyanto, 2018 ).
Tes uraian adalah tes (seperangkat soal yang berupa tugas, pertanyaan)
uraian ialah tes yang berbentuk pertanyaan tulisan yang jawabannya merupakan
essay/uraian atau kalimat yang panjang (Sukardi, 2011:35). Tes uraian memiliki
dua macam bentuk yaitu uraian bebas dan uraian terbatas. Tes uraian bebas yaitu
uraian terstruktur dimana peserta didik akan menjawab secara bebas tentang suatu
masalah yang ditanyakan. Sedangkan tes uraian terbatas yaitu uraian yang
jawaban peserta didik dibatasi dan diarahkan pada hal yang akan diminta dari
disimpulkan bahwa tes uraian adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan
14
15
menjawab soal bentuk uraian terbatas ini, peserta didik harus mengemukakan hal-
hal tertentu sebagai batasan-batasannya yang sifatnya sudah lebih terara. (2)
Uraian bebas. Dalam menjawab soal uraian bebas ini peserta didik bebas untuk
kemampuannya.
melihat ranah kognitif peserta didik saja, sehingga instrumen penilaian yang
digunakan berupa tes uraian terbatas. Berpedoman dengan pendapat para ahlinya
B. Penelitian Relevan
mata pelajaran fisika kelas XII SMA N 3 Padang sepengetahuan peneliti belum
pernah dilakukan. Akan tetapi penelitian yang berkaitan dengan ini yang sekaligus
terlebih dahulu oleh Budiman & Jailani (2014) dengan judul penelitian
15
16
memiliki hasil yaitu Soal pilihan ganda memiliki tingkat kesukaran sedang, daya
pembeda baik, semua pengecoh berfungsi baik, dan soal uraian memiliki tingkat
menyimpulkan bahwa Hal penting dalam penulisan soal HOTS, guru harus sangat
soal), dan kreativitas guru dalam memilih stimulus soal sesuai dengan situasi dan
pada mata pelajaran fisika kelas XII SMA N 3 Padang. Dimana pada penelitian ini
dikembangkan sebuah produk berupa instrumen penilaian HOTS yang valid dan p
C. Kerangka Konseptual
Peserta didik diberikan soal-soal yang berasal dari buku paket, sehingga
kurangnya variasi soal yang dikerjakan oleh peserta didik. Keterampilan berpikir
tingkat tinggi yang dimiliki peserta didik dapat diamati dan dinilai secara optimal
jika ada instrumen penilaian yang tepat. Akan tetapi, selama ini isntrumen
16
17
tingkat tinggi fisika pada tingkat SMA kelas XII materi listrik statis.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
17
18
2020/2021. Uji coba terbatas ini dilaksanakan terhadap satu kelas XII MIPA di
SMA N 3 Padang yang dilakukan secara daring melalui platform google meet.
B. Jenis Penelitian
(Sugiyono, 2014). Selain itu, metode penelitian dan pengembangan adalah metode
2011:245). Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras,
seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium tetapi
bisa juga perangkat lunak seperti, program komputer untuk pengolahan data
lain. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian
penilaian yang mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi fisika peserta didik
pada materi Listrik Statis di SMA N 3 Padang. Desain penelitian ini yang
18
19
Thiagarajan, terdiri dari 4 tahap, yaitu: (1) pendefenisian (define), (2) perancangan
C. Prosedur Penelitian
empat tahap, yaitu (1) pendefinisian (define). (2) perancangan (design), (3)
dan biaya. Sesuai dengan model pengembangan yang telah dikemukakan di atas,
rikut:
19
20
a. Analisis kebutuhan
b. Analisis peserta didik
c. Analisis konsep
Tidak
Validitas ? Revisi
Ya
Praktikalitas
?
20
21
Tahap ini untuk melihat gambaran yang berkaitan dengan proses pembelaj
masalahan yang terjadi pada proses pembelajarannya. Urutan proses yang dilakuk
a. Analisis Kebutuhan
dengan cara wawancara kepada pendidik dan peserta didik sehingga didapati dari
keterampilan berpikir tingkat tinggi fisika pada materi listrik statis yang dimiliki
oleh pendidik. Dengan minimnya instrumen penilaian tersebut, maka peserta didik
bidang fisika.
didik. Analisis ini dimulai dengan mengetahui usia, kemampuan akademik, dan
bahasa peserta didik. Data analisis peserta didik dapat membantu dalam proses
21
22
c. Analisis Konsep
berpikir tingkat tinggi kelas XII di SMA N 3 Padang pada materi listrik statis
adalah jenis tes berbentuk uraian terbatas. Tes berbentuk uraian terbatas ini akan
di rancang menjadi sepuluh soal. Kisi-kisi akan dibuat sesuai dengan silabus pada
kurikulum 2013 yang telah direvisi. Kisi-kisi yang dibuat berupa kisi-kisi
instrumen penilaian soal HOTS pada materi listrik statis. Pembuatan kisi-kisi
materi, kelas/semester, indikator soal, level kognitif, bentuk soal dan nomor soal.
22
23
b. Pengambilan Data
HOTS yaitu validitas dan praktikalitas, kemudian data analisis butir soal yaitu
praktikalitas, kemudian data analisis butir soal diambil melalui hasil uji coba
reliabilitas soal.
a. Validasi Ahli
untuk memperbaiki pengembangan awal instrumen oleh ahli atau pakar. Teknik
dari ahli atau pakar yang kemudian akan dilakukan revisi jika ada perbaikan
b. Praktikalitas
yang telah ditentukan untuk melihat tingkat praktis dan keterbacaan instrumen
23
24
c. Reliabilitas
soal akan dianalisis dari hasil uji coba soal yang telah dilakukan. Pelaksanaan uji
coba melibatkan satu kelas peserta didik XII MIPA di SMA N 3 Padang. Hasil
dari skor jawaban peserta didik yang akan dianalisis untuk melihat reliabilitas
soal.
D. Defenisi Operasional
penafsiran para pembaca, maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang digunakan
dalam penelitian ini. Adapun istilah-istilah yang dijelaskan adalah sebagai berikut:
data untuk mengukur pencapaian prestasi belajar peserta didik dalam proses
permasalahan dari pengalaman dalam diri peserta didik tersebut dengan cara
berkreasi (C6).
penilaian HOTS pada materi listrik statis. Namun sebelum di uji cobakan kepada
peserta didik perlu dilihat terlebih dahulu praktikalitas instrumen penilaiam yang
24
25
praktikalitas yang diberikan kepada pendidik akan dijadikan sebagai dasar untuk
Dalam melakukan uji coba instrumen ini, perlu diperhatikan sebagai berikut:
Uji coba produk akan dilakukan kepada peserta didik di satu kelas yaitu
XII MIPA 2 SMA N 3 Padang yang berjumlah sebanyak 35 orang peserta didik.
Uji coba dilakukan untuk mengetahui reliabilitas soal dari instrumen penilaian
yang dikembangkan.
2. Jenis data
Jenis data dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari hasil uji coba produk untuk melakukan analisis butir soal
dan angket praktikalitas. Sedangkan data sekunder di dapat dari hasil skor
angket validitas.
F. Instrumen Penelitian
angket. Angket yang digunakan berupa angket validitas dan praktikalitas. Sebelu
25
26
1. Instrumen Validasi
instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Menurut
validitas empiris (Sukardi, 2008: 32). Dalam pengembangan ini hanya memakai v
aliditas logis. Validitas logis mencakup validitas isi dari instrumen penilaian, yang
didasarkan dari pertimbangan para pakar/ahli. Validitas isi memuat hal-hal yang
berkaitan dengan apakah item-item yang ada pada instrumen penilaian telah
Validator terdiri dari 3 orang pakar di bidang fisika. Kegiatan validasi dilakukan
dalam bentuk mengisi lembar angket validitas oleh validator untuk melihat
Metode Pengumpula
No Aspek Instrumen
n Data
1 Kesesuaian Memberikan angket Angket
Instrumen Penilain validasi kepada
dengan KD, pakar di bidang fisik
indikator a
2 Bahasa dan gambar
Sumber: dimodifikasi dari Depdiknas (2008: 28)
dua aspek yaitu kesesuaian instrumen penilaian dengan KD dan indikator serta
26
27
aspek bahasa dan gambar yang metode pengumpulan datanya berupa pemberian
angket validasi kepada pakar di bidang fisika yang dipilih dengan persetujuan oleh
dosen pembimbing.
2. Instrumen Praktikalitas
AN 3 Padang.
penilaian. Data tersebut diambil dengan metode pengumpulan data yang berupa
Data untuk penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh
27
28
Untuk data validitas diperoleh dari angket yang telah disebar ke pakar
fisika. Data angket diperoleh dengan cara menghitung skor dari pakar fisika yang
menilai tiap-tiap item pertanyaan yang terdapat dalam angket. Hasil validasi dari v
alidator terhadap seluruh aspek yang dinilai, dalam bentuk tabel. Selanjutnya dicar
Keterangan:
NA = Nilai akhir
S = Jumlah skor yang diperoleh
SM = Skor maksimum
Nilai akhir yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria y
valid. Nilai akhir 21%-40% soal terkategori kurang valid. Nilai akhir 41%-60%
soal terkategori cukup valid. Jadi, dapat disimpulkan bahwa instrumen penilaian d
ikatakan valid apabila nilai akhirnya berkisar dari 61%-100% (Riduwan, 2013:
41).
28
29
pendidik. Data angket diperoleh dengan cara menghitung skor pendidik yang men
jawab tiap-tiap item sebagaimana terdapat dalam angket. Menurut Riduwan (2012:
89), data uji praktikalitas instrumen penilaian dianalisis dengan persentase (P) me
nggunakan rumus:
Berdasarkan Tabel 4 jika nilai akhir 0%-20% maka soal terkategori tidak
praktis. Nilai akhir 21%-40% soal terkategori kurang praktis. Nilai akhir 41%-
60% soal terkategori cukup praktis. Jadi, dapat disimpulkan bahwa instrumen
penilaian dikatakan praktis apabila nilai akhirnya berkisar dari 61%-100% (Ridu
Suatu tes dikatakan dapat dipercaya apabila memberikan hasil yang sama
saat digunakan berkali-kali dan pada situasi yang berbeda-beda (Arikunto, 2013,
hlm. 100). Reliabilitas tes dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan
rumus:
29
30
2 ( ∑ X )2 2 ( ∑Y )2
∑X − ∑Y −
σi2 = N σt2 = N
N N
n 1−σ 2i
r11 =[ n−1 ][ 2 ]
σt
Keterangan:
r11 = Reliabilitas test secara keseluruhan
2
∑σi = Jumlah varians skor tiap-tiap item
σ 2t = Varians total
N = Jumlah peserta tes
X = Skor butir soal
Y = Skor total
n = Jumlah soal
Adapun nilai koefisien dari reliabilitas ini dapat kita lihat pada tabel 5:
Tabel 5. Klasifikasi Nilai Reliabilitas Butir Soal
Rentang Keterangan
0,81-1,00 Sangat Tinggi
0,61-0,80 Tinggi
0,41-0,60 Cukup
0,21-0,40 Rendah
0,00-0,20 Sangat Rendah
Sumber : (Arikunto, 2013).
rendah. Nilai akhir 0,21-0,40 soal terkategori reliabel rendah. Nilai akhir 0,41-
0,60 soal terkategori reliabel cukup. Jadi, dapat disimpulkan bahwa reliabilitas
soal dikatakan tinggi apabila nilai akhirnya mencapai 0,61-1,00 (Arikunto, 2013).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
A. Proses Pengembangan
30
31
pengembangan dilakukan terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap pendefinisian (define),
1. Tahap Pendefinisian
didapat dan menetapkan solusi yang relevan terdahap permasalahan tersebut. Pada
dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap analisis kebutuhan, analisis peserta didik,
dan analisis konsep. Ketiga tahap tersebut akan dijelaskan berikut ini.
a. Analisis Kebutuhan
SMA N 3 Padang. Pada pembelajaran fisika peserta didik dituntut untuk mampu
berpikir tingkat tinggi untuk memahami konsep dan prinsip fisika. Berdasarkan
bahwa proses pembelajaran fisika sudah cukup baik dengan lengkapnya fasilitas
perkembangan yang dialami oleh peserta didik setelah proses pembelajaran belum
bisa dilihat secara maksimal disebabkan oleh instrumen penilaian HOTS yang
31
32
digunakan oleh guru masih kurang. Guru belum bisa mengetahui siapa saja
peserta didik yang sudah sampai ke tahap keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Selain itu, permasalahan yang ditemui guru fisika yaitu minimnya instrumen
penilaian HOTS sehingga guru lebih sering menggunakan soal yang ada pada
buku paket. Untuk hasil dari wawancara peserta didik di dapatkan bahwa peserta
didik sering diberikan soal-soal yang berasal dari buku paket sehingga peserta
diberikan.
penilaian HOTS dalam pembelajaran fisika pada materi listrik statis untuk peserta
didik kelas XII SMA Negeri 3 Padang. Pengembangan instrumen penilaian HOTS
kemampuan akademik, dan bahasa peserta didik. Data analisis peserta didik dapat
peserta didik.
Berdasarkan data yang diperoleh dari guru fisika SMA Negeri 3 Padang,
diketahui bahwa peserta didik yang menjadi subjek penelitian adalah peserta didik
32
33
kelas XII MIPA 2 SMA Negeri 3 Padang yang dianalisis berdasaran usia ternyata
memiliki usia lebih kurang 17-18 tahun. Pada usia ini peserta didik sudah mampu
tinggi. Namun dalam kenyataannya peserta didik yang menjadi subjek penelitian
masih kurang dalam mengasah diri dalam berpikir secara logis, penalaran,
didik juga merasa tidak tertantang dalam mengerjakan soal-soal fisika yang
selama ini diberikan oleh guru, sehingga keterampilan berpikir tingkat tinggi
peserta didik memiliki nilai yang baik dilihat dari hasil latihan serta ulangan
peserta didik. Hal ini disebabkan peserta didik hanya mengerjakan soal-soal yang
ada pada buku paket. Akibatnya guru tidak dapat mengukur keterampilan
yang dilakukan pada peserta didik didapat hasil bahwa peserta didik yang ada
pada kelas tersebut dapat memahami bahasa Indonesia yang baik sesuai dengan
adalah instrumen yang sesuai dengan kebutuhan dan karaktertistik peserta didik.
instrumen penilaian Higher Order Thinking Skill (HOTS) yang sesuai dengan
33
34
instrumen penilaian yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik peserta didik
Untuk itu dirancang instrumen penilaian Higher Order Thinking Skill (HOTS)
d. Analisis Konsep
konsep secara sistematis dan mengaitkan konsep-konsep yang ada untuk membuat
sekolah yang akan dilakukan penelitian menggunakan kurikulum 2013 revisi yang
listrik, kuat medan listrik, fluks, potensial listrik,energi potensial listrik serta
coulomb, medan listrik dan potensial listrik beserta kapasitor. Dalam memahami
konsep pada listrik statis peserta didik harus mampu menganalisis besaran serta
dan indikator pada materi listrik statis yang kemudian dikembangkan agar peserta
didik mampu melakukan penalaran dalam menjawab soal tersebut, sebagai contoh
salah satunya yaitu disajikan informasi dari percobaan terhadap beberapa titik
34
35
bermuatan dan peserta didik dapat mengevaluasi apa yang terjadi saat percobaan
2 Tahap Perancangan
Thinking Skill (HOTS) ini dirancang dengan tujuan agar dapat meningkatkan
akan digunakan pada materi listrik statis adalah jenis tes berbentuk uraian
terbatas. Kisi-kisi akan dibuat sesuai dengan silabus pada kurikulum 2013 yang
penilaian soal HOTS pada materi listrik statis. Kisi soal tersebut terdiri dari
juga merancang kartu soal HOTS. Kartu soal HOTS merupakan penjabaran dari
kisi-kisi soal. Kartu soal HOTS selain memuat butir soal, juga memuat
kompetensi dasar, indikator soal, materi, level kognitif, kunci jawaban beserta
pedoman penskorannya. Agar lebih jelas untuk melihat kisi-kisi soal beserta kartu
soal yang dikembangkan maka dapat dilihat pada lampiran 2 hal 49 dan lampiran
3 hal 53.
35
36
HOTS dan uji coba instrumen penilaian HOTS. Validitas instrumen penilaian
Higher Order Thinking Skill (HOTS) dapat diketahui setelah divalidasi oleh
validator ahli, yaitu tiga orang dosen fisika. Setelah instrumen penilaian Higher
Order Thinking Skill (HOTS) divalidasi dan layak untuk di uji coba, selanjutnya
isntrumen penilaian Higher Order Thinking Skill (HOTS) diuji cobakan kepada
peserta didik. Hal ini sesuai dengan pendapat Thiagarajan, dkk (1974:8) bahwa
tahap pengembangan meliputi validasi perangkat oleh pakar dan uji coba terbatas
dengan peserta didik yang sesungguhnya. Agar lebih jelas, perhatikan analisis
(HOTS) yang telah dirancang divalidasi oleh 3 validator ahli, yaitu Dra. Hj.
Husna, M.Si., Aidhia Rahmi, M.Sc., dan Megasyani Anaperta, M.Pd. Setelah
pengembangan instrumen lebih lanjut. Saran yang diberikan oleh validator dapat
36
37
Saran yang diberikan oleh validator ahli pada Tabel 8 tersebut dijadikan
hasil validasi instrumen penilaian soal HOTS secara umum memperoleh skor rata-
rata 88,32% dengan kategori sangat valid. Penjabaran terhadap aspek yang dinilai
87,5% dengan kategori sangat valid. Aspek kelayakan bahasa diperoleh rata-rata
persentase 89,5% dengan kategori sangat valid. Berikut hasil perhitungan validasi
instrumen penilaian.
dikembangkan dengan kategori sangat valid. Hal ini berarti instrumen penilaian
HOTS yang telah dikembangkan dapat diujicobakan pada peserta didik. Hasil
37
38
ahli dan praktis oleh pendidik maka langkah selanjutnya yang akan dilakukan
dilakukan pada tanggal 31 Agustus 2021 terhadap 35 orang peserta didik di kelas
XII MIPA SMA N 3 Padang. Pada pelaksanaan uji coba diperoleh data reliabilitas
berupa angket yang diisi oleh pendidik. Analisis reliabilitas soal diperoleh dari
dari hasil respon guru terhadap praktikalitas instrumen penilaian HOTS. Hasil
kepada guru dan guru menilai kepraktisan instrumen penilaian HOTS berdasarkan
bagi guru memperoleh skor rata-rata 95,55% dengan kategori sangat praktis.
38
39
memperoleh skor rata-rata 93,33% dengan kategori sangat praktis. Agar lebih
praktikalitas instrumen penilaian HOTS bagi guru berkategori sangat praktis. Hal
ini dapat dilihat dari aspek kemudahan dalam penggunaan dan aspek penggunaan
praktis. Oleh sebab itu, instrumen penilaian HOTS dapat digunakan untuk
penilaian HOTS bagi guru dapat dilihat pada lampiran 7 hal 84.
Suatu tes dikatakan dapat dipercaya apabila memberikan hasil yang sama
saat digunakan berkali-kali dan pada situasi yang berbeda-beda (Arikunto, 2013,
hlm. 100). Setelah uji coba soal HOTS dilakukan didapatkan hasil reliabilitas
sebesar 0,24 yang termasuk pada kategori rendah. Penggunaan soal HOTS yang
39
40
juga tidak dapat memberikan hasil yang sama saat digunakan berkali-kali pada
Soal Soal Soal Soal Soal Soal Soal Soal Soal Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Varians 0,10 2,93 3,93 2,56 4,20 0,49 6,19 5,34 0,72 1,13
Butir
Soal (σ2i)
Jumlah Varians Butir Soal (∑σ2i) 27,60
Varians Total (σ2t) 35,28
Reliabilitas (r11) 0,24
Kategori Rendah
pada kategori reliabilitas rendah. Reliabilitas soal HOTS rendah disebabkan oleh
pelaksanaan uji coba yang hanya dapat dilakukan secara daring memalui google
meet sehingga peneliti tidak bisa mengendalikan peserta didik secara penuh untuk
B. Pembahasan
menjadi instrumen penilaian pada materi listrik statis. Instrumen penilaian HOTS
ini telah diujicobakan pada 35 orang peserta didik kelas XII MIPA 2 SMA N 3
penilaian yang dikembangkan telah berkategori sangat valid dan sangat praktis.
40
41
penelitian ini.
alat ukur. Validasi merupakan proses penilaian rancangan produk yang dilakukan
coba lapangan. Pada penelitian ini, instrumen penilaian HOTS divalidasi oleh 3
validator ahli. Hal yang divalidasi meliputi 2 aspek yaitu aspek kelayakan isi dan
secara umum tergolong sangat valid. Hal itu tergambar dari hasil penilaian
telah sesuai dengan KD serta indikator yang ada di dalam kurikulum 2013 revisi.
Konsep yang disajikan pada soal HOTS tidak bermakna ganda. Masalah yang
disajikan dalam soal HOTS sudah sesuai dengan materi dan mengandung stimulus
gambar yang disajika juga sudah terstruktur dan jelas. Oleh sebab itu, dengan
41
42
tinggi peserta didik. Aspek kelayakan bahasa instrumen penialaian HOTS yang
dikembangkan secara umum tergolong sangat valid. Hal ini dapat dilihat dari
penilaian validator pada angket yang menyatakan bahwa bahasa yang digunakan
sudah sesuai dengan EYD, komunikatif, berdasarkan kehidupan nyata yang sesuai
instrumen penilaian HOTS pada mata pelajaran fisika kelas XII SMA N 3 Padang
yang dirancang tergolong sangat valid. Selanjutnya instrumen penilaian yang telah
diketahui dari penyebaran angket praktikalitas pada saat uji coba soal. Uji coba
ahli. Kepraktisan instrumen penilaian HOTS dinilai dari isi, waktu, petunjuk
mudah dimengerti, dan bahasanya mudah dipahami. Hal ini dapat dilihat dari hasil
penilaian HOTS yang dikembangkan sudah sesuai dengan tingkatan yang ada
pada soal HOTS, sesuai dengan materi yang diajarkan pendidik, dapat digunakan
sebagai bahan ajar bagi pendidik, serta memudahkan pendidik untuk mengetahui
3. Reliabilitas Soal
42
43
Reliabilitas soal dilihat dari hasil uji coba soal yang dilakukan.
Berdasarkan hasil uji coba maka didapatkan reliabilitas soal 0,24 yang terkategori
rendah. Reliabilitas soal rendah. Hal ini mungkin karena pelaksanaan uji coba
didik terbiasa mengerjakan soal-soal yang ada di buku paket, biasanya soal
tersebut jarang dalam bentuk penalaran. Sehingga peserta didik belum bisa
alat untuk mengukur kekampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik. Hal ini tentu
keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik. Selain itu, instrumen penilaian
HOTS yang dikembangkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk pendidik dalam
penilaian HOTS harus divalidasi oleh validator dan dilihat kepraktisannya oleh
pendidik.
BAB V
43
44
PENUTUP
A. Simpulan
1. Instrumen penilaian HOTS yang dikembangkan yang dilihat dari kedua aspek
yaitu, aspek kelayakan isi dan aspek kelayakan bahasa. Berdasarkan kedua
aspek tersebut, maka hasil validitas instrumen penilaian HOTS ini secara
penilaian HOTS yang dikembangkan ini yang dilihat berdasarkan dua aspek,
Berdasarkan kedua aspek tersebut, maka hasil praktikalitas oleh guru secara
2. Analisis hasil uji coba untuk melihat reliabilitas soal mendapatkan hasil
sebesar 0,24 dengan kategori reliabel rendah sehingga perlu penelitian lebih
lanjut.
B. Saran
44
45
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, A. N., & Widayati, A. (2012). Analisis Butir Soal Tes Kendali Mutu
Kelas Xii Sma Mata Pelajaran Ekonomi Akuntansi Di Kota Yogyakarta
Tahun 2012. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 10(1).
https://doi.org/10.21831/jpai.v10i1.919
Budiman, A., & Jailani, J. (2014). Pengembangan Instrumen Asesmen Higher
Order Thinking Skill (Hots) Pada Mata Pelajaran Matematika Smp Kelas
Viii Semester 1. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 1(2), 139.
https://doi.org/10.21831/jrpm.v1i2.2671
Daryanto. (2012). Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Mediapp
45
46
46