Anda di halaman 1dari 6

Nama Asisten : Laksmi Putri

Tanggal Praktikum : 18 Januari 2021


Tanggal Pengumpulan : 25 Januari 2021

PRAKTIKUM ANALISIS KADAR ABU


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN

Fadhilah Nurdiana (240210180083)

Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor


Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022) 7798844,
779570 Fax. (022) 7795780 Email: fadilahnrdna99@gmail.com

ABSTRACT

Ash content is an important component in foodstiff because it can determine the process
of food processing. A daily consumed food contains minerals in it. The ash content of a foodstuff
also contains several mineral ingredients. Ashes are the main stage in the analysis of the ash
content of foodstuff. The method used is direct method. The purpose of this practicum is to
calculate the ash content of kelapa batok, jagung ketan/pulut, dan madu. The results showed that
the highest average ash content was found in jagung ketan/pulut 0,965%, followed by kelapa
batok 0,495%, and the lowest was madu 0,115%.

Keywords: ash content, direct method, minerals.

PENDAHULUAN serat, sering digunakan jenis pengabuan


dalam tanur (Khopkar, 2003).
Abu merupakan zat anorganik dari Pengabuan dapat menyebabkan
sisa hasil pembakaran suatu bahan organik hilangnya bahan-bahan organik dan
(Sudarmadji, 2003). Bahan makanan yang anorganik sehingga terjadi perubahan
dikonsumsi sehari-hari memiliki kandungan radikal organik dan terbentuk elemen olagm
mineral didalamnya. Kadar abu suatu bahan dalam bentuk oksida atau bersenyawa
pangan juga mengandung beberapa mineral dengan ion-ion negative. Kadnungan abu
bahan. Mineral yang terdapat pada suatu pada setiap bahan pangan tergantung dari
bahan pangan merupakan dua macam jenis bahan dan cara pengabuan yang
garam, yaitu garam organik dan anorganik. dilakukan.
Contoh garam organik diantaranya Penentuan kadar abu dapat dilakukan
adalah asam mallat, oksalat, asetat, dan dengan dua cara, yaitu pengabuan cara
pektat. Sedangkan, garam anorganik antara langsung dan pengabuan cara tidak
lain dalam bentuk garam fosfat, karbonat, langsung. Prinsip pengabuan cara langsung
klorida, sulfat, dan nitrat. Selain dalam dapat dilakukan menggunakan metode tanur
bentuk kedua garam tersebut, mineral juga dengan suhu tinggi sehingga air dan
dapat berbentuk sebagai senyawa kompleks bahan volatil lain diuapkan kemudian zat-
yang bersifat organis. zat organik dibakar pada suhu tinggi 500-
Penentuan kadar mineral dalam 600oC hingga sampel menjadi abu. Sisa abu
bentuk asli sulit untuk dilakukan, oleh kemudian ditimbang dan dibandingkan
karena itu biasanya dilakukan dengan dengan berat awal sampel kemudian
menentukan sisa pembakaran garam mineral dinyatakan sebagai kadar abu bahan
yang dikenal dengan istilah pengabuan (Andarwulan dkk, 2011). Sedangkan,
(Sudarmadji, 2003). Pengabuan merupakan prinsip pengabuan cara tidak langsung yaitu
tahapan utama dalam analisis kadar abu pada bahan ditambahkan reagen kimia tertentu
suatu bahan pangan. Terdapat beberapa jenis sebelum dilakukan pengabuan (Apriantono
pengabuan, yaitu pengabuan dengan tanur, & Fardiaz, 1989).
pembakaran api terbuka, dan wet Pengukuran kadar abu bertujuan
combustion. Pada analisis kadar abu dan untuk mengetahui jumlah mineral yang
terkandung dalam suatu bahan pangan Bahan yang digunakan pada
(Sandjaja, 2009). Selain itu, kadar abu dari praktikum kali ini adalah batok kelapa,
suatu bahan pangan juga menunjukkan jagung ketan/pulut, dan madu.
kemurnian serta kebersihan suatu bahan
yang dihasilkan. Prosedur
Penentuan kadar abu juga penting Pertama-tama, cawan porselen
dilakukan untuk menentukan baik tidaknya dipanaskan menggunakan oven pada suhu
suatu proses pengolahan, mengetahui jenis 105oC selama 30 menit. Setelah dipanaskan,
bahan yang digunakan, baik tidaknya bahan cawan didinginkan dalam desikator selama
tersebut diolah dan diproduksi, baik 15 menit. Kemudian cawan ditimbang
tidaknya bahan pangan tersebut untuk dengan menggunakan neraca analitik dan
dikonsumsi masyarakat, serta sebagai dicatat beratnya. Prosedur tersebut diulangi
parameter nilai suatu makanan. Adanya hingga didapat berat cawan konstan. Setelah
kandungan abu yang tidak larut dalam asam itu, sampel ditimbang sebanyak 2 gram pada
yang cukup tinggi menunjukkan adanya cawan konstan. Cawan konstan yang berisi
pasir atau kotoran lain (Irawati, 2008). samoel diabukan di dalam tanur dengan suhu
Selain itu, penentuan kadar abu juga 550oC selama 5 jam. Selanjutnya cawan
penting dilakukan untuk beberapa alasan tersebut didinginkan dalam desikator selama
berikut, yaitu: 15 menit. Cawan yang berisi sampel
1. Label nutrisi. Konsentrasi dan ditimbang dengan neraca analitik dan dicatat
jenis mineral harus dicantumkan beratnya. Prosedur tersebut diulangi hingga
pada label kemasan. di dapat cawan yang berisi sampel dengan
2. Kualitas. Kualitas makanan dapat berat yang konstan. Kemudian dihitung
dipengaruhi oleh jenis konsentrasi kadar abu dari masing-masing sampel
mineral, seperti cita rasa, tersebut.
penampilan, dan tekstur.
3. Kestabilan mikroorganisme. 𝑊2− 𝑊1
% Abu = × 100%
𝑊𝑠
Makanan dengan kadar mineral
yang tinggi dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. Nutrisi. Beberapa jenis mineral
dibutuhkan oleh tubuh dan Praktikum kali ini mengenai analisis
beberapa lainnya beracun bagi kadar abu yang dilakukan pada beberapa
tubuh. sampel bahan pangan, yaitu kelapa batok,
5. Pengolahan. Kandungan mineral jagung ketan/pulut, dan madu dengan
pada bahan pangan sangat penting menggunakan metode lansung.
untuk diketahui karena dapt Kadar abu pada suatu bahan pangan
berpengaruh pada sifat fisika- penting untuk diketahui karena dapar
kimia suatu makanan berpengaruh terhadap mutu bahan pangan
(McClements, 2003). tersebut. Kadar abu pada bahan pangan
Adapun tujuan dilakukannya meliputi zat besi, kalsium, iodin, fosfor, dan
praktikum analisis kadar abu total ini adalah lain-lain. Setiap bahan pangan memiliki
untuk mengetaui dan menghitung kadar abu kandungan kadar abu yang berbeda-beda
dari beberapa sampel makanan. Sampel tergantung pada jenis bahan pangannya.
makanan yang digunakan adalah kelapa Kadar abu merupakan campuran dari
batok, jagung ketan/pulut, dan madu. komponen anorganik atau mineral yang
terdapat pada suatu bahan pangan.
METODOLOGI Kandungan abu dari suatu bahan
menunjukkan kadar mineral dalam bahan
Alat dan Bahan tersebut (Muchtadi, 1989). Bahan pangan
Alat yang digunakan pada praktikum terdiri dari 96% bahan anorganik dan air,
kali ini adalah cawan porselen, desikator, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur
krustang, neraca analitik, dan tanur.
mineral. Kadar abu dalam suatu bahan desikator selama 15 menit. Cawan tersebut
pangan sangat mempengaruhi sifat dari ditimbang dengan neraca analitik dan dicatat
bahan pangan tersebut. beratnya.
Penentuan kadar abu dapat dilakukan Pengabuan dianggap selesai apabila
dengan beberapa metode, yaitu pengabuan diperoleh sisa pengabuan yang umumnya
langsung/pengabuan kering dan pengabuan berwarna putih abu-abu dan beratnya
tidak langsung/pengabuan basah. Pemilihan konstan dengan selang waktu 30 menit.
metode tersebut tergantung pada sifat zat Hasil analisis kadar abu total dari sampel
organik dan anorganik yang terkandung batok kelapa, jagung ketan/pulut, dan madu
dalam bahan pangan, serta mineral yang disajikan pada tabel 1.
akan dianalisa. Metode yang digunakan Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Abu
untuk penentuan kadar abu total pada W W Kadar
W c+s
Sampel sampel cawan Abu
praktikum kali ini adalah metode langsung (g) (g)
(g)
(%)
dengan menggunakan tanur. Kelapa batok 1,0011 21,5855 21,5902 0,47
Kelebihan pengabuan cara langsung 1,0010 20,7366 20,7418 0,52
Jagung 1,0009 22,4256 22,4353 0,97
yaitu dapat digunakan untuk menentukan ketan/ pulut 1,0007 22,7851 22,7947 0,96
kadar abu total bahan pangan hasil Madu 1,0032 23,7844 23,7856 0,12
pertanian, dapat digunakan untuk 1,0032 23,0487 23,0498 0,11
mendeteksi sampel yang relatif banyak, (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)
dapat diguanakan untuk menganalisa abu Berdasarkan hasil pengamatan pada
yang larut dan tidak larut dalam air, serta tabel diatas, rata-rata kadar abu kelapa batok
tidak menggunakan regensia sehingga tidak adalah 0,495%. Menurut Child, 1974 (dalam
menimbulkan resiko akibat penggunakan Suhardiyono, 1995), kandungan kadar abu
reagen yang berbahaya. pada tempurung atau batok kelapa mencapai
Kelemahan dari pengabuan cara 0,6%.
langsung yaitu membutuhkan waktu yang Hasil pengamatan menunjukkan rata-
lebih lama, memerlukan suhu yang relatif rata kadar abu jagung ketan/pulut adalah
tinggi, serta terdapat kemungkinan 0,965%. Jagung pulut/ketan merupakan
kehilangan air karen pemakaian suhu yang salah satu jenis jagung yang memiliki
terlalu tinggi (Apriantono & Fardiaz, 1989). karakteristik spesial. Jagung ini disebut
Pertama-tama dilakukan pulut/ketan karena ketika direbus lengket
pengkonstanan cawan porselen dengan cara dan pulen seperti ketan (memiliki
memanaskan cawan menggunakan oven kandungan amilopektin yang tinggi.
pada suhu 105oC selama 30 menit. Setelah Menurut SNI 01-4483-1998, kadar abu
dipanaskan, cawan didinginkan dalam maksimal pada jagung adalah 2%. Hasil
desikator selama 15 menit. Penggunaan analisis menunjukkan bahwa kadar abu
desikator bertujuan agar tidak terjadi sampel jagung ketan/pulut telah memenuhi
perpindahan air antara sampel, lingkungan, syarat mutu karena dibawah 2%.
atau udara diluar desikator. Kemudian Hasil pengamatan menunjukkan rata-
cawan ditimbang menggunakan neraca rata kadar abu madu adalah 0,115%.
analitik dan dicatat beratnya. Prosedur Menurut SNI 01-3543-2004, maksimal
tersebut diulangi hingga didapat berat cawan kadar abu pada madu adalah 0,5%. Hal
yang konstan yaitu berat cawan sama atau tersebut menunjukkan bahwa hasil analisis
selisih dengan berat cawan sebelumnya sampel madu sudah memenuhi syarat mutu
maksimal 0,0002 gram. SNI karena dibawah 0,5%. Kandungan abu
Setelah berat cawan konstan, sampel madu merupakan kriteria kualitas yang
ditimbang sebanyak 2 gram. Cawan konstan digunakan untuk menentukan sumber botani
yang berisi sampel dibakar menggunakan dan geografis sampel madu.
tanur pada suhu 550oC selama 5 jam hingga Perbedaan nilai kadar abu dalam madu
semua zat organic yang terkandung dalam dapat disebabkan karena proses pemanenan,
sampel dapat teroksidasi secara sempurna. teknik peternakan lebah dan bahan untuk
Selanjutnya cawan yang berisi sampel mengumpulkan madu, selain itu perbedaan
tersebut didinginkan kembali dalam
sumber nektar juga dapat mempengaruhi BSN, 2004. Standar Nasional Indonesia
kadar abu madu (Derebasi et al., 2014). Madu SNI 01-3545-2004.
Berdasarkan hasil pengamatan
diperoleh bahwa jagung ketan/pulut Derebasi. E., Bulut. G., Melek. Col., Guney.
memiliki kandungan abu tertinggi F., Yasar. N., and Ertork. O., 2014.
dibandingkan sampel lain, lalu diikuti Physicochemical and Residue
dengan kelapa batok dan yang paling rendah Analysis of Honey from Black Sea
yaitu madu. Region of Turkey. Fresenius Env.
Menurut Sudarmadji et al., (2007) Bull. 23. (1)
penentuan kadar abu total dimaksudkan Irawati. 2008. Modul Pengujian Mutu 1.
untuk menentukan baik tidaknya suatu Diploma IV PDP PTK Vedca.
proses pengolahan, untuk mengetahui jenis Cianjur.
bahan yang digunakan dan penentuan abu
total berguna sebagai parameter nilai gizi Khopkar. 2003. Konsep Dasar Kimia
bahan makanan. Analitik. Jakarta : UI – Press.
Penentuan kadar abu total dapat
McClements D.J. 2003. Analysis of food
digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain
products, University of
untuk mengetahui kandungan mineral,
Massachusetts, Lecture Note Food
menentukan baik atau tidaknya suatu
Sci., 581, p. 50.
pengolahan, mengetahui jenis bahan yang
digunakan, dan sebagai penentu parameter Muchtadi,T.R. 1989. Teknologi Proses
nilai gizi suatu bahan makanan. Kadar abu Pengolahan Pangan. PAU Pangan dan
juga dapat digunakan untuk memperkirakan Gizi, IPB. Bogor.
kandungan dan keaslian bahan yang
digunakan. Sandjaja, dkk. 2009. Kamus Gizi Pelengkap
Kesehatan Keluarga. Jakarta: Kompas
KESIMPULAN Penerbit Buku.
Sudarmadji S., Haryono B., Suhardi. 2003.
Berdasarkan hasil pengamatan dari Analisis Bahan Makanan dan
praktikum yang dilakukan, didapatkan rata- Pertanian. Yogyakarta : Liberty.
rata kadar abu yang paling tinggi adalah
jagung ketan/pulut yaitu 0,965%, diikuti Sudarmadji, S. 2007. Analisa Bahan
dengan kelapa batok 0,495%, dan yang Makanan dan Pertanian. Liberty.
paling rendah madu yaitu 0,115%. Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA Suhardiyono, L. 1995. Tanaman Kelapa,


Budidaya dan Pemanfaatannya.
Yogyakarta: Kanisius.
Andarwulan, N, Kusnandar, F, Herawati, D.
2011. Analisis Pangan. Dian Rakyat.
Jakarta.
Apriantono A dan D Fardiaz. 1989. Analisa
Pangan. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Dirjen Pendidikan
Tinggi PAU Pangan dan Gizi IPB.
Bogor.
Badan Standardisasi Nasional. SNI 01-
4483-1998. Standar Mutu Jagung
Bahan Baku Pakan. Badan
Standardisasi Nasional. Jakarta.
LAMPIRAN
Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Abu

W sampel W cawan W c+s Kadar Abu


Sampel
(g) (g) (g) (%)
Kelapa batok 1,0011 21,5855 21,5902 0,47
1,0010 20,7366 20,7418 0,52
Jagung ketan/ pulut 1,0009 22,4256 22,4353 0,97
1,0007 22,7851 22,7947 0,96
Madu 1,0032 23,7844 23,7856 0,12
1,0032 23,0487 23,0498 0,11
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

Perhitungan
1. Sampel kelapa batok
𝑊2−𝑊1
 % 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 = 𝑊𝑠
𝑥 100  % 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 =
𝑊2−𝑊1
𝑥 100
𝑊𝑠
21,5902−21,5855 20,7418−20,7366
= 𝑥 100 = 𝑥 100
1,0011 1,0010
0,0047 0,0052
= 1,0011 𝑥 100 = 1,0010 𝑥 100
= 0,47% = 0,52%

2. Sampel jagung ketan/pulut


𝑊2−𝑊1
 % 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 = 𝑥 100  % 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 =
𝑊2−𝑊1
𝑥 100
𝑊𝑠
𝑊𝑠
22,4353−22,4256
= 1,0009
𝑥 100 =
22,7947−22,7851
𝑥 100
1,0007
0,0097
= 1,0009 𝑥 100 0,0096
= 1,0007 𝑥 100
= 0,97% = 0,96%

3. Sampel madu
𝑊2−𝑊1
 % 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 = 𝑥 100 𝑊2−𝑊1
𝑊𝑠  % 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 = 𝑊𝑠
𝑥 100
23,7856−23,7844
= 𝑥 100 23,0498−23,0487
1,0032 = 1,0032
𝑥 100
0,0012
= 𝑥 100 0,0011
1,0032 = 1,0032 𝑥 100
= 0,12
= 0,11

Anda mungkin juga menyukai