Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MODEL PEMBELAJARAN KREATIF DAN PRODUKTIF

DOSEN PENGAMPU
PIFA A. LAKAPU, M. Pd
OLEH KELOMPOK 7
1. IMEL SEFANYA BAKO
2. NISTO KADUBU POGU WATU
3. MERLIN MENI MELLA
4. RATI HARTINI TEFU

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SOE
2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini yang membahas mengenai model pembelajaran kreatif dan produktif sebagai syarat untuk
memenuhi mata kuliah Model Pembelajaran IPS SD.

Dengan menyusun makalah ini banyak sekali bantuan, dengan dorongan dari berbagai
pihak. Kepada ibu Pifa A. Lakapu, M. Pd selaku dosen pengampu mata kuliah model
pembelajaran IPS SD, penulis juga mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya dan tak
lupa kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan informasi yang lebih
kepada pembaca untuk menambah pengetahuan khususnya dan ada manfaat yang diambil dari
pada makalah ini. Ibarat pepatah “tiada gading yang tak retak”, tentunya makalah ini tidak lepas
dari segala kekurangan. Walaupun demikian penulis tetap menyajikan yang terbaik. Oleh karena
itu kritik juga saran yang membangun sangat berguna dalam penyusunan penyempurnaan
selanjutnya.

SoE, Mei 2021

Penulis

DAFTAR ISI

ii
Cover.....................................................................................................................................i

Kata Pengantar.....................................................................................................................ii

Daftar Isi.............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................................2
D. Manfaat......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dengan model pembelajaran kreatif dan produktif................................3


B. Sosok model pembelajaran kreatif danf produktif..................................................8
C. Prinsip penerapan model pembelajaran kreatif dan produktif..................................10
D. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kreatif dan produktif.................12
E. kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kreatif dan produktif......................18

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................21
B. Saran..........................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya adalah guru,
kurikulum, metode, peserta didik, materi, fasilitas pendukung, dan iklim belajar. Kekuatan
pengaruh masing - masing faktor tersebut sangat bergantung pada pendekatan pembelajaran
yang diterapkan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Pada pendekatan monologis,
peran guru menjadi sangat dominan dalam menentukan, memilih, dan mengorganisasikan
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Wujud aktual yang sering muncul dari
pendekatan ini adalah dipakainya metode ceramah dalam pembelajaran.Kenyataan ini sering
menimbulkan beberapa kelemahan yang terjadi, di antaranya anak menjadi tidak aktif,
beberapa hasil belajar mungkin akan menimbulkan verbalisme. Upaya untuk memperbaiki
pendekatan ini, muncullah pendekatan dialogis. Pendekatan dialogis membawa konsekuensi
keterlibatan peserta didik untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran. Keaktifan anak sangat
bergantung pada stimulasi yang diciptakan guru untuk ikut terlibat dalam pembejaran.
Manifestasi dari pendekatan ini munculah penggunaan tanya jawab dan resitasi dalam
proses pembelajaran. Dalam pendekatan ini, peran guru juga masih sangat dominan, seolah-
olah guru sekedar menagih apa yang dimiliki anak sesuai dengan apa yang dimaui guru.
Upaya untuk memperbaiki pendekatan ini muncullah pendekatan siswa aktif.
Pedekatan siswa aktif membawa konsekuensi pembelajar untuk lebih aktif dalam proses
pembelajaran. Guru berfungsi sebagai stimulator dalam perencanaan dan proses
pembelajaran. Beberapa pendekatan ini telah banyak diterapkan pada pembelajaran bagi
anak normal, di antaranya adalah pendekatan “Pembelajaran Kreatif dan Produktif”.
Pembelajaran kreatif dan produktif merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang
mendorong siswa untuk aktif terlibat dalam merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi hasil belajarnya sendiri. Guru memerankan diri sebagai stimulator untuk
masing-masing tahapan kegiatan tersebut. Untuk memahami pembelajaran kreatif dan
produktif berikut ini akan disajikan berturut prinsip dasar, tujuan, prosedur, kekuatan dan
kelebihan, serta implementasinya dalam proses pebelajaran.
B. RUMUSAN MASALAH

1
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam makalah ini
sebagai berikut:
F. Apakah yang dimaksud dengan model pembelajaran kreatif dan produktif?
G. Terlihat seperti apa model pembelajaran kreatif danf produktif?
H. Apa prinsip penerapan model pembelajaran kreatif dan produktif?
I. Bagaimana langkah-langkah penerapan model pembelajaran kreatif dan produktif?
J. Apa kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kreatif dan produktif?
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini antara lain:
1. Mengetahui dan memahami model pembelajaran kreatif dan produktif
2. Mengetahui seperti apa model pembelajaran kreatif dan produktif
3. Mengetahui prinsip penerapan model pembelajaran kreatif dan produktif
4. Mengetahui langkah-langkah penerapan model pembelajaran kreatif dan produktif
5. Mengetahui kelemahan dan kelebihan model pembelajaran kreatif dan produktif
D. MANFAAT PENULISAN
1. Manfaat teoritis
a. Diharapkan makalah ini menjadi referensi dalam hasana ilmu pengetahuan tentang
pendidikan dan pembelajaran.
b. Diharapkan akan muncul makalah-makalah yang sejenis sehingga menjadi
pembenading dalam belajar mahasiswa.
c. Diharapkan makalah ini dapat menjadi kajian yang dapat dipilah secara selektif
beranfaatnya bagi pelaksana pembelajaran dalam hal ini guru.
2. Manfaat praktis
a. Makalah ini ditulis sebagai bahan diskusi mata kuliah pembelajaran IPS SD.
b. Makalah ini diharapkan dapat menjadi dasar penulisan makalah-makalah yang
sejenis sesuai urutan isi buku yang dimaksud.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran Kreatif dan Produktif

2
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting untuk dikempangkan . Kreativitas
diperlukan diberbagai segi kehidupan, dalam kehidupan bermasyarakat, dunia kerja
perkemangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Wena (2013) kreativitas terkait
langsung dengan produktivitas dan merupakan bagian esensial dalam pemecahan
masalah.kreativitas dan produktivitas merupakan hal-hal yang saling berkaitan dan dalam
proses pembelajaran hal tersebut harus ditumbuhkan secara bersama.

Awalnya model pembelajaran kreatif-produktif khusus dirancang untuk pembelajaran


apresiasi sastra. Namun pada perkembangan kemudian dengan berbagai modifikasi, model
dapat digunakan untuk pembelajaran berbagai bidang studi.

Menurut (Suryo Subroto, 2009) model pembelajaran kreatif-produktif merupakan


hal.yang dikembangkan dengan mengacu kepada berbagai pendekatan pembelajaran yang
diasumsikan mampu meningkatkan kualitas prises dan hasil belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas tentang model pembelajaran kreatif-produktif,


maka yang dimaksud dengan merupakan model pembelajaran yang mengajak siswa untuk
membangun pengetahuan awal yang dimiliki dari suatu konsep/masalah yang sedang dikaji,
kemudian mendorong siswa untuk mencari dan menemukan jawaban dari pengetahuan
maupun pengalaman langsung sehingga menghasilkan sesuatu yang baru atau re-kreasi
sebagai hasil dari pemahamannya.

Pembelajaran kreatif dan produktif merupakan model yang dikembangkan dengan


mengacu kepada berbagai teori/pendekatan pembelajaran yang diasumsikan mampu
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Teori dan pendekatan tersebut, antara lain
belajar aktif, belajar kreatif, pendekatan konstruktif, serta belajar kolaboratif dan kooperatif.
Karakteristik penting dari setiap teori/pendekatan tersebut diintegrasikan sehingga
menghasilkan satu model yang memungkinkan siswa mengembangkan kreativitas serta
menghasilkan sesuatu sebagai produk yang bersumber dari pemahaman siswa terhadap
konsep yang sedang dikaji.

1. Belajar Aktif
Belajar hanya terjadi jika siswa aktif, dalam arti siswa terlibat optimal secara
intelektual dan emosional dalam pembelajaran. Siswa tidak menjadi penonton yang selalu

3
menerima pertunjukkan yang disuguhkan oleh guru, tetapi menjdi pelaku utama dalam
pembelajaran. Tanpa keaktifan siswa, “belajar” tidak akan terjadi dalam diri siswa. Guru
mungkin sudah menyampaikan berbagai informasi, namun jika siswa tidak aktif,
informasi atau pengetahuan yang disampaikan tersebut akan berlalu tanpa bekas.
Keterlibatan secara emosional akan memungkinkan siswa menyadari “makna” dari apa
yang dipelajarinya. Siswa mempunyai potensi yang dapat dikembangkan jika guru
mampu menyediakan kondisi belajar yang kondusif. Keaktifan siswa dapat diwujudkan
dalam berbagai bentuk, baik yang dipicu dengan mengerjakan sesuatu, maupun yang
dipicu oleh dialog dengan orang lain atau dengan diri sendiri.
2. Pendekatan Konstruktivisme
Asumsi dasar yang melandasi pendekatan ini adalah pembelajaran harus
menekankan pada “pembentukan makna” oleh siswa karena belajar mempersyaratkan
self regulation and the building of conceptual structure through reflection and abstraction.
Ini berarti bahwa siswa harus mampu mengonseptualisasikan pengetahuan melalui
refleksi dan abstraksi. Hal ini hanya mungkin terjadi bila siswa mendapat kesempatan
yang luas atau memadai untuk menjelajahi lingkungan sumber belajar yang
memungkinkan terjadinya interaksi. Oleh karena pendekatan ini mengahargai
kemampuan siswa dalam membentuk makna maka siswa juga mendapat kesempatan
yang luas untuk mempresentasikan atau menampilkan pemahamannya dengan berbagai
cara (multiple representation of understanding).
3. Belajar Kooperatif dan Kolaboratif
Jika Anda mengingat-ingat kembali pengalaman Anda ketika menjadi siswa atau
bahkan ketika sudah menjadi guru, Anda tentu ingat bahwa kerja kelompok pernah Anda
alami atau pernah anda rancang untuk para siswa Anda. Kerja kelompok memang
merupakan salah satu modus interaksi, yang jika dirancang dan dilaksanakan dengan
benar akan memungkinkan terbentuknya kebiasaan bekerja sama, berbagi tanggung
jawab, saling menghargai, di samping tentu saja tercapainya tujuan pembelajaran, seperti
terpecahnya masalah yang diberikan. Baik belajar kooperatif maupun belajar secara
kolaboratif mempunyai dampak pengiring yang hampir sama dalam hal membentuk
kemampuan bekerja sama, berdisiplin, dan bertanggung jawab. Di samping itu, bekerja
dalam kelompok akan memungkinkan para siswa berbagi informasi dan pengalaman,

4
meningkatkan keterampilan bersosialisasi dan berkomunikasi antarpribadi, serta
mengembangkan kepekaan. Perbedaan antara keduanya adalah pada struktur kegiatan.
Belajar kooperatif menuntut kerja kelompok dalam bentuk tatap muka dengan kegiatan
yang lebih terstruktur, seperti diskusi kelompok kecil, sedangkan belajar kolaboratif lebih
leluasa karena kelompok dapat mengerjakan tugas secara lebih independent, misalnya
menyelesaikan suatu tugas di luar waktu tatap muka, kemudian hasilnya dilaporkan
dalam pertemuan tatap muka. Dua faktor yang sangat perlu diperhatikan guru dalam
merancang belajar kooperatif dan kolaboratif adalah jenis tugas dan pengelompokan.
Jenis tugas haruslah memungkinkan siswa berbagi pendapat, tanggung jawab, informasi
dan sejenisnya, sedangkan sistem pengelompokan haruslah mempertimbangkan
karakteristik siswa serta tujuan kegiatan. Dengan demikian, tugas-tugas yang diberikan
harus bersifat terbuka sehingga setiap anggota kelompok dapat menyumbang pikiran
untuk menyelesaikan tugas tersebut. Dengan perkataan lain, tugas yang diberikan hanya
mungkin dikerjakan oleh kelompok, dan tidak mungkin diselesaikan secara individual.
4. Belajar Kreatif
Untuk menjadi kreatif, seperangkat persyaratan harus dipenuhi. Erwin Segal (dalam
Black, 2003) menyatakan bahwa untuk menjadi kreatif, seseorang harus mempunyai
komitmen yang tinggi, kemampuan bekerja keras, bersemangat, dan percaya diri. Dalam
situasi kelas, kreativitas dapat dikembangkan melalui kegiatan curah pendapat, yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya tanpa rasa
takut dan mempercayai atau meyakinkan pendapatnya, serta mengajukan pertanyaan
terbuka. Semua ini akan mungkin terjadi jika suasana kelas kondusif, serta guru dan
siswa bebas melakukan eksplorasi atas topik kurikulum. Kreativitas dalam bidang
akademik hanya mungkin ditumbuhkan jika guru mampu memosisikan diri sebagai
fasilitator dengan merancang tugas-tugas yang menuntut siswa menghasilkan sesuatu
yang baru (orisinal, asli), memilih dan merancang tugas sendiri, melakukan independent
study atau melakukan satu percobaan/eksperimen (Torrance&Golf).
Penerapan keempat pedekatan/teori tersebut dapat diintegrasikan dalam
pembelajaran kreatif dan produktif, yang secara eksplisit dirancang sebagai berikut.
1) Keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran
diupayakan atau difasilitasi dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk

5
melakukan eksplorasi dari konsep bidang ilmu yang sedang dikaji serta menafsirkan
hasil eksplorasi tersebut. Siswa diberi kebebasan untuk menjelajahi berbagai
sumber yang relevan dengan topik/konsep/masalah yang sedang dikaji. Eksplorasi
ini akan memungkinkan mereka melakukan interaksi dengan lingkungan dan
pengalamannya sendiri, sebagai media untuk mengostruksi pengetahuan.
2) Siswa didorong untuk menemukan atau mengontruksi sendiri konsep yang sedang
dikaji, melalui penafsiran yang dilakukan dengan berbagai cara, seperti observasi,
diskusi atau percobaan. Dengan cara ini, konsep tidak ditransfer oleh guru kepada
siswa, tetapi dibentuk sendiri berdasarkan pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang terjadi ketika siswa melakukan eksplorasi dan interpretasi. Dengan
perkataan lain, siswa didorong untuk membangun makna dari pengalamannya
sehingga pemahamannya tentang fenomena yang sedang dikaji menjadi meningkat.
Di samping itu, munculnya berbagai sudut pandang siswa terhadap
topik/konsep/masalah yang sama sangat dihargai, dan siswa didorong untuk
mempertahankan sudut pandangnya dengan argumentasi yang relevan. Hal ini
merupakan salah satu realisasi hakikat konstruktivisme dalam pembelajaran.
3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanggung jawab menyelesaikan tugas
bersama. Kesempatan ini diberikan melalui kegiatan eksplorasi, interpretasi, dan
rekreasi. Di samping itu, siswa juga mendapat kesempatan untuk membantu
temannya dalam menyelesaikan satu tugas. Kebersamaan, baik dalam eksplorasi,
interpretasi, serta rekreasi dan pemajangan hasil merupakan arena interaksi yang
memperkaya pengalaman.
4) Oleh karena pada dasarnya untuk menjadi kreatif, seseorang harus bekerja keras,
berdedikasi tinggi, antusias, serta percaya diri (Erwin Segal, dalam Black, 2003)
maka dalam konteks pembelajaran, kreativitas dapat ditumbuhkan dengan
menciptakan suasana kelas yang memungkinkan siswa dan guru merasa bebas
mengkaji dan mengeksplorasi topik-topik penting kurikulum. Guru mengajukan
pertanyaan yang membuat siswa berpikir keras, kemudian mengejar pendapat siswa
tentang ide-ide besar dari berbagai perspektif. Guru juga mendorong siswa untuk
menunjukkan atau mendemonstrasikan pemehamannya tentang topik-topik penting
dalam kurikulum menurut caranya sendiri (Black, 2003).

6
Dengan mengacu kepada karakteristik tersebut pembelajaran kreatif dan produktif
diasumsikan akan mampu memotivasi siswa dalam melaksanakan berbagai kegiatan
sehingga mereka merasa tertantang untuk menyelesaikan tugas-tugasnya secara
kreatif. Oleh karena karakteristik yang seperti itu, model pembelajaran kreatif dan
produktif ini dapat diterapkan dalam pembelajaran berbagai bidang studi dengan
topik-topik yang bersifat terbuka, baik yang bersifat abstrak maupun yang bersifat
konkret.

B. Sosok Model Pembelajaran Kreatif dan Produktif


Sosok model mengacu kepada komponen-komponen sebuah model pembelajaran, yang
dasarnya terdiri dari tujuan, materi, kegiatan, dan evalusi. Deskripsi sosok model ini juga
bertitik tolak dari keempat komponen tersebut.
1. Tujuan (dampak instruksional dan dampak pengiring)
Dampak instruksional yang dapat dicapai melalui model pembelajaran ini, antara lain:
a. pemahaman terhadap suatu nilai, konsep atau masalah tertentu;
b. kemampuan menerapkan konsep atau memecahkan masalah;
c. kemampuan mengkreasikan sesuatu berdasarkan pemahaman tersebut.
Dari segi dampak pengiring (nurturant effects), melalui model pembelajaran kreatif
dan produktif diharapkan dapat dibentuk kemampuan berpikir kritis, bertanggung jawab,
serta bekerja sama, yang semuanya merupakan tujuan jangka panjang. Tentu saja dampak
pengiring hanya mungkin terbentuk jika kesempatan untuk menghayati berbagai
kemampuan tersebut cukup memadai. Artinya, model pembelajaran ini diterapkan secara
benar dan memadai.
2. Materi
Materi yang sesuai disajikan dengan model ini adalah materi yang menuntut
pemahaman tinggi terhadap nilai, konsep atau masalah aktual di masyarakat; serta
keterampilan menerapkan pemahaman tersebut dalam bentuk karya nyata. Materi ini
dapat berasal dari berbagai bidang studi.
3. Kegiatan Pembelajaran
Ada lima langkah pembelajaran kreatif-produktif. Lama waktu yang dibutuhkan

7
untuk menyelesaikan setiap tahapan pembelajaran tergantung pada jangkauan masalah
yang diselesaikan. Menurut Wena (2011), kegiatan pembelajaran dibagi menjadi lima
langkah yaitu orientasi, eksplorasi, interpretasi, rekreasi dan evaluasi. Setiap langkah
dapat dikembangkan lebih lanjut oleh para guru dengan berpegang pada hakikat setiap
langkah sebagai berikut :
1. Orientasi
Tahap ini di awali dengan orientasi untuk menyepakati tugas dan langkah
pembelajaran dalam hal ini guru mengomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah -
langkah pembelajaran, hasil akhir yang diharapkan dari siswa, serta penilaian yang
diterapkan. Menurut Borich (dalam Wena, 2011) tahap orientasi sangat penting
dilakukan pada awal pembelajaran, karena dapat memberi arah dan petunjuk bagi
siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Pada kesempatan ini siswa
diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapat tentang langkah/cara kerja serta
hasil akhir yang diharapkan serta penilaian. Dalam tahap ini terjadi negosiasi antara
siswa dan guru, namun pada akhirnya diharapkan terjadi kesepakatan antara guru dan
siswa.
2. Eksplorasi
Tahap ini, siswa melakukan eksplorasi terhadap masalah/konsep yang dikaji.
Eksplorasi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti membaca, melakukan
observasi, wawancara, melakukan percobaan, browsing lewat internet dan sebagainya.
Menurut pendapat Black (dalam Wena, 2011) melalui kegiatan eksplorasi siswa akan
dirangsang untuk meningkatkan rasa ingin tahunya (curiosity) dan hal tersebut dapat
memacu kegiatan belajar selanjutnya. Kegiatan ini dapat dilakukan secara individual
maupun kelompok. Waktu untuk eksplorasi disesuaikan dengan luasnya cakupan
bidang/bahasan yang akan dibahas. Agar eksplorasi terarah, guru harus membuat
panduan singkat, yang memuat tujuan, waktu, materi, cara kerja serta hasil akhir yang
diharapkan.
3. Interpretasi

Tahap ini hasil eksplorasi diinterpretasikan melalui kegiatan analisis, diskusi,


tanya jawab, atau bahkan berupa percobaan kembali, jika memang hal itu diperlukan

8
kembali. Menurut Brooks & Brooks ( dalam Wena,2011) tahap interpretasi sangat
penting dilakukan dalam kegiatan pembelajaran karena melalui tahap interpretasi
siswa didorong untuk berpikir tingkat tinggi (analisis, sintesis, dan evaluasi) sehingga
terbiasa dalam memecahkan masalah meninjau dari berbagai aspek. Interpretasi
sebaiknya dilakukan pada jam tatap muka. Jika eksplorasi dilakukan oleh kelompok,
setiap kelompok selanjutnya diharuskan menyajikan hasil pemahamannya di depan
kelas dengan cara masing- masing, diikuti tanggapan oleh siswa lain. Pada akhir tahap
ini diharapkan semua siswa sudah memahami konsep/topik/masalah yang dikaji.
4. Re-kreasi
Tahap ini siswa ditugaskan untuk menghasilkan sesuatu yang mencerminkan
pemahamannya terhadap konsep/topik/masalah yang dikaji menurut kreasinya masing-
masing. Menurut Cregg & Berch (dalam Wena, 2013) pada setiap akhir suatu
pembelajaran, sebaiknya siswa dituntut untuk mampu menghasilkan sesuatu sehingga
apa yang telah dipelajarinya menjadi bermakna, lebih-lebih untuk memecahkan
masalah yang sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Re–kreasi dapat dilakukan
secara individual atau kelompok sesuai dengan pilihan siswa. Hasil re–kreasi
merupakan produk kreatif sehingga dapat dipresentasikan, dipajang atau ditindak
lanjuti.
5. Evaluasi
Menurut Wena (2013) evaluasi dilakukan selama proses pembelajaran dan pada
akhir pembelajaran. Selama proses pembelajaran evaluasi dilakukan dengan
mengamati sikap dan kemampuan berpikir siswa. Hal-hal yang dinilai selama proses
pembelajaran adalah kesungguhan mengerjakan tugas, hasil eksplorasi, kemampuan
berpikir kritis dan logis dalam memberikan pandangan/argumentasi, kemampuan
untuk bekerja sama dan memikul tanggung jawab bersama. Sedangkan evaluasi pada
akhir pembelajaran adalah evaluasi terhadap produk kreatif yang dihasilkan oleh
siswa. Kriteria penilaian dapat disepakati bersama pada waktu orientasi.

C. Prinsip Penerapan Model Pembelajaran Kreatif dan Produktif


Sejalan dengan karakteristik teori/pendekatan pembelajaran yang melandasi model ini
prinsip-prinsip penerapan model pembelajaran kreatif dan produktif adalah sebagai berikut.

9
1. Perubahan Pola Pikir (Mind-Set)
Perubahan pola pikir yang mendasar sehingga guru yang mulanya menganggap dirinya
sebagai satu-satunya sumber bagi siswa kini berubah menjadi guru sebagai fasilitator
yang wajib menyediakan kondisi belajar yang memungkinkan para siswa mampu
melakukan eksplorasi, interpretasi, dan kreasi sehingga menghasilkan produktif yang
kreatif. Tugas utama guru bukan lagi mengajar, tetapi memfasilitasi terjadinya belajar
pada diri siswa.
2. Pemahaman Konsep yang Benar
Guru hendaknya mempelajari dengan cermat hakikat model pembelajaran kreatif dan
produktif serta mengadakan/latihan mensimulasikan langkah-langkah penerapannya
sehingga sempurna dalam penyampaian konsep dan tercapainnya kompetensi siswa.
3. Keyakinan pada Potensi Siswa Student Centered Learning
Keyakinan terhadap kemampuan yang siswa memiliki akan membuat guru percaya dan
mau mengubah paradigma yang menganggap guru sebagai sumber informasi satu-
satunya. Sehingga peran guru bukan lagi sebagai pengajar yang menyampaikan ilmu
kepada siswa, tetapi lebih sebagai fasilitator dan motivator yang menyiapkan kondisi
belajar yang kondusif sehingga mampu mendorong siswa untuk belajar melalui berbagai
kegiatan eksplorasi, diskusi.
4. Kreativitas
Kreativitas sangat dituntut terutama dalam merancang berbagai kegiatan dan sumber
belajar yang dapat dimanfaatkan pada tahap eksplorasi dan interpretasi. Makin kreatif
seorang guru maka makin kaya variasi kegiatan yang dapat dirancangnya sehingga makin
kaya variasi sumber belajar yang dapat dimanfaatkan.
5. Kurikulum yang Fleksibel
Dengan pengorganisasian kurikulum secara fleksibel sehingga perhatian guru dan siswa
dapat difokuskan pada topik-topik yang memerlukan kajian intensif sesuai dengan minat
dan kebutuhan siswa. Tentu hal ini juga dikaitkan dengan perkembangan minat dan
kebutuhan dalam lingkungan sekolah.

10
D. Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Kreatif dan Produktif
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan langkah satu tindakan. Tugas sebagai guru yaitu membuat
rancangan pembelajaran. Adapun langkah-langkah pengembangan rencana pembelajaran
sebagai berikut :
a. Identifikasi Kompetensi dan topik dalam kurikulum dapat diperinci sebagai berikut :
1. Identifikasi kompetensi yang akan dikuasai oleh siswa. Kompetensi ini dapat
ditemukan dalam kurikulum.
2. Identifikasi topik-topik yang mendukung ketercapaian kompetensi tersebut.
3. Identiifikasi topik-topik yang sesuai disajikan demgan model pembelajaran kreatif
dan produktif.
b. Identifikasi sumber belajar yang terkait dengan topik yang akan diajarkan. Dalam
memilih sumber belajar harus diupayakan agar sumber tersebut ada dalam batas-batas
jangkauan siswa, artinya siswa mempunyai akses ke sumber belajar tersebut serta
mampu menggunakan sumber belajar tersebut untuk menggali konsep yang sedang
dipelajarinya. Tentu saja sisa bebas mencari sumber belajar sendiri, tetapi siswa akan
sangat terbantu jika informasi mengenai sumber belajar tersebut disediakan oleh guru.
c. Kembangkan kegiatan belajar untuk keempat tahap dalam pembelajaran (orientasi,
eksplorasi interpretasi dan re-kreasi) dengan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh
siswa, baik secara individual maupun secara kelompok. Setelah kegiatan belajar
selesai dikembangkan, perkiraan waktu untuk seluruh kegiatan dan waktu untuk
masing-masing tahap.
d. Rancangan prosedur dan alat evaluasi yang akan digunakan untuk menilai pencapaian
siswa. Misalnya penilaian dilakukan selama proses pembelajaran dengan
menggunakan lembar observasi yang berisi tentang kualitas dan kuantitas respons
atau prakarsa setiap siswa serta pada akhir pembelajaran berupa hasil re-kreasi dan tes
tertulis.
Setelah keempat langkah dikerjakan harus diadakan pengecekan kembali apakah
sudah sesuai dengan tahap-tahap berikut, dan apabila sudah sesuaia maka dilakukan
pengembangan berupa membuat rancangan pembelajaran secara lengkap yang akan

11
digunakan guru untuk siswa sebagai panduan dalam menjalani ketiga tahap (eksplorasi,
interpretasi, dan re-kreasi).
Rancangan Kegiatan Belajar
 Orientasi
Dilakukan selama 45 menit (1 jam pertemuan), diisi dengan menyampaikan tujuan
kompetensi, orientasi cakupan topik yang akan dikaji, tugas (termasuk pembagian
kelompok), serta prosedur dan alat evaluasi. Penyampaian setiap topik diikuti oleh
diskusi, sampai terjadi kesepakatan antara guru dan siswa. Lembar kerja juga dibahas
dalam kesempatan ini.
 Ekplorasi
Dilakukan di luar jam pertemuan selama 1 minggu. Kelas dibagi menjadi 6 kelompok,
tiap kelompok terdiri dari 5-7 orang. Tugas tiap kelompok mencari contoh-contoh
laporan, mempelajarinya, menemukan butir-butir penting laporan, kemudian mencari satu
objek yang patut untuk dilaporkan, dan jika mungkin berwawancara dengan orang-orang
yang terkait dengan objek yang diobservasi (rincian kegiatan kelompok ada dalam lembar
kerja).
 Interpretasi
Setiap kelompok membawa hasil eksplorasinya pada pertemuan tatap muka. Interpretasi
dilakukan dalam kelompok kecil, dan kemudian setiap kelompok menyampaikan hasilnya
di depan kelas.
Hasil yang dilaporkan terdiri dari :
a. Daftar sumber belajar yang dikunjungi dan yang dipilih untuk dilaporkan, serta
kegiatan yang dilakukan selama berinteraksi dengan sumber belajar.
b. Laporan yang dianggap paling baik yang ditemukan dalam eksplorasi dan alasannya.
c. Perincian dan deskripsi komponen-komponen sebuah laporan. Kelompok lain
menanggapi, dan pada akhir interpretasi, guru membimbing siswa untuk menarik
kesimpulan.
 Re-Kreasi
Dilakukan secara individual atau kelompok. Secara individual, siswa membuat satu
laporan tertulis, dan dalam kelompok siswa menciptakan satu kreasi lain. Tugas ini

12
dilakukan diluar jam pelajaran selama satu minggu, dan disajikan pada waktu satu jam
pelajaran, selama dua kali 45 menit. Penyajian ini dapat dilakukan dengan cara :
1. Menjelaskan karya yang dihasilkan
2. Mendemonstrasikan karya yang dihasilkan
3. Simulasi
4. Cara lain yang dianggap paling sesuai
 Evaluasi
Prosedur : proses dan hasil belajar
Alat Evaluasi :
Selama proses belajar mulai dari orientasi sampai dengan re-kreasi, kualitas dan kuantitas
respons prakarsa dinilai dengan mengobservasi: jumlah respons, prakarsa, kualitas (isi,
bahasa, cara pengungkapan, sikap). Lembar penilaian berupa lembar observasi. Khusus
untuk penilaian selama proses eksplorasi, dapat dilakukan ketika kelompok melaporkan
hasil kerjanya pada tahap interpretasi, serta bertanya kepada anggota kelompok tentang
apa yang terjadi selama eksplorasi.
Penilaian akhir dilakukan dalam bentuk:
1. Tes, pada akhir interpretasi
2. Produk laporan
3. Produk lain yang dihasilkan oleh kelompok sebagai re-kreasi.
2. Pelaksanaan
a. Tahap Orientasi
Agar tahap orientasi dapat berlangsung efektif, hal-hal berikut perlu diperhatikan
1. Sajikan tujuan/kompetensi topik, kegiatan, tugas-tugas, dan evaluasi secara
singkat dan jelas.
2. Pada akhir setiap sajian, beri kesempatan kepada siswa untuk memberi respons
apakah dalam bentuk pertanyaan, saran atau prakarsa. Dengan demikian, interaksi
akan berlangsung multiarah sehingga guru dapat menghindari diri dari
kecenderungan mendominasi kelas.
3. Periksa pemahaman siswa terhadap topik yang sedang dikaji.
4. Sebelum berakhirnya tahap orientasi, sebaiknya setiap kelompok langsung
mengadakan pertemuan untuk berbagai informasi dan merencanakan kegiatan

13
eksplorasi. Dengan demikian, diharapkan terjadi persepsi yang sama tentang
semua butir yang dibahas selanjutnya kelompok membuat serta kesepakatan
mengenai hal-hal berikut.
a) Tujuan dan jenis kegiatan
b) Pembagian kelompok
c) Tugas individu dan kelompok
d) Jadwal dan lokasi kegiatan
e) Hasil yang diharapkan dari setiap tahap kegiatan
f) Prosedur dan alat evaluasi pencapaian siswa
b. Tahap Eksplorasi
Untuk meyakinkan bahwa siswa melakukan kegiatan eksplorasi, guru dapat
menempuh cara-cara berikut.
1) Hari kedua berlangsungnya tahap eksplorasi, guru bertanya kepada siswa apakah
sudah mulai melakukan eksplorasi, apa pengalamanya, dan bagaimana kemajuan
kelompok.
2) Secara periodik memonitor kegiatan siswa dengan menanyakan kemajuan setiap
kelompok (misalnya eksplorasi berlangsung 1 minggu, guru melakukan
monitoring 2-3 kali).
3) Jika memungkinkan, berpartisipasi dalam kegiatan eksplorasi salah satu
kelompok sesuai dengan waktu yang tersedia.
c. Tahap Interpretasi
Tahap ini merupakan tahap yang sangat menentukan dalam pembentukan
kemampuaan siswa untuk memahami konsep/masalah yang sedang dikaji. Oleh karna
itu, guru seyogianya memberi kesempatan yang luas kepada siswa untuk
mengemukakan pemahamanya, baik dalam kelompok kecil maupun dalam kelas. Tips
berikut ini dapat mengotimalkan kesempatan bagi siswa membangun makna atas
konsep/masalah yang sedang dikajinya.
1) Berikan kepada setiap kelompok untuk menyelsaikan tugas di dalam kelompok
kecil, sampai mereka siap melaporkan hasil kelompoknya.
2) Fasilitasi setiap kelompok, baik pada awal, ketika dalam proses maupun pada
akhir penyelesaian tugasnya.

14
3) Rancang waktu secara cermat sehingga setiap kelompok dapat menyajikan
hasilnya dan mendapat tanggapan dari kelompok lain. Tegaskan waktu yang
tersedia untuk melapor dan memberi tanggapan.
4) Pada akhir tahap interpretasi, bimbing siswa membuat kesimpulan bersama-sama
sehingga persepsi mereka terhadap konsep/masalah yang dikaji menjadi
sama/utuh meskipun mungkin ada perbedaan persepsi, namun mereka dapat
memahami mengapa perbedaan itu terjadi.
d. Tahap re-kreasi
Tahap ini merupakan kulminasi dari kegiatan pembelajaran kreatif dan produktif.
Agar kulminasi tersebut benar-benar dirasakan oleh semua siswa, tips berikut dapat
anda manfaatkan.
1) Adakan pengecekan sebelum tahap re-kreasi tiba, dengan cara menanyakan setiap
kelompok apakah sudah siap dengan kreasinya.
2) Beri kesempatan kepada semua kelompok untuk menyajikan hasilnya dan beri
kesempatan kepada semua siswa untuk menikmati kreasi dari setiap kelompok.
Untuk keperluan ini, semua kelompok dapat memanjang hasilnya di dinding atau
di meja, dan seluruh siswa diberi kesempatan untuk menikmati atau menelitinya.
3) Sesuai dengan waktu yang tersedia, berikan kesempatan kepada kelompok untuk
mendemonstrasikan kreasinya, yang diikuti oleh tanggapan dari kelompok lain.
4) Berikan penguatan (seperti pujian atau tepukan tangan) kepada kelompok yang
kreasinya istimewa.
3. Evaluasi
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam evaluasi, di antaranya melihat hasil belajar
siswa, melakukan refleksi, membuat catatan-catatan selama pelaksanaan, bertanya
langsung kepada siswa, dan barangkali menjaring pendapat siswa melalui angket.
a. Melihat hasil belajar siswa
Dengan melihat dan mengevaluasi hasil belajar siswa, kita dapat memperkirakan
keberhasilan pembelajaran kreatif dan produktif yang sudah kita laksanakan. Dalam
hal ini, kita dapat membandingkan hasil belajar tersebut dengan kriteria yang sudah
kita tetapkan. Jika ternyata hasilnya tidak sesuai dengan harapan kita, kita dapat
mencari penyebabnya, dengan berbagai cara, antara lain dengan melakukan refleksi.

15
b. Melakukan refleksi
Sebagaimana anda ketahui, refleksi merupakan satu cara yang cukup profesional
dalam melihat kekuatan dan kelemahan dari pembelajaran yang kita kelola. Kita
merenungkan kembali apa yang terjadi selama pembelajaran, mengapa hal itu terjadi,
dan apa dampaknya bagi siswa. Misalnya hasil kreasi yang dipanjang siswa belum
menggambarkan pemahaman mereka sehingga kita merasa kecewa. Bahkan ada
kelompok yang tidak menghasilkan kreasi apa pun. Untuk mencari jawaban dari
munculnya peristiwa tersebut dapat melakukan refleksi dengan mengajukan
pertanyaan berikut kepada diri kita sendiri.
1) Apakah saya sudah menjelaskan apa yang harus dibuat oleh kelompok sebagai
hasil akhir dari kegiatan ini?
2) Apakah saya sudah memberi contoh tentang hasil yang diharapkan?
3) Apakah ada yang bertanya ketika penjelasan itu saya berikan?
4) Apakah waktu yang diberikan kepada kelompok memadai untuk mengerjakan
tugas tersebut?
c. Membuat catatan pelaksanaan
Kebiasaan membuat catatan setiap selesai pembelajaran atau bahkan selama
pembelajaran berlangsung merupakan kebiasaan yang sangat baik yang akan
membuahkan dokumen yang sangat berharga dalam melihat kekuatan dan kelemahan
pembelajaran yang kita kelola. Catatan tersebut dapat berupa: pemanfaatan waktu
(waktu kurang, lebih atau waktu terbuang percuma), pertanyaan yang muncul berkali-
kali, perilaku siswa yang menyebabkan konsentrasi terganggu, konsep yang susah
dipahami oleh siswa atau hal-hal lain yang dipandang penting oleh guru.
d. Bertanya kepada siswa
Siswa merupakan fokus pembelajaran, artinya kepuasan siswa dalam mencapai
kompetensi yang diharapkan merupakan salah satu tolak ukur pentingnya
keberhasilan pembelajaran. Untuk mengetahui hal ini, guru perlu mengetahui persepsi
siswa tentang pembelajaran yang dihayatinya. Persepsi siswa dapat diketahui dengan
bertanya langsung yang dijawab secara lisan atau meminta siswa mengisi angket.
Hal-hal yang ditanyakan dapat beragam, khususnya yang menyangkut kepuasan

16
siswa. Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat anda sajikan, baik secara
lisan maupun tertulis dalam bentuk angket.
1) Apakah siswa merasa bosan atau tertantang mengikuti pembelajaran?
2) Apakah siswa merasa mendapat kesempatan berpartisipasi secara aktif dalam
setiap tahap pembelajaran?
3) Apakah ada siswa yang mendominasi kelompok?
4) Bagaimana pendapat siswa mengenai manfaat kegiatan pembelajaran?
5) Apakah siswa puas terhadap hasil yang dicapai dalam kegiatan?
6) Anda dapat menambahkan pertanyaan lain dan mengemasnya dalam angket yang
dapat dijawab dengan mudah oleh siswa.

E. Kekuatan dan Kelemahan Penerapan Model Pembelajaran Kreatif dan Produktif


Menurut Suryosubroto, (2009) Model pembelajaran kreatif - produktif memiliki
dampak instruksional yang dapat dicapai. Dampak instruksional adalah pemahaman terhadap
suatu nilai, konsep, atau masalah tertentu. Kemudian mampu menerapkan
konsep/memecahkan masalah serta mampu mengkreasikan sesuatu berdasarkan pemahaman
tersebut. Dari segi dampak pengiring, melalui model pembelajaran kreatif - produktif
diharapkan dapat dibentuk kemampuan berpikir kritis, kreatif, bertanggung jawab serta kerja
sama, semuanya bertujuan untuk pembelajaran jangka panjang.

Sesuai dengan penjelasan model kreatif – produktif maka kekuatan / kelebihan dari
model kreatif - produktif sebagai berikut:

1) dalam setiap tahap kegiatan, siswa terlibat aktif secara intelektual maupun emosional,
2) mencapai dampak instruksional, memungkinkan terbentuknya dampak pengiring,
3) siswa mendapat kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan sumber belajar
4) kreativitas terpacu untuk menghasilkan sesuatu yang baru sesuai dengan pemahaman
konsep yang sedang dikaji melalui kegiatan re-kreasi,
5) memungkinkan dilakukannya penilaian proses dan hasil belajar secara utuh dan
komprehensif sepanjang kegiatan pembelajaran berlangsung ( Deo dalam Dita, 2014).

Namun, model pembelajaran kreatif dan produktif ini juga tidak terlepas dari kelemahan
di samping kekuatan yang dimilikinya. Kelemahan tersebut, antara lain terkait dengan

17
kesiapan guru dan siswa untuk terlibat dalam model pembelajaran seperti ini karena memang
sangar berbeda dari pembelajaran tradisional. Guru yang terbiasa menyampaikan semua
materi melalui ceramah, mungkin memerlukan waktu untuk dapat secara berangsur-angsur
mengubah kebiasaan tersebut. Siswa juga yang terbiasa mendengarkan penjelasan yang
diberikan guru harus mengubah kebiasaan tersebut menjadi aktif mencari sendiri sumber
belajar yang dibutuhkan. Ketidaksiapan guru untuk mengelola pembelajaran seperti ini dapat
diatasi dengan pelatihan, kemudian disertai dengan kemauan yang kuat untuk
mencobakannya. Sementara itu, ketidaksiapan siswa dapat diatasi dengan menyediakan
panduan yang antara lain memuat cara kerja yang jelas, petunjuk tentang sumber yang dapat
dieksplorasi, serta deskripsi tentang hasil akhir yang diharapkan. Kendala lain adalah waktu.
Model pembelajaran ini memerlukan waktu yang cukup panjang dan fleksibel meskipun
untuk topik-topik tertentu, waktu yang diperlukan mungkin cukup 2 kali pertemuan ditambah
dengan kegiatan di luar jam pelajaran yang terjadwal. Jika dicermati, kelemahan yang telah
diuraikan sebenarnya bukan merupakan kelemahan model pembelajaran kreatif dan
produktif, tetapi telah mengacu kepada ketidaksiapan lapangan. Pada dasarnya, model ini
tidak memiliki kelemahan, hanya saja kelemahan itu baru muncul ketika model ini
diterapkan. Dengan demikian sebagai seorang guru, harus berusaha untuk mengurangi
bahkan meniadakan kelemahan tersebut. Terlepas dari kelemahan, model pembelajaran
kreatif dan produktif ini mempunyai kekuatan, seperti yang telah dideskripsikan pada uraian
sebelumnya. Jika kelemahan dapat diminimalkan maka kekuatan model ini akan
membuahkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat memacu kreativitas, sekaligus
meningkatkan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu, sangat diharapkan, Anda akan menjadi
pelopor dalam mencoba menerapkan model pemebelajaran kreatif dan produktif ini sesuai
dengan bidang studi atau mata pelajaran yang anda ajarkan, bahkan tidak mustahil dari model
pembelajaran kreatif dan produktif ini, Anda dapat mengembangkan model lain yang lebih
menjanjikan.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaran kreatif dan produktif merupakan model yang dikembangkan dengan
mengacu kepada berbagai teori/pendekatan pembelajaran yang diasumsikan mampu
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.
Model pembelajaran kreatif produktif tidak terlepas dari kelemahan di samping
kelebihan yang dimilikinya. Kelemahan tersebut terkait dengan kesiapan guru dan siswa
untuk terlibat dalam model pembelajaran ini. Kendala lain adalah waktu.
Model pembelajaran ini memerlukan waktu yang relatif cukup panjang dan fleksibel.
Terlepas dari segala kelemahannya, model pembelajaran ini juga mempunyai banyak
kelebihan seperti yang telah diuraikan di atas.
Jika kelemahannya dapat diminimalkan, maka kekuatan model ini akan membuahkan
proses dan hasil belajar yang dapat memacu kreativitas sekaligus meningkatkan kualitas
pembelajaran. Oleh karena itu, sangat diharapkan guru untuk dapat menerapkan model ini
dan mengembangkan model ini sesuai dengan bidang studinya, bahkan mungkin dari
model ini, guru dapat mengembangkan model lain yang lebih menjanjikan.
B. Saran

19
Sebuah model yang luar biasa semacam model pembelajaran kreatif dan produktif ini
tiada berarti dan tiada berguna serta tak akan memberi faedah maksimal apabila tidak
diterapkan secara optimal dan pengkajian berkala. Karena pada hakikatnya sebuah teori
akan menjadi luar biasa jika dipraktekan dan sebaliknya teori akan tetap menjadi teori jika
tidak di terapkan

DAFTAR PUSTAKA

Alfianata Dita, dkk. 2014. Sosial Linguistik: Jurnnal Pendidikan dan Pembelajaran_Vol 3,
No. 9 2014
Suryasubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Made Wenna. 2013. Strategi Pembelajaran Infovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara

20

Anda mungkin juga menyukai