Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PPKN

“Tragedi Sampit(Dayak vs Madura 2001)”

kelompok 4
IX B
Anggota:
- Agung Alfonsus r.
- Herman .W. Siregar
- Elsi Luvedra Ginafatuqa kirk
- Eunike Gustia Sinuhaji

SMP HARAPAN MANDIRI


JL. BRIGJENG ZEIN HAMID NO. 40 MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat dan
Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul
“Tragedi Sampit (Dayak Vs Madura 2001)” Tidak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada Ms.Dedra Julita Tampubolon selaku guru pengampu pelajaran
PPKN   yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia
membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini.
Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang “Tragedi sampit (Dayak vs Madura
2001)” . Kami yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
bagi pembaca makalah kami ini, agar makalah kami ke depannya bisa lebih baik
lagi. akhir kata
kami berharap makalah ilmiah tentang “Tragedi sampit(Dayak vs Madura 2001)”

Medan,10 Januari 2022

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..1
A. Latar Belakang…………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………..1
C. Maksud dan Tujuan……………………………………………………...1
BAB II ISI………………………………………………………………………...2
A. Mempelajari Konflik Sampit……………………………………………2
B. Kronologi Peristiwa……………………………………………………...4
C. Penyelesaian Masalah…………………………………………………....6
BAB III PENUTUP……………………………………………………………...7
A. Kesimpulan……………………………………………………………….7
B. Saran……………………………………………………………………...7
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

sampit terjadi 18 tahun lalu, tepatnya Februari 2001. Peristiwa tersebut terjadi
karena konflik antar etnis dan tragedi Peristiwa paling tragis yang pernah terjadi
di Indonesia. Apa yang terlintas di kepala ketika mengenang peristiwa
tersebut? Tidak lain adalah. Peristiwa ini terjadi di Sampit, Kalimantan Tengah
merupakan salah satu sejarah yang juga tidak bisa dilupakan oleh sebagian orang
yang terlibat maupun yang hanya mengetahui cerita dari layer televisi. Mayat-
mayat bergelimpangan, beberapa rumah dibakar dan disertai dengan teriakan-
teriakan untuk melakukan aksi peperangan dan penyerangan Jika membaca
kembali tentang peristiwa Sampit, maka akan ditemukan beberapa kesimpang-
siuran penyebab perang sampit . Beberapa mengatakan bahwa peristiwa ini
pertama kali dipicu oleh masyarakat Madura. Namun, ada pula yang menyebutkan
bahwa masyarakat Dayak adalah yang terlebih dahulu memulai konflik. Akan
tetapi tidak bisa ditolak dan yang menjadi kenyataan adalah peristiwa ini
merupakan konflik antar etnis dan sangat karena konflik ini memakan korban jiwa
dan harta yang tidak sedikit.

B. Rumusan Masalah
1. Mempelajari Konflik Sampit
2. Bagaimana Terjadinya Konflik Pada 2001

C. Maksud dan Tujuan

1. Maksud
Maksud penulisan makalh ini adalah untuk menggambarkan bagaimana
konflik yang terjadi antara Suku Dayak dengan Suku Madura.

2. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini untuk menjelaskan bagaimana terjadinya
Konflik Sampit.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mempelajari Konflik Sampit

Permasalah konflik tidak terlepas dari adanya interaksi antara suku bangsa
didalam penguasaan sumber daya yang ada di dalam lingkup teritorialnya. Pada
awalnya masyarakat yang berada di Sampit sangat konformitas terhadap
persinggungan budaya hal ini dikarenakan tragedy sampit yang menjatuhkan
korban jiwa yang cukup banyak dari suku Madura merupakan kompleksitas dari
tragedy-tragedi kecil yang sebelumnya pernah terjadi. Sehingga masyarakat suku
dayakmemberikan label terhadap suku Madura sebagai suku antagonis sehingga
atas ketidakberdayaannya melawan pengaruh-pengaruh penguasaan suku
pendatang secara dominan terhadap suku yang seharusnya menjadi milik
territorial sumberdaya dominan yang dilakukan oleh Suku Madura yang
menyebabkan kecemburuan secara social dan ekonomi. Banyak sebab yang
membuat suku Dayak  seakan melupakan asasi manusia baik langsung maupun
tidak langsung. Masyarakat suku Dayak di Sampit selalu “terdesak” dan selalu
mengalah. Dari kasus dilarangnya menambang intan di atas “tanah adat” mereka
sendiri karena dituduh tidak memiliki izin penambangan. Hingga kampong
mereka yang harus berkali-kali pindah tempat karena harus mengalah dari pada
penebang kayu yang mendesak mereka makin ke dalam hutan. Sayangnya,
kondisi ini diperburuk oleh ketidakadilan hukum yang seakan tidak mampu
menjerat pelanggar hukum yang menempatkan masyarakat Dayak menjadi korban
kasus-kasus tersebut.
Tidak sedikit kasus-kasus pembunuhan orang Dayak ( yang sebagian besar
disebabkan oleh aksi premanisme etnis Madura) yang merugikan masyarakat
Dayak karena para tersangka tidak bisa ditangkap dan diadili oleh aparat penegak
hukum. Etnis Madura juga punya latar belakang budaya kekerasan ternyata
menurut masyarakat Dayak dianggap tidak mampu untuk beradaptasi (mengingat
suku Madura sebagai pendatang).
Sering terjadinya kasus pelanggarang “tanah larangan” orang Dayak oleh
penebang kayu dari suku Madura. Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu
perang antar etnis Dayak-Madura. Dari cara mereka melakukan usaha dalam
bidang perekonomian saja, mereka terkadang dianggap terlalu kasar oleh sebagian
besar masyarakat Dayak, bahkan masyarakat banjar sekali pun. Banyak cara-cara
pemaksaan untuk mendapatkan hasil usaha kepada konsumen mereka. Banyak
pula tipu-daya yang mereka lakukan. Tidak semua suku Madura bersifat seperti
ini. Namun, hanya segelintir saja.
Ada yang mengungkapkan bahwa pertikaian yang sering terjadi antara Madura
dan Dayak dipicu rasa etnosentrisme yang kuat di kedua belah pihak. Semangat
persukuan inilah yang mendasari solidaritas antar-anggota suku di Kalimantan.
Situasi seperti itu diperparah kebiasaan dan nilai-nilai yang berbeda, bahkan
mungkin berbenturan. Missal, adat orang Madura yang membawa parang atau
celurit kemanapun pergi membuat orang Dayak melihat sang “tamu”-nya selalu

2
siap berkelahi. Sebab, bagi orang Dayak membawa senjata tajam hanya dilakukan
ketika mereka hendak berperang atau berburu. Tatkala di antara mereka terlibat
keributan dari soal salah menyambit rumput sampai kasus tanah amat mungkin
persoalan yang semula kecil meledak tak karuan, melahirkan manusia-manusia
tak bernyawa tanpa kepala saat terjadi pembantaian Sampit entah bagaimana cara
mereka (suku Dayak) yang tengah dirasuki kemarahan membedakan suku Madura
dengan suku lainnya yang jelas suku-suku lainnya luput dari serangan orang-
orang Dayak.
Begitu pula adanya catatan ingatan dari suku asli tentang perlakuan-perlakuan
yang tidak adil terhadap suku asli yang menyebabkan meningkatnya konformitas
dan identitas kesukuan yang dibangkitkan oleh masyarakat Dayak. Ada beberapa
peristiwa yang menjadi catatan ingatan dari masyarakat Dayak yang menurut
mereka adalah perlakuan yang tidak wajar terhadap masyarakat suku Dayak,
antara lain:
a) Tahun 1972, seorang gadis Dayak diperkosa di Palangka Raya. Atas
kejadian itu diadakan perdamaian secara hukum adat.
b) Tahun 1982, terjadi pembunuhan orang Dayak yang pelakunya merupakan
orang Madura. Tidak ada penyelesaian hukum dan pelaku tidak
tertangkap.
c) Tahun 1983, warga Kasongan yang ber-etnis Dayak dibunuh di
Kecamatan Bukit Batu, Kasongan. Diadakan perdamaian, dilakukan
peniwahan itu dibebankan  kepada pelaku pembunuhan. Perdamaian
ditandatangani kedua pihak dan jika pihak Madura melakukan perbuatan
jahatnya, mereka siap untuk keluar dari Kalteng.
d) Tahun 1996, seorang gadis Dayak diperkosa dan dibunuh di gedung
bioskop Panala di Palangka Raya, ternyata hukumannya sangat ringan.
e) Tahun 1997, di desa Karang Langit, Barito Selatan orang Dayak dikeroyok
oleh orang Madura dengan perbandingan kekuatan 2:40 orang, dengan
semua orang Madura meninggal pada kejadian tersebut. Orang dayak
mempertahankan diri dengan ilmu beladiri. Dan orang Dayak dihukum
berat.
f) Tahun 1997, di Tumbang Samba, ibukota kecamatan Kaltingan Tengah,
seorang anak mati terbunuh oleh seorang tukang sate etnis Madura. Anak
itu hanya kebetulan lewat setelah tukang sate tersebut bertikai dengan para
anak muda.
g) Tahun 1998, di Palangka Raya, orang Dayak dikeroyok empat pemuda
Madura hingga meninggal, pelakunya dinyatakan melarikan diri dan kasus
tidak diselesaikan secara hukum.
h) Tahun 1999, di Palangka Raya, seorang Dayak dikeroyok oleh beberapa
orang Madura karena masalah sengketa tanah. 2 orang Dayak meninggal
dunia.
i) Tahun 1999, di Palangka Raya, seorang petugas ketertiban umum dibacok
oleh orang Madura, pelaku ditahan di polresta Palangka Raya, namun
dibebaskan keesokan harinya tanpa tuntutan hukum.

3
j) Tahun 1999, di Pangkut, ibukota kecamatan Arut Utara, kabupaten
Kotawaringin Barat, terjadi perkelahian missal dengan suku Madura.
Gara-gara suku Madura memaksa mengambil emas suku dayak.
Perkelahian banyak menimbulkan korban pada kedua pihak. Tak ada
penyelesaian hukum.
k) Tahun 1999, di Tumbang Samba, terjadi penikaman terhadap suami-istri.
Tindakan tersebut dilakukan untuk balas dendam, namun salah alamat.
l) Tahun 2000, di Pangkut, Kotawaringin Barat, sekeluarga Dayak dibunuh
oleh orang Madura, pelaku lari tanpa penyelesaian hukum.
m) Tahun 2000, di Palangka Raya, 1 orang Dayak di bunuh oleh pengeroyok
suku Madura di depan gereja Imanuel. Pelaku lari tanpa penyelesaian
hukum.
n) Tahun 2000, di Kereng Pangi, Kasongan, Kabupaten Kotawaringin Timur,
terjadi pengeroyokan oleh suku Madura. Pelaku kabur tanpa penyelesaian
hukum.
o) Tahun 2001, di Sampit (17-20 Februari 2001) warga Dayak banyak
terbunuh karena dibantai. Suku Madura lebih dulu menyerang warga
Dayak.
p) Tahun 2001, di Palangka Raya (25 Februari 2001) seorang warga dayak
terbunuh diserang suku Madura.
q) Belum terhitung kasus warga Madura di bagian Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Suku Dayak hidup
berdampingan dengan suku lainnya di Kalimantan Tengah, kecuali dengan
suku Madura. Lalu terjadilah peristiwa kerusuhan pada 25 Februari yaitu
peristiwa Sampit yang mencekam. Apa yang membuat suku Dayak begitu
marah dengan menghadapi suku Madura. Hamper semua tokoh Dayak
menunjukan kebanyakan etnis Madura lah penyebab akar
permasalahannya. Maka dari itu , terpapar diatas bahwasanya
persinggungan penguasaan sumberdaya yang tidak terdistribusi secara
merata dalam persaingan dan kerjasama sebelum meningkat menjadi
konflik juga dipicu karena permasalahan lebel dari masyarakat suku Dayak
terhadap suku Madura dalam segi budaya yang menimbulkan
etnosentrisme sehinggan terjadi konflik.

B. Kronologis Konflik Sampit

18 Februari 2001

a) Pkl.01.00 WIB terjadi peristiwa pertikaian antar etnis diawali dengan


terjadinya perkelahian antara Suku Madura dengan kelompok Suku Dayak
di Jalan Padat Karya, yang mengakibatkan 5 (lima) orang meninggal dunia
dan 1 (satu) orang luka berat semuanya dari Suku Madura.
b) Pkl. 08.00 WIB terjadi pembakaran rumah Suku Dayak sebanyak 2 (dua)
buah rumah yang  dilakukan oleh kelompok Suku Madura dan 1

4
(satu) buah rumah Suku Dayak dirusak dan dijarah oleh kelompok Suku
madura. Kejadian ini mengakibatkan 3 (tiga) orang meninggal semuanya
dari Suku Dayak.
c) Pkl. 09.30 WIB pengiriman Pasukan Brimob Polda dari Kalimantan
Selatan sebanyak 103 personil dengan kendali BKO Polda Kaliteng untuk
pengamanan di Sampit dan tiba Pkl. 12.00 WIB
d) Pkl. 10.00 WIB sebanyak 38 (tiga puluh delapan) orang tersangka dari
kelompok Suku Dayak atas kejadian tersebut di atas diamankan ke
MAPOLDA Kalteng di Palangka Raya dan menyita beberapa macam
senjata tajam sebanyak 62 buah.
e) Pkl. 20.30 WIB ditemukan 1 (satu) orang mayat dari kelompok Suku
Dayak di Jalan Karya Baru, Sampit.

Tanggal 19 Februari 2001

a) Pkl. 02.00 WIB terjadi pembakaran 1 (satu) buah mobil Kijang milik Suku
Madura di Jalan Suwikto, Sampit.
b) Pkl. 16.00 WIB ditemukan mayat sebanyak 4 (empat) orang dan 1 (satu)
orang luka bakar semuanya dari Suku Dayak di Jalan Karya Baru, Sampit.
c) Penangkapan 6 (enam) orang Suku Dayak tersangka berdasarkan hasil
pemeriksaan terhadap tersangka yang telah ditahan sebelumnya, dan
diamankan di Polres Kotim.
d) Pkl. 22.00 WIB Wakil Gubernur Kalimantan Tengah dan DANREM
102/PP bersama  pasukan dari Yonif 631/ATG sebanyak 276 orang
menuju Sampit dan tiba Pkl. 03.00 WIB.
e) Pada tanggal 18 dan 19 Februari 2001 kota Sampit sepenuhnya dikuasai
oleh Suku Madura yang menggunakan senjata tajam dan bom Molotov.

Tanggal 20 Februari 2001

a) Pkl. 08.30 WIB diadakan pertemuan antara DANREM 102/PP,


KAPOLDA dan Wakil Gubernur dan MUSPIDA Kabupaten Kotawaringin
Timur dengan tokoh masyarakat di Sampit ( Tokoh Dayak, Madura dan
Tokoh Masyarakat Sampit) untuk mengupayakan penghentian pertikaian
dan dilanjutkan dengan pemantauan ke lokasi pertikaian dengan
mengadakan dialog dengan warga yang bertikai.
b) Warga yang ketakutan karena kerusuhan dan sweeping disertai
pembakaran rumah yang dilakukan oleh Suku Madura terhadap Suku
Dayak mengungsi ke Gedung Balai Budaya Sampit, Gedung DPRD
Kotawaringin Timur dan Rumah Jabatan Bupati Kotawaringin Timur
sebanyak 702 KK (2.850 orang) bukan Suku Madura dan sebagian warga
non Madura mengungsi ke Palangka Raya.
c) Terjadi perkelahian dan kerusuhan massal terbuka antara Suku Madura
dan Suku Dayak yang datang membantu dari pedalaman. Di saat inilah

5
kerusuhan terbesar terjadi dimana kedua pihak etnis tersebut saling
membantai etnis lainnya.
Dari serangkaian peristiwa yang mencekam tersebut dilaporkan terdapat
sebanyak 383 orang korban jiwa dan 38 orang luka-luka. Korban materil
berupa 793 buah rumah terbakar, 48 buah rumah rusak, 13 buah kendaraan
bermotor, dan 206 buah becak. Dan akhirnya seluruh etnis Madura yang
berada di Kalimantan Tengah dan tempat-tempat lainnya diungsikan
keluar daerah tersebut.

C. Penyelesaian Masalah

Pertama-tama penyelesaian diserahkan untuk ditangani oleh lembaga


independen yang beranggotakan tokoh-tokoh masyarakat dari kedua etnis serta
kalangan intelektual dan tokoh-tokoh kredibel dari pemerintahan. Yang difasilitasi
sepenuhnya oleh negara. Lembaga ini diberi kewenangan untuk menemukan
kesepakatan dari pihak-pihak yang bertikai dan kemudian mengantarkan para
pihak ke titik rekonsiliasi yang memungkinkan menata mereka kembali
keharmonisan social dalam ketenangan dan rasa aman yang terjamin.
Kedua, siapa pun yang diindikasikan kuat sebagai actor-aktor intelektual di
balik kerusuhan di Kalteng, baik dari kalangan etnis Dayak maupun Madura,
harus ditangkap dan dibawa ke pengadilan. Supremasi hukum harus ditegakkan
atas mereka.
Ketiga, negara harus membantu warga etnis Madura untuk mendapatkan
kembali hak milik mereka berupa asset ekonomi terutama yang berupa tanah serta
rumah tempat tinggal. Juga memberikan kompensasi terhadap etnis Dayak untuk
menjadi tuan tanah di tanah nenek moyangnya. Mereka harus diberdayakan dari
berbagai aspek kehidupan.
Keempat, negara bekerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat
melakukan sosialisasi dan kampanye terus-menerus dalam berbagai bentuk
tentang kenyataan Indonesia sebagai bangsa majemuk berikut pentingnya hidup
berdampingan secara damai serta keutamaan menyelesaikan konflik tanpa
kekerasan di dalama masyarakat. Dan, yang tak kalah pentingnya adalah berupaya
menghapus kesan negatif atau stereotype antara etnis Dayak dan Madura selama
ini.

6
BAB III
PENUTUP

Sebuah karya pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan, saya merasa bahwa
karya yang telah dibuat ini masih banyak kekurangannya oleh karena itu saya
senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun semangat saya
agar dapat membuat yang lebih baik dari sebelumnya. Demikianlah penulisan
makalah ini dibuat, semoga bermanfaat. Selaku penulis mengucapkan terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

A. Kesimpulan
Permasalahan konflik antara suku Dayak dan Madura adalah rangkaian
panjang dari perjalanan interaksi antara kekuatan-kekuatan social dalam struktur
social dalam memperebutkan sumber daya yang ada di Sampit yang menimbulkan
persaingan dan akibat dari tidak meratanya pendistribusian sumber daya yang ada
akan menyebabkan konflik. Perbedaan budaya bukan merupakan penyebab
konflik, tetapi bisa menjadi pemicu terjadinya konflik. Maka dari itu pihak
kepolisian dan pemerintah daerah sangat berperan untuk memberikan solusi-solusi
terhadap permasalahan yang ada di masyarakat Sampit.

B. Saran
Adanya masalah kesukuan seperti perebutan kekuasaan dan sulitnya
bemegosiasi terhadap pihak suku sehingga lambat laun akan menjadi konflik
horizontal di daerah. Untuk menyelesaikan masalah kesukuan seperti ini yang
lebih bertanggung jawab adalah pemerintahan daerah sebagai aktor utama namun
perlu juga bantuan dari pemerintahan pusat sebagai mentor dari pemerintahan
daerah juga peranan dari daerah tersebut. Memegang kendali terhadap tetua-tetua
adat, tidak hanya waktu dibutuhkan saja mereka dirangkul namun sedikit demi
sedikit daerah melakukan pendekatan. Pola seperti diyakini dapat membantu
menumbuhkan sikap saling percaya antara daerah dan tetua-tetua adat Lebih
mudah juga pemerintah berkomunikasi kepada tetua-tetua adat apabila ada
kejadian lagi seperti kejadian sampit tersebut. Otonomi daerah juga seharusnya
memperhatikan daerah-daerah yang rawan bertikai. Membangun pos-pos polisi,
penugasan BRIMOB, perawat-perawat, alat kesehatan yang memadai bahkan di
daerah pedalaman diberi evaluasi-evaluasi yang baik dan benar.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://sejarahlengkap.com/indonesia/peristiwa-sampit
https://masda01.blogspot.com/2021/08/makalah-konflik-sampit.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik_Sampit
https://masda01.blogspot.com/2021/08/makalah-konflik-sampit.html

Anda mungkin juga menyukai