MAKALAH - PPKN - Agung Alfonsus HM
MAKALAH - PPKN - Agung Alfonsus HM
kelompok 4
IX B
Anggota:
- Agung Alfonsus r.
- Herman .W. Siregar
- Elsi Luvedra Ginafatuqa kirk
- Eunike Gustia Sinuhaji
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..1
A. Latar Belakang…………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………..1
C. Maksud dan Tujuan……………………………………………………...1
BAB II ISI………………………………………………………………………...2
A. Mempelajari Konflik Sampit……………………………………………2
B. Kronologi Peristiwa……………………………………………………...4
C. Penyelesaian Masalah…………………………………………………....6
BAB III PENUTUP……………………………………………………………...7
A. Kesimpulan……………………………………………………………….7
B. Saran……………………………………………………………………...7
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sampit terjadi 18 tahun lalu, tepatnya Februari 2001. Peristiwa tersebut terjadi
karena konflik antar etnis dan tragedi Peristiwa paling tragis yang pernah terjadi
di Indonesia. Apa yang terlintas di kepala ketika mengenang peristiwa
tersebut? Tidak lain adalah. Peristiwa ini terjadi di Sampit, Kalimantan Tengah
merupakan salah satu sejarah yang juga tidak bisa dilupakan oleh sebagian orang
yang terlibat maupun yang hanya mengetahui cerita dari layer televisi. Mayat-
mayat bergelimpangan, beberapa rumah dibakar dan disertai dengan teriakan-
teriakan untuk melakukan aksi peperangan dan penyerangan Jika membaca
kembali tentang peristiwa Sampit, maka akan ditemukan beberapa kesimpang-
siuran penyebab perang sampit . Beberapa mengatakan bahwa peristiwa ini
pertama kali dipicu oleh masyarakat Madura. Namun, ada pula yang menyebutkan
bahwa masyarakat Dayak adalah yang terlebih dahulu memulai konflik. Akan
tetapi tidak bisa ditolak dan yang menjadi kenyataan adalah peristiwa ini
merupakan konflik antar etnis dan sangat karena konflik ini memakan korban jiwa
dan harta yang tidak sedikit.
B. Rumusan Masalah
1. Mempelajari Konflik Sampit
2. Bagaimana Terjadinya Konflik Pada 2001
1. Maksud
Maksud penulisan makalh ini adalah untuk menggambarkan bagaimana
konflik yang terjadi antara Suku Dayak dengan Suku Madura.
2. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini untuk menjelaskan bagaimana terjadinya
Konflik Sampit.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Permasalah konflik tidak terlepas dari adanya interaksi antara suku bangsa
didalam penguasaan sumber daya yang ada di dalam lingkup teritorialnya. Pada
awalnya masyarakat yang berada di Sampit sangat konformitas terhadap
persinggungan budaya hal ini dikarenakan tragedy sampit yang menjatuhkan
korban jiwa yang cukup banyak dari suku Madura merupakan kompleksitas dari
tragedy-tragedi kecil yang sebelumnya pernah terjadi. Sehingga masyarakat suku
dayakmemberikan label terhadap suku Madura sebagai suku antagonis sehingga
atas ketidakberdayaannya melawan pengaruh-pengaruh penguasaan suku
pendatang secara dominan terhadap suku yang seharusnya menjadi milik
territorial sumberdaya dominan yang dilakukan oleh Suku Madura yang
menyebabkan kecemburuan secara social dan ekonomi. Banyak sebab yang
membuat suku Dayak seakan melupakan asasi manusia baik langsung maupun
tidak langsung. Masyarakat suku Dayak di Sampit selalu “terdesak” dan selalu
mengalah. Dari kasus dilarangnya menambang intan di atas “tanah adat” mereka
sendiri karena dituduh tidak memiliki izin penambangan. Hingga kampong
mereka yang harus berkali-kali pindah tempat karena harus mengalah dari pada
penebang kayu yang mendesak mereka makin ke dalam hutan. Sayangnya,
kondisi ini diperburuk oleh ketidakadilan hukum yang seakan tidak mampu
menjerat pelanggar hukum yang menempatkan masyarakat Dayak menjadi korban
kasus-kasus tersebut.
Tidak sedikit kasus-kasus pembunuhan orang Dayak ( yang sebagian besar
disebabkan oleh aksi premanisme etnis Madura) yang merugikan masyarakat
Dayak karena para tersangka tidak bisa ditangkap dan diadili oleh aparat penegak
hukum. Etnis Madura juga punya latar belakang budaya kekerasan ternyata
menurut masyarakat Dayak dianggap tidak mampu untuk beradaptasi (mengingat
suku Madura sebagai pendatang).
Sering terjadinya kasus pelanggarang “tanah larangan” orang Dayak oleh
penebang kayu dari suku Madura. Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu
perang antar etnis Dayak-Madura. Dari cara mereka melakukan usaha dalam
bidang perekonomian saja, mereka terkadang dianggap terlalu kasar oleh sebagian
besar masyarakat Dayak, bahkan masyarakat banjar sekali pun. Banyak cara-cara
pemaksaan untuk mendapatkan hasil usaha kepada konsumen mereka. Banyak
pula tipu-daya yang mereka lakukan. Tidak semua suku Madura bersifat seperti
ini. Namun, hanya segelintir saja.
Ada yang mengungkapkan bahwa pertikaian yang sering terjadi antara Madura
dan Dayak dipicu rasa etnosentrisme yang kuat di kedua belah pihak. Semangat
persukuan inilah yang mendasari solidaritas antar-anggota suku di Kalimantan.
Situasi seperti itu diperparah kebiasaan dan nilai-nilai yang berbeda, bahkan
mungkin berbenturan. Missal, adat orang Madura yang membawa parang atau
celurit kemanapun pergi membuat orang Dayak melihat sang “tamu”-nya selalu
2
siap berkelahi. Sebab, bagi orang Dayak membawa senjata tajam hanya dilakukan
ketika mereka hendak berperang atau berburu. Tatkala di antara mereka terlibat
keributan dari soal salah menyambit rumput sampai kasus tanah amat mungkin
persoalan yang semula kecil meledak tak karuan, melahirkan manusia-manusia
tak bernyawa tanpa kepala saat terjadi pembantaian Sampit entah bagaimana cara
mereka (suku Dayak) yang tengah dirasuki kemarahan membedakan suku Madura
dengan suku lainnya yang jelas suku-suku lainnya luput dari serangan orang-
orang Dayak.
Begitu pula adanya catatan ingatan dari suku asli tentang perlakuan-perlakuan
yang tidak adil terhadap suku asli yang menyebabkan meningkatnya konformitas
dan identitas kesukuan yang dibangkitkan oleh masyarakat Dayak. Ada beberapa
peristiwa yang menjadi catatan ingatan dari masyarakat Dayak yang menurut
mereka adalah perlakuan yang tidak wajar terhadap masyarakat suku Dayak,
antara lain:
a) Tahun 1972, seorang gadis Dayak diperkosa di Palangka Raya. Atas
kejadian itu diadakan perdamaian secara hukum adat.
b) Tahun 1982, terjadi pembunuhan orang Dayak yang pelakunya merupakan
orang Madura. Tidak ada penyelesaian hukum dan pelaku tidak
tertangkap.
c) Tahun 1983, warga Kasongan yang ber-etnis Dayak dibunuh di
Kecamatan Bukit Batu, Kasongan. Diadakan perdamaian, dilakukan
peniwahan itu dibebankan kepada pelaku pembunuhan. Perdamaian
ditandatangani kedua pihak dan jika pihak Madura melakukan perbuatan
jahatnya, mereka siap untuk keluar dari Kalteng.
d) Tahun 1996, seorang gadis Dayak diperkosa dan dibunuh di gedung
bioskop Panala di Palangka Raya, ternyata hukumannya sangat ringan.
e) Tahun 1997, di desa Karang Langit, Barito Selatan orang Dayak dikeroyok
oleh orang Madura dengan perbandingan kekuatan 2:40 orang, dengan
semua orang Madura meninggal pada kejadian tersebut. Orang dayak
mempertahankan diri dengan ilmu beladiri. Dan orang Dayak dihukum
berat.
f) Tahun 1997, di Tumbang Samba, ibukota kecamatan Kaltingan Tengah,
seorang anak mati terbunuh oleh seorang tukang sate etnis Madura. Anak
itu hanya kebetulan lewat setelah tukang sate tersebut bertikai dengan para
anak muda.
g) Tahun 1998, di Palangka Raya, orang Dayak dikeroyok empat pemuda
Madura hingga meninggal, pelakunya dinyatakan melarikan diri dan kasus
tidak diselesaikan secara hukum.
h) Tahun 1999, di Palangka Raya, seorang Dayak dikeroyok oleh beberapa
orang Madura karena masalah sengketa tanah. 2 orang Dayak meninggal
dunia.
i) Tahun 1999, di Palangka Raya, seorang petugas ketertiban umum dibacok
oleh orang Madura, pelaku ditahan di polresta Palangka Raya, namun
dibebaskan keesokan harinya tanpa tuntutan hukum.
3
j) Tahun 1999, di Pangkut, ibukota kecamatan Arut Utara, kabupaten
Kotawaringin Barat, terjadi perkelahian missal dengan suku Madura.
Gara-gara suku Madura memaksa mengambil emas suku dayak.
Perkelahian banyak menimbulkan korban pada kedua pihak. Tak ada
penyelesaian hukum.
k) Tahun 1999, di Tumbang Samba, terjadi penikaman terhadap suami-istri.
Tindakan tersebut dilakukan untuk balas dendam, namun salah alamat.
l) Tahun 2000, di Pangkut, Kotawaringin Barat, sekeluarga Dayak dibunuh
oleh orang Madura, pelaku lari tanpa penyelesaian hukum.
m) Tahun 2000, di Palangka Raya, 1 orang Dayak di bunuh oleh pengeroyok
suku Madura di depan gereja Imanuel. Pelaku lari tanpa penyelesaian
hukum.
n) Tahun 2000, di Kereng Pangi, Kasongan, Kabupaten Kotawaringin Timur,
terjadi pengeroyokan oleh suku Madura. Pelaku kabur tanpa penyelesaian
hukum.
o) Tahun 2001, di Sampit (17-20 Februari 2001) warga Dayak banyak
terbunuh karena dibantai. Suku Madura lebih dulu menyerang warga
Dayak.
p) Tahun 2001, di Palangka Raya (25 Februari 2001) seorang warga dayak
terbunuh diserang suku Madura.
q) Belum terhitung kasus warga Madura di bagian Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Suku Dayak hidup
berdampingan dengan suku lainnya di Kalimantan Tengah, kecuali dengan
suku Madura. Lalu terjadilah peristiwa kerusuhan pada 25 Februari yaitu
peristiwa Sampit yang mencekam. Apa yang membuat suku Dayak begitu
marah dengan menghadapi suku Madura. Hamper semua tokoh Dayak
menunjukan kebanyakan etnis Madura lah penyebab akar
permasalahannya. Maka dari itu , terpapar diatas bahwasanya
persinggungan penguasaan sumberdaya yang tidak terdistribusi secara
merata dalam persaingan dan kerjasama sebelum meningkat menjadi
konflik juga dipicu karena permasalahan lebel dari masyarakat suku Dayak
terhadap suku Madura dalam segi budaya yang menimbulkan
etnosentrisme sehinggan terjadi konflik.
18 Februari 2001
4
(satu) buah rumah Suku Dayak dirusak dan dijarah oleh kelompok Suku
madura. Kejadian ini mengakibatkan 3 (tiga) orang meninggal semuanya
dari Suku Dayak.
c) Pkl. 09.30 WIB pengiriman Pasukan Brimob Polda dari Kalimantan
Selatan sebanyak 103 personil dengan kendali BKO Polda Kaliteng untuk
pengamanan di Sampit dan tiba Pkl. 12.00 WIB
d) Pkl. 10.00 WIB sebanyak 38 (tiga puluh delapan) orang tersangka dari
kelompok Suku Dayak atas kejadian tersebut di atas diamankan ke
MAPOLDA Kalteng di Palangka Raya dan menyita beberapa macam
senjata tajam sebanyak 62 buah.
e) Pkl. 20.30 WIB ditemukan 1 (satu) orang mayat dari kelompok Suku
Dayak di Jalan Karya Baru, Sampit.
a) Pkl. 02.00 WIB terjadi pembakaran 1 (satu) buah mobil Kijang milik Suku
Madura di Jalan Suwikto, Sampit.
b) Pkl. 16.00 WIB ditemukan mayat sebanyak 4 (empat) orang dan 1 (satu)
orang luka bakar semuanya dari Suku Dayak di Jalan Karya Baru, Sampit.
c) Penangkapan 6 (enam) orang Suku Dayak tersangka berdasarkan hasil
pemeriksaan terhadap tersangka yang telah ditahan sebelumnya, dan
diamankan di Polres Kotim.
d) Pkl. 22.00 WIB Wakil Gubernur Kalimantan Tengah dan DANREM
102/PP bersama pasukan dari Yonif 631/ATG sebanyak 276 orang
menuju Sampit dan tiba Pkl. 03.00 WIB.
e) Pada tanggal 18 dan 19 Februari 2001 kota Sampit sepenuhnya dikuasai
oleh Suku Madura yang menggunakan senjata tajam dan bom Molotov.
5
kerusuhan terbesar terjadi dimana kedua pihak etnis tersebut saling
membantai etnis lainnya.
Dari serangkaian peristiwa yang mencekam tersebut dilaporkan terdapat
sebanyak 383 orang korban jiwa dan 38 orang luka-luka. Korban materil
berupa 793 buah rumah terbakar, 48 buah rumah rusak, 13 buah kendaraan
bermotor, dan 206 buah becak. Dan akhirnya seluruh etnis Madura yang
berada di Kalimantan Tengah dan tempat-tempat lainnya diungsikan
keluar daerah tersebut.
C. Penyelesaian Masalah
6
BAB III
PENUTUP
Sebuah karya pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan, saya merasa bahwa
karya yang telah dibuat ini masih banyak kekurangannya oleh karena itu saya
senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun semangat saya
agar dapat membuat yang lebih baik dari sebelumnya. Demikianlah penulisan
makalah ini dibuat, semoga bermanfaat. Selaku penulis mengucapkan terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
A. Kesimpulan
Permasalahan konflik antara suku Dayak dan Madura adalah rangkaian
panjang dari perjalanan interaksi antara kekuatan-kekuatan social dalam struktur
social dalam memperebutkan sumber daya yang ada di Sampit yang menimbulkan
persaingan dan akibat dari tidak meratanya pendistribusian sumber daya yang ada
akan menyebabkan konflik. Perbedaan budaya bukan merupakan penyebab
konflik, tetapi bisa menjadi pemicu terjadinya konflik. Maka dari itu pihak
kepolisian dan pemerintah daerah sangat berperan untuk memberikan solusi-solusi
terhadap permasalahan yang ada di masyarakat Sampit.
B. Saran
Adanya masalah kesukuan seperti perebutan kekuasaan dan sulitnya
bemegosiasi terhadap pihak suku sehingga lambat laun akan menjadi konflik
horizontal di daerah. Untuk menyelesaikan masalah kesukuan seperti ini yang
lebih bertanggung jawab adalah pemerintahan daerah sebagai aktor utama namun
perlu juga bantuan dari pemerintahan pusat sebagai mentor dari pemerintahan
daerah juga peranan dari daerah tersebut. Memegang kendali terhadap tetua-tetua
adat, tidak hanya waktu dibutuhkan saja mereka dirangkul namun sedikit demi
sedikit daerah melakukan pendekatan. Pola seperti diyakini dapat membantu
menumbuhkan sikap saling percaya antara daerah dan tetua-tetua adat Lebih
mudah juga pemerintah berkomunikasi kepada tetua-tetua adat apabila ada
kejadian lagi seperti kejadian sampit tersebut. Otonomi daerah juga seharusnya
memperhatikan daerah-daerah yang rawan bertikai. Membangun pos-pos polisi,
penugasan BRIMOB, perawat-perawat, alat kesehatan yang memadai bahkan di
daerah pedalaman diberi evaluasi-evaluasi yang baik dan benar.
7
DAFTAR PUSTAKA
https://sejarahlengkap.com/indonesia/peristiwa-sampit
https://masda01.blogspot.com/2021/08/makalah-konflik-sampit.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik_Sampit
https://masda01.blogspot.com/2021/08/makalah-konflik-sampit.html