Anda di halaman 1dari 46

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam bidang gizi masyarakat, kegiatan promosi dan pemantauan pertumbuhan

anak balita merupakan kegiatan utama program gizi yang menitikberatkan pada upaya

pencegahan dan peningkatan gizi anak. Pada tingkat komunitas kecil seperti RW dan

Desa, kegiatan pemantauan ini dilakukan dengan menggunakan  media Pos Pelayanan

Terpadu atau Posyandu.

Pemerintah telah menerbitkan surat edaran Nomor 411.3/111 6/SJ tanggal 13

Juni 2001 tentang revitalisasi posyandu. Revitalisasi posyandu adalah upaya

pemberdayaan kembali posyandu untuk mengurangi dampak krisis ekonomi terhadap

derajat kesehatan masyarakat. Sebagaimana kita ketahui, kegiatan di posyandu  garis 

besar tersusun sebagai berikut:


2

Meja / Tahap Kegiatan Peran kader


Pertama Pendaftaran Melaksanakan pendaftaran pengunjung
posyandu
Kedua Penimbangan Melaksanakan penimbangan balita dan ibu
hamil yang berkunjung ke posyandu.
Ketiga Pengisian KMS 1. Mencatat hasil penimbangan di KMS
atau buku KIA
2. Mengisi buku register posyandu

Keempat Penyuluhan Melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan

Kelima Pelayanan kesehatan Memberikan pelayanan KB sesuai kewenangan


misal: memberikan vitamin A, zat besi (Fe),
oralit, pil KB, kondom

Sumber: Depkes, 2006

Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat yang

penanggulangan tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan

kesehatan saja.Gangguan gizi yang terjadi pada balita mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan baik pada masa balita maupun masa berikutnya, sehingga perlu

mendapatkan perhatian (Supariasi,2002).

Menurut surat keputusan mentri Kesehatan Nomor :1457/MENKES/SK/X/2003

tentang standar pelayanan minimal bidang kesehatan di sebutkan bahwa pemantauan

pertumbuhan merupakan salah satu dari kewenangan wajib yang harus dilaksanakan

oleh Kabupaten /Kota.

Kegiatan pemantauan pertumbuhan Balita dapat dilihat dengan menggunakan

Kartu Menuju Sehat (KMS) balita,dimana balita yang sehat tiap bulan naik berat
3

badannya. Untuk mengetahui balita sahat, maka perlu ditimbang setiap bulannya di

posyandu atau tempat pelayanan kesehatan lainnya(Soetjiningsih,1995).

Upaya penggerakan masyarakat dalam keterpaduan ini digunakan pendekatan

melalui Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD), yang pelaksananya secara

operasional dibentuk Pos Pelayanan Terpadu (Poayandu).Pos Pelayanan Terpadu

merupakan wadah titik temu antara pelayanan profesional dari petugas kesehatan dan

peran serta masyarakat dalam menanggulangimasalah kesehatan masyarakat, terutama

dalam upaya penurunan angka kematian bayi dan angka kelahiran (Depkes RI,2003).

Ibu yang tidak menimbang balitanya ke Posyandu dapat menyebabkan tidak

terpantaunya pertumbuhan dan perkembangan balita. Blita yang tidak ditimbang

berturut-turut beresiko keadaan gizinya memburuk sehingga mengalami gangguan

pertumbuhan (Depkes RI 2006).

Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama dalam

meningkatkan kesehatan balita diperlukan pemantauan secara terus-menerus dan berkala

setiap 1 bulan sekali. Untuk itu diperlukannya surveilans terhadap cakupan pelayanan

penimbangan balita (D/S) di Puskesmas kertapati karna menurut data yang ada pada

tahun 2010 belum mencapai target yaitu sebesar 78% dari yang ditargetkan 85%.

1.2 Rumusan Masalah

Gambaran Rendahnya Cakupan Penimbangan Balita di Wilayah kerja Puskesmas

Kertapati.
4

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana pemecahan masalah Rendahnya cakupan penimbangan balita dari

tahun 2009-2011 di Wilayah Kerja Puskesmas Kertapati ?

2. Apa penyebab rendahnya cakupan penimbangan balita dari tahun 2010-2011

di Wilayah Kerja Puskesmas Kertapati ?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran cakupan penimbangan balita di Posyandu di

Wilayah kerja UPTD Puskesmas Kertapati

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran cakupan penimbangan balita di Posyandu UPTD

Puskesmas Kertapati

2. Mengetahui gambaran pendidikan tentang penimbangan balita di Posyandu

UPTD Puskesmas Kertapati

3. Mengetahui gambaran ibu yang tidak membawa balitanya untuk di Posyandu

berdasarkan karakteristik ibu (umur,paritas, pendidikan, pekerjaan,dan ekonomi).


5

1.5 Manfaat

1.5.1 Bagi Puskesmas Kertapati Palembang

Diharapkan dapat memberi informasi secara objektif tentang Surveleins Gizi

mengenai cakupan penimbangan balita di Posyandu, sehingga menjadi pedoman dalam

meningkatkan kualitas posyandu serta meningkatkan pemanfaatan posyandu oleh

masyarakat yang di dukung oleh kualitas kesehatan.

1.5.2 Bagi Bina Husada

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai refrensi mahasiswa/i dan

meningkatkan wahana mahasiswa/i yang berkaitan dengan program cakupan

penimbangan balita.

1.5.3 Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan informasi

untuk meningkatkan cakupan penimbangan balita di Posyandu dalam rangka

meningkatkancakupan penimbangan balita.

1.5.4 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan agar ibu-ibu rajin membawa anaknya ke

Poayandu untuk melakukan penimbangan agar status gizi balita meningkat.

1.6 Ruang Lingkup


6

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Kertapati Palembang,menjadi sumber

informasi adalah kepala Puskesmas dan petugas kesehatan setempat.

Waktu penelitian dilakukan selama 3 minggu terhitung dari tanggal 26-22

desember 2012, penelitian ini termasuk dalam perkuliahan gizi.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penimbangan Balita

2.1.1 Pengertian penimbangan balita

Menurut Supriasa dalam sagala (2005), penimbangan adalah pengukuran

anthropometri (pengukuran bagian-bagian tubuh) yang umum digunakan dan

merupakan kunci yang memberikan petunjuk nyata dari perkembanga tubuh yang baik

maupun yang buruk. Pengukuran anthropometri merupakan salah satu metode

penentuan status gizi secara langsung. Berat badan merupakan ukuran suatu

pencerminan dari kondisi yang sedang berlaku.

Berat badan anak ditimbang sebulan sekali mulai umur 1 bulan hingga 5 tahun di

posyandu (Depkes RI, 2008). Supriasa dalam segala (2005) menyatakan cakupan

penimbangan balita (D/S) di posyandu adalah jumlah anak balita yang berada diwilayah

posyandu pada periode waktu tertentu yang dibandingkan dengan jumlah anak balita

yang berada dibawah posyandu pada periode waktu yang sama. Hasil cakupan

penimbangan merupakan salah satu alat untuk memantau gizi balita yang dapat

dimonitor dari berat badan hasil penimbangan yang tercatat didalam KMS ( kartu

menuju sehat ).
7 8

2.2 Konsumsi Garam beryodium

2.2.1 Pengertian

Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan yodium yang

dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan kecerdasan.

Garam beryodium yang digunakan sebagai garam konsumsi harus memenuhi

standar nasional indonesia (SNI) antara lain mengandung yodium sebesar 30 – 80 ppm

(Depkes RI, 2000).

Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) khususnya Gondok

telah lama dikenal di Indonesia.Hal ini terlihat dari adanya patung-patung tokoh

pewayangan yang ditampilkan dengan leher yang membesar karena Gondok.Tidak

hanya dalam pewayangan dalam kehidupan nyatapun di beberapa daerah dengan mudah

dapat di jumpai penderita Gondok.

GAKY merupakan salah satu permasahan gizi yang sangat serius, karena dapat

menyebabkan berbagai penyakit yang mengganggu kesehatan antara lain ; Gondok,

Kretenisme, Reterdasi Mental dll.

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

 Gangguan akibat kekurangan yodium adalah sekumpulan gajala yang dapat

ditimbulkan karena tubuh seseorang kekurangan unsur yodium secara terus-

menerus dalam waktu cukup lama. (DepKes RI, 2000).


9

 Gangguan akibat kekurangan yodium adalah rangkaian kekurangan yodium pada

tumbuh kembang manusia, Sprektum seluruhnya terdiri dari gondok dalam

berbagai stadium, kretin endemik yang ditandai terutama oleh gangguan mental,

gangguan pendengaran, gangguan pada aak dan dewasa, sering dengan kadar

hormon rendah angka lahir dan kematian janin meningkat (supariasa, 2001).

Beberapa tips untuk memilih garam yang beryodium yaitu :

1. Pilihlah garam yang dikemas dengan berlabel “garam beryodium”

2. Isi atau berat kemasan , kandungan yodium 30-80 ppm, nama produsen.

3. Pilihlah kemasan yang rapi dan tidak rusak

4. Pilihlah garam yang putih dan kering, tidak lembab atau basah.

5. Hindari membeli garam bata/briket apalagi yang tidak dikemas , kecuali telah

anda uji pada setiap bagian.

6. Apabila sudah dilakukan uji pada merk tertentu , pembelian selanjutnya tidak

memerlukan lagi dilakukan pengujian.

2.3 Pemberian Vit-A pada balita

2.3.1 Pengertian

Pemberian Vit-A pada balita biasanya diberikan di posyandu dalam bentuk tetes.

Pemberian tersebut dimaksudkan untuk menjaga kesehatan mata agar terhindar dari

kebutaan. Karena vitamin A tidak diproduksi oleh tubuh, maka pemberian pada balita
10

sangat penting. Caranya dengan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung

vitamin A, bisa juga melalui kapsul vitamin A atau tetes.

Karena mata adalah jendela dunia ,demikian orang bijak mengibaratkan.

Keindahan alam semesta kita rasakan dengan indera mata kita. Tidak terbayangkan

gelapnya dunia tanpa sempurnanya fungsi mata kita, sehingga menjaga kesehatan mata

menjadi kewajiban kewajiban kita semua sejak masa balita.

Namun perlu diperhatikan, pemberian vitamin A pada balita harus mengikuti dosis dan

aturan. WHO telah memberikan aturan kadar pemberian dosis vitamin A berdasarkan usia.

Untuk bayi usia 0-6 bulan, direkomendasikan 3 X 50.000 IU. Untuk bayi usia 6-11 bulan,

dosisnya 100.000 IU dengan diberikan kapsul vitamin A yang berwarna biru. Sedangkan untuk

anak usia 1-5 tahun dosisnya 200.000 IU (1 tetes) dengan diberikan kapsul berwarna merah.

Biasanya pemberian vitamin A dilakukan setiap 6 bulan sekali di puskesmas atau posyandu.

Manfaat vitamin A bagi balita :

- Menjaga kesehatan mata dan mencegah kebutaan

- Meningkatkan daya tahan tubuh

- Bila terkena diare, campak atau infeksi lain, maka penyakit tersebut tidak akam

menjadi parah sehingga tidak membahayakan jiwa anak.


11

2.4 Gizi Buruk

2.4.1 Pengertian

Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun

penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan

kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu

pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

Masalah gizi meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan,

pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada

kasus tertentu, seperti keadaan krisis (bencana kekeringan, perang, kekacauan sosial,

krisis ekonomi), masalah gizi muncul akibat ketahanan pangan ditingkat rumah tangga,

yaitu kemampuan rumah tangga untuk memperoleh makanan untuk semua anggotanya.

Menyadari hal ini, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang

menjamin setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup dalam

jumlah dan mutunya. Dalam konteks ini masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah

kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah kesempatan kerja.

Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih

didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi, masalah

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA)

dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar (Supariasa dkk, 2002).


12

Gzi buruk adalah suatu kondisi dimana seseorang dinyatakan kekurangan

nutrisi , atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada bawah standar rata-rata.

Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein , karbohidrat , dan kalori. Di indonesia kasus

KEP ( Kurang energi protein ) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak

dijumpai pada balita.

2.4.2 Penyebab Gizi Buruk

Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk Menurut UNICEF

ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu :

1. Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah

makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang

dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan.

2. Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan oleh

rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat

makanan secara baik.

Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu :

1. ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat.

2. Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak. 

3. Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai.


13

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi buruk

pada balita, yaitu :

1. Keluarga miskin

2. Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak. 

3. .  Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran

pernapasan dan diare.

Program perbaikan gizi masyarakat merupakan salah satu program yang dilakukan

oleh Kementerian Kesehatan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran gizi keluarga

dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan

anak balita.

Status gizi balita merupakan hal penting yang seharusnya diketahui oleh setiap orang

tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta

bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini, bersifat irreversible (tidak dapat

pulih). Data tahun 2007 memperlihatkan 4 juta balita Indonesia kekurangan gizi, 700

ribu diantaranya mengalami gizi buruk. Sementara yang mendapat program makanan

tambahan hanya 39 ribu anak.

Salah satu faktor yang menentukan daya tahan tubuh seorang anak adalah keadaan

gizinya. Pertumbuhan anak pada masa balita sangat pesat, sehingga membutuhkan zat

gizi yang relatif lebih tinggi daripada orang dewasa. Balita atau anak di bawah usia lima

tahun merupakan usia penting dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik anak. Pada
14

usia ini, anak masih rawan dengan berbagai gangguan kesehatan, baik jasmani maupun

rohani.

2.4.3 Indikasi gizi buruk

Untuk KEP ringan dan sedang , gejala klinis yang bisa dijumpai pada anak

adalah berupa kondisi badan yang tampak kurus. Sedangkan gejala klinis KEP

bewrat/gizi buruk secara garis besar bisa dibedakan menjadi tiga tipe : marasmus,

kwashiorkor, dan marasmic kwashiroskor.

2.4.4 Pencegahan Gizi Buruk

Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:

1. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu,

anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai

dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.

2. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak,

vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari

total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
15

3. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu.

Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai,

segera konsultasikan hal itu ke dokter.

4. Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada

petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.

5. Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang

tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa

diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan

energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan

dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa

dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan

meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah

intelegensia di kemudian hari.

2.4.5 Pengobatan Gizi Buruk

1. pada stadium ringam perbaikan gizi

2. Pengobatan pada stadium berat cenderung lebih kompleks karena masing-masing

penyakit harus di obati satu per satu. Penderita pun sebaiknya dirawat di rumah sakit

untuk mendapat perhatian medis secara penuh.


16

2.5 Pemberian Tablet Fe pada ibu hamil

2.5.1 Pengertian

Departemen Kesehatan menetapkan visi Indonesia sehat tahun 2010, melalui

Keputusa Menkes RI Nomor 574 / Memkes / SK / IV / 2000, visi ini menggambarkan

bahwa pada tahun 2010, bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, berprilaku

hidup bersih dan sehat serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang setinggi-

tingginya. Untuk mencapai harapan tersebut ini Departemen Kesehatan ini menuangkan

visi barunya yaitu masyarakat mandiri untuk hidip sehat “dengan misi” Membuat

Masyarakat Sehat artinya dengan visi baru tersebut setiap usaha-usaha kesehatan di

arahkan untuk menjamin masyarakat yang sehat dan produktif.

Masalah-masalah kesehatan yang di hadapi bangsa Indonesia sekarang ini adalah

masih tingginya angka kematian ibu dan bayi, masalah gizi dan pangan merupakan

masalah yang mendasarkan karma secara langsung menentukan kualitas sumber daya

manusia serta meningkatkan derajat kesehatan. Masalah gizi di Indonesia yang belum

teratasi, salah satunya adalah anemia. Anemia masih merupakan masalah pada wanita

Indonesia sebagai akibat kekurangan zat besi (Tarwoto 2007).

Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya kesakitan ibu.

Animea karena difisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil

dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lainnya. Oleh karena itu anemia gizi pada masa

kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi hal ini juga diungkapkan oleh

Simanjuntak tahun 1992, bahwa sekitar 70 % ibu hamil di Indonesia menderita anemia

gizi. Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim didunia dan
17

menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Dengan frekuensi yang masih cukup tinggi

berkisar antara 1`0 % dan 20 % (Prawirohardjo, 2002).

Kekurangan zat besi juga mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb) dimana

zat besi sebagai salah satu unsure pembentukannya. Hemoglobin berfungsi sebagai

pengikat oksigen yang sangat di butuhkan untuk metabolisme sel, hal ini dapat

menyebabkan anak lahir dengan berat badan rendah, keguguran dan juga menyebabkan

anemia pada bayinya.( Ridwanamiddin ).

Anemia berat kaitannya dengan asupan gizi dari makanan kita sehari-hari, karena

itu memperbaiki pola makan merupakan jurus paling penting untuk mengatasi anemia.

Terapkan pola makan yang sehat, dengan selalu memperhatikan jumlah, jadwal dan

jenisnya. Jumlah yang dimaksud adalah sesuai dengan kebutuhan tubuh.

2.6 Pemberian ASI ekslusif

2.6.1 Pengertian asi ekslusif

Asi Eksklusif adalah pemberian Air Susu Ibu saja kepada bayi umur 0 – 6 bulan

tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan selain obat untuk terapi (pengobatan

penyakit).

ASI adalah satu – satunya makanan bayi yang paling baik, karena mengandung

zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi yang sedang dalam tahap percepatan

tumbuh kembang ( Sanyoto dan Eveline, 2008 ). ASI eksklusif atau lebih tepatnya

pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan

cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air putih, dan tanpa tambahan makanan
18

padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. Bayi sehat

umumnya tidak memerlukan tambahan makanan sampai usia 6 bulan. Pada keadaan –

keadaan khusus dibenarkan untuk mulai memberi makanan padat setelah bayi berumur 4

bulan tetapi belum mencapai 6 bulan. Misalnya karena terjadi peningkatan berat badan

kurang atau didapatkan tanda – tanda lain yang menunjukkan bahwa pemberian ASI

eksklusif tidak berjalan dengan baik

(Roesli, 2005).

Menurut Utami (2005), ASI ekslusif dikatakan sebagai pemberian ASI secara

ekslusif saja, tanpa tambahan cairan sperti susu formula,jeruk,madu,air teh,air putih, dan

tanpa tambahan makanan padat seperti pisang,pepaya,bubur,susu,biskuit,bubur nasi dan

tim.

2.6.2 Manfaat ASI ada dua macam:

Untuk ibu :

- Membantu proses pemulihan setelah melahirkan

- Mencegah perdarahan

- Salah satu cara ber-KB

- Mencurahkan kasih sayang kebayi

Untuk bayi :

- Menambah kekebalan pada tubuh bayi sehingga bayi tidak mudah sakit

- Mudah dicerna bayi


19

ZAT KEKEBALAN yang terdapat pada ASI yaitu :

- Membantu proses pencernaan

- Mencegah terserang penyakit

2.6.3 Macam-Macam ASI :

- Kolostrum

Merupakan cairan yang pertama kali keluar, berwarna kekuning – kuningan. Banyak

mengandung protein, antibody (kekebalan tubuh),

- Air Susu Masa Peralihan

Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur. Terjadi pada hari ke 4 –

berisi karbohidrat dan lemak dan volume Asi meningkat.

- Air Susu Matur

Merupakan cairan yang berwarna putih kekuningan, mengandung semua nutrisi. Terjadi

pada hari ke 10 – seterusnya.

WHO dan UNICEF merekomendasikan kepada para ibu, bila memungkinkan

memberikan ASI ekslusif sampai 6 bulan dengan menerapkan :

1. Inisiasi menyusu dini selama 1 jam setelah kelahiran bayi.

2. ASI ekslusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan

tambahan atau minuman.

3. ASI diberikan secara non demand atau sesuai kebutuhan bayi, setiap hari

setiap malam.

4. ASI diberikan tidak menggunakan botol, cangkir, maupun dot.


20

BAB III

GAMBARAN INSTANSI TEMPAT PRAKTIK

3.1 Gambaran Umum Puskesmas Kertapati Palembang

Puskesmas Kertapati terletak di Kecamatan Kertapati tepatny di kelurahan

Kemang Agung. Puskesmas ini terletak di jalan Abikusno Cokrosuyoso. Masyarakat

yang ingin berobat dapat menjangkaunya dengan berjalan kaki maupun menggunakan

kendaraan bermotor.

Puskesmas ini dahulunya adalah sebuah balai pengobatan yang dikelola oleh

Dinas Kesehatan Pemerintah Tinggkat II. Sesuai dengan kebutuhan masyarakat, maka

balai pengobatan ini kemudian dikembangkan menjadi Puskesmas.

3.1.1 Letak Geografis

Puskesmas Kertapati terletak di Jl. Abikusno Cokrosuyoso Kelurahan Kemang

Agung,Kecamatan Kertapati. Letak Puskesmas ini ±300 meter dari jalan raya.Lokasinya

relativ mudah dijangkau oleh masyarakat. Masyarakat biasanya menempuh perjalanan

ke Puskesmas dengan menggunakan becak atau sepeda motor.


21

Wilayah kerja Puskesmas Kertapati meliputi 3 kelurahan yaitu kelurahan

Kertapati,Kemas Rindo,dan Kelurahan Ogan Baru, dengan luas Wilayah kerjanya

±491,8Ha.

Tabel 1

Luas Wilayah Kerja Puskesmas Kertapati

No NAMA kELURAHAN Luas Wilayah

1 Kelurahan Kertapati 96 Ha

2 Kelurahan Kemas Rindo 277,8 Ha

3 Kelurahan Ogan Baru 118 Ha

Total 491,8 Ha

Wilayah Kerja Puskesmas Kertapati ini berbatasan dengan :

 Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Musi

 Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Buaya

 Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Organ

Kondisi geografis Wilayah kerjanya terdiri dari dataran rendah dan rawa-rawa.
22

3.1.2 Letak Demografi

Wilayah kerja Puskesmas Kertapati meliputi Kelurahan Kertapati,

Kelurahan Kemas Rindo,dan Kelurahan Ogan Baru dengan jumlah penduduk

43.818 jiwa.

Berdasarkan keadaan sosial ekonominya,mata pencarian penduduk keempat

kelurahan hampir sama, yaitu diantaranya:

 Buruh Kasar

 Pedagang

 Pegawai Negeri

 Pengrajin

 Pensiun

Pada umumnya mereka adalah tenaga kerja lepas pada sektor informal.

3.1.3 Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat,Puskesmas Kertapati memenuhi

kebutuhan masyarakat tersebut melalui Program Pokok Puskesmas beserta 2 Program

Spesifik yang ditentukan berdasarkan banyaknya permasalahan kesehatan masyarakat

setampat serta tuntutan dan kebutuhan masyarakat.


23

6 (enam) Program Puskesmas tersebut adalah :

1. Promosi Kesehatan ( Promkes)

2. KIA/KB

3. Gizi

4. Sanitasi ( kesehatan Lingkungan )

5. Pengobatan

6. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P)

Terdapat 3 (tiga) Program Spesifik yang dilaksanakan di Puskesmas

Kertapati adalah

1. Klinik Kesehatan Reproduksi ( Kespro)

2. Klinik Gilingan Mas

3. Puskesmas Santun Usia Lanjut

Seluruh Program kegiatan tersebut di dalam gedung difasilitasi dengan

adanya ruang dan peralatan yang memadai, program kerja, sumber daya manusia

yang selalu ditingkatkan kemampuannya dan protap-protap sebagai standar

pelayanannya.
24

Fasilitas yang disediakan di Puskesmas Kertapti ini adalah sebagai bedrikut :

1. Klinik Pelayanan Kesehatan ibu ( KIA/KB)

Kegiatan yang dilakukan di klinik ini meliputi pelayanan kebidanan

terhadap Ibu Hamil (Bumil), Ibu Bersalin (Bulin), Ibu yang telah bersalin

( Bufas ), dan Ibu menyusui.

Untuk kegiatan KB , Puskesmas Kertapati melayani kebutuhan

masyarakat dalam hal KB berupa IUD,Implant, Pil, Suntikan,dan

Kondom.Klinik ini dalam pelaksanaannya dilayani oleh dua orang bidan terlatih.

2. Klinik Pelayanan Kesehatan Umum ( BP Dewasa )

Klinik ini melayani pelayanan umum bagi pasien dewasa,yaitu pasien

usia lebih dari 6 tahun. Pengobatan dilakukan terhadap pasien umum,akses

maupun pasien gakin (Jamkesmas). Disamping itu, klinik BP ini juga melayani

tindakan ke gawat daruratan dan rujukan pasien dari unit-unit fungsional lainnya

yang dapat ditangani di puskesmas maupun terhadap pasien-pasien dengan kasus

penyakit kronik yang sudah berobat rutin di rumah sakit. Namun,sebelum

dilakukan rujukan,klinik BP dewasa juga akan melakukan perbaikan keadaan

umum pasien, baik kasus gawat darurat umum maupun kebidanan.

Selayaknya pelayanan ke gawat daruratan ( UGD ) dilakukan di tempat

terpisah dengan pelayanan BP dewasa ( poli klinik ). Namun karna keterbatasan

ruangan di Puskesmas, ruang BP dewasa dan UGD dijadikan satu.


25

Klinik pelayanan kesehatan umum ( BP dewasa ) juga melayani

pembuatan keur ( Surat Keterangan Sehat ). Di Klinik ini dilayani pula

pengobatan terhadap penderita TB Paru dan Kusta selain penyakit lainnya. Pada

pelaksanaannya Klinik ini dilayani oleh seorang dokter umum, yaitu dibantu oleh

perawatan terlatih.

3. Klinik Pelayanan Kesehatan Anak ( Klinik MTBS)

Klinik MTBS ini melayani pasien anak yaitu usia 0-5 bulan. Pada

pelaksanaannya klinik ini dilayani oleh seorang Dokter Umum yang dibantu oleh

para perawat terlatih. Pada Klinik ini mulai dikembangkan system Manajemen

Terpadu Balita Sakit ( MTBS ) untuk anak usia 2 bulan sampai 5 bulan dan

Manajemen Terpadu Balita ( MTBS) untuk anak usia 0-2 bulan. Dengan system

MTBS dan MTM ini pelaksanaan terhadap anak sakit dilakukan secara

komprehensif,tidak hanya terfokus pada keluhan anak sakit, namun juga

dilakukan pemantauan terhadap status gizi, riwayat kelahiran,riwayat/pola

makan dan riwayat imunisasi. Dengan demi kian apabila pada anak sakit ini

terdapat permasalahan gizi atau imunisasi, atau penyakit yang berbasis

lingkungan,maka akan dilakukan rujukan ke klinik giling mas, disamping

pengobatan ( kuratif). Disamping itu, pada klinik MTBS ini juga akan

disenantiasa dilakukan penyuluhan sesuai dengan permasalahan anak.

Disamping pengobatan linik MTBS juga melakukan pemantauan

terhadap tumbuh kembang anak usia 0-60 bulan melalui upaya


26

Stimulasi,intervensi dan Deteksi Dini Tumbuh Kembang ( SIDDTK) pada

kegiatan ini dilakukan deteksi dini. Stimulasi terhadap kasus dengan gangguan

tumbuh kembang. Kemudian juga dilakukan intervensi dalam kasus gangguan

tumbuh kembang dan rujukan kasus dengan gangguan tumbuh kembang .

4. Klinik Pelayanan Kesehatan Gigi (BP Gigi )

Klinik ini melayani pengobatan dan perawatan gigi bagi seluruh lapisan

masyarakat yang membuhkannya terutama pengobatan dasar seperti penampalan

dan pencabutan gigi. Dalam pelaksanaannya klinik ini dilayani oleh para perawat

gigi yang berpengalaman dan terlatih.

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan menuju Visi Sehat Optimal

tahun 2008, Puskesmas kertapati melaksanakan kegiatan UKGS bagi anak

sekolah dan UKGMD bagi masyarakat umum terutama balita dan ibu di

posyandu UKGS dan UKGMD dilaksanakan 3 kali setahun.

5. Laboratorium

Melayani pemeriksaan laboratorium sederhana seperti test kehamilan,

HB, golongan darah dan BTA sputum, di Puskesmas Kertapati petugas hanya

membuat preparatnya saja, sedangkan pembacaan hasilnya dilakukan oleh

Puskesmas lain yang telah ditunjuk. Pelayanan dilakukan setiap hari bagi pasien

yang membuhkan.
27

6. Penyuluhan Kesehatan

Dilakukan pada perorangan ataupun perkelompok,baik dilaksanakan di

Puskesmas, sekolah ataupun di tempat lain yang membuhkan.Pelayanan ini akan

dilaksanakan oleh tenaga-tenaga penyuluh yang menguasai materi yang dibahas.

7. Klinik Sehat 2008 ( Gilingan Mas )

Klinik ini melayani :

 Gizi

Melayani konsultasi Gizi Masyarakat dan Gizi Perorangan baik di dalam

maupun diluar

gedung. Dilaksanakan oleh seorang Petugas Gizi, setiap hari.

 Konsultasi Kesehatan Lingkungan ( Sanitasi )

Memberikan konsultasi mengenai kesehatan dan kebersihan lingkungan

Rumah Sehat,Sarana Air Bersih, Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN ).

 Imunisasi

Melayani Imunisasi BCG, DPT, Polio, Hepatitis, Campak, TT

Bumil/Caten. Dilaksanakansetiap hari senin oleh bidan terlatih.


28

8. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut ( Puskesmas Santun Usia Lanjut )

Puskesmas Kertapati khusus melayani pelayanan kesehatan terhadap

pasien lansia, yaitu pasien usia lebih dari 50 tahun. Puskesmas Santun Usia

Lanjut ini merupakan Program Puskesmas Kertapati yang baru dilaksanakan

tahun ini. Pelayanan kesehatan ini dilakukan dengan mengutamakan pasien

lansia, baik di loket pendaftaran, tempat pemeriksaan kesehatan yang terpisah,

maupun pelayanan di apotek. Hal ini bertujuan agar pasien lansia tidak lama

menunggu/mengantri, mengingat keterbatasan fisik dan spikis pasien- pasien

tersebut.

Pelayanan kesehatan yang dilakukan terhadap pasien lansia adalah

pemeriksaan antrometri ( BB, TB, Lingkar Pinggang), tekanan darah, Hb, gula

darah, reduksi protein, disamping pemeriksaan terhadap keluhannya ( penyakit).

Setiap pasien akan mendapat Kartu Menuju Sehat Usia Lanjut ( KMS Lansia ).

KMS ini bertujuan untuk memantau kesehatan pasien lansia secara

berkesinambung . Disamping itu, juga selalu dilakukan penyuluhan terhadap

permasalahan kesehatan lansia maupun penyakitnya.

Pada pelaksanaannya, pelayanan kesehatan lansia ini dilakukan oleh

seorang perawat terampil yang telah mendapat pelatihan khusus kesehatan lansia.

Namun, apabila terdapat kasus yang tidak dapat ditangani, maka pasien tersebut

akan dikonsulkan ke dokter.


29

Untuk meningkatkan jangkauan pelayanannya, Puskesmas santun usia

lanjut juga melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala terhadap pasien

lansia melalui posyandu lansia. Pada saat ini Puskesmas Kertapati telah memiliki

4 Posyandu lansia, yang terdapat di masing-masing kelurahan. Kegiatan

posyandu lansia dilaksanakan sebulan sekali ini meliputi pemeriksaan kesehatan

berkala, pengobatan,arisan lansia, pengajian, penyuluhan kesehatan dan senam

lansia. Kegiatan di posyandu lansia ini dilakukan oleh kader dan petugas dari

Puskesmas.

9. Klinik Kesehatan Reproduksi ( Kespro )

Klinik kesehatan reproduksi (Kespro ) merupakan salah satu program

Puskesmas Kertapati yang khusus memberikan perhatian terhadap permasalahan

kesehatan reproduksi di Wilayah kerja Puskesmas Kertapati. Kegiatan ini

dilaksanakan oleh seorang tenaga dokter umum, perawat dan bidan.

Pelayanan kesehatan reproduksi dilaksanakan di dalam maupun di luar

gedung Puskesmas Kertapati . Kegiatan di dalam gedung meliputi pemeriksaan

dan pengobatan terhadap pasien dengan permasalahan reproduksinya, baik

terhadap kespro remaja ,wanita usia subur dan pasien lansia. Setelah itu akan

dilakukan pencatatan secara terpisah terhadap pasien kespro, sehingga dapat

diketahui pola kesakitan atau permasalahan kespro di setiap kelompok .

Pelayanan kesehatan reproduksi di dalam gedung dilakukan di unit BP dewasa,

KIA,dan ruang santun usia lanjut. Disamping itu, juga akan dilakukan
30

penyuluhan terhadap pasien tersebut. Khusus pasien kespro WUS ( Wanita Usia

Subur ), dilakukan untuk konseling / penyuluhan kesehatan reproduksi remaja di

sekolah , yang biasanya bersamaan dengan penyuluhan nafsa, dan skrining

permasalahan kespro remaja di sekolah.

10. Lain-Lain

Dengan memenuhi kebutuhan masyarakat di Wilayah kerja, Puskesmas

Kertapati melakukan kegiatan-kegiatan secara jemput bola. Kegiatan-kegiatan

tersebut diantaranya adalah Posyandu Balita di 31 Posyandu, Posyandu Lansia di

4 Posyandu, UKS/UKGS di 18 DS/MI dan SMP, UKGMD di 10 Posyandu serta

melakukan kunjungan ke rumah pasien-pasien yang membutuhkannya.

3.1.4 Fasilitas Penunjang Pelayanan Kesehatan

Untuk menunjang keberhasilan Puskesmas Kertapati dalam rangka

pelayanan kesehatan pada masyarakat, maka seluru kegiatan harus berpedoman

pada Visi dan Misi, Motto, dan Nilai Puskesmas Kertapati serta pelaksanaannya

harus berpedoman pada Protap-Protap ( Standar Pelayanan ) yang telah

dilakukan.

A. Visi

Tercapainnya masyarakat dan kawasan Kertapati sehat yang optimal tahun

2008 yang bertumpu pada pelayanan prima dan pemberdayaan masyarakat.


31

B. Misi

 Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan lingkungan dengan

pemberdayaan masyarakat untuk berprilaku hidup bersih dan sehat

 Meningkatkan kemitraan dengan semua pihak

 Meningkatkan pelayanan kesehatan sesuai standar yang telah ditetapkan

 Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang bermutu

prima

C. Motto

 Kami siap melayani anda

 Kerjaku adalah ibadahku

D. Nilai

 Kebersamaan

 Kekeluargaan

 Keterbukaan

E. Protap

 Lampiran
32

3.1.5 Ketenagaan

Untuk kelancaran kegiatan sehari-hari, Puskesmas Kertapati dipimpin

oleh seorang pimpinan Puskesmas yang sejak 27 Desember 2011 dijabat oleh dr.

Erine Dwinda I.P yang dibantu oleh 1 orang dokter umum,2 orang perawat ahli

madya, 3 orang perawat, 2 orang perawat gigi, 5 orang bidan, 2 orang assisten

apoteker, 1 orang sanitarian, 1 orang petugas gizi, 1orang petugas TU, 1 orang

tenaga laboratorium,dan 6 orang tenaga honor kontrak ( 2 orang Adm, 3 orang

perawat ahli madya, 1 orang bidan).

Sesuai dengan komitmen yang telah disepakati bersama antara pimpinan

dan seluruh staf Puskesmas Kertapati maka diadakan jadwal pembelajaran dan

pelatihan baik didalam maupun diluar Puskesmas Kertapti. Hal ini bertujuan

untuk meningkatkan kualitas dan keterampilan sumber daya manusia yang ada

di Puskesmas Kertapati.

3.1.6 Struktur Organisasi

Sama halnya instansi lain, untuk kelancaran tugas dan memenuhi

kewajibannya dalam hal memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang

membutuhkannya dan berbagai kegiatan adminitrasi lainnya maka puskes mas

kertapati menyusun suatu organisasi yang dipimpim oleh pimpinan Puskesmas.

Secara garis besar Puskesmas Kertapti dibagi atas beberapa unit kerja

yang bertanggung jawab pada Pimpinan Puskesmas secara langsung dan


33

pelaksanaan kegiatan disesuaikan dengan program kerja masing-masing yang

disusun setiap tahun dibawah tanggung jawab pemegang program.


34

BAB IV

MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAHNYA

4.1 Masalah

Pada BAB ini kami akan membahas permasalahan yang ada pada posyandu yang

berada diwilayah kerja puskesmas kertapatih, permasalahan yang kami temukan

diposyandu tersebut adalah rendahnya cakupan penimbangan balita diposyandu

wilayah kerja puskesmas kertapatih.

Setelah melakukan survailens kebeberapa posyandu diwilayah kerja puskesmas

kertapati, masih ada ditemukan rendahnya cakupan penimbangan balita di posyandu.

Dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini

No Kelurahan 2010 Cakupan 2011 cakupan

jumlah targe frekuensi % jumlah targe frekuensi %

t t

1 Kertapati 849 85% 671 79% 689 85% 585 85%

2 Kemas 289 85% 223 77% 905 85% 769 85%

rindo

3 Ogan 286 85% 223 78% 794 85% 676 85%


35

baru

jumlah 1424 85% 1117 78% 2388 85% 2030 85%

Sumber : profil puskesmas kertapati

Berdasarkan tabel di atas, cakupan penimbangan D/S diwilayah UPTD puskesmas

kertapatih pada tahun 2010 belum memenuhi target. Hal ini dapat dilihat dari

pencapaian cakupan penimbangan balita yaitu sebesar 78% dari target 85%

sedangkan pada tahun 2011 telah mencapai target yaitu sebesar 85%.

Pada tahun 2012 ini bisa kita ambil salah satu contoh posyandu yang ada

diwilayah puskesmas kertapatih, misalnya saja posyandu mawar 1, Kelurahan Ogan

Baru, kecamatan SU I. Laporan hasil penimbangan balita yang ada di posyandu

tersebut hanya ada 32 balita yang menimbangkan bayinya keposyandu dari 88 balita

yang ada dikelurahan tersebut. Disini terlihat jelas bahwa masih kurangnya

kesadaran para ibu akan pentingnya status gizi pada balita mereka. Kurangnya

pengetahuan akan pentingnya penimbangan balita untuk mengetahui status gizi pada

balita mereka juga menjadi penyebab rendahnya cakupan penimbangan balita di

posyandu.

4.2 Penyebab rendahnya cakupan penimbangan Balita diwilayah kerja


puskesmas kertapatih

Penyebab rendahnya cakupan penimbangan balita diwilayah kerja puskesmas


kertapatih
36

1. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan para ibu akan pentingnya status gizi pada

balita.

2. Kurangnya kesadaran para ibu untuk membawa anaknya ke posyandu untuk

melakukan penimbangan.

3. Kurangnya peran serta lintas sektoral yang ada diwilayah puskesmas kertapatih.

4. Alasan kesibukan menjadi alasan utama yang membuat mereka malas untuk

membawa anak mereka ke posyandu.

5. Adanya perubahan data tentang penimbangan (dikarenakan

pindah/meninggal/dll).

4.3 Upaya pemecahan masalah rendahnya cakupan penimbangan balita


diwilayah puskesmas kertapatih

Pemecahan masalah penyebab rendahnya cakupan penimbangan balita

dipuskesmas kertapati :

1. Diharapkan kepada petugas puskesmas untuk memberikan penyuluhan /

informasi pada ibu-ibu akan pentingnya status gizi bagi balita mereka.

2. Memberikan pengertian dan motivasi kepada ibu-ibu agar tetap rajin membawa

anak mereka keposyandu.

3. Melakukan kunjungan kerumah ibu-ibu yang memiliki balita untuk memberikan

penyuluhan pada mereka berupa informasi tentang kesehatan balita dan

pentingnya mengetahui kesehatan balita mereka.


37

4. Memberikan motivasi yang bisa terus mendorong ibu-ibu untuk tetap membawa

balita mereka ke posyandu dengan cara memberikan makanan tambahan untuk

balita mereka, bisa berupa bubur kacang hijau / biskuit / susu, sehingga mereka

terus bisa bersemangat untuk membawa balita mereka ke posyandu


38

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil survailens gizi tentang cakupan penimbangan balita yang ada

diwilayah kerja puskesmas kertapatih adalah tidak tercapainya target penimbangan

balita di posyandu, penyebab rendahnya cakupan penimbangan balita diwilayah

kerja puskesmas kertapatih adalah karena kurangnya pengetahuan para ibu akan

pentingnya status gizi pada balita , kurangnya kesadaran ibu-ibu untuk membawa

balita mereka ke posyandu untuk melakukan penimbangan karena berbagai macam

alasan, misalnya saja saat ini sedang musim penghujan, mereka beralasan bahwa

rumah mereka terkena banjir sehingga menyebabkan mereka kadang enggan untuk

pergi ke posyandu untuk menimbang anak mereka, adanya perubahan data tentang

penimbangan dikarenakan pindah / meninggal / dll.

Adapun pemecahan masalah rendahnya cakupan penimbangan balita diwilayah

puskesmas kertapatih yaitu memberikan informasi pada ibu-ibu dengan cara

mengadakan penyuluhan tentang pentingnya status gizi untuk balita mereka,

kemudian memberikan pengertian dan motivasi pada para ibu agar mereka bisa lebih
39

rajin lagi membawa anak mereka ke posyandu / puskesmas untuk menimbang balita

mereka, dan melakukan kunjungan kerumah ibu-ibu yang memiliki balita untuk

memberikan penyuluhan berupa informasi tentang pentingnya kesehatan bagi balita

mereka.

5.2 SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan untuk permasalahan tidak tercapainya target

cakupan penimbangan balita dipuskesmas adalah dengan cara meningkatkan

penyuluhan kepada ibu-ibu yang memiliki balita dengan cara lebih meningkatkan

lagi kunjungan kerumah-rumah warga yang memiliki balita agar mereka dapat

mengetahui pentingnya kesehatan dan keadaan balita mereka. Sehingga mereka akan

lebih memperhatikan lagi status gizi dan kesehatan balita mereka.


40

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur dan kehadirat ALLAH AWT , karena

berkat rahmat dan ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Laporan Kesehatan

Praktikum Survailens Gizi di puskesmas kertapatih.

Dalam penyusunan laporan ini penulisan banyak mendapatkan bimbingan

dukungan, dan kerjasama dari berbagai pihak, sehingga laporan ini dapat tersusun

dengan baik. Sehingga ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada yang terhormat :

5. Bapak Chairil Zaman, M.sc, selaku ketua STIK BINA HUSADA

6. Ibu dr. Erine Dwinda.i.p selaku pimpinan puskesmas kertapatih

7. Bapak H.M.Adjad Tulus Putra, SKM, M.kes, selaku ketua program studi

Kesehatan Masyarakat STIK Bina Husada, serta selaku pembimbing

materi.

8. Ibu

9. Ibu Sri Firziah AmG selaku pembimbing lapangan

10. Seluruh Staf puskesmas kertapatih

11. Semua pihak nyang telah membantu pada saat pelaksanaan praktikum

gizi ini.
41

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam pembuatan

laporan ini karena keterbatasan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena

itu,penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga

laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.


42

DAFTAR PUSTAKA

http:/bascommetro-com.blogspot.com/2011/10/gambaran-rendahnya-cakupan-

penimbangan.html

http://dc226.4shared.com/doc/YMP_wgpz/preview.html

http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com/2011/12/analisis-cakupan-penimbangan-

balita-di.html

profil puskesmas kertapatih 2009-2011

santoso soegeng dan anne lies ranti, 1999, kesehatan dan gizi, PT. Rineka Cipta, jakarta
43

LAPORAN PRAKTIKUM

SURVEILANS GIZI

OLEH :

KELOMPOK 13

1.Arniko Erlangga 10132010107


2.Amanda Siska Marleni 10132010001
3.Mitra Rikazani 10132010070
4.Rista 10132010061
5.Sherly Silvy 10132010015

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)

BINA HUSADA DI PALEMBANG

TAHUN 2012
44

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktikum Survailens Gizi mahasiswa Program Studi Kesehatan

Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Bina Husada :

Oleh

Kelompok 13

1.Arniko Erlangga 10132010107


2.Amanda Siska Marleni 10132010001
3.Mitra Rikazani 10132010070
4.Rista 10132010061
5.Sherly Silvi 10132010015

Tempat praktikum : Puskesmas Kertapati Palembang

Dari tanggal : 26 September s/d 22 Desember 2012

Mengetahui , pembimbing Materi,

Penanggung Jawab Mata Kuliah,


45

M.Adjad.T.P.,SKM,M.Epid

LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Praktikum Surveilans Gizi mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Masyarakat (STIK) Bina Husada :

Oleh

Kelompok 13

1.Arniko Erlangga 10132010107


2.Amanda Siska Marleni 10132010001
3.Mitra Rikazani 10132010070
4.Rista 10132010061
5.Sherly Silvi 10132010015

Tempat Praktikum : Puskesmas Kertapati Palembang

Dari tanggal : 26 September s/d 22 Desember 2012

Mengetahui
46

Pimpinan Puskesmas Kertapati Pembimbing Lapangan,

Palembang

dr. Erine Dwinda I.P Sri Firziah Am.G

Anda mungkin juga menyukai