Anda di halaman 1dari 8

LANUD ABDULRACMAN SALEH

RSAU dr. M. MUNIR

LAPORAN
SURVEILLANS INFEKSI RUMAH SAKIT (HAIs)
BULAN JUNI – AGUSTUS 2016

RSAU dr. M. MUNIR LANUD ABDULRACHMAN SALEH


2016
2

LANUD ABDULRACMAN SALEH


RSAU dr. M. MUNIR

LAPORAN
SURVEILLANS INFEKSI RUMAH SAKIT (HAIs)
BULAN JUNI – AGUSTUS 2016

1. Latar Belakang

a. Kejadian infeksi yang ada di rumah sakit (Hospital Assosiated Infections/HAIs)


adalah infeksi yang didapat atau timbul pada waktu pasien dirawat di rumah sakit.
Bagi pasien, hal ini merupakan masalah serius yang dapat menyebabkan secara
langsung atau tidak langsung pada kematian pasien. Beberapa kejadian infeksi
mungkin tidak menyebabkan kematian pasien akan tetapi, ia menjadi penyebab
penting pasien dirawat lebih lama di rumah sakit. Ini berarti pasien harus membayar
lebih mahal dan dalam kondisi tidak produktif. Disamping itu juga, rumah sakit juga
akan mengeluarkan biaya lebih besar.

b. Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi mempunyai peran penting


didalam menjaga dan meningkatan mutu pelayanan rumah sakit, khususnya dibidang
pengendalian dan pencegahan HAIs. Untuk mengetahui kualitas pelayanan rumah
sakit, maka diperlukan monitoring dan audit pelayanan berupa kegiatan surveilans
HAIs (phlebitis, ILO/IDO, IADP, VAP/HAP, ISK). Di RSAU dr.M.Munir yang dapat
dievaluasi adalah phlebitis, ILO, ISK yang akan dievaluasi setiap 3 bulan sehingga
dapat menilai keberhasilan suatu program dari pengendalian infeksi rumah sakit.

2. Tujuan

a. Tujuan Umum. Mengevaluasi data angka kejadian HAIs di RSAU dr. M.


Munir selama 3 bulan.

b. Tujuan Khusus

1) Menganalisa angka Infeksi Luka Operasi (ILO), Infeksi Saluran Kemih (ISK)
dan phlebitis, melihat trednnya, mencari penyebab, membuat laporan tertulis.

2) Menjadi dasar perubahan kebijakan dan prosedur untuk menurunkan angka


infeksi di RSAU dr. M. Munir.

3) Mengukur dan menilai keberhasilan suatu program pengendalian infeksi di


RSAU dr. M. Munir.
3

3. Sasaran. Sasaran yang menjadi tolok ukur kualitas pelayanan rumah sakit
terutama yang berkaitan dengan program kerja Komite PPI dalam mengumpulkan data
kejadian HAIs di rawat inap menggunakan cara surveilans angka kejadian infeksi (HAis),
adalah sebagai berikut:

a. Tercapainya angka Infeksi Luka Operasi (ILO) ≤1,5%


b. Tercapainya angka Infeksi Saluran Kemih (ISK) ≤1,5%
c. Tercapainya Angka Infeksi Rumah Sakit lainnya (Phlebitis <15%)

4. Hasil Kegiatan. Kegiatan surveilans HAIs yang dilakukan oleh Tim PPI di rawat
inap selama kurun waktu bulan Juni sampai dengan Agustus 2016 ditampilkan dalam
bentuk grafik, dibawah ini :

Rekapitulasi Kejadian HAIs


bulan Januari - Juni 2016
di Rawat Inap RSAU dr. M. Munir
10,00 8,77
7,94
8,00
6,00 4,17
4,00
2,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0,00
JUNI JULI AGUSTUS

PHLEBITIS ISK ILO/IDO

Tabel 4.1 Hasil Surveilans HAI'S per unit kerja rawat inap RSAU dr. M. Munir pada bulan
Juni s.d Agustus 2016.

Rekapitulasi Kejadian HAIs (Phlebitis)


bulan Juni - Agustus 2016
Rawat Inap RSAU dr. M. Munir
10
9 8,77
8 7,94
7
6
5
4 4,17
3
2
1,5 1,5 1,5
1
0
Juni Juli Agustus

Standar Phlebitis

Tabel 4.2 Hasil Surveilans HAI'S (phlebitis) dirawat inap RSAU dr. M. Munir pada bulan
Juni s.d Agustus 2016.
4

Rekapitulasi Kejadian HAIs (ISK)


Bulan Juni - Agustus 2016
di Rawat Inap RSAU dr. M . M unir
1,6
1,5 1,5 1,5
1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0 0,00 0,00 0,00
Juni Juli Agustus

Standar ISK

Tabel 4.5 Hasil Surveilans HAI'S (Infeksi Saluran Kemih/ISK) dirawat inap RSAU dr. M.
Munir pada bulan Juni s.d Agustus 2016.

Rekapitulasi Kejadian HAIs (ILO)


Bulan Juni - Agustus 2016
di Rawat Inap RSAU dr. M. Munir
1,6
1,5 1,5 1,5
1,4
1,2
Satuan Permil

1
0,8
0,6
0,4
0,2
0 0,00 0,00 0,00
Juni Juli Agustus

Standar ILO

Tabel 4.6 Hasil Surveilans HAI'S (Infeksi Luka Operasi/ILO) dirawat inap RSAU dr. M.
Munir pada bulan Juni s.d Agustus 2016.

5. Analisa :

a.Selama bulan Juni sampai dengan Agustus, tidak ada kejadian ILO dan ISK.
Walaupun ada denumerator (pasien yang operasi dan pemasangan kateter).

b.Angka kejadian phlebitis selama kurun waktu bulan Juni sampai dengan Agustus
2016 mengalami naik turun, dan masih jauh dari nilai standar yang ditetapkan.
Kejadian phlebitis tertinggi pada bulan Agustus sebanyak 32,89‰. Terendah pada
bulan Juli sebanyak 19,61‰. Sedangkan pada bulan Juni angka kejadian phlebitis
sebanyak 29,07‰.
5

c.Berdasarkan hasil survei dan stratifikasi pada kejadian phlebitis, diperoleh data
yang mendukung terjadinya phlebitis adalah sebagai berikut :

1) Prosedur tindakan pemasangan infus yang tidak standar

a) Prosedur hand hygiene belum sepenuhnya dilaksanakan dengan


benar.
b) Pemakaian APD kurang dipatuhi

c) Tindakan insersi vena kateter yang berpotensi memperluas port de


entry kuman

d) SPO tindakan pemasangan IVFD tidak ada


e) SPO diletakkan ditempat yang tidak diketahui oleh semua perawat
ruangan
f) SPO ada tetapi tidak dibaca.

2) Penggunaan alkes dan bekkes yang kurang steril atau berpotensi


menyebabkan phlebitis, misalnya :

a) Desinfeksi daerah insersi menggunakan kapas alkohol yang direndam


alkohol (tidak menjamin masih bebas kuman atau mengandung alkohol)

b) Pemakaian plester untuk penutup daerah insersi (dibuka dengan tidak


aseptik)

c) Pemakaian vena kateter yang tidak bagus saat dilakukan insersi

d) Pemakaian infus set dan vena kateter yang tidak close system

3) Pemberian antibiotik atau obat per i.v yang multi dose.

4) Petugas belum paham jenis-jenis antibiotik yang berpotensi menyebabkan


phlebitis dan cara pencegahannya.

5) Belum dilakukan monitoring daerah insersi setiap hari dengan cara


perawatan infus setiap hari (penggantian penutup daerah insersi setiap hari saat
monitoring harian), dilakukan pada pemasangan infus yang menggunakan kassa
(tanpa transparan dressing).

6) Kejadian phlebitis sering terjadi pada skala 2 – 3, karena tidak dilakukan


monitoring harian (perawatan daerah infus) dan menunggu adanya keluhan
nyeri pada pasien.

7) Pemakaian APD (sarung tangan) yang tidak tepat saat melakukan tindakan
injeksi, dan tindakan desinfeksi yang kurang memadai.

6. Rekomendasi dan Tindak Lanjut. Dari hasil pembahasan tersebut maka rekomendasi
dan tindak lanjut yang dilakukan terkait dengan upaya pencegahan dan pengendalian
infeksi (HAIs) khususnya pada kasus phlebitis adalah sebagai berikut :
6

a. Surveilance wajib diperketat lagi di masing-masing unit rawat inap.

b. Menerapkan bundles phlebitis pada setiap tindakan pemasangan infus.

c. Melaksanakan monitoring kejadian phlebitis dan perawatan infus setiap hari.


d. Sosialisasi ulang PPI dasar, termasuk didalamnya HH dan pemakaian APD.
e. Sosialisasi bundles phlebitis.
f. Mengevaluasi SPO pemasangan IVFD dan mensosialisasikan untuk segera
diterapkan dan dipatuhi, meliputi :
1) Tetap melaksanakan hand hygiene sesuai five moment saat memasang
infus.

2) Lokasi insesrsi harus diperhatikan.

3) Teknik fiksasi yang harus tepat diikuti dengan ukuran jarum insersi infus
yang disesuaikan dengan kondisi pasien.

4) Penggantian lokasi infus dilakukan setiap 3 hari sekali dalam masa


perawatan.

g. Mematuhi dan melaksanakan prosedur hand hygiene sesuai five moment dan
sesuai prosedur.

h. Menyusun SPO pemberian antibiotik per i.v yang berpotensi menyebabkan


phlebitis.

i. Perlu dilakukan diklat khusus tentang tindakan pemasangan IVFD yang


dilakukan secara internal di RSAU dr. M. Munir dengan diikuti oleh seluruh tenaga
paramedis (perawat dan bidan) di instalasi gawat darurat dan rawat inap.

j. Mengajukan pengadaan bekkes yang memadai dalam mencegah dan


mengurangi kejadian phlebitis seperti infus set dan vena kateter yang close system,
serta desinfeksi menggunakan kapas alkohol swab.

k. Melaksanakan pemberian terapi per i.v yang single dose dan pencampuran di
area yang steril dan menerapkan sterilitas.

l. Melaksanakan tindakan asepstik (pemasangan infus dan pemberian injeks per


i.v dengan secara ketat dan prosedural.

m. Koordinasi akan dilakukan segera dengan unit terkait untuk mengatasi


permasalahan infeksi di rumah sakit.
n. Sosialisasi ulang criteria phlebitis kepada seluruh perawat.

o. Komite Mutu dan Keselamatan Pasien akan ikut mengevaluasi dan


memonitoring bersama dengan PPI untuk hasil surveilan setiap bulannya.
7

p. Nilai standar yang ditetapkan untuk kejadian phlebitis di RSAU dr. M. Munir
adalah <1,5%. Angka kejadian phlebitis pada 3 bulan (juni-agustus) ini secara
keseluruhan masih tinggi dari target <5‰, hal ini menunjukkan bahwa RSAU dr. M.
Munir masih harus meningkatkan upaya untuk menurunkan nilai infeksi sehingga
kualitas pelayanan meningkat. Serta mungkin perlu adanya evaluasi terhadap nilai
standar yang telah ditetapkan untuk dipertimbangkan dirubah disesuaikan
kemampuan perbaikan secara bertahap.

7. Penutup

a. Pelaksanaan kegiatan surveillans HAIs dilakukan setiap hari dan merupkan


suatu upaya tanpa akhir yang perlu didukung oleh sumber daya manusia yang
mempunyai pengetahuan, ketrampilan serta sikap profesional dalam melakukan
pengumpulan data. Kegiatan surveillans HAI’s dilaporkan setiap bulan untuk melihat
laju terjadinya infeksi pada masing-masing ruang perawatan.

b. Demikian laporan kegiatan surveillans HAIs ini dibuat, diharapkan dapat menjadi
suatu acuan untuk mengevaluasi terjadinya HAIs di rumah sakit sehingga dapat
meninkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di rumah sakit.

Mengetahui, Malang, 10 September 2016

Kepala RSAU dr. M. Munir, Ketua Komite PPI,

dr. Ari Putriani, Sp. PK dr. Ari Putriani, Sp. PK


Letkol Kes NRP 517538 Letkol Kes NRP 517538
Diagram duri ikan Untuk Phlebitis

Sumber Daya
PROSEDUR Analisis Sistem Komponen
Manusia
Perawat Mempengaruhi Terjadinya
Phlebitis
Pelaksanaan HH kurang Prosedur Pemasangan Infus
Kurang aseptik

APD kurang
saat melakukan tindakan aseptik
Tidak membaca SPO (injeksi dan pemasangan infus)
Prosedur Insersi, pemilihan Vena
Kateter dan lokasi insersi (vena)
Tidak melakukan monitoring daerah
insersi dan perawatan infus setiap hari

Prosedur pemberian obat injeksi


(antibiotik) yang berpotensi
penyebab phlebitis (multi dose,
pencampuran tidak aseptik)

PHLEBITIS

Pemakaian kapas rendam alkohol untuk desinfeksi

Pemakaian plester/hansaplast atau kassa


sebagai penutup daerah insersi dengan tindakan tidak aseptik Monitoring dan evaluasi pelaksanaan SPO HH,
pemakaian APD kurang
Pemakaian abbocath dan infus set
yang tidak close system dan tidak bagus Monitoring dan pengawasan bundle

infuse kurang

Monitoring pelaksanaan SPO pemasangan IVFD kurang

Fasilitas dan peralatan Komunikasi

Anda mungkin juga menyukai