Anda di halaman 1dari 19

TOKOH – TOKOH PENDIDIKAN ISLAM

DANsw LATAR BELAKANG KELAS


SOSIALNYA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok pada Mata Kuliah
SOSIOLOGI PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Oleh :

Kelompok 12 :

Nuratika
Yogi Ardiansyah Putra

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEMESTER V B EKSEKUTIF
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
TEBINGTINGGI DELI
2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillahirabbil’alamin sebagai rasa terima


kasih dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan
kemudahan karena berkat petunjuk, rahmat dan karunianya kepada kami.
Sholawat serta salam tidak lupa kami curahkan kepada panutan kita Nabi
Muhammad saw, beserta para keluarganya dan para sahabatnya. Semoga kita
mendapatkan syafaatnya di akhirat kelak, dengan ini kami telah menyelesaikan
makalah kami yang berjudul "Tokoh – Tokoh Pendidikan Islam da Latar Belakang
Kelas Sosialnya"

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu sangat diharapkan kritik dan saran untuk melengkapi isi dari makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya pemakalah dan bagi
para pembaca sekalian, dan semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk bagi
kita semua .

Tebing Tinggi, 11 Oktober 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2

C. Tujuan ........................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

A. TOKOH – TOKOH PENDIDIKAN ISLAM........................................................... 3

1. Ibnu Miskawaih ........................................................................................................ 3

2. Al-Qabisi ................................................................................................................... 4

3. Al-Mawardi ............................................................................................................... 4

4. Ibnu Sina.................................................................................................................... 4

5. Al Ghozali ................................................................................................................. 5

6. Burhanuddin Az-Zarnuji .......................................................................................... 5

7. Ibnu Jama'ah .............................................................................................................. 6

8. Ibnu Taimiyah ........................................................................................................... 6

B. TOKOH – TOKOH PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA.................................. 6

1. Kyai Haji Ahmad Dahlan (1869 – 1923) ................................................................ 6

2. K.H Hasim Asy'ari .................................................................................................... 7

3. K.H Abdul Halim (1987 – 1962) ............................................................................. 9

4. Zainuddin Labay ....................................................................................................... 9

5. Hamka ...................................................................................................................... 10

ii
6. Mahmud Yunus ....................................................................................................... 12

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 14

A. Kesimpulan.............................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sejak awal mula, Islam sangat mendorong umatnya untuk menggali ilmu
dengan melakukan pengkajian dan pengamatan terhadap fenomena alam yang
merupakan tanda kekuasaan Allah SWT. Dengan mengamati dan memperhatikan
berbagai fenomena alam yang terbentang luas itu, niscaya manusia akan
memahami eksistensi dirinya sebagai makhluk dan Allah SWT sebagai Sang
Khalik. Dalam kontek itulah maka setiap muslim diwajibkan untuk mencari Ilmu
sejak lahir sampai meninggal.
Memahami pendidikan Islam tidak semudah mengurai kata “Islam” dari
kata “pendidikan”, karena selain sebagai predikat, Islam juga merupakan satu
subtansi dan subjek penting yang cukup komplek. Karenanya, untuk memahami
pendidikan Islam berarti kita harus melihat aspek utama missi agama Islam yang
diturunkan kepada umat manusia dari sisi pedagogis. Sesungguhnya merefleksikan
nilai-nilai pendidikan yang mampu membimbing dan mengarahkan manusia
sehingga menjadi manusia sempurna. Islam sebagai agama universal telah
memberikan pedoman hidup bagi manusia menuju kehidupan bahagia, yang
pencapaiannya bergantung pada pendidikan. Pendidikan merupakan kunci penting
untuk membuka jalan kehidupan manusia. 1
Islam tak lepas dari para tokoh agamanya yang menyebarkan maupun
mengembangkan pendidikan Islam di dunia ini, dan di Negara kita sendiri terdapat
beberapa tokoh pendidikan Islam yang jasanya sangat besar dalam perkembangan
pendidikan islam.
Sekian banyak tokoh pendidikan Islam yang ada, baik yang dikenal maupun
yang tidak tentunya banyak pelajaran dan hikmah yang dapat kita ambil. Seiring
berjalannya waktu, para tokoh yang telah berjasa banyak yang terlupakan, bahkan
ajaran mereka dan peran sertanya banyak yang diabaikan. Oleh karena itu, kita

1
Musthofa Rahman, Pendidikan Islam dalam Perspektif al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2001, hlm. 2

1
sebagai mahasiswa tak sepatutnya melupakan jasa-jasa mereka. Bahkan kita harus
lebih giat lagi dalam meneruskan visi dan misi mereka. Dalam makalah kali ini
akan mencoba untuk sedikit memaparkan biografi para tokoh pendidikan Islam
serta peran mereka dalam merentaskan kebodohan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Siapakah tokoh-tokoh pendidikan Islam?
2. Bagaimanakah pemikiran tokoh-tokoh pendidikan Islam dalam
pendidikan?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari pendidikan islam.
2. Mengeahui tokoh – tokoh pendidikan islam.
3. Mengetahui pemikran dan latar belakang kelas social para tokoh
pendidikan islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. TOKOH – TOKOH PENDIDIKAN ISLAM

1. Ibnu Miskawaih

Nama lengkap beliau adalah Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Ya’kub Ibnu
Miskawaih. Ia lahir pada tahun 320 H/932 M. di Rayy, dan meninggal di Isfahan
pada tanggal 9 shoffar tahun 412 H/16 Februari 1030 M. Ia hidup pada masa
pemerintahan dinasti Buaihi (320-450 H/932-1062 M) yang sebagian besar
pemukanya bermazhab Syi’ah.
Pada dasarnya untuk memahami pemikiran Ibnu Miskawaih tentunya tidak
bisa dilepaskan dari konsepnya tentang manusia dan akhlak. Berikut uraiannya :
a. Konsep Manusia
Ibnu Miskawaih memandang bahwa manusia sebagai makhluk yang
memiliki macam-macam daya. Yaitu:
1. Daya nafsu (Sebagai daya terendah yang berasal dari unsur materi).
2. Daya berani (Sebagai daya tengah yang juga berasal dari unsur materi).
3. Daya berpikir (Sebagai daya tertinggi yang berasal dari ruh Tuhan).
Dari beberapa pembagian tentang manusia tersebut, Ibnu Miskawaih
mempunyai pandangan bahwa daya nafsu dan daya berani akan hancur bersama
badan, akan tetapi daya berpikir tidak akan pernah mengalami kehancuran.
b. Konsep Akhlak
Konsep akhlak yang di tawarkan oleh Ibnu Miskawaih lebih di dasarkan
pada doktrin jalan tengah. Dengan pengertian bahwa jalan tengah adalah dengan
keseimbangan, moderat, harmoni, utama, atau posisi tengah di antara dua ekstrem.
Akan tetapi Ibnu Miskawaih lebih menitik beratkan pada posisi tengah antara
ekstrem kelebihan dan ekstrem kekurangan masing-masing jiwa manusia. Dari
keterangan di atas dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa Ibnu Miskawaih lebih
memberi tekanan pada pribadi.

3
Menurut Ibnu Miskawaih, jiwa manusia dibagi menjadi menjadi tiga,
yakn:
1. al-bahimiyyah, yaitu menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat.
2. al-ghadabiyah, yaitu kebernian yang diperhitungkan dengan masak untung
ruginya.
3. an-nathiqah. Yaitu kebijaksanaan.
Ibnu Miskawaih menegaskan bahwa setiap keutamaan memiliki dua sisi
yang ekstrem. Yang tengah bersifat terpuji dan yang ekstrem bersifat tercela.

2. Al-Qabisi
Nama lengkapnya adalah Abu Hasan Ali bin Muhammad Khalaf al-ma’rifi
al-Qabisi. Ia lahir di Kairawan, Tunisia, pada bulan Rajab, tahun 224 H.
Bertepatan dengan 13 Mei tahun 936M. Ia pernah merantau ke beberapa negara
timur tengah pada tahun 553 H/963 M. Selama 5 tahun, kemudian kembali ke
negeri asalnya dan meninggal dunia pada tanggal 3 rabi’ul awal 403 H. Selain ahli
dalam bidang hadits dan fikih, Al-Qabisi juga di kenal ahli dalam pendidikan.

3. Al-Mawardi
Nama lengkapnya adalah Abu Al-Hasan Ali Ibn Muhammd Ibn Habib Al-
Basyri. Ia dilahirkan di Basyrah pada tahun 364 H. Bertepatan dengan tahun 974
M. Beliau wafat di Baghdad pada tahun 450 H / 1058 M.
Pemikiran Al-Mawardi dalam bidang pendidikan sebagian besar
terkonsentrasikan pada masalah etika hubungan antara guru dan murid dalam
proses belajar mengajar. Dalam pandangan Al-Mawardi, seorang guru yang
memiliki sikap tawadu (rendah hati) serta menjauhi sikap ujud (besar kepala).
Selanjutnya, selain sikap tawadlu juga harus bersikap ikhlas serta mencintai tugas-
tugasnya sebagai seorang guru. Al-Mawardi juga melarang seorang mengajar dan
mendidik atas dasar motif ekonomi. Dalam pandangannya, mengajar dan
mendidik merupakan aktivitas keilmuan dan tidak dapat disejajarkan dengan
materi
.
4. Ibnu Sina

4
Nama lengkapnya adalah Abu ‘Ali Al-Husayn Ibnu Abdullah. Beliau lahir
pada tahun 370 H / 980 M di Afshana, suatu daerah yang terletak di dekat
Bukhara, di kawasan Asia tengah. Ayahnya bernama Abdullah dari Balkh, Suatu
kota termasyhur dikalangan orang-orang Yunani.
Menurut Ibnu Sina, tujuan pendidikan harus diarahkan pada pengembangan
seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah perkembangannya yang
sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti. Selain itu,
pendidikan harus mampu untuk mempersiapkan seseorang untuk dapat hidup
bermasyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian
yang dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan, kecenderungan dan potensi yang
dimilikinya.
Khusus mengenai pendidikan yang bersifat jasmani, hendaknya pendidikan
tidak melupakan pembinaan fisik dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya
seperti olahraga, makan, minum, tidur dan menjaga kebersihan.
Tampaknya, sekilas tentang tujuan pendidikan yang dikemukakan oleh Ibnu Sina
didasarkan pada pandangan tentang insan kamil (manusia sempurna). Yaitu
manusia yang terbina seluruh potensi dirinya secara seimbang dan menyeluruh.

5. Al-Ghozali
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid bin Muhammad Al-Ghozali. Ia
dilahirkan di Thus, sebuah kota di Khurasan, Persia, pada tahun 450 H / 1058 M.
Konsep pendidikan yang di tawarkan oleh Al-Ghozali meliputi tujuan pendidikan,
kurikulum, metode, etika guru dan murid

6. Burhanuddin Az-Zarnuji
Nama lengkapnya adalah Burhanuddin Al-Islam Azzarnuji. Dikalangan
ulama’ belum ada kepastian mengenai tanggal kelahirannya. Adapun mengenai
wafatnya ada dua pendapat yang dapat dikemukakan. Pertama, Burhanuddin
Azzarnuji wafat pada tahun 591H / 1195 M. Kedua, ia wafat pada tahun 840 H /
1243 M.

5
Konsep yang dikemukakan Azzarnuji secara monumental dituangkan dalam
karyanya Ta’lil Al-Muta’allim Thuruq Al-Ta’allum. Dari kitab tersebut dapat
diketahui tentang konsep pendidikan Islam yang dikemukakan oleh Az-Zarnuji

7. Ibnu Jama’ah
Konsep pendidikan yang di kemukakan oleh Ibnu Jama’ah secara
keseluruhan dituangkan dalam karyanya Tadzkirat as-Sami’ Wa Al-mutakallimin
fi adab al-Alim wa al-Muta’allimin. Di dalam buku tersebut Ibnu Jama’ah
mengemukakah tentang keutamaan ilmu pengetahuan dan orang-orang yang
mencarinya serta etika orang yang berilmu termasuk para pendidik ; kewajiban
guru terhadap peserta didik, mata pelajaran, etika peserta didik, etika dalam
menggunakan literatur serta etika tempat tinggal bagi para guru dan murid

8. Ibnu Taimiyah
Nama lengkapnya adalah Taqiyuddin Ahmad bin Abd al-Halim bin
Taimiyyah. Beliau lahir di kota Harran, wilayah Syiria, pada hari senin 10 rabi’ul
awal 661 H/22 Januari 1263. Dan wafat di Damaskus pada malam senin, 20
Zulkaidah, 728 Hijriah/26 September 1328M. Ayahnya bernama Syihab ad-Din
‘Abd al-Halim Ibn as-Salam (627-672H). adalah seorang ulama besar yang
mempunyai kedudukan tinggi di Masjid Agung Damaskus.
Pemikiran Ibnu Taimiyah dalam bidang pendidikan dapat dibagi ke dalam
pemikirannya dalam bidang falsafah pendidikan, tujuan pendidikan, kurikulum
dan hubungan pendidikan dengan kebudayaan. Tentunya, pemikiran tersebut di
bangun berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits.2

B. TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA


Adapun tokoh-tokoh pendidikan Islam di Indonesia antara lain:

1. Kyai Haji Ahmad Dahlan (1869-1923)

2
Hasan Basri, Filsafat pendidikan Islam (Bandung: PT Pustaka Setia) p.221-243

6
K.H Ahmad Dahlan dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1869 M dengan
nama kecilnya Muhammad Darwis, putra dari K.H Abu Bakar Bin Kyai
Sulaiman, khatib di Masjid besar (Jami’) kesultanan Yogyakarta. Ibunya adalah
putri Haji Ibrahim, seorang penghulu Setelah beliau menamatkan pendidikan
dasarnya di suatu Madrasah dalam bidang Nahwu, Fiqih dan Tafsir di Yogyakarta
beliau pergi ke Makkah pada tahun 1890 dan beliau menuntut ilmu disana selama
satu tahun. Salah seorang gurunya Syekh Ahmad Khatib. Sekitar tahun 1903
beliau mengunjungi kembali ke Makkah dan kemudian menetap di sana selama
dua tahun.3
Beliau adalah seorang yang alim luas ilmu pengetahuanya dan tiada jemu-
jemunya beliau menambah ilmu dan pengalamanya. Dimana saja ada kesempatan
sambil menambah atau mencocokan ilmu yang telah diperolehnya. Observation
lembaga pernah beliau datangi untuk mencocokan tentang ilmu hisab. Beliau ada
keahlian dalam ilmu itu. Perantauanya kelauar pulau jawa pernah sampai ke
Medan. Pondok pesantren yang besar-besar di Jawa pada waktu itu banyak
dikunjungi.
Cita-cita K.H Ahmad Dahlan sebagai seorang ulama adalah tegas, beliau
hendak memperbaiki masyarakat Indonesia berlandaskan cita-cita agama Islam.
Usaha-usahanya ditujukan hidup beragama, keyakinan beliau ialah bahwa untuk
membangun masyarakat bangsa harus terlebih dahulu dibangun semangat bangsa.
K.H Ahmad Dahlan pulang ke Rahmatullah pada Tahun 1923 M Tanggal 23
Pebruari dalam usia 55 Tahun dengan meninggalkan sebuah organisasi Islam yang
cukup besar dan di segani karena ketegaranya.

2. K.H Hasim Asy’ari

K.H Hasim Asy’ari dilahirkan pada tanggal 14 Februari tahun 1981 M di


Jombang Jawa Timur mula-mula beliau belajar agama Islam pada ayahnya sendiri
K.H Asy’ari kemudian beliau belajar di pondok pesantren di Purbolinggo,
kemudian pindah lagi ke Plangitan Semarang Madura dan lain-lain.4

3
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada), p.270
4
Aziz Masyuri, 99 Kyai Kharismatik Indonesia, (Yogyakarta: Kutub, 2008), p. 210-211

7
Sewaktu beliau belajar di Siwalayan Panji (Sidoarjo) pada tahun 1891, K.H
Ya’kub yang mengajarnya tertarik pada tingkahlakunya yang baik dan sopan
santunya yang harus, sehingga ingin mengambilnya sebagai menantu, dan
akhirnyabeliau dinikahkan dengan putri kiyainya itu yang bernama Khadijah
(Tahun 1892). Tidak lama kemudian beliau pergi ke Makkah bersama istrinya
untuk menunaikan ibadah haji dan bermukim selama setahun, sedang istrinya
meninggal di sana.
Pada kunjunganya yang kedua ke Makkah beliau bermukim selama delapan
tahun untuk menuntut ilmu agama Islam dan bahasa Arab. Sepulang dari Makkah
beliau membuka pesantren Tebuiring di Jombang (pada tanggal 26 Rabiul’awal
tahun 1899 M).
Jasa K.H Hasim Asya’ari selain dari pada mengembangkan ilmu di
pesantren Tebuireng ialah keikutsertaanya mendirikan organisasi Nahdatul
Ulama, bahkan beliau sebagai Syekul Akbar dalam perkumpulan ulama terbesar
di Indonesia.
Sebagai ulama beliau hidup dengan tidak mengharapkan sedekah dan belas
kasihan orang. Tetapi beliu mempunyai sandaran hidup sendiri yaitu beberapa
bidang sawah, hasil peninggalanya. Beliau seorang salih sungguh beribadah, taat
dan rendah hati. Beliau tidak ingin pangkat dan jabatan, baik di zaman Belanda
atau di zaman Jepang kerap kali beliau deberi pangkat dan jabatan, tetapi beliau
menolaknya dengan bijaksana.
Banyak alumni Tebuiring yang bertebarang di seluruh Indonesia, menjadi
Kyai dan guru-guru agama yang masyhur dan ada diantra mereka yang memegang
peranan penting dalam pemerintahan Republik Indonesia, seperti mentri agama
dan lain-lain (K.H A. Wahid Hasyim, dan K.H Ilyas.
K.H Asy’ari wafat kerahmatullah pada tanggal 25 Juli 1947 M dengan
meninggalkan sebuah peninggalan yang monumental berupa pondok pesantren
Tebuiring yang tertua dan terbesar untuk kawasan jawa timur dan yang telah
mengilhami para alumninya untuk mengembangkanya di daerah-daerah lain
walaupun dengan menggunakan nama lain bagi pesantren-pesantren yang mereka
dirikan.

8
3. K.H Abdul Halim (1887-1962).

K.H Abdul Halim lahir di Ciberelang Majalengka pada tahun 1887. beliau
adalah pelopor gerakan pembeharuan di daerah Majalengka Jawa Barat yang
kemudian berkembang menjadi Perserikatan Ulama, dimulai pada tahun 1911.
yang kemudian berubah menjadi Persatuan Umat Islam (PUI) pada tanggal 5
April 1952 M. Kedua orang tuanya berasal dari keluarga yang taat beragama
(ayahnya adalah seorang penghulu di Jatiwangi), sedangkan famili-familinya tetap
mempunyai hubungan yang erat secara keluarga dengan orang-orang dari
kalangan pemerintah.5
K.H Abdul Halim memperoleh pelajaran agama pada masa kanak-kanak
dengan belajra diberbagai pesantren di daerah Majalengka sampai pada umur 22
Tahun. Ketika beliau pergi ke Makkah untuk naik haji dan untuk melanjutkan
pelajaranya.
Pada umumnya K.H Abdul Halim berusaha untuk menyebarkan
pemikiranya dengan toleransi dan penuh pengertian. Dikemukakan bahwa beliau
tidak pernah mengecam golongan tradisi ataupun organisasi lain yang tidak
sepaham dengan beliau, tablignya lebih banyak merupakan anjuran untuk
menegakan etika di dalam masyarakat dan bukan merupak kritik tentang
pemikiran ataupun pendapat orang lain.
Pada tanggal 7 Mei 1962 K.H Abdul Halim pulang kerahmatullah di Majalengka
Nawa Barat dalam usia 75 Tahun dan dalam keadaan tetap teguh berpegang pada
majhab Safi’i.

4. Zainuddin Labay

Zainuddin Labay al-Yunusi, dilahirkan di Bukit Surungan, Padang Panjang


pada tahun 1980. Menurut Deliar Noer, Zainuddin Labay dapat disebut seorang
otodidak yang menjadi “orang” dengan tenaga sendiri. 6 Ia tidak pernah
memperoleh pendidikan yang sistematis. Ia hanya belajar dua tahun di sekolah

5
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam : Pendidikan historis, teoritis, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002
6
Delier Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES, 1985), hlm. 48

9
negeri dan dua tahun lagi belajar agama pada Syaikh Muhammad Yunus,
ayahnya. Karena ayahnya seorang ulama’, dia belajar agama di Surau ayahnya
dan beberapa Surau lainnya. Namun, sumber lain menyebutkan bahwa Labay
ketika kecil masuk sekolah gubernemen selama 4 tahun. 7
Dalam bidang pendidikan Labay termasuk seorang yang mula-mula
memperkenalkan sistem sekolah yang baru. Dengan mernbuka sekolah guru
Diniyah (1915)8 ia mempergunakan sistem berkelas dengan kurikulurn yang lebih
teratur yang mencakup juga pengetahuan umum seperti bahasa, matematika,
sejarah, ilmu bumi, di samping pelajaran agama. Ia juga mengorganisir sebuab
klub musik untuk murid-muridnya.
Pada tahun 1916 ketika dia masih menjadi murid dan membantu mengajar H.
Abdul Karim Amrullah di Jembatan Besi, Zainuddin Labay mendirikan Madrasah
Diniyah, yang merupakan madrasah sore untuk pendidikan agama yang
diorganisasikan berdasarkan sistem klasikal dan tidak mengikuti sistem
pengajaran tradisional yang individual. Begitu pula susunan pelajarannya berbeda
dengan yang lain, yaitu dimulai dengan pengetahuan dasar bahasa Arab sebelum
mulai membaca al-Qur’an. Di samping pendidikan agama, juga diberikan
pendidikan umum, terutama sejarah dan ilmu bumi. Dalam kelas tertinggi mata
pelajaran tersebut menggunakan buku-buku bahasa Arab dan dengan begitu mata
pelajaran ini lebih bersifat ekstra bahasa Arab daripada ilmu bumi atau sejarah. 9
Dari uraian di atas, dapat diambil beberapa hal-hal sebagai berikut. Pertama,
ia berjasa dalam mengembangkan bahasa Arab baik sebagai bahasa pengantar,
maupun bahasa yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari. Kedua, ia telah
memperkenalkan model pendidikan yang masa itu belum lazim digunakan, yaitu
model klasikal. Ketiga, ia telah memperkenalkan pengetahuan modern ke dalarn
kurikulum pendidikan Islam.

5. Hamka

7
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 187
8
Ibid,. hlm. 189
9
Ibid,. hlm. 189

10
"Hamka bukan hanya milik bangsa Indonesia, tetapi kebanggaan bangsa-
bangsa Asia Tenggara”.Begitulah kata mantan Perdana Menteri Malaysia,Tun
Abdul Rozak.Nama aslinya ialah Haji Abdul Malik Karim Amrulloh biasa disebut
dengan HAMKA yang merupakan singkatan dari nama panjang beliau. Beliau
lahir di Maninjau,Sumatra Barat pada tanggal 16 Februari 1908 M/ 13 Muharrom
1326 H.Belakangan ia diberikan sebutan Abuya,yaitu panggilan untuk orang
Minangkabau yang berasal dari kata abi,abuya yang berarti ayahku atau orang
yang dihormati. Ayahnya adalah Syech Abdul Karim ibn Amrulloh,yang dikenal
dengan Haji Rosul dan merupakan pelopor Gerakan Islah(tajdid) di Minangkabau,
sekembalinya dari Makkah pada 1906.
Sejak kecil ia menerima dasar-dasar agama dari sang ayah.Pada usia 6 tahun,ia
dibawa ayahnya ke Padang Panjang. Pada usia 7 tahun, ia dimasukkan ke sekolah
desa dan malamnya ia belajar mengaji al-Qur’an sampai khatam.
Beliau Sekolah Dasar “Maninjau sehingga Darjah Dua” kemudian padausia 10
tahun, ayahnya mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang bernama “Sumatera
Thawalib” di Padang Panjang. Di situ Hamka mempelajari ilmu agama dan
mendalami bahasa Arab.
Pendidikan dalam pandangan Hamka terbagi 2 bagian yaitu: Pendidikan
jasmani,pendidikan untuk pertumbuhan & kesempurnaan jasmani serta,
pendidikan ruhani,pendidikan untuk kesempurnaan fitrah manusia dengan ilmu
pengetahuan & pengalaman yang didasarkan pada agama.
Keduanya memiliki kecenderungan untuk berkembang dengan melalui
pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang paling tepat dalam
menentukan perkembangan secara optimal kedua unsur tersebut. Dalam
pandangan Islam kedua unsur tersebut dikenal dengan istilah fitrah.Titik sentral
pemikiran Hamka dalam pendidikan Islam adalah “fitrah pendidikan tidak saja
pada penalaran semata, tetapi juga akhlakulkarimah.”
Fitrah setiap manusia pada dasarnya menuntun untuk senantiasa berbuat
kebajikan& tunduk mengabdi sebagai kholifah fi al-ardh maupun ‘abdulloh.
Ketiga unsur tersebut adalah akal, hati, & pancaindra yang terdapat pada jasad
manusia.Perpaduan ketiga unsur tersebut membantu manusia untuk memperoleh

11
ilmu pengetahuan dan membangun peradabannya, memahami fungsi
kekhalifahannya, serta menangkap tanda-tanda kebesaran Allah.
Tujuan Pendidikan dalam Pandangan HAMKA adalah “mengenal dan mencari
keridhoan Allah, membangun budi pekerti untuk beraklhlaq mulia” serta
“mempersiapkan peserta didik untuk hidupsecara layak dan berguna di tengah-
tengah komunitas sosialnya”.

6. Mahmud Yunus
Prof. Dr. H. Mahmud Yunus Dilahirkan di Batu Sangkar pada tanggal 10
Februari 1899 dan wafat pada tanggal 16 Januari 1982. Sejak kecil, Mahmud
Yunus sudah memperlihatkan minat dan kecenderungannnya yang kuat untuk
memperdalam ilmu Agama Islam. Ketika berumur 7 tahun, ia belajar membaca al-
Qur’an di bawah bimbingan kakeknya Muhammad Thahir yang dikenal dengan
nama Engku Gadang. Setelah menamatkan al-Qur’an, ia menggantikan kakeknyas
ebagai guru ngaji al-Qur’an. Dua tahun kemudian, ia melanjutkan studi ke sekolah
desa dan kemudian melanjutkan studi ke Madras School. Selanjutnya padatahun
1917, ia bersama teman-temannya mengajar di Madras School dengan
memperbaru isi sitem belajar mengajar dengan menambah sistem halaqah di
samping sistem madrasah dengan menggunakank itab-kitabmutakhir.
Dengan bekal kemampuan bahasa Arab yang sangat baik, padatahun 1924
Mahmud Yunus melanjutkan studinya ke Universitas al-Azhar di Kairo, Mesir. Di
sana ia memperdalam ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab. Setelah lulus dari
Universitas al-Azhar, ia melanjutkan studinya ke Daru lUlum dan mendapatkan
gelar diploma dengan spesialisasi dalam bidang pendidikan.
Menurut Mahmud Yunus, pendidikan adalah suatu bentuk pengaruh yang
terdiri dari ragam pengaruh yang terpilih berdasarkan tujuan yang dapat
membantu anak-anak agar berkembang secara jasmani, akal dan pikiran.dalam
prosesnya ada upaya yang harus dicapai agar diperoleh hasil yang maksimal dan
sempurna, tercapai kehidupan harmoni secara personal dan sosial.segala bentuk
kegiatan yang dilakukan menjadi lebih sempurna, kokoh, dan lebih bagus bagi
masyarakat.

12
Dari aspek tujuan pendidikan islam. Berkaitan dengan tujuan pokok
pendidikan Islam, Mahmud Yunus merumuskan dua hal, yaitu untuk kecerdasan
perseorangan dan kecerdasan mengerjakan pekerjaan. Ada yang berpendapat
bahwa tujuanpendidikan Islam ialah mempelajari serta mengetahui ilmu-ilmu
agama Islam dan mengamalkannya, seperti ilmu tafsir, hadis, fikih, dan lain
sebagainya. Tujuan inilah yang dipaka ioleh madrasah-madrasah di seluruhdunia.
Bahkan ada ulama yang mengharamka nmempelajari ilmu pengetahuan umum
seperti Fisika dan Kimia. Tujuan seperti inilah menurut Mahmud Yunus yang
membuat Islam lemah dan tidak bisa mempertahanan kemerdekaannya.
Tujuan pendidikan islam menurut Mahmud Yunus ialah menyiapkan anak-anak
didik agar dewasa kelak mereka sanggup dan cakap melakukan pekerjaan dan
amalan akhirat , sehingga tercipta kebahagiaan dunia dan akhirat.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.
Sesungguhnya pendidikan yang kita laksanakan sekarang ini tidaklah terlepas dari
usaha-usaha para tokoh pendidikan yang dahulu telah merintisnya dengan
perjuangan yang sangat berat dan tidak mengenal lelah. Oleh karena itu bila kita
berbicara tentang pendidikan yang kini berlangsung tidaklah arif bila tidak
membicarakan sosok dan tokoh pendidikan tersebut, dengan hanya menerima jerih
payah dan karya mereka.
Dari semua uraian di atas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa, pendidikan itu
sangatlah penting terutama yang pendidikan Islam. Yang mana pendidikan Islam
ini sangatlah dianjurkan bahkan diwajibkan bagi tiap-tiap muslim.
Dalam perkembangannya di seluruh dunia banyaklah terdapat tokoh-tokoh yang
terkemuka dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan Islam. Semua
mempunyai pemikiran-pemikiran tersendiri, namun semuanya itu tetaplah
mengarah dan mengacu kepada Al-Qur’an dan Hadits.
Selain itu juga ternyata pendidikan Islam, tidak hanya mencakup masalah ke
agamawan saja tetapi semua ilmu pengetahuan terdapat di dalamnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Masyuri, Aziz . 2008. 99 Kyai Kharismatik Indonesia, Yogyakarta: Kutub

Basri, Hasan. Filsafat Pendidikan Islam,bandung: PT Pustaka Setia

Hasbullah.1996. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta:PT Raja Grafindo

Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam: Pendidikan historis, teoritis,


Jakarta: Ciputat Pers

Nata, Abudin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu

15

Anda mungkin juga menyukai