Anda di halaman 1dari 7

Machine Translated by Google

Web Konferensi E3S 190,00024 (2020) https://doi.org/10.1051/e3sconf/202019000024


ICoRER 2019

Identifikasi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro


Potensi di Daerah Irigasi
Berbasis Unmanned Air Vehicle (UAV)
Pengolahan citra
Masrur Alatas1,* , Maria Theresia Sri Budiastuti2,3 , Totok Gunawan2,4 , Prabang Setyono 2,5 ,
Juris Burlakovs6 , and Erkata Yandri7

1Program Doktor Ilmu Lingkungan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.


Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126, Central Java, Indonesia
2Department of Environmental Science, Graduate School of Sebelas Maret University.
Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126, Central Java, Indonesia
3Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret.
Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126, Central Java, Indonesia
4Faculty of Geography, Universitas Gadjah Mada, Jl. Kaliurang, Bulaksumur,
Special Region Yogyakarta 55281, Indonesia
5Department of Biological Science, Sebelas Maret University. Jl. Ir. Sutami 36A,
Surakarta 57126, Central Java, Indonesia
6Department of Water Management, Estonian University of Life Sciences,
Friedrich Reinhold Kreutzwaldi 1a, 51014 Tartu, Estonia
7Graduate School of Renewable Energy, Darma Persada University,
Jl. Taman Malaka Selatan No. 22, Pondok Kelapa, East Jakarta 13450, Indonesia

Abstrak. Perkiraan kebutuhan energi di Indonesia akan meningkat sebesar


8,15% setiap tahunnya hingga tahun 2030. Indonesia berkomitmen untuk
mencegah perubahan iklim melalui energi campuran (energi baru dan
terbarukan). Salah satu sumber energi tersebut adalah pembangkit listrik
tenaga air dengan potensi 75.091 MW telah dimanfaatkan 6,4%, mini hidro,
dan mikro hidro dengan potensi 19.385 MW telah dimanfaatkan 1%. Dalam
Revolusi Industri 4.0, potensi tersebut dapat diidentifikasi dengan menggunakan
drone. Penelitian ini dilakukan di daerah irigasi Kalibawang, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.
Prosedurnya dimulai dengan pembuatan Foto Udara detail menggunakan
Drone DJI Phantom 4. Gambar dari foto udara kemudian diproses menjadi
Digital Elevation Model (DEM) resolusi tinggi. Data DEM mewakili topografi
wilayah studi dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi potensi gradien
aliran atau perbedaan ketinggian (H). Enam titik potensial diidentifikasi dengan
perbedaan ketinggian antara 3 m hingga 8 m, sehingga menghasilkan daya
potensial yang dihasilkan mulai dari 125 kW hingga 334 kW. Studi ini
mendemonstrasikan identifikasi titik-titik potensi energi mikrohidro, perbedaan
ketinggian, dan daya yang dihasilkan menggunakan Drone. Enam titik
diidentifikasi dengan energi potensial total 1.418 kW.

Kata kunci: energi alternatif, cascade, energi bersih, model elevasi digital,
PLTA, irigasi,

*
Penulis korespondensi: masruralatas@ity.ac.id

© Penulis, diterbitkan oleh EDP Sciences. Ini adalah artikel akses terbuka yang didistribusikan di bawah persyaratan Lisensi
Atribusi Creative Commons 4.0 (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/).
Machine Translated by Google

Web Konferensi E3S 190,00024 (2020) https://doi.org/10.1051/e3sconf/202019000024


ICoRER 2019

1. Perkenalan
Laju pertumbuhan penduduk tahunan Indonesia dalam 10 tahun ini adalah 1,24%. Pertumbuhan
penduduk ini memicu pertumbuhan di sektor industri dan ekonomi. Oleh karena itu, diperkirakan
kebutuhan energi di Indonesia akan meningkat sebesar 8,15% setiap tahunnya hingga tahun 2030 [1].
Permintaan energi nasional akan terus meningkat hingga tahun 2050, seiring dengan pertumbuhan
ekonomi, pertumbuhan penduduk, harga energi, dan kebijakan pemerintah. Studi lain oleh Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi memperkirakan bahwa dengan pertumbuhan PDB rata-rata 6,04
% thn-1 dan pertumbuhan penduduk 0,71% thn-1 dari 2016 hingga 2050, diperkirakan pertumbuhan
permintaan energi akan menjadi 5,3% thn- 1 [2]. Oleh karena itu, kebutuhan energi akan meningkat
dari 795 × 106 Barrel of Oil Equivalent (BOE) pada tahun 2016 menjadi 4.569 × 106 SBM pada tahun
2050. Pada tahun 2050, proporsi permintaan energi tertinggi adalah pada minyak bumi sebesar 40,1%,
diikuti oleh listrik. (21,3%), gas alam (17,7%), batubara (11,0%), dan sisanya pada LPG, biofuel, dan
biomassa dengan persentase masing-masing di bawah 4%.
Bahan bakar fosil, seperti batu bara dan minyak bumi tidak hanya terbatas dan tidak terbarukan,
dan bahan bakar ini juga dapat menyebabkan perubahan iklim dan pemanasan global. Banyak
perjanjian yang dibuat untuk mengatasi masalah ini, seperti United Nations Framework Convention on
Climate Change (UNFCCC) on Earth Summit yang diadakan di Rio de Janeiro, Brazil, pada tahun
1992. Protokol Kyoto di Jepang pada tahun 1997. Bali Road Map pada COP 13 tahun Nusa Dua Bali,
Indonesia 2007, COP 17 di Durban, Afrika Selatan pada 2011, dan Paris Agreement pada 2015
dimana kesepakatan tersebut dibuat untuk mengurangi emisi karbon dan mengurangi penggunaan
bahan bakar fosil [3]. Perjanjian-perjanjian ini telah diratifikasi sebagai komitmen Indonesia untuk
mencegah perubahan iklim dan pengelolaan lingkungan.
Dalam rangka mengantisipasi krisis energi, memantapkan ketahanan energi nasional, dan
mencegah perubahan iklim, pemerintah dan masyarakat lintas disiplin bekerja sama untuk
meningkatkan energi terbarukan sebagai energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Salah satu
energi terbarukan yang potensial adalah pembangkit listrik tenaga air, terutama untuk pembangkit
listrik tenaga mini hidro dan mikro hidro. Tidak ada batasan yang jelas untuk pembangkit listrik tenaga
mini hidro dan mikro hidro, dan definisinya dapat berbeda antar negara. Namun, di Indonesia,
pembangkit listrik tenaga mikro hidro adalah pembangkit yang dapat menghasilkan energi hingga 1
MW, sedangkan pembangkit listrik tenaga mini hidro memiliki kapasitas 1 MW hingga 10 MW (Tabel 1).

Tabel 1. Klasifikasi PLTA (all in MW)

Tidak ada Kelas Norwegia Brasil> 30 India


Turki Indonesia Malaysia
1 - > 500 > 100 > 25
Besar
2 Sedang 3 - - - - > 10 10 sampai 100

Kecil 1 sampai 10 1 sampai 30 < 500 2.01 hingga 1 sampai 10

25
4 - - 0,101 hingga 1 sampai 10 0,1 hingga 1
Mini hidro -
2
<1 - 0,1 <1 0,005 hingga 0,1
mikro hidro -
56 - - - < 0,1 - < 0,005
Pikohidro
Sumber: [4–9]

Potensi pembangkit listrik mini hidro dan mikro hidro dapat ditemukan di daerah irigasi dengan
debit yang stabil. Penelitian sebelumnya telah mengungkap potensi mikrohidro di kawasan sungai
Serayu Opak dengan potensi lebih dari 50 kW [10].
Kajian ini mendemonstrasikan identifikasi titik-titik potensi energi mikrohidro, beda ketinggian (H),
dan daya yang dibangkitkan (P) menggunakan Unmanned Air Vehicle (UAV) di daerah irigasi
Kalibawang, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.

2
Machine Translated by Google

Web Konferensi E3S 190,00024 (2020) https://doi.org/10.1051/e3sconf/202019000024


ICoRER 2019

2 Metode

2.1 Lokasi studi

Penelitian ini dilakukan di daerah irigasi Kalibawang, Kabupaten Kulonprogo, Daerah


Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Irigasi Kalibawang memiliki luas 7.152 ha [11]. Dengan
kriteria inklusi laju aliran arus 7 000 L s -1 dan airnya harus berasal dari asupan
,
samping Sungai Progo.

2.2 Pencitraan saluran irigasi menggunakan UAV

Sebelum identifikasi saluran irigasi, peta digital jaringan irigasi diperoleh dari Balai Besar Wilayah
Sungai (BBWS) Serayu-Opak, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kemudian menggunakan Google Earth,
koordinat gradien aliran awal jaringan irigasi diidentifikasi, mulai dari saluran masuk hingga saluran
utama.
Koordinat gradien aliran awal kemudian digunakan untuk fotografi udara mendetail menggunakan
drone DJI Phantom 4, sebuah UAV dengan keunggulan data resolusi tinggi. Keunggulan lain dari
UAV adalah dapat menghasilkan fotogrametri 3D dengan cast rendah, dan dapat menggunakan
kamera amatir sekalipun [12]. Rute penerbangan dan skala keluaran peta disiapkan dan dihitung;
rute penerbangan dikelola menggunakan model misi grid dalam perangkat lunak Pix4D Capture [13].
Sedangkan ketinggian terbang disesuaikan dengan skala peta untuk memperoleh informasi yang
akurat. Ketinggian terbang disesuaikan antara 50 m sampai 75 m untuk mendapatkan skala yang
dibutuhkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

S = F / (H2 – H1) (1)

Catatan: S = Skala, F = Panjang Fokus Kamera, H = Tinggi Terbang Di Atas Objek

2.3 Identifikasi potensi mikrohidro dari citra udara

Citra yang dihasilkan dari foto udara kemudian diolah menjadi Digital Elevation Model (DEM) resolusi
tinggi [14]. Data DEM mewakili topografi daerah penelitian,
dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi potensi gradien topografi in-stream, yang dapat dilihat
dengan mengukur perbedaan antara permukaan aliran atas dan permukaan aliran bawah atau
Perbedaan ketinggian (H):

H = H2 – H1 (2)

Catatan: H2 = Ketinggian Air Atas, H1 = Ketinggian Air Bawah

Potensi daya yang dibangkitkan dapat diukur dengan Beda Tinggi (H) dan debit aliran (Q) pada
saluran primer menggunakan rumus sebagai berikut:

P=_ × ×T×Q×g (3)

Catatan: P = Daya, = berat jenis, g = gravitasi, H = Beda tinggi, Q = Laju aliran,


= rasio efisiensi

3
Machine Translated by Google

Web Konferensi E3S 190,00024 (2020) https://doi.org/10.1051/e3sconf/202019000024


ICoRER 2019

3 Hasil dan pembahasan

Hasil identifikasi menunjukkan enam titik gradien aliran yang berpotensi sebagai pembangkit
listrik tenaga mikrohidro. Lokasi dipilih sesuai dengan peta kontur pada keenam lokasi tersebut,
sedangkan perbedaan ketinggian antara 3 m sampai 8 m. Perhitungan daya yang dibangkitkan
menggunakan debit 5000 L s-1 dari potensi yang ada sebesar 7000 L-1s, dan tujuannya adalah untuk
menjaga agar fungsi saluran yang ada tetap terjaga dengan baik (Tabel 1).

Tabel 2. Lokasi titik potensial energi mikrohidro


Tinggi Daya (P)
laju aliran
Sungai kecil Koordinat Perbedaan
gradien (Q)
(ÿH)
x DAN m3 s-1 M kW
1 418436 9150938 5 7.5 313
2 416440 9148598 5 5 208
3 415428 9148920 5 3 125
4 414409 9148102 5 8 334
5 412905 9147702 5 7 292
6 413000 9144999 5 3.5 146

Jumlah P (kW) 1 418

Data yang diolah berupa Digital Elevation Model (DEM) dan garis kontur. Data DEM dibuat
secara otomatis melalui interpolasi nilai piksel menggunakan software Agisoft Photoscan.
Sebagai contoh, pada poin 6, hasil pengukuran menunjukkan perbedaan ketinggian 3,5 m. Nilai
tersebut diperoleh dari data kontur yang diturunkan dari DEM dengan interval kontur setinggi
0,5 m. Besarnya potensi daya listrik yang dapat dibangkitkan oleh pembangkit listrik tenaga
mikrohidro dapat dilihat pada Tabel 1. Pengukuran beda ketinggian dilakukan untuk perencanaan
dan prediksi potensi energi yang dapat dibangkitkan, serta penting dalam menentukan jenis
turbin [15].
Potensi daya tertinggi terletak pada titik gradien aliran 4 dengan daya teoritis 334 kW.
Gradien aliran 1 dan 6 masing-masing setinggi 313 kW dan 146 kW. Titik 4 dan 5 saling
berdekatan dengan jarak penstock 150 m, yang berpotensi dimanfaatkan sebagai pembangkit
listrik Cascade dengan total daya teoritis 626 kW dengan rekomendasi turbin Turbin Kaplan
Vertikal dapat dilihat pada Gambar 1.

4
Machine Translated by Google

Web Konferensi E3S 190,00024 (2020) https://doi.org/10.1051/e3sconf/202019000024


ICoRER 2019

Gambar 1. Potensi Energi Mikrohidro

Gambar 2. Potensi Cascade nomor 4 dan 5

5
Machine Translated by Google

Web Konferensi E3S 190,00024 (2020) https://doi.org/10.1051/e3sconf/202019000024


ICoRER 2019

Gambar 3. Potensi bilangan 6

4. Kesimpulan

UAV dapat digunakan untuk identifikasi potensi ketinggian dan dapat mengurangi risiko
surveyor pengukuran di lapangan, terutama ketika saluran memiliki laju aliran yang tinggi dan
arus yang kuat. Berdasarkan identifikasi saluran irigasi Kalibawang, diperkirakan saluran
tersebut memiliki potensi total hingga 1.418 kW. Di antara enam titik tersebut, dua titik dapat
dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik kaskade dengan total daya teoritis 626 kW.
Direkomendasikan juga untuk menggunakan turbin Kaplan dengan pipa penstock 150 m.

The authors thank to Sebelas Maret University (UNS), Universitas Gadjah Mada (UGM), Komunitas Mikrohidro
Terpadu (KMT), Jasa Tirta Energi (JTE) BUMN for the support and cooperation for this research.

Referensi
1. Institut Energi Pertamina. Pertamina Energy Outlook 2018, [Online] Dari www.pertamina.com
(2018). [Diakses pada 30 Desember 2018]
2. Pusat Pengkajian Industri Proses dan Energi, dan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi, Indonesia Energy Outlook 2018: Sustainable Energy for Land Transportation,
[Online] dari www.bppt.go.id (2018).
[Diakses pada 16 Desember 2018]
3. Setkab. Peraturan Presiden RI, Nomor 22 Tahun 2017 Tentang Rencana Umum Energi
Nasional [Republic of Indonesia Presidential Regulation Number 22 of 2017 concerning
the National Energy General Plan]. [in Bahasa indonesia]. [Online] from https://
sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/175146/Perpres%2022%20Tahun%202017.pdf
[Diakses pada 16 Desember 2018].

6
Machine Translated by Google

Web Konferensi E3S 190,00024 (2020) https://doi.org/10.1051/e3sconf/202019000024


ICoRER 2019

4. SP Adhau, RM Moharil, PG Adhau, Ulasan Energi Terbarukan dan Berkelanjutan, 16:4785–


4795 (2012). https://www.doi.org/10.1016/j.rser.2012.03.066
5. TH Bakken, H. Sundt, A. Ruud, dan A. Harby, Energi Procedia, 20: 185–199 (2012).
https://www.doi.org/10.1016/j.egypro.2012.03.019
6. EV Sperling, Energi Procedia, 18: 110–118 (2012).
https://www.doi.org/10.1016/j.egypro.2012.05.023
7. J. Hanafi, A. Riman, Prosiding CIRP, 29: 444–449 (2015)
https://www.doi.org/10.1016/j.procir.2015.02.160
8. B. Atilgan, A. Azapagic, Kebijakan Energi, 93:168–186 (2016).
https://www.doi.org/10.1016/j.enpol.2016.02.055
9. A. Kadier, MS Kalil, M. Pudukudy, HA Hasan, A. Mohamed, AA Hamid, Ulasan Energi
Terbarukan dan Berkelanjutan, 81:2797–2805(2018)
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1364032117310249
10. B. Pranoto, S.N. Aini, H. Soekarno, A. Zukhrufiyati, H.A. Rasyid, S. Lestari, Jurnal
Irigasi, 12 (2):77–86(2017). [in Bahasa Indonesia].
https://www.doi.org/10.31028/ji.v12.i2.77-86
11. Kemenkumham. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia No.14/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Status Daerah Irigasi
[Regulation of the Minister of Public Works and Housing of the Republic of Indonesia
No.14 / PRT / M / 2015 concerning Criteria and Determination of Irrigation Area Status].
(in Bahasa Indonesia)
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn638-2015.pdf
12. F. Nex, F. Remondino, Geomatika Terapan, 6:1–15 (2014).
https://www.doi.org/10.1007/s12518-013-0120-x
13. E. Akturk, AO Altunel, Pengukuran, 136:382–386(2019). https://
www.doi.org/10.1016/j.measurement.2018.12.101
14. SK Gupta, DP Shukla, Jurnal Masyarakat Penginderaan Jauh India, 46.903–
914 (2018). https://www.doi.org/10.1007/s12524-017-0727-1
15. M. Alatas, S. Ediyono, D.E. Putra, Saintis, 9,2:203–210(2017). [in Bahasa Indonesia]
http://e-jurnal.unisda.ac.id/index.php/saintis/article/view/1678

Anda mungkin juga menyukai