PENGANTAR FILSAFAT
Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
Prodi Tadris Matematika dengan judul " Pengembangan Dan Penerapan Filsafat Ilmu ".
Disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah
makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan
jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................6
A. Pengembangan Teori dan Alternatif metodologinya................................................6
1. Pengertian Metodologi..........................................................................................6
2. Etika dalam Pengembangan Ilmu dan Teknologi.................................................6
3. Jalinan Fungsional Agama, Filsafat dan Ilmu......................................................8
4. Implikasi dan Implementasi Filsafat Ilmu dalam Pengembangan Sosial dan
Politik...........................................................................................................................9
5. Implikasi dan Implementasi Filsafat Ilmu dalam Pengembangan Sosiologi......10
BAB III PENUTUP..............................................................................................................12
A. KESIMPULAN...............................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara historis filsafat merupakan induk ilmu, dalam perkembangannya ilmu
makin terspesifikasi dan mandiri, namun mengingat banyaknya masalah kehidupan
yang tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat menjadi tumpuan untuk
menjawabnya. Filsafat memberi penjelasan atau jawaban substansial dan radikal
atas masalah tersebut. Sementara ilmu terus mengembangakan dirinya dalam batas-
batas wilayahnya, dengan tetap dikritisi secara radikal. Proses atau interaksi tersebut
pada dasarnya merupakan bidang kajian filsafat ilmu, oleh karena itu filsafat ilmu
dapat dipandang sebagai upaya menjembatani jurang pemisah antara filsafat dengan
ilmu, sehingga ilmu tidak menganggap rendah pada filsafat, dan filsafat tidak
memandang ilmu sebagai suatu pemahaman atas alam secara dangkal.
Pada dasarnya filsafat ilmu merupakan kajian filosofis terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan ilmu, dengan kata lain filsafat ilmu merupakan upaya pengkajian
dan pendalaman mengenai ilmu (ilmu pengetahuan/sains), baik itu ciri substansinya,
pemerolehannya, ataupun manfaat ilmu bagi kehidupan manusia. Pengkajian
tersebut tidak terlepas dari acuan pokok filsafat yang tercakup dalam bidang
ontologi, epistemologi, dan axiologi dengan berbagai pengembangan dan
pendalaman yang dilakukan oleh para akhli.
Salah satu ciri khas ilmu pengetahuan adalah sebagai suatu aktivitas, yaitu
sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh manusia. Ilmu menganut
pola tertentu dan tidak terjadi secara kebetulan. Ilmu tidak saja melibatkan aktivitas
tunggal, melainkan suatu rangkaian aktivitas, sehingga dengan demikian merupakan
suatu proses. Proses dalam rangkaian aktivitas ini bersifat intelektual, dan mengarah
pada tujuan-tujuan tertentu. Disamping ilmu sebagai suatu aktivitas, ilmu juga
sebagai suatu produk. Dalam hal ini ilmu dapat diartikan sebagai kumpulan
pengetahuan yang merupakan hasil berpikir manusia. Ke dua ciri dasar ilmu yaitu
ujud aktivitas manusia dan hasil aktivitas tersebut, merupakan sisi yang tidak
terpisahkan dari ciri ketiga yang dimiliki ilmu yaitu sebagai suatu metode. Metode
ilmiah merupakan suatu prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola
kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan baru atau
mengembangkan pengetahuan yang telah ada. Perkembangan ilmu sekarang ini
dilakukan dalam ujud eksperimen. Eksperimentasi ilmu kealaman mampu
iv
menjangkau objek potensi-potensi alam yang semula sulit diamati. manusia lewat
perantara nabi-nabi yang diutusnya).
B. Rumusan Masalah
1. Pengembangan Teori dan Alternatif metodologinya
2. Etika dalam Pengembangan Ilmu dan Teknologi
3. Jalinan Fungsional Agama, Filsafat dan Ilmu
4. Implikasi dan Implementasi Filsafat Ilmu dalam Pengembangan Sosial dan
Politik
5. Implikasi dan Implementasi Filsafat Ilmu dalam Pengembangan Sosiologi
v
BAB II
PEMBAHASAN
vi
Sebagai sebuah entitas pada dasarnya ilmu pengetahuan bersifat
independen (bebas dari nilai), tetapi di sisi lain sebagai instrumen (alat dan
proses) keberadaannya koheren, tergantung, dan diarahkan.
Etika memang bukan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, tetapi penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat memerlukan adanya dimensi etis sebagai alat kontrol bagi
pengembangan iptek agar tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-
norma yang ada dalam masyarakat. Dalam hal ini terjadi keharusan untuk
memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, menjaga keseimbangan
ekosistem, bertanggung jawan kepada kepentingan umum, kepentingan
generasi mendatang, dan bersifat universal. Adanya tanggung jawab etis tidak
dimksudkan untuk menghambat kemajuan ilmu pengetahuan, tetapi dengan
adanya tanggung jawab etis diharapkan mampu menjadi inspirasi dan motivasi
bagi manusia untuk mengembangkan teknologi yang nantinya akan mengangkat
kodrat dan martabat manusia.
Pada hakikatnya ilmu itu mempunyai nilai netral (nol), dengan
memahami bahwa ilmu itu netral maka ilmu pengetahuan bisa berkembang.
Sehingga tidak tercampuri dengan suatu hal yang dapat menjadikan ilmu atau
itu sendiri menjadi terhambat dalam perkembangannya. Sedangkan netral itu
sendiri ada berbagai pandangan yang pertama dalam pandangan Ontologi,
yakni masalah atau hakikat netral itu sendiri. Yang mempunyai ruang lingkup
tentang baik buruknya ilmu yang telah ada. Kemudian dalam pandangan secara
Epistimologi yaitu masalah bagaimana mendapatkan ilmu itu. Dan untuk
mendapatkannya apakah sesuai atau malah menyimpang dari metode ilmiah.
Sedangkan yang terakhir adalah netralisasi dalam pandangan Aksiologi.ini
menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu itu sendiri. Seperti suatu hal yang
sangat disesalkan oleh Albert Einsten, karena penemuannya tentang nuklir.
Ternyata manusia sebagai pengkonsumsi dari hasil temuan ilmu itu telah
menyimpang atau menyalahi aturan yang ada. Padahal Einsten meneliti nuklir
bukan karena dia ingin menggunakannya sebagai bom dan membunuh jutaan
manusia, tetapi sebaliknya yaitu untuk kemaslahatan manusia sendiri. Tetapi
manusia sendirilah sebagai pengguna yang telah salah menggunakan hasil
pikiran Einstein itu.
Dampak buruk perkembangan sains dan teknologi sering dijadikan
legitimasi bahwa ilmu pengetahuan atau sains tidak netral. Ada yang rancu di
sini. Antara sains dan dampak dari sains. Dampak dari sains (dan teknologi)
sudah melibatkan penggunanya (manusia) yang di luar lingkup kajian sains
vii
alami. Dalam hal ini, sistem nilai bukan berpengaruh pada sains, tetapi pada
perilaku manusia sebagai penggunanya. Karena keterbatasan ilmu manusia,
tidak semua dampak dapat diperkirakan. Ketika kini diketahui dampak
buruknya, tidaklah adil untuk melemparkan tuduhan bahwa ilmu pengetahuan
bersifat merusak. Menjadi jelas bahwa pada dasarnya nilai sains atau ilmu itu
netral. Maksud dari netral itu adalah ilmu tidak bernilai baik atau buruk tetapi
ilmu itu di antara keduanya. Sesuai manusia yang membawa ilmu itu.
Bagaimanakah menggunakannya? Untuk apa ilmu itu? Siapa yang memakai
ilmu itu? Semua pertanyaan itu salah satu bukti kenetralan ilmu. Karena posisi
ilmu pengetahuan yang netral, maka tugas para ilmuwan adalah membangun
sikap ilmiah yang berwawasan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi
dan perindustrian dalam batasan nilai-nilai etis, serta mendorong perilaku adil
dan membentuk moral tanggung jawab. Ilmu pengetahuan dan teknologi
dipertanggung jawabkan bukan untuk kepentingan manusia, namun juga untuk
kepentingan obyek alam sebagai sumber kehidupan.
viii
filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan
ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis Bacon
(The Liang Gie., 1999) menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the
great mother of the sciences).
Tinjauan filsafat ilmu mengenai sosial politik adalah sebagai berikut:
a. Dari Segi Ontologis, Dari pembahasan ontologisnya, semua manusia
sebagai mahluk individu pada dasarnya mempunyai Hak Asasi Manusia
(HAM) berupa: memperoleh pengetahuan, diakui status sosialnya, diakui
keberadaannya, dan berhak memperoleh kehidupan yang lebih baik.
Konsep HAM berlaku secara universal, bagi siapa saja dimana saja tanpa
terkecuali, mutlak dan bebas nilai. Tidak ada alasan apapun bagi
siapapun untuk menghalangi manusia memperoleh apa yang menjadi hak
dasarnya.
b. Dari Segi Epistemologis, Keterkaitan antara pendidikan dan politik
berimplikasi dalam hal filosofis maupun kebijakan. Filsafat pendidikan
di suatu negara sering kali merupakan refleksi prinsip ideologis yang
diadopsi oleh negara tersebut. Di Indonesia, filsafat pendidikan nasional
adalah pengejewantahan dari nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila
dan UUD 1945. Sedangkan dalam hal kebijakan, sangat sulit
memisahkan antara kebijakan-kebijakan pendidikan yang dibuat
pemerintah di suatu negara dengan persepsi dan kepercayaan politik
yang ada pada pemerintah tersebut.
c. Dari Segi Aksiologis, Adalah sulit memisahkan pendidikan, politik dan
peran keduanya yang saling terkait satu dengan yang lain karena
persoalan-persoalan kependidikan sulit dipahami dengan baik tanpa
melihat konteks politik dari persoalan tersebut. Begitu pula sebaliknya,
berbagai persoalan politik sulit dipahami tanpa melihat konteks
kependidikan dari persoalan tersebut. Sehingga diharapkan ilmuwan
pendidikan di negeri ini membutuhkan wawasan politik yang memadai
untuk dapat menjelaskan berbagai persoalan pendidikan yang ada.
Begitu pula para ilmuwan politik membutuhkan wawasan kependidikan
untuk dapat menjelaskan berbagai persoalan politik dengan baik kepada
masyarakat.
ix
penelitian semakin terasa manfaat dan kepentingannya. Sedangkan Berdasarkan
kamus besar bahasa Indonesia implementasi diartikan sebagai pelaksanaan atau
penerapan.
Menurut the liang gie (1999), filsafat ilmu adalah segenap pemikiran
reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut
landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan
manusia. Filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat
pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu
setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa
meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi
pijakan untuk mencari pengetahuan baru.
Secara umum terdapat tiga aspek pokok yang mendasari pengembangan
kurikulum tersebut, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan
sosiologis. Landasan filosofis berkaitan dengan pentingnya filsafat dalam
membina dan mengembangkan kurikulum pada suatu lembaga pendidikan.
Landasan filsafat ini menjadi landasan utama bagi landasan lainnya.
Landasan psikologis terutama berkaitan dengan teori belajardan
psikologi perkembangan. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal
bagaimana kurikulum itu di sampaikan dan bagaimana pula siswa harus
memperlajarinya. Psikologi belajar berkenaan dengan penentuan stategi
kurikulum. Sedangkan psikologi perkembangan di perlukan terutama dalam
menentukan isi kurikulum yang diberikan kepada siswa.
Landasan sosiologis dijadikan sebagai salah satu aspek yang harus
dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum kerena pendidikan selalu
mengandung nilai atau norma yang berlaku dalam masyarakat. Di samping itu
keberhasilan suatu pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan, kehidupan
masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budaya yang menjadi
dasar dan acuan bagi pendidikian atau kurikulum.
x
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
xi
DAFTAR PUSTAKA
http://daunilmumatematika.blogspot.com/2017/10/pengembangan-penerapan-ilmu-
filsafat.html?m=1
xii