OLEH
FAISAL AZIS MANURUKI
NIM B012 2110 39
Aliran Hukum Alam timbul karena kegagalan umat manusia dalam mencari
keadilan yang absolut. Menurut para penganut aliran ini, Hukum Alam bersifat
universal dan abadi, berlaku sepanjang masa dan berlaku bagi semua bangsa.
Hukum Alam dianggap lebih tinggi dari hukum yang sengaja dibentuk oleh manusia,
sehingga hukum yang berlaku di masyarakat tidak boleh bertentangan dengan
Hukum Alam.
Aliran Hukum Alam merupakan salah satu aliran dalam filsafat hukum. Aliran
ini telah berkembang sejak 2.500 tahun yang lalu. Aliran atau Mazhab Hukum Alam
merupakan aliran yang tertua dalam sejarah pemikiran manusia tentang hukum.
Aliran ini berpandangan bahwa selain hukum positif (hukum yang berlaku di
masyarakat) yang merupakan buatan manusia, masih ada hukum yang lain yaitu
hukum yang berasal dari Tuhan. Hukum adalah hukum yang berasal dari Tuhan.
Mazhab Hukum Alam menurut W Friedmann memiliki beberapa peran penting, yaitu:
1. Sebagai instrumen utama dalam mengubah hukum sipil kuno pada zaman
Romawi ke suatu sistem yang luas dan kosmopolitan.
2. Digunakan sebagai sasaran untuk menyelesaikan pertikaian antara pihak
gereja dan para kaisar di Jerman pada Abad Pertengahan.
3. Sebagai latar belakang pemikiran untuk mendukung berlakunya hukum
internasional dan menuntut kebebasan individu terhadap absolutisme.
4. Prinsip-prinsip hukum alam juga digunakan oleh para hakim Amerika Serikat
untuk menahan usaha-usaha legislatif untuk mengubah dan memperketat
kebebasan individu dengan cara menafsirkan konstitusi.
Menurut sumbernya Aliran Hukum Alam dibedakan menjadi dua macam, yaitu
Irasional dan Rasional. Aliran Hukum Alam Irasional berpendapat bahwa hukum
yang berlaku universal dan abadi itu secara langsung bersumber dari Tuhan,
sedangkan Aliran Hukum Alam Rasional berpendapat bahwa sumber dari hukum
yang universal dan abadi itu adalah rasio manusia.
1. Lex eterna yaitu hukum rasio Tuhan yang tidak dapat ditangkap oleh
pancaindera manusia.
2. Lex divina, adalah hukum rasio Tuhan yang dapat ditangkap oleh
pancaindera manusia.
3. Lex naturalis atau hukum alam, merupakan penjelmaan lex eterna ke dalam
rasio manusia.
4. Lex positivis, adalah penerapan lex naturalis dalam kehidupan manusia di
dunia
Jeremy Bentham
Ajaran Jeremy Bentham didasarkan pada aliran hedonistic utilitarianism.
Bentham berpendapat bahwa hukum bertugas untuk memelihara kebaikan dan
mencegah kejahatan. Pemidanaan harus bersifat spesifik untuk setiap kejahatan.
Seberapa kerasnya suatu pidana tidak boleh melebihi jumlah yang dibutuhkan untuk
mencegah dilakukannya penyerangan-penyerangan tertentu. Pemidanaan menurut
Bentham hanya bisa diterima apabila pemidanaan tersebut mampu mencegah
terjadinya kejahatan yang lebih besar.
Bentham menginginkan agar hukum dapat memberikan jaminan kebahagiaan
kepada individu, bukan langsung kepada masyarakat secara keseluruhan. Meskipun
demikian Bentham tetap mengakui bahwa kepentingan masyarakat juga harus
diperhatikan sehingga tidak terjadi bentrokan antara kepentingan individu yang satu
dengan kepentingan individu yang lain. Oleh karena itu kepentingan individu dalam
mengejar kebahagiaan yang sebesar-besarnya perlu dibatasi agar tidak terjadi apa
yang disebut homo homini lupus atau manusia menjadi serigala bagi manusia yang
lain.
4. MADZHAB SEJARAH
Mazhab Sejarah (Historische Rechtsschule) atau ada juga yang menyebutnya
Mazhab Sejarah dan Kebudayaan (Ciltuur Historich School) merupakan salah
satualiran hukum yang timbul sebagai reaksi terhadap tiga hal:
1. Rasionalisme abad ke-18 yang hanya mengandalkan jalan pikiran deduktif.
Jalan pemikiran pada masa itu didasarkan pada hukum alam, kekuatan akal
dan prinsip-prinsip dasar serta tidak memperhatikan fakta sejarah,
kekhususan dan kondisi nasional.
2. Semangat Revolusi Prancis yang menentang wewenang tradisi dengan misi
kosmopolitannya.
3. Pendapat yang berkembang pada masa itu dimana hakim dilarang untuk
menafsirkan hukum karena undang-undang dianggap dapat memecahkan
semua masalah hukum.
Pelopor Mazhab Sejarah adalah Friedrich Karl von Savigny yang kemudian
dikembangkan oleh Puchta dan Henry Summer Maine.
5. SOCIOLOICAL JURISPRUDENCE
Beberapa pakar hukum menamai aliran hukum ini sebagai Functional
Anthropological atau metode fungsional. Hal ini dilakukan untuk menghindari
kerancuan antara Sociological Jurisprudence dengan sosiologi hukum (the sociology
of law). Perbedaan utama antara Sosiologi Hukum dengan Sociological
Jurisprudence adalah Sosiologi Hukum menitikberatkan penyelidikannya kepada
masyarakat dan hukum sebagai suatu manifestasi, sedangkan Sociological
Jurisprudence menitikberatkan pada hukum dan memandang masyarakat dalam
hubungannya dengan hukum.
Aliran Sociological Jurisprudence memisahkan secara tegas antara hukum
positif dengan hukum yang hidup di masyarakat. Aliran ini menyatakan bahwa
hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di
masyarakat.Sociological Jurisprudence timbul sebagai proses dialektika antara
Positivisme Hukum yang memandang hukum sebagai perintah penguasa dan
Mazhab Sejarah yang menyatakan bahwa hukum timbul dan berkembang bersama
dengan masyarakat. Proses pembangunan hukum di Indonesia sangat dipengaruhi
oleh aliran hukum ini.
6. REALISME HUKUM
Aliran ini sering diidentikkan dengan Pragmatic Legal Realism yang
berkembang di Amerika Serikat. Realisme Hukum memandang bahwa hukum
adalah hasil dari kekuatan-kekuatan sosial dan alat kontrol sosial. Hukum dibentuk
dari kepribadian manusia, lingkungan sosial, keadaan ekonomi, kepentingan bisnis,
gagasan yang sedang berlaku dan emosi-emosi yang umum.
Ada beberapa ciri dari Aliran Realisme Hukum, antara lain:
1. Tidak ada mazhab realis. Realisme adalah gerakan dari pemikiran dan kerja
tentang hukum.
2. Realisme mengandung konsepsi tentang masyarakat yang berubah lebih
cepat daripada hukum.
3. Realisme menganggap adanya pemisahan sementara antara hukum yang
ada dan yang seharusnya ada.
4. Realisme tidak percaya pada ketentuan-ketentuan dan konsepsi-konsepsi
hukum, sepanjang ketentuan-ketentuan dan konsepsi hukum
menggambarkan apa yang sebenarnya dilakukan oleh pengadilan dan orang-
orang.
5. Realisme menekankan evolusi tiap bagian dari hukum dengan mengingatkan
akibatnya.