Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Barangkali, kebijakan pendidikan yang sudah dibuat dan ditetapkan tak


terhitung jumlahnya. Kemampuan untuk memformulasikan kebijakan pendidikan
juga tidak diragukan lagi. Namun bagaimana implementasinya, itu soal lain.
Terkait implementasi kebijakan pendidikan, banyak kasus menarik yang
mengindikasikan betapa tidak (mungkin belum) sinkron antara formulasi dan
implementasi.
Kasus mutakhir terjadi ketika kebijakan sertifikasi guru ditetapkan. Ada
belasan kebijakan pendidikan yang ditetapkan oleh kementerian pendidikan
menyangkut sertifikasi guru. Seperti diketahui, belasan kebijakan pendidikan
teknis itu merupakan kebijakan derivatif yang diturunkan dari UU No. 20/2003,
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 43 Ayat 2, dan Pasal 61); UU No.
14/2005, tentang Guru dan Dosen (Pasal 8-13); dan PP No. 74 tahun 2008,
tentang Guru. Sebetulnya, agenda kebijakan itu sangat bagus, yaitu secara
bertahap menjadikan profesi guru sebagai profesi yang profesional. Sertifikat
profesi yang diperoleh guru berimplikasi pada pemberian tunjangan profesi yang
besarannya sangat signifikan, yakni setara gaji guru. Namun di lapangan,
implementasi kebijakan sertifikasi guru karut marut. Indikasinya beragam, mulai
dari sinyalemen mengenai kepalsuan pengisian dokumen portofolio yang
terungkap di berbagai daerah, pelaksanaan PLPB yang tidak efektif dan efisien,
hingga kemudian diubah hanya dengan pendidikan profesi guru.
Contoh lain adalah kebijakan penerapan kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) tahun 2004, yang kemudian “disempurnakan” menjadi kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) tahun 2006. Inti kebijakan pendidikan itu adalah
“mendorong kemampuan guru untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum

1
2

dan proses pembelajaran guna meningkatkan kompetensi belajar peserta didik.”


Tapi kebijakan itu tidak pernah tercapai. Jangankan menyusun dan
mengembangkan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan, untuk menyusun
silabus pembelajaran saja para guru tidak terampil. Pada akhirnya tetap saja
berpulang pada kurikulum nasional yang disusun oleh para think-thank dan tidak
“membumi” sesuai disparitas potensi antardaerah.
Menurut Grindle (1984), implementasi kebijakan pendidikan sesungguhnya
bukanlah sekadar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-
keputusan politik ke dalam prosedur-prosedur rutin lewat saluran- saluran
birokrasi pendidikan, melainkan lebih dari itu. Implementasi kebijakan
pendidikan juga menyangkut masalah konflik kepentingan, keputusan, dan siapa
yang memperoleh apa dari kebijakan pendidikan tersebut. Lebih jauh Grindle
(1984), menjelaskan bahwa pengukuran implementasi dapat dilihat dari
prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan
yang telah ditentukan yaitu melihat pada aksi (action) program berbasis proyek
individual dan yang kedua apakah program tersebut tercapai. Pengukuran
implementasi kebijakan pendidikan menjadi sangat krusial oleh karena,
meminjam pandangan Udoji (1981), bahwa implementasi kebijakan pendidikan
adalah sesuatu yang penting bahkan jauh lebih penting dibandingkan
perumusannya. Kebijakan pendidikan hanya akan menjadi sekadar impian atau
rencana yang sempurna yang tersimpan rapi sebagai arsip apabila tidak dapat
diimplementasikan.
Proses implementasi kebijakan merupakan proses yang sangat menentukan
dan menegangkan. Proses ini menjadi penting disebabkan akhir dari semua
kebijakan yang sudah diambil selalu pada tahap implementasi. Karena sebaik
apapun rumusan kebijakan yang dibuat, jika tidak diimplementasikan, maka tidak
akan dapat dirasakan manfaatnya. Sebaliknya sesederhana apapun rumusan
3

kebijakan, jika sudah diimplementasikan, maka akan lebih bermanfaat, apapun


hasilnya.1

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian konsep dasar implementasi?


2. Apa saja fungsi implementasi kebijakan pendidikan?
3. Bagaimana pendekatan dalam implementasi kebijakan pendidikan?
4. Siapa aja aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan pendidikan?
5. Apa sajakah faktor-faktor yang berpengaruh dalam implementasi kebijakan
Pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep dasar implementasi
2. Menjelaskan Fungsi Implementasi Kebijakan Pendidikan
3. Menjelaskan pendekatan dalam implementasi kebijakan pendidikan
4. Mengetahui aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan pendidikan
5. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam implementasi kebijakan
pendidikan
D. Manfaat Penulisan
Manfaat pembuatan makalah ini agar dapat digunakan sebagai bahan
pembelajaran di bidang pendidikan maupun di bidang penelitian

1
H.M. Hasbullah, Kebijakan Pendidikan Dalam Perspektif Teori, Aplikasi, dan Kondisi
Objektif Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), hal. 91

Anda mungkin juga menyukai