Anda di halaman 1dari 5

PSIKOLOGI DAN MENCINTAI DIRI SENDIRI (Self Love)

MENURUT KALANGAN KHALAYAK

Oleh:
Syafa Athya Rita Syarbini
Fakultas Falsafah dan Peradaban Program Studi Psikologi
Universitas Paramadina

Jl. Gatot Subroto No. Kav. 97, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Indonesia

Email: athyasyafa@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan menganalisis pandangan kalangan khalayak mengenai psikologi dan
mencintai diri sendiri (Self Love). Adapun kalangan khalayak yang dimaksud penulis adalah
masyarakat umum yang bukan merupakan ahli dalam bidangnya. Sejauh manakah kalangan
khalayak memahami Psikologi, seberapa penting Psikologi menurut mereka. Serta hubungan
mencintai diri sendiri yang erat kaitannya dengan kesehatan mental seseorang. Psikologi berasal
dari bahasa Yunani yakni psychology yang merupakan gabungan dari kata psyche dan logos.
Psyche yang berarti Jiwa dan Logos yang berarti Ilmu. Psikologi dapat diartikan sebagai disiplin
ilmu mengenai kejiwaan. Psikologi mempelajari perilaku dan proses mental serta bagaimana
perilaku dan berbagai proses mental ini dipengaruhi oleh kondisi fisik. Mencintai Diri Sendiri
adalah salah satu tanda bahwa individu memiliki kesehatan mental yang baik. Mencintai Diri
Sendiri menggambarkan sejauh mana individu memiliki pemahaman mengenai Psikologi. Sudah
banyak teori mengenai mencintai diri sendiri dari berbagai media, baik media cetak maupun
elektronik. Seiring dengan perkembangan teknologi kini siapapun dapat dengan mudah
mengakses berbagai informasi. Dengan demikian penulis tertarik untuk melakukan penelitian
melalui metode deskriptif kualitatif dengan membuat kuesioner kepada partisipan via google
form. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kalangan khalayak sedikit banyak memahami
mengenai Psikologi dan mencintai diri sendiri, bahwa menurut partisipan Psikologi adalah ilmu
yang mempelajari cara bagaimana membaca karakter manusia. Kemudian mengenai mencintai
diri sendiri, menurut mereka mencintai diri sendiri adalah bersyukur atas kehidupan, bersyukur
atas diri sendiri yang merupakan anugerah. Menurut mereka psikologi dan mencintai diri sendiri
penting dalam aspek kehidupan. Adapun sumber pengetahuan yang diperoleh kalangan khalayak
mengenai psikologi dan mencintai diri sendiri adalah melalui rekan atau sanak saudara.
Mengingat perkembangan teknologi saat ini dimana sumber pengetahuan yang disajikan dalam
berbagai media. Minimnya Literasi partisipan mengenai psikologi dan mencintai diri sendiri
menjadi pembahasan dalam penulisan paper ini.

Kata kunci: Psikologi, mencintai diri sendiri, Self Love, kalangan khalayak

1. Pendahuluan

Dewasa ini, kata Psikologi semakin familiar di telinga kita. Psikologi kemudian
diartikan dalam berbagai definisi. Ada yang berpendapat bahwa Psikologi adalah ilmu jiwa dan
ada pula yang berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu tentang perilaku. Ilmu ini tidak jarang
dipadankan dengan ilmu dukun, seperti memahami telepati, kemampuan untuk meramalkan
masa depan dan kemampuan memahami masa lalu seseorang. Psikologi biasanya juga tidak
hanya diperuntukkan bagi manusia, namun kita juga sering mendengar Psikologi untuk makhluk
hidup lainnya misalnya hewan dan tumbuh-tumbuhan juga memiliki “jiwa” atau setidaknya
bertingkah laku.

1
Dalam kamus Oxford, kita dapat melihat bahwa istilah psyche mempunyai banyak arti
dalam bahasa Inggris yakni soul, mind, spirit. Dalam bahasa Indonesia ketiga kata bahasa
Inggris itu dapat dicakup dalam satu kata yakni “jiwa”. Di Indonesia Psikologi diartikan sebagai
ilmu jiwa. Dalam bahasa lain juga ditemukan arti yang sama misal bahasa Arab Ilmun-Nafsih,
bahasa Belanda zielkunde, dan bahasa Jerman seelekunde, yang kesemuanya itu memiliki arti
sama yakni ilmu jiwa. Dalam bahasa Arab kita dapat menemukan kata jiwa ini dipadankan
dengan kata ruh dan rih yang masing-masing berarti jiwa atau nyawa dan angin. Dengan
demikian bisa jadi adanya hubungan antara apa yang bernyawa dengan apa yang bernafas
(angin), sehingga dapat pula dipahami bahwa psikologi itu ilmu tentang sesuatu yang bernyawa.
Pada masa psikologi masih merupakan sesuatu yang dipikirkan oleh para filsuf, definisi
psikologi sebagai ilmu jiwa belum menimbulkan banyak perdebatan. Tuntutan ilmu pengetahuan
adalah bahwa hal-hal yang dipelajari dalam ilmu itu harus dapat dibuktikan dengan nyata dan
dapat dipertanggungjawabkan, padahal untuk membuktikan adanya jiwa sebagai sesuatu yang
nyata adalah tidak mungkin,apalagi untuk mengukur atau menghitung dengan alat-alat objektif.
Psikologi sebagai ilmu pengetahuan harus memiliki sifat-sifat yang dimiliki oleh ilmu
pengetahuan pada umumnya. Oleh karena itu, psikologi mempunyai; (a) Objek tertentu, (b)
Metode penyelidikan tertentu, (c) Sistematik yang teratur sebagai hasil pendekatan terhadap
objeknya.
Psikologi menurut para ahli; Wilhelm Wundt berpendapat bahwa Psikologi merupakan
ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman-pengalam yang timbul dalam diri manusia,
seperti perasaan, panca indera, pikiran, dan kehendak. John Broadus Watson berpendapat bahwa
psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku tampak (lahiriah) dengan
menggunakan metode observasi yang objektif terhadap rangsang dan jawaban (respon). Plato
dan Aristoteles berpendapat bahwa Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir. Hilgert berpendapat bahwa Psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang tingkah laku manusia dan hewan.
Berbicara mengenai jiwa, terlebih dahulu kita harus dapat membedakan antara nyawa
dan jiwa. Nyawa adalah daya jasmaniah yang adanya bergantung pada hidup jasmani dan
menimbulkan perbuatan badaniah (organic behavior), yaitu perbuatan yang ditimbulkan oleh
proses belajar. Misalnya; insting, refleks, nafsu, dan sebagainya. Jika jasmani mati, maka mati
pula lah nyawanya. Sedangkan jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak yang
menjadi pengatur dan penggerak bagi sekalian perbuatan-perbuatan pribadi (personal behavior)
dari hewan tingkat tinggi dan manusia (Ahmadi, 1991).
Pemahaman seseorang mengenai psikologi tentu mempengaruhi perilaku seseorang
dalam membentuk kesehatan mental. Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.
Dengan sehatnya mental seseorang maka kehidupan aspek yang lain dalam dirinya akan bekerja
secara lebih maksimal. Menurut WHO, kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan
yang disadari individu yang didalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola
stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, dan berperan
serta dalam komunitasnya. Salah satu penerapan untuk membentuk kesehatan mental adalah
dengan mencintai diri sendiri.
Mencintai diri sendiri adalah kondisi ketika kita dapat menghargai diri sendiri dengan
cara mengapresiasi diri saat kita mampu mengambil keputusan dalam perkembangan spiritual,
fisik, dan juga psikologis (Khoshaba 2012). Mencintai diri sendiri adalah ketika kita menerima
siapa diri kita, bagaimana diri kita. Orang yang tidak memiliki self love cenderung akan
menghukum dirinya sendiri terus-menerus dengan komentar negatif hingga menggerus harga diri
dan membuatnya sulit untuk berkembang setiap harinya. Kemampuan dalam melakukan self
love akan berbanding lurus dengan kemampuan menerima cinta dari orang lain, karena orang
yang tidak memiliki self love akan sulit menjalin hubungan dengan pasangan, diakibatkan
pikiran negatif yang ada dalam dirinya yang berkata ia tidak yakin apakah ia pantas dicintai.
Mereka yang tidak memiliki self love akan terus merasa tidak aman (insecure). Akibat yang
ditimbulkan dari perasaan tidak aman ini adalah mereka akan lari dari masalah lalu jatuh
tenggelam dalam lautan kesedihan yang tak berujung dan mereka akan cenderung tidak memiliki
keseimbangan emosi yang mengakibatkan seringnya memiliki konflik dengan orang lain.

2
4 Langkah menuju self love; a).self awareness yakni kesadaran diri. kita harus dapat
mengenali dan memahami karakter diri, apa yang menjadi kekuatan serta kelemahan, kemudian
b). Self Worth yakni harga diri, self worth akan hadir ketika seseorang sudah mengenal dirinya
sendiri dan sadar bahwa dia tidak perlu mengikuti standar penilaian orang lain, lalu ada c). Self
Esteem yakni kepercayaan diri, self esteem menurut Santrock (2007) adalah hasil evaluasi kita
terhadap diri sendiri, hal ini termasuk dalam penilaian kita terhadap sesuatu yang kita kuasai dan
sesuatu yang tidak kita kuasai. Percaya diri muncul disaat kita berani mencoba kemudian yang
terakhir adalah d). Self Care yakni perawatan diri. Menurut Orem (2001) adalah kegiatan untuk
menyeimbangkan hidup dengan memenuhi kebutuhan dalam mempertahankan kehidupan,
kesehatan, dan kesejahteraan hidup yang dilakukan individu itu sendiri.
Allah berfirman dalam Q.S Al-Isra’: 7 yang artinya: “ Jika kalian berbuat baik, maka
berarti kalian berbuat baik untuk diri sendiri, dan jika kalian berbuat jahat, maka untuk diri
kalian sendiri (juga)”. Surah ini mengajarkan betapa pentingnya berbuat baik kepada orang lain,
karena kebaikan itu kembali pada diri kita lagi, yang artinya berbuat baik pada orang lain adalah
termasuk self love. Menjadi pertanyaan penting, ketika kita dikenal oleh masyarakat tidak sesuai
dengan “brand” yang ingin ditampilkan. Pasti ada hal yang salah dalam hal mencapainya. Maka
visi misi yang jelas sangat diperlukan dalam membangun personal branding. Personal branding
yang baik akan menjadikan diri kita lebih mencintai diri sendiri. Karena penghargaan diri sudah
diakui oleh masyarakat. Namun dalam membentuk karakter diri inilah yang membutuhkan
kesadaran penuh.
Hidup tidak hanya tentang Hablum Minallah tetapi juga ada Hablum Minannas. Jika
ingin dikenal baik oleh masyarakat bukankah harus menampilkan kebaikan, seiring berjalan
dalam membentuk self love, lakukanlah kebaikan untuk orang lain. Agar diri diakui oleh
masyarakat, sehingga menambah cinta kita terhadap diri sendiri. Membentuk personal branding
artinya membentuk karakter diri pada masyarakat. Personal Branding dalam self love digunakan
untuk wadah evaluasi diri. Evaluasi kesesuaian antara keinginan diri dengan yang ditampilkan
dalam masyarakat.

2. Permasalahan

Minim literasi adalah kurangnya kemampuan seseorang dalam memahami,


menginterpretasikan makna melalui teks. Menurut Iriantara (2009:5) menjelaskan bahwa kini
literasi bukan hanya berhubungan dengan kemampuan membaca dan menulis teks saja. karena
kini”teks” diperluas maknanya sehingga mencakup juga “teks” dalam bentuk visual, audiovisual
dan dimensi-dimensi komputerisasi, sehingga di dalam “teks” tersebut secara bersama-sama
muncul unsur-unsur kognitif, afektif, dan intuitif. Dalam era teknologi seperti sekarang ini,
konteks tradisi intelektual suatu masyarakat bisa dikatakan berbudaya literasi ketika masyarakat
tersebut sudah memanfaatkan informasi yang mereka dapat untuk melakukan komunikasi sosial
dan Ilmu pengetahuan. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa literasi
merupakan suatu tahap sosial yaitu kemampuan individu untuk membaca, menginterpretasikan,
dan menganalisis informasi dan pengetahuan yang mereka dapat untuk melahirkan kesejahteraan
hidup (peradaban unggul). Minimnya literasi terhadap psikologi dan mencintai diri sendiri
menjadi faktor yang berpengaruh terhadap implementasinya.

3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan penjelasan permasalahan tersebut di atas, maka pertanyaan dalam penelitian


ini adalah Sejauh manakah kalangan khalayak memahami Psikologi, seberapa penting Psikologi
menurut mereka. Serta hubungan mencintai diri sendiri yang erat kaitannya dengan kesehatan
mental seseorang

4. Tujuan Penelitian

3
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh manakah masyarakat khalayak
memahami psikologi, seberapa penting psikologi menurut mereka. Serta hubungan mencintai
diri sendiri yang erat kaitannya dengan kesehatan mental seseorang.

5. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2016:9) metode deskriptif kualitatif bertujuan untuk
menggambarkan, melukiskan, menerangkan, menjelaskan, dan menjawab, secara lebih rinci
permasalahan yang akan diteliti dengan mempelajari semaksimal mungkin seseorang individu,
suatu kelompok, atau suatu kejadian. Data yang digunakan adalah data yang dikumpulkan
melalui studi pustaka dan mengajukan kuesioner via google form terhadap partisipan
(masyarakat khalayak). Partisipan tersebut diantaranya R.S (24) berprofesi sebagai cleaning
service disebuah Rumah Sakit, M (50) berprofesi sebagai juru masak disebuah rumah sakit, A
(32), A.I.T (22) lulusan SMK Perhotelan, I.A (32) Berprofesi sebagai pramusaji disebuah Rumah
Sakit, S.K.P (22) berprofesi sebagai mahasiswa keperawatan semester 5.

6. Hasil Penelitian

Dari hasil kuesioner diperoleh informasi berdasarkan pemahaman dan pengetahuan


partisipan bahwa psikologi merupakan ilmu dalam mempelajari karakter manusia untuk dapat
membaca karakter manusia. Psikologi dan profesinya dalam aspek kehidupan begitu penting.
Sedangkan implementasinya mengenai mencintai diri sendiri menurut mereka adalah ketika
mereka mensyukuri atas anugerah yang Tuhan berikan, bersyukur atas kehidupan. Implementasi
mencintai diri sendiri demi kesehatan mental sangat penting menurut mereka, kedua sumber
informasi tersebut mereka peroleh dari rekan ataupun sanak saudara. Bukan melalui media
digital.

7. Simpulan

Dari hasil penelitian sebagaimana diuraikan diatas maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
a. Minimnya literasi masyarakat khalayak terhadap psikologi dan implementasi mencintai
diri sendiri
b. Psikologi masih menjadi hal yang tabu bagi masyarakat khalayak
c. Pentingnya Psikologi dan profesi nya dalam aspek kehidupan
d. Mencintai diri sendiri (Self Love) penting untuk kesehatan mental

Penulis mengucapkan terima kasih kepada partisipan yang sudah membantu dalam
pengumpulan data sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.

Daftar Pustaka

Prawesti, F. S., & Dewi, D. K. (2016). Self Esteem dan Self Disclosure Pada Mahasiswa
Psikologi Pengguna Blackberry Messenger. Jurnal Psikologi Teori & Terapan, Vol 7 No
1 1-8 ISSN: 2087-1708.
King, V. (2018). Good How Self-Love is the Vibes key to unlocking Good Your Greatness life.
Hay House, Inc.
Adriati, I., Damajanti, I., & Gunawan, E. (2020). Self Love. Bandung: Program Studi Seni Rupa,
Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung.
Saleh, A. A. (2018). Pengantar Psikologi. Makassar: Aksara Timur.
Khoshaba, D. 2012. A Seven-Step Prescription For Self Love.
Orem, DE. 2001. Nursing Concept of Practice. The C.V. Mosby Company. St LouisSantrock,

4
John W. 2007. Remaja, Edisi Kesebelas. Jakarta (ID) : Erlangga.
Tavris, c., & Wade, c. (2011). psychology. New Jersey: Pearson.
Irmayani, C. R. (2021). The Power Of Self Love. Aceh: Guepedia.

Anda mungkin juga menyukai