Anda di halaman 1dari 48

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL)


DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UPL)

1.1 Garis Besar Rencana Kegiatan


Keberadaan suatu terminal merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan sektor transportasi,
selain akan menimbulkan dampak positif juga akan menimbulkan efek samping yang berpotensi sebagai dampak negatif
seperti masalah sosial, ekonomi dan terganggunya ekosistem. Dampak lain yang tidak dapat dikesampingkan adalah beban
pencemaran udara yang dikeluarkan ke atmosfir perkotaan. Dampak ini akan semakin terasa di daerah – daerah pusat
kegiatan yang ada, terutama di terminal itu sendiri.
Masalah sosial dan ekonomi muncul berupa akibat dari kecemburuan sosial akibat tidak di ikut sertakannya penduduk
sekitar sebagai tenaga kerja di kegiatan proyek dan benturan budaya antara tenaga kerja pendatang dengan masyarakat lokal.
Namun dampak negatif yang sangat spesifik dari kehadiran sebuah terminal adalah perubahan pola hidup dan sosial
kemasyarakatan yang mengarah pada peningkatan angka kriminalitas sehingga dapat menimbulkan keresahan masyarakat
sekitar terminal.
Sedangkan terganggunya ekosistem adalah akibat dari hilangnya habitat satwa karena pembukaan lahan, timbulnya
erosi karena perubahan tata guna lahan dan tercemarnya air sungai oleh limbah sirkulasi kendaraan bermotor yang masuk dan
keluar terminal. Penggunaan bahan bakar minyak secara intensif oleh kendaraan seperti diketahui akan mengeluarkan unsur –
unsur dan senyawa – senyawa pencemaran ke udara seperti pada total tersuspensi (debu), karbon monoksida, total
hydrocarbon, oksida – oksida nitrogen, oksida – oksida sulfur partikel timbal dan oksigen fotokimia.

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 1


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

Rencana kegiatan Dinas Perhubungan Kota Pontianak dalam menyiapkan terminal Batulayang dari type B ke Type A
yang melayani transportasi Dalam Kota, transportasi Antar Kota Dalam Propinsi yaitu Pontianak – Mempawah – Singkawang
- Sambas, Pontianak – Sei. Pinyuh – Sanggau – Sintang – Kapuas Hulu serta dalam jangka pendek melayani transportasi
antar Negara, akan di bangun di atas lahan seluas ± 4,2 ha yang terletak di Terminal Batulayang. Secara teknis dan ekonomis
lokasi tersebut sudah ada dan layak, namun secara ekologis perlu dikaji lebih jauh. Secara teroritis dan analogis, dampak yang
terjadi dari kegiatan ini tidak merupakan dampak penting (dalam hal ini dampak negatif terhadap lingkungan), namun
munculnya dampak – dampak pontensial terhadap komponen – komponen lingkungan harus tetap diupayakan
pengelolaannya. Tranportasi yang berwawasan lingkungan perlu mempertimbangkan implikasi dampak terhadap lingkungan
yang mungkin timbul, terutama pencemaran udara dan kebisingan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang AMDAL, pada penjelasan pasal 2 ayat (2) dinyatakan
bahwa ” bagi rencana usaha atau kegiatan yang tidak ada dampak penting dan atau secara teknologi sudah dapat dikelola
dampak pentingnya tidak termasuk ke dalam kategori AMDAL. Dalam menunjang pembangunan yang berwawasan
lingkungan tetap diharuskan melakukan upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan (UPL)
sesuai dengan yang ditentukan di dalam syarat – syarat perizinan menurut peraturan yang berlaku ”.
Adapun dasar hukum dalam pembuatan UKL dan UPL ini, berdasrkan :
1. Undang – Undang RI No 24 Tahun 1992, tentang Penataan Ruang
2. Undang – Undang RI No 23 Tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Peraturan Pemerintah RI No 27 Tahun 1999, tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 2


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

4. Peraturan Pemerintah RI No 25 Tahun 2000, tentanng Kewenangan Pemerintah dan Kewenagan Propinsi sebagai
Daerah Otonom
5. Peraturan Pemerintah RI No 43 Tahun 1993, tentang Prasarana dan Lalulintas Jalan
6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No 17/MENLH/2001, tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang
Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
7. Surat Keputusan Menteri Perhubungan No 31 Tahun 1995, tentang Terminal Transportasi Jalan

1.2 Uraian Rencana Kegiatan


Sesuai dengan RTRW Propinsi Kalimantan Barat ( Perda Propinsi Kalbar No. 1/1995) Jalan Pontianak – Sei. Pinyuh
ditetapkan sebagai jalan arteri primer yang menghubungkan Kota Pontianak dengan Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan
Barat serta Negara tetangga. Pada ruas tersebut akan dipersiapkan terminal tipe A yaitu terminal Batulayang Pontianak dan
juga akan tersedianya jalan lingkar luar kota (outer ring road) serta jembatan Kapuas III.
Berikut ini adalah data umum rencana kegiatan peningkatan terminal batulayang dari type B menjadi type A tersebut :
a. Nama Rencana Kegiatan : Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batu Layang dari type B ke Type A
b. Nama Pemilik Proyek : Dinas Perhubungan Kota Pontianak
c. Lokasi rencana Kegiatan :
- Kelurahan : Batulayang
- Kecamatan : Pontianak Utara
- Kota : Pontianak

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 3


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

d. Luas Lahan : ± 4,2 Hektar

Beberapa pertimbangan yang melatar belakangi pemilihan lokasi rencana kegiatan, antara lain :
1. Lokasi terminal batulayang sekarang ini terletak di jalan arteri dan jarak terminal Batulayang dengan terminal antar negara
Sei. Ambawang ± 60 km.
2. Kondisi sekarang, kawasan yang dimaksud sudah ada terminal sehingga memudahkan untuk memilih dan menguasai
lahan dengan resiko konflik yang minimal
3. Lokasi terminal yang terletak di perbatasan antara Kota Pontianak dan Kabupaten Pontianak dan cukup jauh dari pusat
kota akan lebih mudah untuk memisahkan antara transportasi regional dan transportasi lokal dan terminal tersebut
nantinya akan menjadi titik perpindahan moda kendaraan.
4. Terminal type A ini akan memberikan bangkitan perjalanan yang besar karena menjadi simpul mobilisasi penduduk,
sehingga menjadi sub pusat baru bagi pengembangan kota dan akan mempercepat perkembangan kota Pontianak menjadi
kota jasa dan perdagangan yang bertaraf internasional.

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 4


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

1.2.1 Rencana Kegiatan


a. Prakontruksi/Persiapan
TABEL 1.1
RENCANA KEGIATAN PADA TAHAPAN PERSIAPAN

No Jenis Kegiatan Jumlah dan Satuan Keterangan


1. Studi Kelayakan 1 exp Sudah dilakukan
2. Penentuan Tapak/ Batas Kegiatan 4,2 Ha Sudah dilakukan
3. Penguasaan lahan Dilakukan Kompensasi terhadap
50 Unit
- Ruko di terminal pemilik ruko
- Lahan Masyarakat 3500 M² Dilakukan Ganti Rugi

b. Kontruksi/Pembangunan Fisik
TABEL 1.2
RENCANA KEGIATAN PADA TAHAP KONSTUKSI

No Jenis Kegiatan Satuan Jenis dan Jumlah peralatan yang diperlukan Keterangan
1. Pembukaan Hektar Alat Tebas dsb -
2. Pengurugan Tanah ± 1,4 ha Buldozer (2 unit ) -
3. Pembangunan Fasilitas Utama dan ± 4,2 ha Backhoe dan Buldozer -
Fasilitas Penunjang Terminal
4. Pengerahan tenaga kerja ± 800 orang - -
Sumber : hasil analisa

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 5


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

c. Pasca Konstruksi/Operasional Terminal


TABEL 1.3
RENCANA KEGIATAN PADA TAHAP OPERASI

No Jenis Kegiatan Jumlah dan Satuan Keterangan


1. Sirkulasi Internal Kendaraan di dalam
1. Pribadi
2. Bis Antarnegara
3. Bis Antar kota
4. Taxi
5. Angkutan Kota/Angkot
2. Jasa Perdagangan dan Telekomunikasi Unit toko Kerjasama dengan pihak swasta
3. Jasa Bengkel 1 Unit workshop Kerja sama dengan pihak swasta
4. Jasa Keamanan Terminal 2 Unit pos Polisi -
5. SPBU 1 Unit Kerja sama dengan pihak swasta
6. Hotel 1 Unit Kerja sama dengan pihak swasta
7. Ruko/Rukan 2 Unit Kerja sama dengan pihak swasta
8. Mal / Pusat Perdagangan Grosir 1 Unit Kerja sama dengan pihak swasta
9. Fasilitas Utama dan Fasilitas Penunjang Terminal 1 Unit Di kelola oleh Dinas
Perhubungungan Kota Pontianak

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 6


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

1.2.2 Rencana Pemanfaatan Lahan yang Dimiliki dan Rencana Pemanfaatan Energi
TABEL 1.4
RENCANA PEMANFAATAN LAHAN

No Pemanfaatan Lahan Luas (m2)


1. Bangunan Hall Terminal 1.253,77 M²
2. Bangunan Utama 813,39 M²
3. Ruang Tunggu Keberangkatan 389,28 M²
4. Halte Keberangkatan 162 M²
5. Bangunan Penunjang Operasional Bus Terminal 209,42 M²
6. Halte/Parkir danKios Angkudes 951,63 M²
7. Bangunan Selasar Penghubung dan Area Parkir 1.579,60 M²
8. Bangunan Penunjang Pengelolaan Terminal 6.230,83 M²
9. Site Development

TABEL 1.5
RENCANA PEMANFAATAN ENERGI

No Penggunaan Energi Jenis Energi Sumber Kapasitas


1. Penerangan Terminal Listrik Genset 1 unit (450 KVA)
Sumber : hasil analisa

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 7


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

1.2.3 Perakiraan jenis limbah yang akan dihasilkan dan rencana penanganannya
TABEL 1.6
PRAKIRAAN JENIS LIMBAH YANG DIHASILKAN
Kegiatan yang
Rencana/tahap
No. menghasilkan Jenis limbah Jumlah/volume Rencana penanganan limbah
kegiatan
limbah/cemaran lain
1. Prakontruksi - - - -
2. Kontruksi - Pembukaan lahan - Gas Menyebar - Pembukaan lahan secara bertahap
- Debu seluas lahan sesuai dengan cuaca harian dan
- Bising yang dibuka menghindari penggunaan metode
-Pencemaran pembakaran
badan air
- Penggunaan alat – alat - Gas Menyebar 1. Pembukaan lahan secara
berat - Debu seluas lahan secara bertahap
- Bising yang dibuka 2. Perawatan alat – alat berat
sesuai jadwal
3. Pascakonstruksi - Sirkulasi kendaraan di - Gas Menyebar 1. Perawatan kendaraan sesuai jadwal
dalam dan di sekitar - Debu sepanjang jalan
terminal - Bising yang dilalui 2. Pengaturan/pembatasan waktu
tunggu kendaraan dalam terminal
- Kegiatan terminal - Limbah cair 210 m³/hari 1. Merencanakan system utilitas
dengan baik
- Limbah padat Limbah 1. Dibawa ke TPS terdekat
organik dan dengan menyiapkan manajemen
non organik pengelolaan sampah terminal yang
baik bekerja sama dengan pemda
setempat

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 8


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

1.3. Keadaan Lingkungan


1.3.1. Iklim
Kondisi iklim di lokasi studi di tetapkan mengacu pada data iklim yang tercatat pada stasiun meteorologi terdekat yaitu
stasiun Meteorologi dan Geofisika Supadio. Data iklim yang terkumpul adalah sebagai berikut :
1. Kecepatan angin rata – rata 4 sampai dengan 5 knot per jam.
2. Temperatur suhu udara rata – rata berkisar antara 26,1º C sampai dengan 27,4º C
3. Penyinaran matahari berkisar antara 34 % (Nilai terendah pada Bulan Januari) sampai 78 % (nilai tertinggi
pada bulan Juni).
4. Tekanan udara berkisar antara 1.009,3 milibar (nilai terendah terjadi pada bulan Januari) sampai dengan
1.010,5 mb (nilai tertinggi terjadi pada Bulan September).
5. Pengupan air rata – rata berkisar antara 3,2 mm/hari (nilai terendah, terjadi pada Bulan Januari) sampai
dengan 4,4 mm/hari (nilai tertinggi, terjadi pada Bulan Maret).
6. Lembab Nisbi berkisar antara 85 % (nilai terendah, terjadi pada Bulan Februari) sampai dengan 92 % (nilai
tertinggi, terjadi pada Bulan Januari).

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 9


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

1.3.2 Kualitas Udara


Pengukuran kualitas udara dilaksanakan pada beberapa titik pengamatan. Lokasi titik pengamatan tersebut antara lain
di Terminal Batu Layang. Secara rinci hasil pengukuran kualitas udara di beberapa titik pengamatan dapat di lihat pada tabel
berikut :
TABEL 1.7
KUALITAS UDARA LOKASI TERMINAL

Nilai Untuk Lokasi Baku Mutu


Parameter Udara Satuan Lingkungan
I II III
(*)
Karbon Monoksida (CO) µg/m³ 0,027 0,012 0,000 2270
Nitrogen Oksida (NOx) µg/m³ 0,012 0,007 0,000 93,5
Sulfur Dioksida (SOx) µg/m³ 0,110 0,050 0,025 261
Oksidan (O3) µg/m³ 0,000 0,001 0,000 210
Amonia (NH3) µg/m³ 0,020 0,003 0,005 1350
Hidrogen Sulfida (H2S) µg/m³ 0,001 0,003 0,000 45
Hidrocarbon (CH4) µg/m³ 0,002 0,002 0,002 167
Debu µg/m³ 2,510 6,000 3,240 261
Kebisingan dB(A) 48 - 52 51 - 54 50 – 52 62
Sumber : Hasil Analisa Laboraturium

Keterangan :
(*) Baku mutu menurut Lampiran V B SK. MENLH No. KEP-13/MENLH/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Bergerak
I : Di Tugu Khatulistiwa
II : Di Terminal Batu Layang
III : Di Jungkat

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 10


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa dari seluruh parameter kualitas udara yang diamati ternyata masih di bawah baku mutu yang
telah di tetapkan. Kondisi ini menunjukkan bahwa kualitas udara di daerah penelitian masih tergolong baik.

1.3.3 Kualitas Badan Air Penerima


Lokasi peningkatan terminal batu layang dari type B ke Type A secara hidrologis terletak di DAS Kapuas dengan jarak
terdekat ke badan sungai yang tidak lebih dari 1 km. Sungai Kapuas merupakan sungai yang airnya mengalir setiap tahun.
Mengamati anak sungai yag mengalir di sekitar lokasi kegiatan, anak sungai yang ada seluruhnya mengalir masuk ke Sungai
Kapuas.
Berikut ini adalah hasil pengamatan kualitas air yang di lakukan pada Sungai Kapuas.
TABEL 1.8.
KUALITAS AIR SUNGAI KAPUAS
Nilai Baku Mutu
No Parameter Satuan W1 W2 Lingkungan
FISIKA
1. Bau – Rasa Orglptc Normal Normal -
2. Warna PtCo 347 291 -
3. Daya Hantar Listrik Umhos/Cm 21,6 20,2 -
4. Salinitas O/oo 0,0 0,0 -
5. Residu Terlarut (TDS) Mg/l 94 86 1100
6. Suspensi Padatan (TSS) Mg/l 22 15 -
7. Kekeruhan NTU 29,65 33,20 -
KIMIA
1. pH Mg/l 7,14 7,08 6–9
2. Alkalinitas (CaCO3) Mg/l 222,3 210,4 -
3. Kesadahan (CaCO3) Mg/l 2,87 2,92 -
4. Oksigen Terlarut (DO) Mg/l 6,75 6,61 >6
5. BOD Mg/l 1,64 1,73 -

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 11


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

6. COD Mg/l 8,65 17,21 -


7. Bilangan Oksidasi (KmnO4) Mg/l 5,14 6,54 -
8. Ammonium (NH4) Mg/l 0,014 0.002 0,6
9. Nitrit (NO2) Mg/l 0,025 0,107 1,20
10. Nitrat (NO3) Mg/l 0,094 1,233 10,10
11. Silika (SiO2) Mg/l 3,845 3,071 -
12. Ortho-Posfat (PO4) Mg/l 0,022 0,084 -
13. Sulfat (SO4) Mg/l 6,322 5,678 400
14. Sulfida (H2S) Mg/l 0,001 0,001 0,12
15. Deterjen Mg/l 0,153 0,115 -
16. Minyak dan Lemak Mg/l 0,028 0,044 -
17. Potasium (K) Mg/l 3,781 3,573 -
18. Sodium (Na) Mg/l 51,15 48,32 -
19. Calsium (Ca) Mg/l 6,94 8,17 -
20. Magnesium (Mg) Mg/l 3,44 4,04 -
21. Besi (Fe) Mg/l 0,291 0,364 5,2
22. Mangan (Mn) Mg/l 0,128 0,160 0,51
23. Kadmium (Cd) Mg/l 0,002 < 0,001 0,015
24. Tembaga (Cu) Mg/l 0,011 0,013 1,10
25. Khromium (Cr) Mg/l 0,003 < 0,001 0,05
26. Seng (Zn) Mg/l 0,014 0,021 5
27. Timbal (Pb) Mg/l < 0,001 < 0,001 0,11
28. Minyak dan Lemak Mg/l 2,85 2,94 -
Sumber : Hasil Analisis Laboraturium

Catatan :
 W1 : Lokasi hulu sungai Kapuas sebelum memasuki lokasi proyek
 W2 : Lokasi hilir sungai Kapuas sebelum memasuki lokasi proyek
 Baku Mutu :
(*) Peruntukkan baku mutu mengacu kepada PP No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, Golongan B
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa secara umum kualitas air di Sungai Kapuas memenuhi kriteria air golongan B.

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 12


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

1.3.4 Geologi dan Struktur Tanah


 Batuan dasar sebagai lapisan tanah keras dalam berupa sedimen alluvial, umumnya di temui pada kedalaman 24 –
28 m di bawah muka tanah; daya dukungnya 15 kg/cm².
 Di atas lapisan batuan asal terdapat lapisan tahan liat/lempung atau campuran tanah lanau dan tanah lempung. Di
bawah kedalaman 10 m, lapisan tanah ini bersifat padat dan anorganis (daya dukungnya 0,67 kg/cm²). Lapisan
tanah ini pada kedalaman kurang dari 10 m, secara umum dapat bersifat gembur dan organis (daya dukungnya 0,54
kg/cm²). Lapisan tanah atas (top soil) berupa gambut, banyak di jumpai di hulu sungai/parit. Gambut tebal banyak
di jumpai di hulu parit/sungai yang berperan menambat air.
 Lokasi rencana terminal merupakan lokasi yang tidak terancam dari kemungkinan – kemungkinan gangguan
gempa bumi.

1.3.5 Flora dan Fauna


Berikut ini adalah jenis – jenis flora dan fauna yang ada di lokasi kegiatan berdasarkan survei lapangan yang telah di
lakukan :

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 13


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

a. Jenis – Jenis Biota Air


1. Plankton dan Benthos
Tabel 1.9
JENIS – JENIS PLANKTON DAN BENTHOS YANG DITEMUKAN
DI SUNGAI KAPUAS
W1 W2
No Genera Kelimpahan Kelimpahan
Kr Kr
(ind/l) (ind/l)
I. PHYTOPLANKTON
1. Oscillatoria 654 12,94 287 3,91
2. Lyngbya 75 1,46 140 1,94
3. Scenedesmus 75 1,46 140 1,94
4. Vaucheria 140 2,86 140 1,94
5. Hydrodiction 140 2,86 290 3,98
6. Oedogenium 140 2,86 - -
7. Maugeotia - - 215 2,9
8. Pediastrum - - 70 0,97
9. Spyrogyra - - 857 11,72
10. Synedra 212 4,2 2290 31,36
11. Cymbella 70 1,43 - -
12. Nitzschia 140 2,86 496 6,82
13. Navicula 140 2,86 70 0,97
14. Melloshira 290 5,76 - -
15. Cyclotella 143 2,85 - -
16. Coscinodiscus 70 1,43 - -
17. Coconeis - - 140 1,94

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 14


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

18. Closterium - - 287 3,91


19. Amphipora - - 140 1,94
20. Gyrosigma - - 140 1,94
21. Rhizosolenia 290 5,75 140 1,94
22. Trichocerca 70 1,43 70 0,97
II. ZOOPLANKTON
23. Diflugia 70 1,43 70 0,97
24. Notholca 140 2,83 215 2,95
25. Pelomyxa 290 5,76 215 2,95
26. Parafavella 496 9,95 - -
27. Plycocyclis 70 1,43 - -
28. Peridinum 1145 2,85 716 9,8
29. Dynophysis - - 70 0,97
30. Monostylla - - 70 0,97
31. Ceratium 140 2,86 - -

1. Indeks 2,6940 2,5310


Keanekaragaman
2. Indeks Dominansi 0,095 0,1362
Indeks Kesamaan = 65,58 %
Sumber : Hasil Analisis Laboraturim
Catatan :
 W1 : Lokasi hulu sungai Kapuas sebelum memasuki lokasi proyek
 W2 : Lokasi hilir sungai Kapuas sebelum memasuki lokasi proyek

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 15


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

2. Jenis – jenis Nekton yang terdapat di Sungai Kapuas (sekitar lokasi kegiatan)
TABEL 1.10
JENIS – JENIS NEKTON YANG DI TEMUKAN DI SUNGAI KAPUAS
No. Nama Lokal Nama Ilmiah
1. Ikan Pipih Notopterus sp
2. Seluang Batang Macrochirithys sp
3. Seluang Luciosoma sp
4. Jelawat Leptobarbus sp
5. Tapah Silurus sp
6. Lais Kryptopterus sp
7. Baung Patin Pangasius
8. Lele Clarias Belracus
9. Sampulayang Clupeiichithys sp
10. Bulan Labiobargus sp
11. Gabus Ophicephalus striatus
12. Subung Ostechillus sp
13. Sepat Tricogaster petroralis
14. Jangjulung Luciocephalus sp
Sumber : Data Pengamatan 2005
Jenis nekton yang banyak dijumpai di daerah lokasi kegiatan adalah sepat (Tricogaster petroralis), gabus (Ophicephalus striatus), lele (Clarias Belracus)

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 16


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

b. Jenis – jenis Vegetasi yang terdapat di daerah Lokasi Proyek


TABEL 1.11
JENIS – JENIS VEGETASI DI LOKASI PROYEK
No Nama Lokal Nama Ilmiah Status
1. Padi Oriza Satyva Tidak dilindungi
2. Jagung Zea mays Tidak dilindungi
3. Cabe Capsicum sp Tidak dilindungi
4. Singkong Manihot Utilasima Tidak dilindungi
5. Kelapa Cocos mucifera Tidak dilindungi
6. Karet Hevea sp Tidak dilindungi
7. Rambutan Nephelium lappaceum Tidak dilindungi
8. Pisang Musa sp Tidak dilindungi
9. Waru Albizia procera Tidak dilindungi
10. Alang - alang Imperata cylindrica Tidak dilindungi
11. Simpur Dilinia grandifola Tidak dilindungi
Sumber : Hasil Pengamatan

c. Jenis – jenis Hewan (Fauna)/Satwa Liar


Beberapa jenis satwa liar yang terdapat di lokasi kegiatan diantaranya adalah :
Reptilia : jenis reptilia yang ada antara lain : ular pyton dan biawak
Aves : jenis aves yang ada antara lain : burung punai, Hantu, Rangkong, gagak, layang, Pirik, Uncik dan Kelukuk.

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 17


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

1.3.6 Tata Guna Lahan


Berdasarkan survei yang dilakukan, maka tata guna lahan saat ini di sekitar kegiatan yaitu sudah ada terminal
seluas 2,8 ha dan lahan kosong seluas 1,4 ha.

1.3.7 Demografi
Lokasi pengembangan terminal batu layang dari type B ke type A termasuk dalam wilayah Keluarahan Batu
Layang Kecamatan Pontianak Utara. Kelurahan Batu Layang seluas 645 ha dengan kepadatan penduduk 1.915
jiwa/km².
Secara lengkap jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 18


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

TABEL 1.12
JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN

Jenis Kelamin
Kelompok Umur Jumlah
Laki – laki Perempuan
0–4 5.465 5.160 10.625
5–9 5.212 4.987 10.199
10 – 14 5.227 5.129 10.356
15 – 19 5.857 5.622 11.479
20 – 24 4.940 4.886 9.826
25 – 29 4.411 4.234 8.645
30 – 34 3.762 3.680 7.442
35 – 39 3.371 3.056 6.427
40 – 44 2.863 2.556 5.419
45 – 49 2.175 1.928 4.103
50 – 54 1.768 1.567 3.335
55 – 59 1.284 1.135 2.419
60 – 64 1.037 930 1.967
65 – 69 588 654 1.242
70 – 74 439 475 914
75 + 391 526 917
JUMLAH 48.790 46.529 95.319

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 19


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

Sumber : BPS Kota Pontianak, 2003

1.4. Dampak Lingkungan yang Mungkin Terjadi


1.4.1 Identifikasi Dampak
Berdasarkan kajian terhadap data primer maupun data sekunder yang diperoleh dari survey lapangan teridentifikasi
dampak yang mungkin timbul akibat kegiatan Peningkatan Terminal Batu Layang Pontianak dari type B ke Type A
yang direncanakan oleh Dinas Perhubungan Kota Pontianak. Dampak tersebut dapat dipilah berdasarkan tahap
kegiatannya yang terangkum dalam tahap pra konstruksi/tahap persiapan, tahap pembangunan fisik/konstruksi dan
tahap pasca konstruksi yaitu pengoperasian terminal. Dampak yang mungkin timbul berdasarkan tahap kegiatannya.

1.4.2. Dampak Yang Terjadi Pada Tahap Persiapan


Seperti telah diketahui pada tahap persiapan ini tercakup beberapa kegiatan yang terdiri atas kegiatan pengurusan
perijinan, penyusunan studi kelayakan, penginformasian kegiatan, pembebasan lahan dan pembuatan detail tata ruang.
Pada tahap ini, ternyata komponen lingkungan yang terkena dampak adalah komponen sosial ekonomi. Komponen
lingkungan lainnya seperti fisik – kimia, biologi tidak terkena dampak akibat kegiatan yang terangkum dalam tahap
persiapan.

1.4.3. Dampak Yang Terjadi Pada Tahap Konstruksi

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 20


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

Pada tahap konstruksi ini terbagi atas beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut antara lain adalah pembangunan fisik
terminal, pembangunan sarana dan prasarana terminal serta pembangunan jalan lingkungan terminal. Kegiatan tersebut
ternyata diperkirakan menimbulkan dampak terhadap semua komponen lingkungan.
Terhadap komponen fisik – kimia diperkirakan secara langsung akan berpengaruh terhadap kualitas udara, kualitas air
dan tanah. Dampak yang terjadi pada komponen fisik – kimia tersebut dapat menimbulkan dampak lanjutan pada
komponen biologi dan kesehatan masyarakat.
Dampak langsung yang terjadi pada komponen biologi meliputi perubahan vegetasi alam dan fauna. Perubahan ini
terjadi karena pembangunan terminal akan merubah areal yang semula berhutan atau semak belukar menjadi kawasan
terbangun.
Terhadap komponen kesehatan masyarakat diperkirakan akan menimbulkan dampak. Dampak tersebut berupa bahaya
pencemaran udara terutama akibat debu dan berkembangnya serangga penular penyakit. Demikian pula terhadap
komponen sosial ekonomi.

1.4.4. Dampak Yang Terjadi Pada Pasca Konstruksi


Rencana kegiatan pada tahap pasca konstruksi yang berpotensi menimbulkan dampak adalah pengoperasian terminal
itu sendiri. Kegiatan ini menimbulkan dampak terhadap komponen fisik-kimia, komponen sosial ekonomi dan budaya
serta terhadap kesehatan lingkungan dan masyarakat.
Dampak langsung terhadap komponen fisik – kimia adalah penurunan kualitas udara, kebisingan serta penurunan
kualitas air terutama air permukaan. Namun pencemaran udara dan kebisingan dianggap merupakan dampak fisik –

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 21


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

kimia yang paling berpengaruh, sebagai akibat dari aktifitas lalu lintas kendaraan bermotor baik yang ada di dalam
terminal maupun yang ada di luar terminal.
Dampak terhadap komponen sosial ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat merupakan dampak langsung.
Dampak tersebut berupa terjadinya mobilitas penduduk ke lokasi kegiatan, tingginya angka kriminalitas dan
peningkatan pendapatan penduduk. Sedang dampak tidak langsung yang diperkirakan akan terjadi merupakan dampak
lanjutan dari tahap konstruksi, diantaranya terbukanya peluang usaha di bidang jasa dan perdagangan, kenaikan tingkat
sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat serta peningkatan perekonomian kawasan atau daerah.
Dari pemaparan tersebut di atas, prakiraan dampak penting yang paling berpengaruh akibat kegiatan pembangunan
terminal antar negara yang direncanakan oleh Dinas Perhubungan Kota Pontianak meliputi :
 Penurunan kualitas udara
 Perubahan sosial ekonomi dan budaya, serta
 Penurunan kesehatan masyarakat dan lingkungan
Dampak – dampak tersebut perlu dikelola dan dipantau untuk menanggulangi dampak lingkungan yang timbul
sehingga pembangunan sektor transportasi berwawasan lingkungan yang dicita-citakan dapat tercapai.

1.4.5. Penurunan Kualitas Udara


Dampak yang terjadi pada kualitas udara dapat bersumber pada kegiatan pembangunan fisik terminal, dalam tahap
konstruksi, yang berupa kegiatan pembukaan lahan dan pengoperasian alat-alat berat. Kegiatan ini selain

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 22


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

menghasilkan debu juga getaran dan kebisingan. Namun pengaruh signifikan justru berasal dari kegiatan lalu lintas
kendaraan bermotor setelah terminal beroperasi nantinya.
Dampak dari turunnya kualitas udara akibat kendaraan bermotor dengan kehadiran terminal merupakan pengaruh
langsung yang dapat menyebabkan dampak lanjutan berupa terjadinya keresahan masyarakat sekitar terminal.
Pengaruh udara langsung terjadi karena proses pernafasan dan kontak seluruh anggota tubuh manusia dengan udara.
Pengaruh udara terhadap kesehatan manusia sangat ditentukan oleh komposisi kimia, biologis maupun fisis udara.
Pengaruh terhadap kesehatan akan tampak apabila kadar zat pengotor meningkat sedemikian rupa sehingga timbul
penyakit pada manusia.
Zat pencemar kimia yang paling banyak didapat adalah berupa karbon monoksida, oksida nitrogren, hidrokarbon, dan
partikulat. Selain itu konsentrasi karbon dioksida meningkat. Pengaruh zat kimia ini pertama-tama akan ditemukan
pada sistem pernapasan dan kulit serta selaput lendir, selanjutnya apabila zat pencemar dapat memasuki peredaran
darah, maka efek sistemik tak dapat dihindari. Zat pencemar fisik yang diperkirakan akan banyak didapat adalah
kebisingan. Sedangkan zat biologis yang akan banyak didapat adalah virus dan spora, bakteria, jamur dan cacing.

1.4.6. Perubahan Sosial Ekonomi dan Budaya


Pada tahap prakonstruksi diperkirakan dampak terhadap komponen ini terutama terhadap lingkungan masyarakat
disekitar kegiatannya adalah pembebasan lahan dan persepsi masyarakat baik positif maupun negatif terhadap rencana
kegiatan.

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 23


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

Dalam tahap kontruksi terdapat beberapa kegiatan yang diprakirakan akan berdampak terhadap komponen lingkungan
social ekonomi dan budaya. Jenis kegiatan yang diprakirakan akan berdampak antara lain : kegiatan mobilisasi tenaga
kerja, mobilisasi peralatan, persepsi masyarakat terhadap proyek.
Sedangkan dalam tahap pengoperasian terminal yang diprakirakan akan menimbulkan dampak diantaranya adalah
kesempatan kerja dan berusaha di sector perdagangan dan jasa dengan dampak turunan berupa tingkat pendapatan
masyarakat, serta sikap masyarakat terhadap kehadiran terminal, baik positif maupun negatif.

1.4.7. Penurunan Kesehatan Masyarakat Dan Lingkungan


Terdapat dua kegiatan besar yang mempunyai pengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat di sekitar terminal.
Kedua kegiatan tersebut adalah kegiatan lalu lintas di area terminal dan kegiatan pengelolaan terminal.
Kegiatan lalu lintas selain dapat menurunkan kualitas udara yang pada gilirannya dapat menurunkan tingkat kesehatan
masyarakat juga yang tidak kalah pentingnya adalah penyakit akibat terjadinya kecelakaan lalu lintas. Pengelolaan
terminal yang buruk juga diduga merupakan penyebab tingginya angka kejadian diare penyakit kulit dan demam
berdarah.
Manusia setiap detik, selama hidupnya akan membutuhkan udara. Secara rata-rata manusia tidak dapat
mempertahankan hidupnya tanpa udara lebih dari tiga menit. Karena udara berbentuk gas, ia terdapat dimana-mana ,
sebagai akibatnya manusia tidak pernah memikirkan dan memperhatikannya. Berdasarkan penelitian umumnya
penyakit yang dikonstraktir kebanyakan tergolong penyakit saluran pernafasan. Hal ini mudah dimengerti karena udara
memasuki tubuh melalui pernafasan. Sekalipun demikian, pencemaran udara dapat mengakibatkan penyakit pada

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 24


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

seluruh bagian badan, baik karena kontak langsung maupun tak langsung. Kerusakan pada jaringan paru–paru akan
mengakibatkan tekanan didalam paru-paru meningkat, dan jantung yang berfungsi sebagai pompa di dalam sistem
kardio-vaskuler harus bekerja lebih keras untuk mengatasi tekanan yang meninggi. Sebagai akibatnya, dapat terjadi
gagal jantung.
Selain itu sifat zat pencemar akan menentukan jaringan tubuh yang akan terkena penyakit, misalnya urat syaraf.
Kebanyakan penderita sebelum terjadi pencemaran udara memang telah menderita penyakit, baik paru-paru maupun
penyakit jantung. Jadi pencemaran udara memperberat keadaan penyakitnya, ataupun membuat saluran pernafasan
menjadi lebih peka terhadap penyebab penyakit yang telah ada.

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 25


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

TABEL 1.13
DAMPAK LINGKUNGAN YANG MUNGKIN TERJADI
Kegiatan Yang Berpotensi Komponen Lingkungan
No Tahap Kegiatan Jenis Dampak Tolak Ukur Dampak
Menimbulkan Dampak Yang Terkena Dampak
I. Tahap Pembebasan Lahan Masyarakat Pemilik Keresahan karena Ada tidaknya keresahan dengan
Prakonstruksi Lahan adanya ganti rugi cara kompensasi dan ganti rugi
yang tidak sesuai yang sesuai
II. Tahap Konstruksi 1. Pembukaan Lahan Habitat Satwa Liar Terganggunya Hilangnya jenis satwa tertentu
Habitat Satwa Liar
Tanah Lokasi Kegiatan Erosi dan Banjir EDP ( Hammer 1992 )
2. Penerimaan Tenaga Masyarakat Sekitar Peluang Kerja di - Jumlah masyarakat lokal yang
Kerja Lokasi Kegiatan Proyek bekerja di proyek
- Peningkatan Pendapatan
3. Penggunaan Alat – Udara dan Masyarakat Pencemaran Udara Debu dan Kebisingan
Alat Berat Sekitar Lokasi Kegiatan dan Keresahan
Masyarakat
III. Tahap Pasca Pengoperasian Terminal a. Udara Pencemaran Udara SOx, NOx, CO, Debu
Konstruksi
b. Masyarakat Sekitar Bising Kebisingan
Lokasi Kegiatan Keresahan karena Ada tidaknya keresahan
meningkatnya angka
kriminalitas
Peluang Kerja di Ada tidaknya peningkatan
Sektor Jasa dan pendapatan
Perdagangan
c. Masyarakat Sekitar Pencemaran Limbah Ada tidaknya angka peningkatan
Lokasi Kegiatan Padat/Persampahan penyakit menular
d. Badan Air Sungai Penurunan Kualitas PP No. 20/1990 mengenai

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 26


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

Badan Air peruntukan badan air golongan B


e. Lahan Sekitar Genangan dan Banjir Ada tidaknya peningkatan
Terminal frekuensi banjir tahunan, lima
tahunan
1.5. UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
1.5.1 Kualitas Udara
 Dampak Penting
Berdasarkan identifikasi dan prediksi dampak, terdapat beberapa komponen fisik-kimia yang terkena dampak
penting antara lain kualitas udara, kualitas air baik air permukaan maupun air tanah. Namun yang paling
berpengaruh adalah dampak terhadap kualitas udara.
Dampak dari turunnya kualitas udara akibat kendaraan bermotor dengan kehadiran terminal merupakan pengaruh
langsung yang dapat menyebabkan terganggunya kesehatan masyarakat sehingga pada gilirannya dapat
menyebabkan dampak lanjutan berupa terjadinya kesehatan masyarakat sekitar terminal.
Pengaruh udara langsung terjadi karena proses pernafasan dan kontak seluruh anggota tubuh manusia dengan
udara. Pengaruh udara terhadap kesehatan manusia sangat ditentukan oleh komposisi kimia, biologis maupun fisis
udara. Pengaruh terhadap kesehatan akan tampak apabila kadar zat pengotor meningkat sedemikian rupa sehingga
timbul penyakit pada manusia.
Zat pencemar kimia yang paling banyak didapat adalah berupa karbon monoxida, oxida sulfur, oxida nitrogen,
hidrokarbon, dan partikulat. Selain itu konsentrasi karbon diosida meningkat. Pengaruh zat kimia ini pertama –
tama akan ditemukan pada sistem pernafasan dan kulit serta selaput lendir, selanjutnya apabila zat pencemar dapat

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 27


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

memasuki peredaran darah, maka efek sistemik tak dapat dihindari. Zat pencemar fisik yang diperkirakan akan
banyak didapat adalah kebisingan. Sedangkan zat bilogis yang akan banyak didapat adalah virus dan spora:
bakteria, jamur dan cacing.
 Sumber Dampak Penting
Dampak yang terjadi pada kualitas udara terutama bersumber pada kegiatan pengoperasian terminal, dalam tahap
pasca konstruksi, tanpa mengesampingkan dampak akibat pembukaan lahan dan pengoperasian alat – alat berat
pada saat kontruksi. Kegiatan ini selain menghasilkan bising dan partikulat juga menghasilkan unsur dan senyawa
– senyawa pencemar ke udara, seperti berupa karbon monoxida, karbon dioksida, oxida sulfur, oxida nitrogen, dan
hidrokarbon yang berasal dari proses pembakaran bahan bakar minyak. Unsur fotooksidan (terutama ozon)
merupakan produk sekunder yang terbentuk di atmosfir dari reaksi fotolisis total hidrokarbon dengan nitrogen
dioksida.
Kendaraan bermotor yang menjadi alat transportasi, dalam konteks pencemaran udara dikelompokan sebagai
sumber bergerak. Dengan karakteristik yang demikian, penyebaran pencemar yang diemisikan dari sumber –
sumber kendaraan bermotor ini akan mempunyai suatu pola spesial yang meluas.

 Tolok Ukur Dampak


Tolak ukur dampak adalah baku mutu udara yang ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup No
13/MENLH/3/1995, tentang Baku Mutu Emisi Sumber Bergerak.

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 28


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

 Sasaran Pengelolaan Lingkungan


Berdasarkan prediksi diketahui bahwa kualitas udara di sekitar terminal yang akan dibangun akan menurun akibat
beban cemaran dari kegiatan terminal berupa sirkulasi kendaraan bermotor dari dan menuju terminal. Sasaran
pengelola lingkungan yang disusun ini adalah berupaya menekan jumlah unsur dan senyawa – senyawa pencemar
ke udara jangan sampai melewati ambang batas yang diperbolehkan.

 Pengelolaan Dampak Penting


Terdapat tiga aspek utama yang menentukan intensitas dampak pencemaran udara dan kebisingan sebagai dampak
penting terhadap lingkungan dalam kaitannya dengan peningkatan terminal, yaitu :
1. Aspek perencanaan terminal dan kawasan di sekitarnya
2. Aspek rekayasa transportasi meliputi pola aliran moda transportasi, sarana jalan, sistem lalu lintas dan faktor
lainnya.
3. Aspek teknik mesin dan sumber energi ( bahan bakar ) alat transportasi.

Dalam banyak hal masalah pencemaran udara di sekitar terminal akan banyak timbul karena sinergisme ketiga
pengaruh aspek tersebut. Perencanaan pola transportasi yang tidak memadai, baik dalam hal sarana maupun sistem
lalu lintasnya akan sangat menentukan intensitas pencemaran udara yang terjadi. Kepadatan lalu lintas yang
disertai dengan hambatan-hambatan (kemacetan), pola jalan berhenti yang sering, kecepatan aliran lalu lintas dan
seterusnya akan secara langsung berpengaruh terhadap besarnya emisi unsur-unsur pencemar yang dikeluarkan

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 29


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

oleh kecepatan aliran lalu lintas dan seterusnya akan secara langsung berpengaruh terhadap besarnya emisi unsur-
unsur pencemar yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor. Di lain pihak, jenis dan karakteristik perangkat mesin,
sistem pembakaran, jenis bahan baker merupakan faktor yang akan menentukan tingkat emisi pencemar yang
keluar dari setiap jenis kendaraan.
Upaya pengelolaan pencemaran udara di sekitar terminal karenanya mempunyai implikasi yang luas, mencakup
aspek perencanaan terminal dan kawasan di sekitarnya, sistem transportasi yang menyertainya, sarana dan alat
transportasi serta system bahan bakar yang digunakan.

 Pendekatan Teknis Operasional


Beberapa langkah konkret yang dapat dilakukan sebagai upaya pengelolaan dampak penting ditinjau dari teknis
operasional terminal antara lain :
1. Mengupayakan adanya keseimbangan prasarana transportasi terminal ( diluar dan di dalam terminal ) dengan
jumlah kendaraan yang ada.
2. Merencanakan pola lalu lintas terminal yang tidak memusat.
3. Mengupayakan pencegahan terjadinya kesamaan waktu aliran lalu lintas.
4. Mengupayakan jenis dan kualitas permukaan jalan yang tidak menghambat laju kendaraan.
5. Siklus dan pola mengemudi yang baik.
6. Jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor yang terpantau.
7. Faktor perawatan kendaraan yang memadai.

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 30


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

8. Jenis bahan bakar yang digunakan.

Pengelolaan pencemaran udara akibat kendaraan bermotor di sekitar terminal, pada dasarnya merupakan salah satu
bagian dalam pengendalian pencemaran udara akibat sistem dan sarana transportasi. Kendaraan bermotor yang
menuju dan ke luar terminal dalam hal ini merupakan salah satu sumber pencemar yang terkait dengan sistem dan
sarana transportasi.

 Pendekatan Kelembagaan
Dasar dalam penetapan kebijakan pengendalian pencemaran udara pada dasarnya mencakup banyak pertimbangan,
baik dalam aspek teknik dan teknologi pengendaliannya sendiri, maupun aspek ekonomi dan sosial yang akan
terkait dengan strategi pengendalian dan teknologi yang diterapkan.
Aspek kelembagaan dalam pelaksanaan strategi tersebut menjadi pertimbangan dasar lainnya, meliputi bentuk
kelembagaan, mekanisme dan pelaksanaan operasionalnya. Selain itu perlu dipertimbangkan bahwa masalah
pencemaran udara perkotaan merupakan masalah yang melibatkan berbagai sektor dalam kegiatan perkotaan yang
ada dalam penerapan dan pelaksanaan suatu strategi penanggulangan masalah pencemaran pencemaran udara, yaitu
bahwa suatu program penanggulangan yang terpadu dan komprehensif perlu dilakukan. Masalah pencemaran udara
dalam hal ini di lokasi sekitar terminal juga dapat dipandang masalah turunan akibat pelaksanaan kebijaksanaan
pengembangan kota yang ada, misalnya daerah permukiman penduduk yang justru semakin mendekati terminal.

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 31


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

Untuk menjamin keberhasilan pengelolaan lingkungan, Dinas Perhubungan Kota Pontianak selaku pemilik proyek
Peningkatan Terminal Batulayang Ke Type A merencanakan pengelolaan dengan melakukan pendekatan secara
kelembagaan. Pendekatan yang dilakukan adalah :
Bekerja sama dengan instansi pemerintah lainnya (Bapedalda Kalbar, Bapedalda Kota.Pontianak, Dinas Kesehatan
Kota. Pontianak) untuk bersama – sama melaksanakan pengelolaan lingkungan. Dalam hal ini Dinas Perhubungan
Kota Pontianak bertindak sebagai pelaksana dan instansi yang berwenang bertindak sebagai pengawas.
Berkenaan dengan upaya pengelolaan kualitas udara di lokasi dan sekitar terminal yang akan dibangun ada baiknya
kalau melihat rekomendasi yang diberikan oleh US EPA, 1976, yang dapat bermanfaat sebagai acuan dalam
mengambil kebijaksanaan pengelolaan.

 Pendekatan Kelembagaan
Dasar dalam penetapan kebijakan pengendalian pencemaran udara pada dasarnya mencakup banyak pertimbangan,
baik dalam aspek teknik dan teknologi pengendaliannya sendiri, maupun aspek ekonomi dan sosial yang akan
terkait dengan strategi pengendalian dan teknologi yang diterapkan.

 Lokasi Pengelolaan
Dampak kegiatan terminal yang direncanakan berakibat pada menurunnya kualitas udara di sekitar terminal.
Dengan demikian lokasi pengelolaan yang dilakukan lebih banyak di dalam terminal itu sendiri sedangkan untuk
lokasi di luar terminal adalah kawasan sekitar terminal yaitu di Kelurahan Batu Layang Pontianak dan Wajok.

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 32


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

TABEL 1.14
PERKIRAAN PENURUNAN EMISI DENGAN BEBERAPA KEBIJAKAN PENGENDALIAN

Waktu Pelaksanaan Pengendalian Emisi Perkiraan Reduksi


Emisi (%)

Inspeksi dan perawatan 4 – 15


Retrofit 10 – 60
Jangka pendek
Bahan Bakar < 15
( 2 – 5 ) tahun
Teknik Pengaturan aliran lalu < 20
lintas
Jangka menengah Jalan – jalan by pass <5
( 5 – 10 ) tahun Perbaikan kualitas jalan <5
Pembangunan/pengembangan
Jangka panjang <3
Perkotaan terencana/terkendali

 Kelembagaan/Institusi Pengelolaan Lingkungan


a. Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan
Dinas Perhubungan Kota Pontianak, dalam hal ini Kepala Terminal atau pejabat yang bertanggungjawab
mengelola terminal dibantu oleh bagian yang menangani masalah lingkungan.
b. Pengawasan Pengelolaan Lingkungan
- Bapedalda Kota Pontianak

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 33


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

- Bapedalda Kabupaten Pontianak

- Dinas Kesehatan Kabupaten Pontianak dan Dinas Kesehatan Kota Pontianak


1.5.2. SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA
A. Dampak Penting
Berdasarkan hasil studi analisis terhadap beberapa komponen social ekonomi dan budaya yang diidentifikasi, terhadap
beberapa komponen yang terkena dampak penting dan perlu dikelola, yaitu :

 Tahap Prakonstruksi
- Komponen persepsi masyarakat positif penting, terjadi sebagai dampak dari rencana pembangunan kawasan
dengan kehadiran terminal nantinya

 Tahap Konstruksi
- Komponen kesempatan kerja di proyek terkena dampak penting sebagai akibat adanya kegiatan – kegiatan pada
tahap ini seperti : kegiatan mobilisasi tenaga kerja, pembukaan lahan, pembuatan jalan dan bangunan terminal
- Komponen persepsi masyarakat positif penting, terjadi sebagai dampak dari kegiatan penyerapan tenaga kerja
setempat. Sedangkan sikap negatif terjadi sebagai dampak dari kegiatan konstruksi seperti mobilisasi alat – alat
berat, debu dan bising.

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 34


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

 Tahap Pengoperasian Terminal


- Dampak positif penting terhadap komponen kesempatan kerja dan berusaha di sektor perdagangan dan jasa
akibat dengan kehadiran terminal
- Persepsi/sikap masyarakat yang bersifat positif berupa kesempatan kerja dan berusaha di sektor perdagangan
dan jasa, kemudahan dalam hal transportasi dan pelayanan umum serta pembangunan di berbagai bidang.
Sedangkan sikap negatif terjadi sebagai dampak dari meningkatnya angka kriminalitas dan rusaknya tatanan
sosial serta adanya kekhawatiran atas pencemaran udara dan persampahan sebagai akibat dari pengoperasian
terminal.

B. Tolok Ukur Dampak


1. Kesempatan kerja di proyek di ukur berdasarkan banyaknya tenaga kerja setempat yang bekerja pada proyek
2. Kesempatan kerja dan berusaha terutama di sector perdagangan dan jasa di ukur berdasarkan banyaknya
masyarakat local yang terlibat pada sector tersebut setelah kehadiran terminal
3. Persepsi/sikap masyarakat diukur berdasarkan persentase responden yang memberikan penilaian positif atau
negatif

C. Sasaran UKL
1. Mengupayakan penyerapan tenaga kerja setempat dalam tahap kontruksi dan memberikan kesempatan seluas –
luasnya kepada masyarakat setempat untuk terlibat dalam sektor perdagangan dan jasa setelah kehadiran terminal

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 35


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

2. Meningkatkan persentase masyarakat yang memberikan persepsi/sikap masyarakat yang positif dan mengurangi
persepsi/sikap masyarakat yang negatif terhadap kegiatan proyek

D. Pengelolaan Lingkungan
 Pengelolaan Kesempatan Kerja
1. Memberikan prioritas penerimaan tenaga kerja dari penduduk setempat sesuai dengan kebutuhan dan kualifikasi
yang diperlukan proyek
2. Memberikan arahan – arahan kepada angkatan kerja pontensial di daerah setempat mengenai sektor – sektor
baru yang dapat dikerjakan setelah kehadiran terminal
3. Memberikan training, pelatihan – pelatihan yang dapat meningkatkan keterampilan dan keahlian penduduk
setempat serta bantuan modal sehingga memungkinkan penduduk lokal untuk terlibat dalam sektor perdagangan
dan jasa
4. Selalu memberikan informasi melalui pemerintah daerah setempat ( Kelurahan, kecamatan) apabila manajemen
terminal membutuhkan tenaga kerja yang sekiranya dapat dipenuhi oleh penduduk setempat.

 Pengelolahan Presepsi / Sikap Masyarakat


1. Memberikan penerangan tentang dampak positif terhadap rencana pembangunan terminal terutama bagi
pembangunan kawasan
2. Memberikan prioritas kesempatan kerja/berusaha kepada penduduk setempat

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 36


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

3. Bekerjasama dengan instansi terkait dan lembaga – lembaga kemasyaraklatan separti LPM, Karangtaruna dan
Pengurus Masjid dan sebagiannya untuk memberikan dukungan baik berupa bantuan materiil hingga bertindak
sebagai fasilitator terhadap kegiatan – kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya secara langsung oleh
masyarakat dan yang terpenting dapat menambah ketahanan akhlak masyarakat dalam menangkal bahaya
kerusakan prilaku masyarakat dengan kehadiran terminal
4. Bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat untuk memprioritaskan pembangunan fasilitas – fasilitas
sosial terutama bidang kesehatan dan keagamaan

E. Lokasi Pengelolaan
Untuk pengelalaan komponen kesempatan kerja dan berusaha maupun persepsi/sikap masyarakat, diprioritaskan di
Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak dan Kecamatan Siantan Kab. Pontianak tempat dimana terminal
dibangun

1.5.3. KESEHATAN MASYARAKAT LINGKUNGAN


A. Dampak Penting
Berdasarkan hasil studi analisis terhadap beberapa komponen yang diidentifikasi, terdapat beberapa komponen yang
terkena dampak penting dan perlu dikelola, yaitu :
1. Munculnya penyakit demam berdarah
2. Munculnya penyakit saluran pernafasan

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 37


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

3. Munculnya penyakit kulit


4. Munculnya kejadian diare

B. Sumber Dampak Penting


1. Munculnya penyakit demam berdarah karena sebelumnya telah ada bibit penyakit tersebut (agent), tersedianya
nyamuk (host) dan lingkungan yang menunjang untuk timbul dan berkembangnya nyamuk Aedes agepty
(environment)
2. Munculnya penyakit saluran pernafasan erat kaitannya dengan penurunan kualitas udara akibat padatnya lalulintas
kendaraan
3. Munculnya angka penderita penyakit kulit kemungkinan disebabkan oleh minimnya sarana air bersih. Sebelum ada
proyek, masyarakat menggunakan badan – badan air seperti parit sebagai sumber air bersih terutama untuk mandi
dan cuci. Namun dengan kehadiran terminal, parit – parit tersebut menjadi tercemar oleh limbah kendaraan
bermotor, sampah – sampah, atau karena adanya erosi tanah pada saat kontruksi dan sebagainya, sehingga kualitas
air permukaan menjadi tidak layak untuk mandi dan cuci. Sementara sarana air bersih komunal seperti air PDAM
masih terbatas.
4. Munculnya kejadian diare di masyarakat yang merupakan hal diluar kebiasaan, diduga hal ini terjadi karena
pengelolahan persampahan di terminal dan disekitarnya yang kurang baik serta sarana pembuangannya yang tidak
memadai ditinjau dari standar kesehatan masyarakat sehingga memungkinkan lalat (host) untuk membawa bibit
penyakit (agent) tersebut.

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 38


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

C. Tolok Ukur Dampak


1. Dilihat dari berkurangnya jumlah penderita
2. Tidak adanya atau bekurangnya keluhan masyarakat akibat pencemaran udara
3. Bertambanya sumber air bersih yang memenuhi syarat kesehatan
4. Meningkatkan sarana pembuangan sampah di lokasi terminal dan sekitarnya

D. Sasaran UKL
1. Untuk menurunkan penderita demam berdarah dapat dilakukan dengan cara memutuskan mata rantai proses
penularan
2. Menurunkan penderita saluran pernafasan yang dapat dilakukan dengan cara meminimasi gas buang kendaraan
hingga mencapai angka yang diperbolehkan
3. Mengupayakan pembuatan sarana air bersih bagi masyarakat sekitar terminal
4. Mengupayakan pengolahan sampah dengan baik dan menjamin tersedianya sarana pembuangan sampah di dalam
dan sekitar terminal

E. Pengelolaan Lingkungan

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 39


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

1. Untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit demam berdarah, akan dilakukan dengan cara antara lain :
a. Mengeliminir jumlah (populasi nyamuk) dengan melakukan penyemprotan rutin pada saat populasi nyamuk
maksimum
b. Mengurangi tempat – tempat bersarangnya nyamuk (breeding places) seperti genangan air
2. Untuk mencegah terjadinya penyakit kulit dan akan diupayakan langkah – langkah antara lain :
a. Mempercepat tersedianya sumber air yang memenuhi syarat di samping air permukaan yang telah ada, khusus
penyediaan air bersih disesuaikan dengan keadaan muka air tanah yang ada, untuk itu bisa dibuat sumur pompa
tangan dangkal atau dalam
b. Pembuatan jamban keluarga bisa berupa WC
c. Bekerja sama dengan pemda setempat untuk memprioritaskan dan memperbanyak sarana – sarana kesehatan
mengingat dengan dibangunnya terminal maka wilayah sekitarnya merupakan daerah rawan penyebaran
berbagai penyakit
d. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai arti penting hidup sehat terutama terhadap penyakit
menular

F. Lokasi Pengelolaan
Untuk mengelola komponen kesehatan masyarakat dan lingkungan di prioritaskan di sekitar terminal, Kelurahan Batu
Layang.

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 40


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

1.6. Upaya Pemantauan Lingkungan


1.6.1. Kualitas Udara
A. Dampak Penting Yang Akan Di Pantau
Mengacu pada evaluasi dampak penting maka kualitas udara di lokasi sekitar terminal perlu di pantau. Parameter
yag perlu di pantau meliputi; Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Oksida (NOx), Sulfur Dioksida (SOx), Oksidan
(O3), Amonia (NH3), Hidrogen Sulfida (H2S), Hidrocarbon (CH4), Debu dan Kebisingan.

B. Sumber Dampak Yang Akan Dipantau


Kegiatan operasional terminal yang berpotensi menimbulkan dampak adalah kegiatan lalu lintas baik di dalam
maupun di sekitar terminal. Seperti telah di sebutkan sebelumnya, pengopersian terminal selain menghasilkan debu
dan bising, juga menghasilkan unsur dan senyawa – senyawa pencemar ke udara sehingga berpotensi menyebabkan
turunnya kualitas udara. Dampak tersebut bersifat langsung dan oleh karenanya pemantauan harus ditujukan pada
lokasi terminal dan sekitarnya. Kendaraan bermotor yang menjadi alat transportasi dalam konteks ini di
kelompokkan sebagai sumber yang bergerak.

C. Parameter dan Tolok Ukur Dampak Yang Dipantau

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 41


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

Dari aspek fisik – kimia, parameter yang di pantau adalah kualitas udara yang meliputi : Karbon Monoksida (CO),
Nitrogen Oksida (NOx), Sulfur Dioksida (SOx), Oksidan (O3), Amonia (NH3), Hidrogen Sulfida (H2S),
Hidrocarbon (CH4), Debu dan Kebisingan.
Sedangkan tolok ukur dampak yang di gunakan adalah baku mutu udara yang di tetapkan oleh Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 13/MENLH/3/1995, tentang Baku Mutu Emisi Sumber Bergerak.

D. Sasaran Upaya Pemantauan Lingkungan


Sasaran Pemantauan lingkungan yang hendak dicapai adalah mengontrol jumlah cemaran sehingga kualitas udara
tetap berada di atas ambang batas yang diperbolehkan oleh baku mutu. Selain itu, pemantauan ini juga dapat di
manfaatkan sebagai bahan evaluasi keberhasilan pelaksanaan upaya pengelolaan lingkungan.
Berkaitan dengan hal tersebut, secara spesifikasi sasaran yang hendak di capai adalah :
- Terpantaunya mutu serta jumlah cemaran yang di hasilkan oleh kegiatan lalu lintas di dalam terminal
- Terpantaunya mutu serta jumlah cemaran yang di hasilkan oleh kegiatan lalu lintas di luar terminal
- Terpantaunya kualitas udara secara umum di permukiman penduduk sekitar terminal

E. Metode Pemantauan Lingkungan


 Metode Pengumpulan dan Analisa Data
Pemantauan lingkungan dilaksanakan menggunakan metode yang telah di sepakati. Metode tersebut adalah
untuk kebisingan digunakan beef meter sedangkan untuk Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Oksida (Nox),

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 42


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

Sulfur dioksida (Sox), Oksidan (O3), Amonia (NH3), Hidrogen Sulfida (H2S), Hidrocarbon (CH4) dan debu
digunakan metode gravimetrik.

 Lokasi Pemantuan
Dampak kegiatan terminal yang direncanakan, akan berakibat pada menurunnya kualitas udara di dalam dan
sekitar terminal. Lokasi Pemantauan yang hendak dilaksanakan meliputi titik pengamatan sebelum terminal
Tugu Khatulistiwa, titik pengamatan setelah terminal ke arah wajok, di dalam terminal dan di lokasi
permukiman penduduk sekitar terminal.

 Jangka waktu dan Frekuensi Pemantauan


Agar sasaran yang telah di tetapkan tercapai maka Dinas Perhubungan Kota Pontianak selaku pemilik proyek
merencanakan pemantauan kualitas udara setiap sebulan sekali selama terminal tersebut beroperasi.

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 43


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

TABEL 1.15
MATRIKS UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN TERMINAL BATULAYANG
Upaya Pengelolahan Dampak
No Jenis Dampak Penyebab Dampak Sasaran
Teknis Pengolahan Spesifikasi Desain Lokasi
1. Pencemaran Pembukaan Lahan, Pembukaan lahan Angkutan umum Terminal Meminimasi bising
Udara dan Penggunaan alat - secara bertahap sesuai regional dicatat batulayang dan pencemaran
kebisingan alat berat dan dengan cuaca harian, waktunya pada saat udara serta
sirkulasi kendaraan menghindari metode memasuki terminal dan mengupayakan
di dalam dan sekitar pembakaran, perawatan dalam waktu tertentu kadar unsur
terminal pada saat alat - alat berat sesuai sudah harus pencemaran agar
pengoperasian dengan jadwal pada meninggalkan terminal berada di bawa
terminal saat konstruksi, sesuai dengan rute baku mutu sesuai
pengaturan dan tujuan dengan KEP.
pembatasan waktu MENLH/10/1995
tunggu kendaraan di
dalam terminal saat
pengoperasian
terminal

2. Penurunan Pembukaan lahan Pembukaan lahan Badan badan Mengupayakan


kualitas badan air dan pengoperasian secara bertahap air terdekat kadar unsur
karena erosi dan terminal disesuaikan dengan dengan lokasi pencemaran agar
cemaran limbah cuaca harian pada saat kegiatan yaitu bewrada di bawa
domestik konstruksi dan anak - anak baku mutu sesuai
terminal dan sungai yang KEP. MENLH

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 44


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

bengkel serta bermuara ke No.


SPBU Sungai 51/MENLH/10/
1995, dengan kadar
maksimum:
- BOD 100 mg/l
- COD 350 mg/l
- TSS 250 mg/l
- Minyak dan
Lemak 25 mg/l
- N Total 50 mg/l
- pH 6 – 9
merencanakan sistem
utilitas dengan baik
pada saat terminal
suadah dioperasikan
3. Terjadinya Pembukaan lahan Merencanakan sistem Menyiapkan lahan Daerah – Memperkecil
Genangan dan dan perubahan drainase lingkungan untuk pembuatan daerah koefisien limpasan
Banjir koefisien limpasan dengan baik bidang resapan dan permukiman akibat perubahan
akibat perubahan atau parit resapan sekitar lokasi tataguna lahan
tataguna lahan kegiatan
4. Terganggunya Pembukaan lahan Tidak membuka Menyediakan lahan Lokasi sekitar
habitat satwa liar sebagai lahan di sekitar untuk konservasi seluas terminal satwa liar,
lokasi kegiatan pada 10 % dari seluruh lahan khususnya jenis
saat bersamaan dengan yang dibuka burung, ada
pembangunan terminal beberapa yang
dilindungi

air hujan di pinggir


5. Peningkatan Peluang kerja yang Mengutamakan tenaga Kelurahan
Sesuai dengan kualifikasi
Pendapatan terbuka pada saat kerja dari masyarakat yang ditentukan pihak Batulayang pengangguran

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 45


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

konstruksi dan di lokal pelaksanaan proyek Kecamatan


sektor perdagangan siantan upah
Pemberian dan sesuai
kesejahteraan
dan jasa pada saat dengan UMR desa – desa masyarakat
pengoperasian lain sekitar
Memberikan pelatihan
terminal kepada masyarakat lokasi
sekitar mengenai kegiatan
pemanfaatan peluangan
kerja di sektor
pengadaan dan jasa
6. Pencemaran Pengoperasian Menyiapkan sarana 1. Penetapan Lokasi Mencegah
Limbah terminal pembuangan sampah terminal
Setiap dan400 terjadinya
radius m² penyakit
Padat/Persampah sesuai dengan sekitarnya menular dan
an kebutuhan dan pencemaran air
kemudian di bawa ke tanah yang pada
TPS terdekat disertai gilirannya dapat
dengan menyiapkan menimbulkan
manajemen waterborn deseas
pengelolaan sampah
terminal dengan baik
bekerja sama dengan
pemda setempat
Sumber : Analisis Data

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 46


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 47


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

Rencana Peningkatan Terminal Penumpang Batulayang dari Type B menjadi Type A 48

Anda mungkin juga menyukai