Rencana kegiatan Dinas Perhubungan Kota Pontianak dalam menyiapkan terminal Batulayang dari type B ke Type A
yang melayani transportasi Dalam Kota, transportasi Antar Kota Dalam Propinsi yaitu Pontianak – Mempawah – Singkawang
- Sambas, Pontianak – Sei. Pinyuh – Sanggau – Sintang – Kapuas Hulu serta dalam jangka pendek melayani transportasi
antar Negara, akan di bangun di atas lahan seluas ± 4,2 ha yang terletak di Terminal Batulayang. Secara teknis dan ekonomis
lokasi tersebut sudah ada dan layak, namun secara ekologis perlu dikaji lebih jauh. Secara teroritis dan analogis, dampak yang
terjadi dari kegiatan ini tidak merupakan dampak penting (dalam hal ini dampak negatif terhadap lingkungan), namun
munculnya dampak – dampak pontensial terhadap komponen – komponen lingkungan harus tetap diupayakan
pengelolaannya. Tranportasi yang berwawasan lingkungan perlu mempertimbangkan implikasi dampak terhadap lingkungan
yang mungkin timbul, terutama pencemaran udara dan kebisingan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang AMDAL, pada penjelasan pasal 2 ayat (2) dinyatakan
bahwa ” bagi rencana usaha atau kegiatan yang tidak ada dampak penting dan atau secara teknologi sudah dapat dikelola
dampak pentingnya tidak termasuk ke dalam kategori AMDAL. Dalam menunjang pembangunan yang berwawasan
lingkungan tetap diharuskan melakukan upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan (UPL)
sesuai dengan yang ditentukan di dalam syarat – syarat perizinan menurut peraturan yang berlaku ”.
Adapun dasar hukum dalam pembuatan UKL dan UPL ini, berdasrkan :
1. Undang – Undang RI No 24 Tahun 1992, tentang Penataan Ruang
2. Undang – Undang RI No 23 Tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Peraturan Pemerintah RI No 27 Tahun 1999, tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
4. Peraturan Pemerintah RI No 25 Tahun 2000, tentanng Kewenangan Pemerintah dan Kewenagan Propinsi sebagai
Daerah Otonom
5. Peraturan Pemerintah RI No 43 Tahun 1993, tentang Prasarana dan Lalulintas Jalan
6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No 17/MENLH/2001, tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang
Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
7. Surat Keputusan Menteri Perhubungan No 31 Tahun 1995, tentang Terminal Transportasi Jalan
Beberapa pertimbangan yang melatar belakangi pemilihan lokasi rencana kegiatan, antara lain :
1. Lokasi terminal batulayang sekarang ini terletak di jalan arteri dan jarak terminal Batulayang dengan terminal antar negara
Sei. Ambawang ± 60 km.
2. Kondisi sekarang, kawasan yang dimaksud sudah ada terminal sehingga memudahkan untuk memilih dan menguasai
lahan dengan resiko konflik yang minimal
3. Lokasi terminal yang terletak di perbatasan antara Kota Pontianak dan Kabupaten Pontianak dan cukup jauh dari pusat
kota akan lebih mudah untuk memisahkan antara transportasi regional dan transportasi lokal dan terminal tersebut
nantinya akan menjadi titik perpindahan moda kendaraan.
4. Terminal type A ini akan memberikan bangkitan perjalanan yang besar karena menjadi simpul mobilisasi penduduk,
sehingga menjadi sub pusat baru bagi pengembangan kota dan akan mempercepat perkembangan kota Pontianak menjadi
kota jasa dan perdagangan yang bertaraf internasional.
b. Kontruksi/Pembangunan Fisik
TABEL 1.2
RENCANA KEGIATAN PADA TAHAP KONSTUKSI
No Jenis Kegiatan Satuan Jenis dan Jumlah peralatan yang diperlukan Keterangan
1. Pembukaan Hektar Alat Tebas dsb -
2. Pengurugan Tanah ± 1,4 ha Buldozer (2 unit ) -
3. Pembangunan Fasilitas Utama dan ± 4,2 ha Backhoe dan Buldozer -
Fasilitas Penunjang Terminal
4. Pengerahan tenaga kerja ± 800 orang - -
Sumber : hasil analisa
1.2.2 Rencana Pemanfaatan Lahan yang Dimiliki dan Rencana Pemanfaatan Energi
TABEL 1.4
RENCANA PEMANFAATAN LAHAN
TABEL 1.5
RENCANA PEMANFAATAN ENERGI
1.2.3 Perakiraan jenis limbah yang akan dihasilkan dan rencana penanganannya
TABEL 1.6
PRAKIRAAN JENIS LIMBAH YANG DIHASILKAN
Kegiatan yang
Rencana/tahap
No. menghasilkan Jenis limbah Jumlah/volume Rencana penanganan limbah
kegiatan
limbah/cemaran lain
1. Prakontruksi - - - -
2. Kontruksi - Pembukaan lahan - Gas Menyebar - Pembukaan lahan secara bertahap
- Debu seluas lahan sesuai dengan cuaca harian dan
- Bising yang dibuka menghindari penggunaan metode
-Pencemaran pembakaran
badan air
- Penggunaan alat – alat - Gas Menyebar 1. Pembukaan lahan secara
berat - Debu seluas lahan secara bertahap
- Bising yang dibuka 2. Perawatan alat – alat berat
sesuai jadwal
3. Pascakonstruksi - Sirkulasi kendaraan di - Gas Menyebar 1. Perawatan kendaraan sesuai jadwal
dalam dan di sekitar - Debu sepanjang jalan
terminal - Bising yang dilalui 2. Pengaturan/pembatasan waktu
tunggu kendaraan dalam terminal
- Kegiatan terminal - Limbah cair 210 m³/hari 1. Merencanakan system utilitas
dengan baik
- Limbah padat Limbah 1. Dibawa ke TPS terdekat
organik dan dengan menyiapkan manajemen
non organik pengelolaan sampah terminal yang
baik bekerja sama dengan pemda
setempat
Keterangan :
(*) Baku mutu menurut Lampiran V B SK. MENLH No. KEP-13/MENLH/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Bergerak
I : Di Tugu Khatulistiwa
II : Di Terminal Batu Layang
III : Di Jungkat
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa dari seluruh parameter kualitas udara yang diamati ternyata masih di bawah baku mutu yang
telah di tetapkan. Kondisi ini menunjukkan bahwa kualitas udara di daerah penelitian masih tergolong baik.
Catatan :
W1 : Lokasi hulu sungai Kapuas sebelum memasuki lokasi proyek
W2 : Lokasi hilir sungai Kapuas sebelum memasuki lokasi proyek
Baku Mutu :
(*) Peruntukkan baku mutu mengacu kepada PP No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, Golongan B
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa secara umum kualitas air di Sungai Kapuas memenuhi kriteria air golongan B.
2. Jenis – jenis Nekton yang terdapat di Sungai Kapuas (sekitar lokasi kegiatan)
TABEL 1.10
JENIS – JENIS NEKTON YANG DI TEMUKAN DI SUNGAI KAPUAS
No. Nama Lokal Nama Ilmiah
1. Ikan Pipih Notopterus sp
2. Seluang Batang Macrochirithys sp
3. Seluang Luciosoma sp
4. Jelawat Leptobarbus sp
5. Tapah Silurus sp
6. Lais Kryptopterus sp
7. Baung Patin Pangasius
8. Lele Clarias Belracus
9. Sampulayang Clupeiichithys sp
10. Bulan Labiobargus sp
11. Gabus Ophicephalus striatus
12. Subung Ostechillus sp
13. Sepat Tricogaster petroralis
14. Jangjulung Luciocephalus sp
Sumber : Data Pengamatan 2005
Jenis nekton yang banyak dijumpai di daerah lokasi kegiatan adalah sepat (Tricogaster petroralis), gabus (Ophicephalus striatus), lele (Clarias Belracus)
1.3.7 Demografi
Lokasi pengembangan terminal batu layang dari type B ke type A termasuk dalam wilayah Keluarahan Batu
Layang Kecamatan Pontianak Utara. Kelurahan Batu Layang seluas 645 ha dengan kepadatan penduduk 1.915
jiwa/km².
Secara lengkap jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini :
TABEL 1.12
JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN
Jenis Kelamin
Kelompok Umur Jumlah
Laki – laki Perempuan
0–4 5.465 5.160 10.625
5–9 5.212 4.987 10.199
10 – 14 5.227 5.129 10.356
15 – 19 5.857 5.622 11.479
20 – 24 4.940 4.886 9.826
25 – 29 4.411 4.234 8.645
30 – 34 3.762 3.680 7.442
35 – 39 3.371 3.056 6.427
40 – 44 2.863 2.556 5.419
45 – 49 2.175 1.928 4.103
50 – 54 1.768 1.567 3.335
55 – 59 1.284 1.135 2.419
60 – 64 1.037 930 1.967
65 – 69 588 654 1.242
70 – 74 439 475 914
75 + 391 526 917
JUMLAH 48.790 46.529 95.319
Pada tahap konstruksi ini terbagi atas beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut antara lain adalah pembangunan fisik
terminal, pembangunan sarana dan prasarana terminal serta pembangunan jalan lingkungan terminal. Kegiatan tersebut
ternyata diperkirakan menimbulkan dampak terhadap semua komponen lingkungan.
Terhadap komponen fisik – kimia diperkirakan secara langsung akan berpengaruh terhadap kualitas udara, kualitas air
dan tanah. Dampak yang terjadi pada komponen fisik – kimia tersebut dapat menimbulkan dampak lanjutan pada
komponen biologi dan kesehatan masyarakat.
Dampak langsung yang terjadi pada komponen biologi meliputi perubahan vegetasi alam dan fauna. Perubahan ini
terjadi karena pembangunan terminal akan merubah areal yang semula berhutan atau semak belukar menjadi kawasan
terbangun.
Terhadap komponen kesehatan masyarakat diperkirakan akan menimbulkan dampak. Dampak tersebut berupa bahaya
pencemaran udara terutama akibat debu dan berkembangnya serangga penular penyakit. Demikian pula terhadap
komponen sosial ekonomi.
kimia yang paling berpengaruh, sebagai akibat dari aktifitas lalu lintas kendaraan bermotor baik yang ada di dalam
terminal maupun yang ada di luar terminal.
Dampak terhadap komponen sosial ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat merupakan dampak langsung.
Dampak tersebut berupa terjadinya mobilitas penduduk ke lokasi kegiatan, tingginya angka kriminalitas dan
peningkatan pendapatan penduduk. Sedang dampak tidak langsung yang diperkirakan akan terjadi merupakan dampak
lanjutan dari tahap konstruksi, diantaranya terbukanya peluang usaha di bidang jasa dan perdagangan, kenaikan tingkat
sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat serta peningkatan perekonomian kawasan atau daerah.
Dari pemaparan tersebut di atas, prakiraan dampak penting yang paling berpengaruh akibat kegiatan pembangunan
terminal antar negara yang direncanakan oleh Dinas Perhubungan Kota Pontianak meliputi :
Penurunan kualitas udara
Perubahan sosial ekonomi dan budaya, serta
Penurunan kesehatan masyarakat dan lingkungan
Dampak – dampak tersebut perlu dikelola dan dipantau untuk menanggulangi dampak lingkungan yang timbul
sehingga pembangunan sektor transportasi berwawasan lingkungan yang dicita-citakan dapat tercapai.
menghasilkan debu juga getaran dan kebisingan. Namun pengaruh signifikan justru berasal dari kegiatan lalu lintas
kendaraan bermotor setelah terminal beroperasi nantinya.
Dampak dari turunnya kualitas udara akibat kendaraan bermotor dengan kehadiran terminal merupakan pengaruh
langsung yang dapat menyebabkan dampak lanjutan berupa terjadinya keresahan masyarakat sekitar terminal.
Pengaruh udara langsung terjadi karena proses pernafasan dan kontak seluruh anggota tubuh manusia dengan udara.
Pengaruh udara terhadap kesehatan manusia sangat ditentukan oleh komposisi kimia, biologis maupun fisis udara.
Pengaruh terhadap kesehatan akan tampak apabila kadar zat pengotor meningkat sedemikian rupa sehingga timbul
penyakit pada manusia.
Zat pencemar kimia yang paling banyak didapat adalah berupa karbon monoksida, oksida nitrogren, hidrokarbon, dan
partikulat. Selain itu konsentrasi karbon dioksida meningkat. Pengaruh zat kimia ini pertama-tama akan ditemukan
pada sistem pernapasan dan kulit serta selaput lendir, selanjutnya apabila zat pencemar dapat memasuki peredaran
darah, maka efek sistemik tak dapat dihindari. Zat pencemar fisik yang diperkirakan akan banyak didapat adalah
kebisingan. Sedangkan zat biologis yang akan banyak didapat adalah virus dan spora, bakteria, jamur dan cacing.
Dalam tahap kontruksi terdapat beberapa kegiatan yang diprakirakan akan berdampak terhadap komponen lingkungan
social ekonomi dan budaya. Jenis kegiatan yang diprakirakan akan berdampak antara lain : kegiatan mobilisasi tenaga
kerja, mobilisasi peralatan, persepsi masyarakat terhadap proyek.
Sedangkan dalam tahap pengoperasian terminal yang diprakirakan akan menimbulkan dampak diantaranya adalah
kesempatan kerja dan berusaha di sector perdagangan dan jasa dengan dampak turunan berupa tingkat pendapatan
masyarakat, serta sikap masyarakat terhadap kehadiran terminal, baik positif maupun negatif.
seluruh bagian badan, baik karena kontak langsung maupun tak langsung. Kerusakan pada jaringan paru–paru akan
mengakibatkan tekanan didalam paru-paru meningkat, dan jantung yang berfungsi sebagai pompa di dalam sistem
kardio-vaskuler harus bekerja lebih keras untuk mengatasi tekanan yang meninggi. Sebagai akibatnya, dapat terjadi
gagal jantung.
Selain itu sifat zat pencemar akan menentukan jaringan tubuh yang akan terkena penyakit, misalnya urat syaraf.
Kebanyakan penderita sebelum terjadi pencemaran udara memang telah menderita penyakit, baik paru-paru maupun
penyakit jantung. Jadi pencemaran udara memperberat keadaan penyakitnya, ataupun membuat saluran pernafasan
menjadi lebih peka terhadap penyebab penyakit yang telah ada.
TABEL 1.13
DAMPAK LINGKUNGAN YANG MUNGKIN TERJADI
Kegiatan Yang Berpotensi Komponen Lingkungan
No Tahap Kegiatan Jenis Dampak Tolak Ukur Dampak
Menimbulkan Dampak Yang Terkena Dampak
I. Tahap Pembebasan Lahan Masyarakat Pemilik Keresahan karena Ada tidaknya keresahan dengan
Prakonstruksi Lahan adanya ganti rugi cara kompensasi dan ganti rugi
yang tidak sesuai yang sesuai
II. Tahap Konstruksi 1. Pembukaan Lahan Habitat Satwa Liar Terganggunya Hilangnya jenis satwa tertentu
Habitat Satwa Liar
Tanah Lokasi Kegiatan Erosi dan Banjir EDP ( Hammer 1992 )
2. Penerimaan Tenaga Masyarakat Sekitar Peluang Kerja di - Jumlah masyarakat lokal yang
Kerja Lokasi Kegiatan Proyek bekerja di proyek
- Peningkatan Pendapatan
3. Penggunaan Alat – Udara dan Masyarakat Pencemaran Udara Debu dan Kebisingan
Alat Berat Sekitar Lokasi Kegiatan dan Keresahan
Masyarakat
III. Tahap Pasca Pengoperasian Terminal a. Udara Pencemaran Udara SOx, NOx, CO, Debu
Konstruksi
b. Masyarakat Sekitar Bising Kebisingan
Lokasi Kegiatan Keresahan karena Ada tidaknya keresahan
meningkatnya angka
kriminalitas
Peluang Kerja di Ada tidaknya peningkatan
Sektor Jasa dan pendapatan
Perdagangan
c. Masyarakat Sekitar Pencemaran Limbah Ada tidaknya angka peningkatan
Lokasi Kegiatan Padat/Persampahan penyakit menular
d. Badan Air Sungai Penurunan Kualitas PP No. 20/1990 mengenai
memasuki peredaran darah, maka efek sistemik tak dapat dihindari. Zat pencemar fisik yang diperkirakan akan
banyak didapat adalah kebisingan. Sedangkan zat bilogis yang akan banyak didapat adalah virus dan spora:
bakteria, jamur dan cacing.
Sumber Dampak Penting
Dampak yang terjadi pada kualitas udara terutama bersumber pada kegiatan pengoperasian terminal, dalam tahap
pasca konstruksi, tanpa mengesampingkan dampak akibat pembukaan lahan dan pengoperasian alat – alat berat
pada saat kontruksi. Kegiatan ini selain menghasilkan bising dan partikulat juga menghasilkan unsur dan senyawa
– senyawa pencemar ke udara, seperti berupa karbon monoxida, karbon dioksida, oxida sulfur, oxida nitrogen, dan
hidrokarbon yang berasal dari proses pembakaran bahan bakar minyak. Unsur fotooksidan (terutama ozon)
merupakan produk sekunder yang terbentuk di atmosfir dari reaksi fotolisis total hidrokarbon dengan nitrogen
dioksida.
Kendaraan bermotor yang menjadi alat transportasi, dalam konteks pencemaran udara dikelompokan sebagai
sumber bergerak. Dengan karakteristik yang demikian, penyebaran pencemar yang diemisikan dari sumber –
sumber kendaraan bermotor ini akan mempunyai suatu pola spesial yang meluas.
Dalam banyak hal masalah pencemaran udara di sekitar terminal akan banyak timbul karena sinergisme ketiga
pengaruh aspek tersebut. Perencanaan pola transportasi yang tidak memadai, baik dalam hal sarana maupun sistem
lalu lintasnya akan sangat menentukan intensitas pencemaran udara yang terjadi. Kepadatan lalu lintas yang
disertai dengan hambatan-hambatan (kemacetan), pola jalan berhenti yang sering, kecepatan aliran lalu lintas dan
seterusnya akan secara langsung berpengaruh terhadap besarnya emisi unsur-unsur pencemar yang dikeluarkan
oleh kecepatan aliran lalu lintas dan seterusnya akan secara langsung berpengaruh terhadap besarnya emisi unsur-
unsur pencemar yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor. Di lain pihak, jenis dan karakteristik perangkat mesin,
sistem pembakaran, jenis bahan baker merupakan faktor yang akan menentukan tingkat emisi pencemar yang
keluar dari setiap jenis kendaraan.
Upaya pengelolaan pencemaran udara di sekitar terminal karenanya mempunyai implikasi yang luas, mencakup
aspek perencanaan terminal dan kawasan di sekitarnya, sistem transportasi yang menyertainya, sarana dan alat
transportasi serta system bahan bakar yang digunakan.
Pengelolaan pencemaran udara akibat kendaraan bermotor di sekitar terminal, pada dasarnya merupakan salah satu
bagian dalam pengendalian pencemaran udara akibat sistem dan sarana transportasi. Kendaraan bermotor yang
menuju dan ke luar terminal dalam hal ini merupakan salah satu sumber pencemar yang terkait dengan sistem dan
sarana transportasi.
Pendekatan Kelembagaan
Dasar dalam penetapan kebijakan pengendalian pencemaran udara pada dasarnya mencakup banyak pertimbangan,
baik dalam aspek teknik dan teknologi pengendaliannya sendiri, maupun aspek ekonomi dan sosial yang akan
terkait dengan strategi pengendalian dan teknologi yang diterapkan.
Aspek kelembagaan dalam pelaksanaan strategi tersebut menjadi pertimbangan dasar lainnya, meliputi bentuk
kelembagaan, mekanisme dan pelaksanaan operasionalnya. Selain itu perlu dipertimbangkan bahwa masalah
pencemaran udara perkotaan merupakan masalah yang melibatkan berbagai sektor dalam kegiatan perkotaan yang
ada dalam penerapan dan pelaksanaan suatu strategi penanggulangan masalah pencemaran pencemaran udara, yaitu
bahwa suatu program penanggulangan yang terpadu dan komprehensif perlu dilakukan. Masalah pencemaran udara
dalam hal ini di lokasi sekitar terminal juga dapat dipandang masalah turunan akibat pelaksanaan kebijaksanaan
pengembangan kota yang ada, misalnya daerah permukiman penduduk yang justru semakin mendekati terminal.
Untuk menjamin keberhasilan pengelolaan lingkungan, Dinas Perhubungan Kota Pontianak selaku pemilik proyek
Peningkatan Terminal Batulayang Ke Type A merencanakan pengelolaan dengan melakukan pendekatan secara
kelembagaan. Pendekatan yang dilakukan adalah :
Bekerja sama dengan instansi pemerintah lainnya (Bapedalda Kalbar, Bapedalda Kota.Pontianak, Dinas Kesehatan
Kota. Pontianak) untuk bersama – sama melaksanakan pengelolaan lingkungan. Dalam hal ini Dinas Perhubungan
Kota Pontianak bertindak sebagai pelaksana dan instansi yang berwenang bertindak sebagai pengawas.
Berkenaan dengan upaya pengelolaan kualitas udara di lokasi dan sekitar terminal yang akan dibangun ada baiknya
kalau melihat rekomendasi yang diberikan oleh US EPA, 1976, yang dapat bermanfaat sebagai acuan dalam
mengambil kebijaksanaan pengelolaan.
Pendekatan Kelembagaan
Dasar dalam penetapan kebijakan pengendalian pencemaran udara pada dasarnya mencakup banyak pertimbangan,
baik dalam aspek teknik dan teknologi pengendaliannya sendiri, maupun aspek ekonomi dan sosial yang akan
terkait dengan strategi pengendalian dan teknologi yang diterapkan.
Lokasi Pengelolaan
Dampak kegiatan terminal yang direncanakan berakibat pada menurunnya kualitas udara di sekitar terminal.
Dengan demikian lokasi pengelolaan yang dilakukan lebih banyak di dalam terminal itu sendiri sedangkan untuk
lokasi di luar terminal adalah kawasan sekitar terminal yaitu di Kelurahan Batu Layang Pontianak dan Wajok.
TABEL 1.14
PERKIRAAN PENURUNAN EMISI DENGAN BEBERAPA KEBIJAKAN PENGENDALIAN
Tahap Prakonstruksi
- Komponen persepsi masyarakat positif penting, terjadi sebagai dampak dari rencana pembangunan kawasan
dengan kehadiran terminal nantinya
Tahap Konstruksi
- Komponen kesempatan kerja di proyek terkena dampak penting sebagai akibat adanya kegiatan – kegiatan pada
tahap ini seperti : kegiatan mobilisasi tenaga kerja, pembukaan lahan, pembuatan jalan dan bangunan terminal
- Komponen persepsi masyarakat positif penting, terjadi sebagai dampak dari kegiatan penyerapan tenaga kerja
setempat. Sedangkan sikap negatif terjadi sebagai dampak dari kegiatan konstruksi seperti mobilisasi alat – alat
berat, debu dan bising.
C. Sasaran UKL
1. Mengupayakan penyerapan tenaga kerja setempat dalam tahap kontruksi dan memberikan kesempatan seluas –
luasnya kepada masyarakat setempat untuk terlibat dalam sektor perdagangan dan jasa setelah kehadiran terminal
2. Meningkatkan persentase masyarakat yang memberikan persepsi/sikap masyarakat yang positif dan mengurangi
persepsi/sikap masyarakat yang negatif terhadap kegiatan proyek
D. Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan Kesempatan Kerja
1. Memberikan prioritas penerimaan tenaga kerja dari penduduk setempat sesuai dengan kebutuhan dan kualifikasi
yang diperlukan proyek
2. Memberikan arahan – arahan kepada angkatan kerja pontensial di daerah setempat mengenai sektor – sektor
baru yang dapat dikerjakan setelah kehadiran terminal
3. Memberikan training, pelatihan – pelatihan yang dapat meningkatkan keterampilan dan keahlian penduduk
setempat serta bantuan modal sehingga memungkinkan penduduk lokal untuk terlibat dalam sektor perdagangan
dan jasa
4. Selalu memberikan informasi melalui pemerintah daerah setempat ( Kelurahan, kecamatan) apabila manajemen
terminal membutuhkan tenaga kerja yang sekiranya dapat dipenuhi oleh penduduk setempat.
3. Bekerjasama dengan instansi terkait dan lembaga – lembaga kemasyaraklatan separti LPM, Karangtaruna dan
Pengurus Masjid dan sebagiannya untuk memberikan dukungan baik berupa bantuan materiil hingga bertindak
sebagai fasilitator terhadap kegiatan – kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya secara langsung oleh
masyarakat dan yang terpenting dapat menambah ketahanan akhlak masyarakat dalam menangkal bahaya
kerusakan prilaku masyarakat dengan kehadiran terminal
4. Bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat untuk memprioritaskan pembangunan fasilitas – fasilitas
sosial terutama bidang kesehatan dan keagamaan
E. Lokasi Pengelolaan
Untuk pengelalaan komponen kesempatan kerja dan berusaha maupun persepsi/sikap masyarakat, diprioritaskan di
Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak dan Kecamatan Siantan Kab. Pontianak tempat dimana terminal
dibangun
D. Sasaran UKL
1. Untuk menurunkan penderita demam berdarah dapat dilakukan dengan cara memutuskan mata rantai proses
penularan
2. Menurunkan penderita saluran pernafasan yang dapat dilakukan dengan cara meminimasi gas buang kendaraan
hingga mencapai angka yang diperbolehkan
3. Mengupayakan pembuatan sarana air bersih bagi masyarakat sekitar terminal
4. Mengupayakan pengolahan sampah dengan baik dan menjamin tersedianya sarana pembuangan sampah di dalam
dan sekitar terminal
E. Pengelolaan Lingkungan
1. Untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit demam berdarah, akan dilakukan dengan cara antara lain :
a. Mengeliminir jumlah (populasi nyamuk) dengan melakukan penyemprotan rutin pada saat populasi nyamuk
maksimum
b. Mengurangi tempat – tempat bersarangnya nyamuk (breeding places) seperti genangan air
2. Untuk mencegah terjadinya penyakit kulit dan akan diupayakan langkah – langkah antara lain :
a. Mempercepat tersedianya sumber air yang memenuhi syarat di samping air permukaan yang telah ada, khusus
penyediaan air bersih disesuaikan dengan keadaan muka air tanah yang ada, untuk itu bisa dibuat sumur pompa
tangan dangkal atau dalam
b. Pembuatan jamban keluarga bisa berupa WC
c. Bekerja sama dengan pemda setempat untuk memprioritaskan dan memperbanyak sarana – sarana kesehatan
mengingat dengan dibangunnya terminal maka wilayah sekitarnya merupakan daerah rawan penyebaran
berbagai penyakit
d. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai arti penting hidup sehat terutama terhadap penyakit
menular
F. Lokasi Pengelolaan
Untuk mengelola komponen kesehatan masyarakat dan lingkungan di prioritaskan di sekitar terminal, Kelurahan Batu
Layang.
Dari aspek fisik – kimia, parameter yang di pantau adalah kualitas udara yang meliputi : Karbon Monoksida (CO),
Nitrogen Oksida (NOx), Sulfur Dioksida (SOx), Oksidan (O3), Amonia (NH3), Hidrogen Sulfida (H2S),
Hidrocarbon (CH4), Debu dan Kebisingan.
Sedangkan tolok ukur dampak yang di gunakan adalah baku mutu udara yang di tetapkan oleh Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 13/MENLH/3/1995, tentang Baku Mutu Emisi Sumber Bergerak.
Sulfur dioksida (Sox), Oksidan (O3), Amonia (NH3), Hidrogen Sulfida (H2S), Hidrocarbon (CH4) dan debu
digunakan metode gravimetrik.
Lokasi Pemantuan
Dampak kegiatan terminal yang direncanakan, akan berakibat pada menurunnya kualitas udara di dalam dan
sekitar terminal. Lokasi Pemantauan yang hendak dilaksanakan meliputi titik pengamatan sebelum terminal
Tugu Khatulistiwa, titik pengamatan setelah terminal ke arah wajok, di dalam terminal dan di lokasi
permukiman penduduk sekitar terminal.
TABEL 1.15
MATRIKS UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN TERMINAL BATULAYANG
Upaya Pengelolahan Dampak
No Jenis Dampak Penyebab Dampak Sasaran
Teknis Pengolahan Spesifikasi Desain Lokasi
1. Pencemaran Pembukaan Lahan, Pembukaan lahan Angkutan umum Terminal Meminimasi bising
Udara dan Penggunaan alat - secara bertahap sesuai regional dicatat batulayang dan pencemaran
kebisingan alat berat dan dengan cuaca harian, waktunya pada saat udara serta
sirkulasi kendaraan menghindari metode memasuki terminal dan mengupayakan
di dalam dan sekitar pembakaran, perawatan dalam waktu tertentu kadar unsur
terminal pada saat alat - alat berat sesuai sudah harus pencemaran agar
pengoperasian dengan jadwal pada meninggalkan terminal berada di bawa
terminal saat konstruksi, sesuai dengan rute baku mutu sesuai
pengaturan dan tujuan dengan KEP.
pembatasan waktu MENLH/10/1995
tunggu kendaraan di
dalam terminal saat
pengoperasian
terminal