Hukum Bisnis”
Disusun oleh :
KELAS C
PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
2021
1. Persyaratan Pendirian PT
a. Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
(PT), yaitu :
Akta Pendirian
Menurut UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, prosedur
pendirian PT juga tidak banyak berubah dengan prosedur pendirian PT yang
ditentukan oleh UU No. 1 Tahun 1995. Prosedur pendirian PT di dalam UU No.
40 Tahun 2007 tentang PT diatur di dalam Pasal 7 sampai dengan Pasal 14
(delapan pasal).
Menurut Pasal 7 ayat ( 1 ) UU No. 40 Tahun 2007 tentang PT, dikatakan
bahwa “Perseroan didirikan minimal oleh 2 ( dua ) orang atau lebih dengan akta
notaris yang dibuat dalam dalam Bahasa Indonesia”.
Pengesahan Oleh Menteri
Dimaksud dengan Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung
jawabnya di bidang hukum dan hak asasi manusia. Dalam mendirikan perseroan
terbatas tidak cukup dengan cara membuat akta pendirian yang dilakukan dengan
akta otentik. Akan tetapi harus diajukan pengesahan kepada Menteri, guna
memperoleh status badan hukum. Pengajuan pengesahan dapat dilakukan oleh
Direksi atau kuasanya. Jika dikuasakan hanya boleh kepada seorang Notaris
dengan hak substitusi.
Pendaftaran
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1995 tentang PT yang melakukan
pendaftaran setelah diperoleh pengesahan dibebankan kepada Direksi Perseroan
maka di dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang PT ini maka yang
menyelenggarakan daftar perseroan setelah diperoleh pengesahan adalah Menteri
yang memberikan pengesahan badan hukum dan memasukkan data perseroan
secara langsung. Daftar perseroan memuat data tentang Perseroan yang meliputi :
Nama dan tempat kedudukan, maksud dan tujuan serta kegiatan usaha,
jangka waktu pendirian, dan permodalan.
Alamat lengkap Perseroan.
Nomor dan tanggal akta pendirian dan Keputusan Menteri mengenai
pengesahan badan hukum Perseroan.
Nomor dan tanggal akta perubahan anggaran dasar dan persetujuan
Menteri.
Nomor dan tanggal akta perubahan anggaran dasar dan tanggal
penerimaan pemberitahuan oleh Menteri.
Nama dan tempat kedudukan notaris yang membuat akta pendirian dan
akta perubahan anggaran dasar.
Nama lengkap dan alamat pemegang saham, anggota Direksi dan anggota
Dewan Komisaris Perseroan.
Nomor dan tanggal akta pembubaran atau nomor dan tanggal penetapan
pengadilan tentang pembubaran Perseroan yang telah diberitahukan
kepada Menteri.
Berakhirnya status badan hukum Perseroan.
Neraca dan laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan bagi
Perseroan yang wajib diaudit.
c. Syarat pendirian PT persekutuan modal atau PT biasa juga dimuat dalam undang-
undang. Pasal 109 angka 2 UU Cipta Kerja yang mengubah Pasal 7 UU PT
menerangkan ketentuan sebagai berikut :
PT didirikan oleh 2 orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat
dalam bahasa Indonesia
Setiap pendiri PT wajib mengambil bagian saham pada saat PT didirikan
PT memperoleh status badan hukum setelah didaftarkan kepada
Menkumham dan mendapatkan bukti pendaftaran
Setelah PT memperoleh status badan hukum dan pemegang saham
menjadi kurang dari 2 orang, dalam jangka waktu paling lama 6 bulan
terhitung sejak keadaan tersebut, pemegang saham yang bersangkutan
wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain atau PT
mengeluarkan saham baru kepada orang lain.
2. Prosedur Pendirian PT
3. Pemakaian Nama PT
Saham/Sero Atas Nama, yaitu nama persero ditulis di atas surat sero
setelah didaftarkan dalam buku Perseroan Terbatas sebagai persero.
Saham/Sero Pembawa, yaitu suatu saham yang di atas surat tidak
disebutkan nama perseronya.
Ditinjau dari hak-hak persero, saham/sero dapat pula dibagi sebagai berikut:
5. Modal PT
Modal dasar adalah seluruh nilai nominal saham dari perusahaan (Pasal 31
Ayat 1 UU PT). Pada prinsipnya, modal dasar adalah jumlah nilai nominal saham
yang dapat dikeluarkan oleh perusahaan. Penentuan jumlah saham yang menjadi
modal dasar ditentukan di dalam Anggaran Dasar (AD) perusahaan yang
bersangkutan.
Modal ditempatkan adalah jumlah saham yang diambil oleh para pendiri
atau pemegang saham dan saham tersebut ada yang sudah dibayarkan dan ada
juga yang belum dibayar. Jadi, modal ditempatkan adalah modal yang disanggupi
pendiri atau pemegang saham untuk dilunasi olehnya, dan saham tersebut
diserahkan kepada pemegang saham untuk dimiliki.
Modal Disetor
Komisaris
Pasal 1 Ayat 6 UUPT menyebutkan bahwa,“Komisaris adalah organ
Perseroan yang bertugas untuk melakukan pengawasan secara umum dan khusus
dalam Perusahaan sesuai dengan Anggaran Dasar.” Pasal 108 PT menyatakan
bahwa Komisaris memiliki tugas untuk mengawasi kebijakan pengurusan
Perseroan pada umumnya, atau usaha Perseroan kepada Direksi. Komisaris
memiliki wewenang dalam Perseroan, antara lain:
Kelangsungan PT Terjamin
Badan usaha berbentuk PT dapat bekerja sama dengan pihak asing (PT
PMA). Selain itu, Anda memiliki peluang yang lebih besar dalam menjalankan
aktivitas bisnis. Anda juga dapat berpartisipasi dalam tender serta
mengembangkan jenis usaha dan wilayah operasional yang lebih luas.
b. Kekurangan PT
UUPT membagi berakhirnya perseroan dalam tiga tahap. Tahap pertama, pembubaran.
Pasal 142 ayat (1) menentukan enam sebab pembubaran perseroan.8 Sejak dibubarkan,
perseroan tidak dapat melakukan perbuatan hukum, kecuali untuk likuidasi. Setiap surat keluar
harus dicantumkan kata “dalam likuidasi” di belakang nama perseroan sebagai bentuk
pemberitahuan kepada pihak ketiga. Dalam waktu 30 hari sejak pembubaran, likuidator wajib
mengumumkan pada surat kabar dan berita negara,9 dan setelahnya memberitahukan kepada
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (selanjutnya disebut Menteri). Apabila tidak dilakukan,
pembubaran perseroan tidak berlaku bagi pihak ketiga dan likuidator bertanggung gugat secara
pribadi atas kerugian pihak ketiga. Kreditur diberi waktu 60 hari sejak pengumuman untuk
mengajukan tagihannya. Apabila kreditur tidak mengajukan tagihan, padahal terdapat sisa
kekayaan setelah likuidasi, maka kreditur dapat mengajukan tagihan kepada pengadilan negeri
dalam waktu 2 tahun sejak tanggal pengumuman.
Tahap kedua, likuidasi atau pemberesan (vereffening). Likuidasi adalah kata serapan dari
bahasa Inggris liquidation yang berarti penentuan besarnya hutang yang belum jelas,
penyelesaian hutang, atau proses mengubah harta kekayaan menjadi uang tunai, khususnya
untuk menyelesaikan hutang. Likuidasi berarti pemberesan penyelesaian dan pengakhiran urusan
perseroan. Tindakan-tindakan yang dilakukan dalam penyelesaian urusan perseroan antara lain :
Pencatatan Dan Pengumpulan Kekayaan
Penentuan Tata Cara Pembagian Kekayaan
Pembayaran Kepada Kreditur
Pembayaran Sisa Kekayaan Hasil Likuidasi Kepada Pemegang Saham
Tindakan Lain Yang Diperlukan
Setelah mencatat kekayaan perseroan, baik aktiva maupun pasiva, likuidatur menjual
aktiva yang bukan berupa uang tunai. Setelah seluruh kekayaan perseroan menjadi uang tunai,
likuidatur membayar para kreditur. Jika setelah pembayaran masih ada sisa, maka sisa hasil
likuidasi tersebut dibagikan kepada pemegang saham secara proporsional. Sebelum melakukan
pembayaran kepada kreditur dan pemegang saham, likuidator wajib mengumumkan rencana
pembagian, termasuk daftar rincian utang dan rencana pembayarannya, pada surat kabar dan
berita negara. Setelah diumumkan, ada tenggang waktu 60 hari bagi kreditur untuk mengajukan
keberatan.
Tahap ketiga, berakhirnya status badan hukum. Setelah proses likuidasi selesai, likuidator
wajib mempertanggungjawabkan tugasnya kepada RUPS atau pengadilan yang mengangkatnya.
Jika pertanggungjawaban diterima, likuidator dibebaskan dari tanggung jawabnya (acquit et de
charge). Dalam waktu 30 hari likuidator wajib mengumumkan hasil likuidasi di surat kabar dan
memberitahukan kepada Menteri. Atas pemberitahuan tersebut Menteri mencatat berakhirnya
status badan hukum perseroan dan mengumumkannya dalam berita negara serta menghapus
nama perseroan dari daftar perseroan.
Pasal 143 ayat (1) UUPT menegaskan “Pembubaran Perseroan tidak mengakibatkan
Perseroan kehilangan status badan hukum sampai dengan selesainya likuidasi dan
pertanggungjawaban likuidator diterima oleh RUPS atau pengadilan.” Hal ini sesuai dengan
doktrin badan hukum bahwa berakhirnya badan hukum tidak simultan dengan pembubaran
badan hukum. Jika badan hukum berakhir pada saat bubar, maka akan menimbulkan komplikasi
hukum mengenai subyek hukum yang menjalankan hak dan kewajiban terhadap kekayaan badan
hukum tersebut setelah bubar. Oleh karenanya, badan hukum masih ada walaupun telah bubar.