Anda di halaman 1dari 24

EKONOMI INTERNASIONAL

GLOBALISASI EKONOMI DAN ORGANISASI PERDAGANGAN


Dosen H. Rully Trihantana S.SI., M.SI.

Di Susun Oleh :

Dody Wicaksono Siti Anisyah

Intan Oktaviana Siti Sabilah

Julvia Siti Fatimah Rizal Setiawan

Lia Munawaroh Metasari

M Waliyudin Tri Purnamasari

Fakultas Ekonomi Islam

Universitas Djuana

Ciawi

Bogor
Abstrak

Globalisasi ekonomi sudah menjadi agenda Internasional yang sulit


terelakan oleh semua negara di dunia. Sebagai program turunan sekaligus
akselerator gerakan globalisasi ekonomi, berkembang perdagangan bebas (free
trade) yang secara bertahap sudah diberlakukan di sebagian kawasan tertentu di
dunia. Misalnya, program NAFTA yang sudah berlaku efektif sejak 1 Januari
1994, CAFTA sudah diberlakukan per 1 Januari 2010 dan MEA akan segera
diberlakukan mulai 31 Desember 2015. Sasaran akhirnya adalah terealisasinya
perdagangan bebas dunia sebagai perwujudan dari agenda besar yang tiada lain
adalah globalisasi ekonomi. Implikasinya, akan terwujud ekonomi global yang
saling tergantung (interdependent) antar negara di dunia.

Menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan adalah


tujuan dari manajemen keuangan, prestasi manajemen keuangan tercermin pada
kinerja keuangannya. Akuisisi dapat digunakan sebagai cara untuk meningkatkan
kinerja keuangan perusahaan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk
menjelaskan perbedaan kinerja keuangan perusahaan multinasional sebelum
dengan sesudah akuisisi. Penelitian dilakukan di Perusahaan Multinasional
pengakuisisi di BEI pada tahun 20112013. Sampel penelitian ini berjumlah 7
perusahaan, penarikan sampel menggunakan metode nonprobability sampling
dengan pendekatan purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah
Pair-Sample T-Test. Berdasarkan analisis data, ditemukan bahwa sesudah akuisisi
kinerja keuangan perusahaan multinasional tidak berbeda secara signifikan
dengan sebelum akuisisi. Hal ini membuktikan bahwa srategi akuisisi bukanlah
strategi yang tepat untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan
multinasional. Agar akuisisi berhasil, perusahaan pengakuisisi sebaiknya
melakukan berbagai persiapan seperti, melihat kondisi perusahaan target dari segi
manajemen dan finansialnya, serta melihat kondisi ekonomi nasional dan
internasional.
BAB 1PENDAHULUAN

Aktivitas perdagangan yang dilakukan oleh suatu negara, termasuk


perdagangan internasional, merupakan salah satu bentuk kegiatan ekonomi yang
cukup penting dan signifikan dalam menentukan tingkat kemajuan ekonomi dari
negaratersebut. Perdagangan, dengan berbagai aktivitasnya, akan menjadi salah
satu kesempatan dalam meningkatkanpendapatan serta memperluas kesempatan
kerja bagi masyarakat dan menanggulangi kesulitan ekonomi.Indonesia, sebagai
salah satu negara di dunia yang memiliki berbagai sumber daya, saat ini sedang
melaksanakan dan melanjutkan pembangunan secara berkala, dimana dalam
menjalankan pembangunannya membutuhkan berbagai jenis barang dan jasa.
Barang dan jasa tersebut dapat diperoleh dari dalam negeri dan ada pula yang
diimpor dari negara laindengan pelbagai jenis, sifat dan karakteristik produknya.

Bab ini berisi hal-hal yang akan dibahas Jurnal. Bab ini berisilatar belakang
masalah yang menampilkan secara garis besar baik secara teori maupun fakta
yang ada dan menjadi alasan dibuatnya Jurnal ini, perumusan masalah berisi
mengenai pernyataan tentang keadaan, fenomena dan konsep yang memerlukan
jawaban melalui Jurnal ini, tujuan dan manfaat Jurnal merupakan hal yang
diharapkan dapat dicapai mengacu pada latar belakang masalah, dan sistematika.
1.1 Latar Belakang
Ketergantungan Indonesia padaperdagangan internasional sebagai mesin
penggerak perekonomian nasionalcukup besar. Menurut Salvatore (2007),
salah satu aktivitas perekonomian yangtidak dapat dilepaskan dari
perdaganganinternasional adalah aktivitas aliranmodal, baik yang sifatnya
masukmaupun keluar, dari suatu negara.
Ketika terjadi aktivitas perdaganganinternasional berupa kegiatan ekspor
dan impor maka besar kemungkinanterjadi perpindahan faktor-faktor
produksi dari negara eksportir ke negara importiryang disebabkan oleh
perbedaanbiaya dalam proses perdaganganinternasional. Salvatore (2007)
jugamenyatakan bahwa secara umum,sebuah negara tidak boleh
hanyaberekspektasi pada perdaganganinternasional, khususnya ekspor
sebagaisatu-satunya mesin penggerak pertumbuhanekonomi pada masa
sekarang.
Kinerja perdagangan Indonesia yangsemakin menurun, terlihat dari
surplusneraca perdagangan yang semakinmenurun (defisit) dari tahun ke
tahunpatut diwaspadai pemerintah. Haltersebut menunjukkan bahwa
tidakselamanya keuntungan dapat diperolehdari aktivitas perdagangan,
sehinggapemerintah harus mulai memikirkanalternatif lain guna menutupi
kekuranganyang ada. Salah satu usaha yangdapat dilakukan pemerintah
adalahmenarik investor asing untuk menanamkanmodalnya di Indonesia
dalam bentuk Foreign Direct Investment (FDI).
1.2 Rumusan Masalah
1. Seperti apakah organisasi perdagangan dunia?
2. Bagaimanakah sistematika block perdagangan dunia?
3. Bagaimana globalisasi politik dan pinjaman luar negeri?
4. Apa yang dimaksud dengan perusahaan multi nasional?
5. Apa yang dimaksud anti globalisasi dan apa hubungannya dengan
organisasi perdaagangan dunia?
1.3 Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan dari penelitian ini, untuk mengetahui tentang
“Globalisasi Ekonomi dan Organisasi Perdagangan Dunia”.
1. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk membuka wawasan dan


pengetahuan kami tertaik dengan “Globalisasi Ekonomi dan Organisasi
Perdagangan Dunia”.

2. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini diuraikan mengenai ringkasan
materiyang akan dibahas pada setiap bab yang ada dalam penelitian
untuk memberikan gambaran keseluruhan isi pembahasan. Adapaun
sistematika pembahasan yang terdapat dalam Jurnal terdiri 5 bab sebagai
berikut:

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan penulisan
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
BAB III: METODOLOGI PENULISAN JURNAL

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization)
B. Blok Perdagangan Dunia
C. Globalisasi Politik dan Pinjaman Luar Negeri
D. Perusahaan Multi Nasional
E. Anti Globalisasi
BAB V: PENUTUP

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA


Aktivitas berbagai bentuk perdagangan sudah menjadi bagian dari kehidupan
sehari-hari saat ini. Aktivitas ini diakibatkan oleh karena manusia tidak bisa
memenuhi kebutuhannya sendiri dan demikian juga halnyadengan suatu negara.
Awal dari kreativitas perdagangan dilakukan hanya antar individu secara
sederhanadengan sistem barter, namun sejalan dengan semakin beragamnya
kebutuhan yang diperlukan,mengakibatkan terjadinya aktivitas perdagangan tidak
hanya dilakukan antar individu lagi melainkan jugaantar negara. Perdagangan
internasional itu sendiri merupakan suatu proses tukar menukar berbagai
barangdan berbagai jasa yang didasarkan atas kehendak atau keinginan sukarela
dari masing-masing pihak hinggaterjadinya kesepakatan, atau dengan kata lain,
unsur kebebasan untuk menentukan untung rugi denganadanya pertukaran yang
terjadi dilihat dari sudut kepentingan nasional dari masing-masing negara.
Perluuntuk ditegaskan disini bahwa unsur kebebasan adalah amat penting dalam
perdagangan internasional.
Perdagangan internasional merupakan salah satu topik yang dibahas dalam
teori ekonomi internasional bila didasarkan pada pendapat akan adanya gains
from trade jika melakukan pertukaran, sehingga dengan katalain dapat diuraikan
bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena salah satu atau kedua
negara yangmelakukan pertukaran melihat adanya manfaat atau keuntungan dari
pertukaran itu.Perdagangan internasional diperlukan pula untuk mendapatkan
manfaat yang dimungkinkan oleh spesialisasiproduksi. Spesialisasi berarti setiap
negara memproduksi barang tertentu lebih banyak daripada yang akandikonsumsi
warganya dan barang lain lebih sedikit daripada yang dapat dikonsumsi warganya.
Studi mengenai perdagangan muncul pada abad keenam belas, dimana
penganut aliran tersebut disebutsebagai kaum merkantilisme. Kaum
merkantilisme tersebut menyatakan bahwa suatu negara ingin menjadikaya dan
berkuasa maka negara itu harus mengekspor lebih banyak dibandingkan dengan
impornya. Selisihdari aktivitas ekspor impor tersebut akan diselesaikan dengan
pemasukan logam mulia.Negara yang semakin banyak memiliki emas, maka
semakin kaya dan berkuasa negara

BAB III: METODOLOGI PENULISAN JURNAL


Metode yang digunakan yaitu menggunakan metode kualitatif berdasarkan
pada data-data sekunder yang telah disusun menggunakan metode penulisan
kualitatif.

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization)
Organisasi Perdagangan Dunia adalah organisasi internasional yang
mengawasi banyak persetujuan yang mendefinisikan "aturan perdagangan" di
antara anggotanya (WTO, 2004a). Didirikan pada 1 Januari 1995 untuk
menggantikan GATT, persetujuan setelah Perang Dunia II untuk meniadakan
hambatan perdagangan internasional. Prinsip dan persetujuan GATT diambil
oleh WTO, yang bertugas untuk mendaftar dan memperluasnya.

WTO merupakan pelanjut Organisasi Perdagangan Internasional (ITO,


International Trade Organization). ITO disetujui oleh PBB dalam Konferensi
Dagang dan Karyawan di Havana pada Maret 1948, namun ditutup oleh Senat
AS (WTO, 2004b).

WTO bermarkas di Jenewa, Swiss. Direktur Jendral sekarang ini adalah


Pascal Lamy (sejak 1 September 2005). Pada Juli 2008 organisasi ini memiliki
153 negara anggota. Seluruh anggota WTO diharuskan memberikan satu sama
lain status negara paling disukai, sehingga pemberian keuntungan yang
diberikan kepada sebuah anggota WTO kepada negara lain harus diberikan ke
seluruh anggota WTO (WTO, 2004c).
Pada akhir 1990-an, WTO menjadi target protes oleh gerakan anti-
globalisasi.WTO memiliki berbagai kesepakatan perdagangan yang telah
dibuat, namun kesepakatan tersebut sebenarnya bukanlah kesepakatan yang
sebenarnya. Karena kesepakatan tersebut adalah pemaksaan kehendak oleh
WTO kepada negara-negara untuk tunduk kepada keputusan-keputusan yang
WTO buat.

Privatisasi pada prinsip WTO memegang peranan sungguh penting.


Privatisasi berada di top list dalam tujuan WTO. Privatisasi yang didukung
oleh WTO akan membuat peraturan-peraturan pemerintah sulit untuk
mengaturnya. WTO membuat sebuah peraturan secara global sehingga
penerapan peraturan-peraturan tersebut di setiap negara belum tentulah cocok.
Namun, meskipun peraturan tersebut dirasa tidak cocok bagi negara tersebut,
negara itu harus tetap mematuhinya, jika tidak, negara tersebut dapat terkena
sanksi ekonomi oleh WTO.

Negara-negara yang tidak menginginkan keputusan-keputusan yang dirasa


tidak fair, tetap tidak dapat memberikan suaranya. Karena pencapaian suatu
keputusan dalam WTO tidak berdasarkan konsensus dari seluruh anggota.
Merupakan sebuah rahasia umum bahwa empat kubu besar dalam WTO
(Amerika Serikat, Jepang, Kanada, dan Uni Eropa) lah yang memegang
peranan untuk pengambilan keputusan. Pertemuan-pertemuan besar antara
seluruh anggota hanya dilakukan untuk mendengarkan pendapat-pendapat yang
ada tanpa menghasilkan keputusan. Pengambilan keputusan dilakukan di
sebuah tempat yang diberi nama "Green Room". Green Room ini adalah
kumpulan negara-negara yang biasa bertemu dalam Ministerial Conference
(selama 2 tahun sekali), negara-negara besar yang umumnya negara maju dan
memiliki kepentingan pribadi untuk memperbesar cakupan perdagangannya.
Negara-negara berkembang tidak dapat mengeluarkan suara untuk
pengambilan keputusan.

B. Blok Perdagangan Dunia

AFTA (Asean Free Trade Area) dibentuk oleh negara – negara Asean
untuk menciptakan suatu zona perdagangan bebas, direncanakan beroperasi
penuh pada tahun 2008 namun dalam perkembangannya dipercepat menjadi
tahun 2003.Mekanisme utama untuk mencapai tujuan di atas adalah skema
“Common Effective Preferential Tariff” (CEPT) yang bertujuan agar barang-
barang yang diproduksi di antaranegara ASEAN yang memenuhi ketentuan
setidak-tidaknya 40 % kandungan lokal akan dikenai tarif hanya 0-5 %.

Anggota ASEAN mempunyai tiga pengecualian CEPT dalam tiga kategori :

(1) pengecualian sementara

(2) produk pertanian yang sensitif

(3) pengecualian umum lainnya (Sekretariat ASEAN 2004)

Untuk kategori pertama, pengecualian bersifat sementara karena pada akhirnya


diharapkan akan memenuhi standar yang ditargetkan, yakni 0-5 %. Sedangkan
untuk produk pertanian sensitif akan diundur sampai 2010. Dapat disimpulkan,
paling lambat 2015 semua tarif di antara negara ASEAN diharapkan mencapai
titik 0 %.AFTA dicanangkan dengan instrumen CEPT, yang diperkenalkan
pada Januari 1993. ASEAN pada 2002, mengemukakan bahwa komitmen
utama dibawah CEPT-AFTA hinggasaat ini meliputi 4 program, yaitu :

1. Program pengurangan tingkat tarif yang secara efektif sama di antara


negara- negara ASEAN hingga mencapai 0-5 persen.
2. Penghapusan hambatan-hambatan kuantitatif (quantitative restrictions) dan
hambatan-hambatan non-tarif (non tariff barriers).
3. Mendorong kerjasama untuk mengembangkan fasilitasi perdagangan
terutama di bidang bea masuk serta standar dan kualitas.
4. Penetapan kandungan lokal sebesar 40 persen.
North America Free Trade Agreement ( NAFTA )Kawasan bebas
perdagangan ternyata tidak hanya dimiliki oleh negara - negara anggota
ASEAN. Di kawasan Amerika Utara kesepakatan untuk membentuk kawasan
bebas perdagangan juga dilakukan kebijakan ekonomi tersebut North American
Free TradeArea (NAFTA).NAFTA dibentuk oleh negara Amerika
Serikat,Kanada, dan Meksiko. Kesepakatan untuk membentuk kawasan
perdagangan bebas dilakukan pada tanggal 12 Agustus 1992. Namun,
pelaksanaan NAFTA dimulai pada awal tahun 1994.Tujuan yang ingin dicapai
dengan diberlakukannya NAFTA, antara lain:
1. Meningkatkan kegiatan ekonomi para anggota.
2. Mengusahakan standarisasi barang-barang yang diperdagangkan.
3. Meningkatkan pelayanan pada konsumen dengan mengutamakan aspek
keselamatan, kesehatan, dan ramah denganlingkungan
4. Mengatur keseimbangan ekspor dan impor di antara anggota.
Asia Pacific Economic Coorporation ( APEC )APEC adalah singkatan dari
Asia-Pacific Economic Cooperation atau Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik.
APEC didirikan pada tahun 1989. APEC bertujuan mengukuhkan pertumbuhan
ekonomi dan mempererat komunitas negara-negara di Asia Pasifik.Dengan
kata lain Asia-Pacific Economic Cooperation, atau APEC, adalah forum utama
untuk memfasilitasi pertumbuhan ekonomi, kerjasama, perdagangan dan
investasi di kawasan Asia-Pasifik.APEC adalah satu-satunya pemerintahan
antar kelompok di dunia yang beroperasi atasdasar komitmen yang tidak
mengikat, dialog terbuka dan sama menghormati pandangan dari semua
peserta.
Tidak seperti WTO atau badan-badan perdagangan multilateral lainnya, APEC
tidak memiliki kewajiban perjanjian yang diperlukan dari peserta. Keputusan
yang dibuat dalam APEC yang dicapai dengan konsensus dan komitmen yang
dilakukan secara sukarela. APEC memiliki 21 anggota – disebut sebagai
“Member Ekonomi” – yang menyumbang sekitar 40,5% 1 dari populasi dunia,
sekitar 54,2% 1 dari GDP dunia dan sekitar 43,7% 2 dari perdagangan dunia.
Maksud dan TujuanAPEC didirikan pada tahun 1989 untuk lebih
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran untuk wilayah dan
untuk memperkuat komunitas Asia-Pasifik.Sejak awal, APEC telah bekerja
untuk mengurangi tarif dan hambatan perdagangan lain di wilayah Asia-
Pasifik, menciptakan ekonomi domestik yang efisien dan secara dramatis
meningkatkan ekspor.
Kunci untuk mencapai visi APEC adalah apa yang disebut sebagai ‘Tujuan
Bogor’ yang bebas dan terbuka perdagangan dan investasi di kawasan Asia-
Pasifik pada tahun 2010 untuk ekonomi industri hingga 2020 untuk
mengembangkan ekonomi.Tujuan ini diadopsi oleh 1994 mereka Para
pemimpin di pertemuan di Bogor, Indonesia.Bebas dan terbuka membantu
perdagangan dan investasi ekonomi untuk tumbuh, menciptakan lapangan kerja
dan memberikankesempatan yang lebih besar untuk perdagangan internasional
dan investasiSebaliknya, proteksi harga tetap tinggi dan mendorong inefisiensi
dalamindustri-industri tertentu. Perdagangan bebas dan terbuka membantu
menurunkan biaya produksi dan dengan demikian mengurangi harga barang
dan jasa – manfaatlangsung bagi semua.
APEC juga bekerja untuk menciptakan lingkungan yang aman dan efisien
pergerakanbarang, jasa dan orang di seluruh di wilayah perbatasan melalui
kebijakan ekonomi dan kesejajaran dan kerjasama teknis.Tujuan Pendirian
APECPada Konperensi Tingkat Menteri (KTM) I APEC di Canberra tahun
1989, telah disepakati bahwa APEC merupakan forum konsultasi yang longgar
tanpa memberikan “Mandatory Consequences” kepada para anggota-nya.Dari
kesepakatan yang diperoleh dalam pertemuan tersebut dapat disimpulkan
bahwa APEC memiliki dua tujuanutama:
1. Mengupayakan terciptanya liberalisasi perdagangan dunia melalui
pembentukan sistem perdagangan multilateral yang sesuai dengan kerangka
GATT dalam rangka memajukan proses kerja sama ekonomi Asia Pasifik
dan perampungan yang positif atas perundingan Putaran Uruguay.
2. Membangun kerja sama praktis dalam program-program kerja yang
difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang menyangkut penyelenggaraan
kajian-kajian ekonomi, liberalisasi perdagangan, investasi, alih teknologi,
dan pengembangan sumber dayamanusia.Sesuai kepentingannya, APEC
telah mengembangkan suatu forum yang lebih besar substansinya dengan
tujuan yang lebih tinggi, yaitu membangun masyarakat Asia Pasifik dengan
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang merata melalui kerja sama
perdagangan dan ekonomi. Pada pertemuan informal yang pertama para
pemimpin APEC di Blake Island, Seattle, Amerika Serikat tahun 1993,
ditetapkan suatu visi mengenai masyarakat ekonomi Asia Pasifik yang
didasarkan pada semangat keterbukaan dan kemitraan; usaha kerja sama
untuk menyelesaikan tantangan-tantangan dari perubahan-perubahan;
pertukaran barang, jasa, investasi secara bebas; pertumbuhan ekonomi dan
standar hidup serta pendidikan yang lebih baik, serta pertumbuhan yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Komunitas Eropa ( EFTA ) European Free Trade Association atau
Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (EFTA) didirikan tanggal 3 Mei 1960
sebagai sebuah Blok dagang alternatif untuk negara Eropa yang tidak mampu,
atau memilih tidak untuk bergabung denganKomunitas Ekonomi Eropa(EEC)
(sekarang Uni Eropa (EU)).EFTA Convention ditandatangani tanggal 4 Januari
1960 di Stockholm oleh tujuh negara. Hari ini hanya Islandia, Norwegia,
Swiss, dan Liechtenstein yang masih menjadi anggota EFTA (karena Norwegia
dan Swiss adalah anggota pendiri). Konvensi Stockholm digantikan oleh
Konvensi VaduzKonvensi ini menyediakan liberalisasi dagang di antara
anggotanya. Tiga dari negara EFTA adalah bagian dari Pasar Internal Uni
Eropa melalui Perjanjian pada Wilayah Ekonomi Eropa (EEA), yang berlaku
tahun 1994; yang keempat, Swiss, memutuskan untuk melakukan perjanjian
bilateral dengan UE. Selain itu, negara EFTA telah melakukan perjanjian
perdagangan bebas dengan sejumlah negara lain.Sebuah pembangunan penting
adalah tahap yang dilakukan Swiss tahun 1999 yaitu sekumpulan perjanjian
bilateral dengan Uni Eropa yang mencakup wilayah luas, termasuk pergerakan
orang, angkutan dan penghalang teknis perdagangan. Pembangunan ini
mendorong negara EFTA untuk memperbarui Konvensinya untuk menjamin
bahwa hal ini akan terus memberikan gambaran sukses ekspansi dan
liberalisasi dagang di antara mereka dan seluruh dunia.EFTA UPDATE tanggal
1 Juni 2002. Wilayah utama Konvensi ini telah diperbarui termasuk:Pengakuan
kesesuaian penilaian; Hak properti intelektual; Pergerakan orang, keamanan
sosial danpengakuan diploma; Investasi dan jasa; Angkutan darat dan udara;
Pengadaan publik; Pertanian.

C. Globalisasi Politik dan Pinjaman Luar Negeri


Ada beragam globalisasi, yaitu globalisasi ekonomi, budaya, dan politik.
Globalisasi politik terjadi ketika suatu isu politik berubah menjadi suatu
gerakan politik yang menimbulkan pengaruh politik terhadap tatanan politik
yang ada baik ditingkat regional maupun global. Pada dekade 1990-an, di
Eropa sempat terjadi globalisasi politik, yaitu ketika gelombang demokratisasi
melanda Eropa Tengah dan Timur (ETT) dan mendorong perubahan tatanan
politik disana.
Glasnost dan Perestroika sebagai bola api yang liar. Terpilihnya Presiden
Michael Gorbachev membawa perubahan tidak hanya di Rusia, namun di ETT.
Seperti diketahui, ETT merupakan daerah pengaruh Rusia selama berlangsung
Perang Dingin. Rusia menjadikan beberapa negara di wilayah ini seperti
Polandia, Rumania, Hongaria, Bulgaria, Ceko, dan Slovak penganut paham
Komunisme. Namun demikian, Presiden Gorbachev melakukan program
Glasnot (keterbukaan) dan Perestroika (restrukturisasi) di Rusia. Program ini
membawa perubahan terhadap kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya
di Rusia. Bahkan, gaung dari pembaruan ini sampai ke kawasan ETT yang
merupakan sekutu Rusia. Gorbachev secara konsekuen mendukung perubahan
tatanan sosial politik dan ekonomi di kawasan ini.
Fenomena ini dipahami sebagai gelombang demokratisasi yang
menjatuhkan pemerintahan di ETT. Satu demi satu pemerintahan komunis di
ETT tumbang karena mendapat tekanan dari rakyatnya yang menuntut
pemerintahan demokratis. Disamping itu, Gorbachev juga mengisyaratkan
perlu menerima aspirasi rakyat yang berkembang di ETT. Peralihan dari
tatanan komunis kepada demokrasi secara umum tidak terlalu bergejolak,
kecuali di Rumania. Pemerintah komunis yang berkuasa sendiri yang
melakukan pembenahan intenal untuk menuju tatanan demokrasi. Di lain
pihak, rakyat menerima transformasi politik ini dengan baik pula sehingga
tidak perlu jatuh korban yang terlampau banyak dalam transisi politik ini.
Transisi politik ini umumnya tejadi antara tahun 1989 sampai dengan 1991.
Dalam kurun waktu waktu 3 tahun masyarakat yang tinggal di ETT telah
merespon isu demokratisasi. Hal ini tidak terlepas dari aspek ekternal yaitu
Dinamika Masyarakat Eropa dan Globalisasi Politik.
Gorbachev memberi dukungan politik terhadap gelombang demokratisasi
di wilayah ini. Glasnost dan Perestroika juga disebarkan ke kawasan ETT
sebagai upaya mendorong gelombang demokratisasi. Berbagai negara ETT
yang berada di bawah hegemoni Rusia mau tidak mau mengikuti garis
kebijakan tersebut. Sedangkan aspek internalnya adalah perilaku politik
masyarakat di ETT yang mendukung kebijakan transformasi politik tersebut
secara realistis. Terkesan terjadi suatu kesepakatan politik antara penguasa dan
rakyat di ETT, sehingga transisi politik dari tatanan otoriter menuju tatanan
demokratis berjalan dengan aman.

Namun demikian, gelombang demokratisasi bukan berjalan tampa


masalah. Demokratisasi juga memiliki kendala-kendala yang menghambat
demokratisasi itu sendiri. Di Rusia ide pembaruan mendapat penolakan dari
masyarakat pendukung Komunisme. Mereka adalah kaum konservatif yang
lebih menyukai tatanan Komunisme atau Marxisme-Leninisme tetap menjadi
sistem politik di negaranya. Kekuatan masyarakat Rusia yang berpaham
demikian jumlahnya cukup signifikan dan memiliki wakil di Duma yaitu
Parlemen Rusia. Salah satu peristiwa yang cukup bersejarah ketika Gorbachev
diculik dan dibawa keluar kota Moscow oleh sejumlah orang. Hal ini pasti ada
kaitannya dengan kekuatan atau para pihak yang anti terhadap kebijakan-
kebijakan politiknya atau pihak-pihak yang mengincar posisinya selaku
pemimpin negara adidaya itu. Sampai akhirnya, Boris Yeltsin menemukan
dirinya dan mengamankan atau membawanya kembali ke Moscow. Akhirnya,
Yeltsin menggantikan dirinya dan meneruskan upaya pembaruan di negara itu.

Kebijakan Presiden Gorbachev membawa dampak signifikan dalam


kehidupan politik Uni Soviet. Uni Soviet berubah menjadi sejumlah negara
berdaulat, namun demikian Rusia menjadi pewaris utama negara adidaya itu.
Negara-negara baru muncul seiring dengan bubarnya Uni Soviet, misalnya;
Georgia, Ukrania, dan sejumlah negara Asia Tengah yang dahulu juga di
bawah Soviet seperti Kazakstan, Uzbekistan, Tajikistan, dan lainnya. Pola
hubungan sesama bekas Uni Soviet ini sebagian bersifat konflik karena
perebutan wilayah. Sedangkan hubungan, Rusia dengan bekas Uni Soviet
sebagian juga bersifat konflik karena Rusia mendukung sejumlah gerakan-
gerakan anti pemerintah di berbagai negara bekas Uni Soviet itu. Di samping
itu, hal ini juga dipicu oleh masalah-masalah ekonomi.

Pinjaman(hutang) hutang luar negeri yang selama ini diberikan kepada


negara negara berkembang dan miskin, dipandang oleh Hizbut Tahrir sebagai
suatu perubahan taktik penjajahan Barat. Penjajahan di bidang ekonomi ini
dilakukan melalui pinjaman-pinjaman dana. Lembaga-lembaga seperti IMF
atau World Bank (Bank Dunia) hanyalah sekedar institusi yang didirikan untuk
melaksanakan strategi tersebut.

Hizbut Tahrir menguraikan sejarah asal mula ide ini. Bermula pada
sekitar dekade 1940-an, muncul opini bahwa metode penjajahan militer harus
dihapuskan. Ketika negaranegara sekutu berhasil memenangkan Perang Dunia
II, di antara program yang dilancarkan Rusia adalah: pertama melanjutkan
kembali serangan terhadap sistem ekonomi kapitalisme; kedua menyerang
sistem penjajahan Barat; ketiga menggerakkan penduduk tanah jajahan agar
melakukan revolusi; dan keempat merekayasa berbagai kejadian untuk
menggoncangkan negara-negara kapitalis Barat. Oleh karena itu, Amerika
memandang bahwa tidak ada jalan lain untuk mempertahankan penjajahan
kecuali dengan mengubah taktik penjajahan dan tidak ada jalan untuk
mengambil wilayah jajahannya dari sisa-sisa negara terjajah kecuali dengan
melakukan taktik baru penjajahan (Maliki, 1963:6).

Amerika kemudian mengadopsi taktik baru untuk mengembangkan neo-


imperialisme dan mulai menerapkannya dengan mengikat negara-negara yang
dimerdekakan melalui berbagai hutang dan bantuan. Meski pada awalnya hal
ini kelihatan samar bagi sebagian orang, sebab dibungkus dengan baju
pembebasan dari cengkeraman imperialisme dan baju bantuan untuk
membangun perekonomian negara. Maka peristiwa-peristiwa Kongo, Angola
dan gerakan-gerakan PBB menentang Inggris di Afrika, seperti Rhodesia dan
peristiwa Irian Barat di mana PBB menggabungkan Irian ke Indonesia, semua
itu merupakan bukti jelas atas langkah-langkah Amerika dalam mengawali
cara neo-imperialisme dengan memberikan kemerdekaan kepada suatu bangsa
lalu diikat dengan hutang (Maliki, 1963:6-7).

Menurut Hizbut Tahrir, jika negara yang baru merdeka menolak


mengambil hutang, maka Amerika membuat berbagai kesulitan dan
kegoncangan hingga negara tersebut tunduk dan dengan terpaksa mengambil
hutang kepada Amerika. Dalam arti, Amerika mengikatnya dengan sarana uang
seperti kasus yang terjadi pada Indonesia. Ketika Indonesia pertama kali
merdeka, Indonesia menolak untuk mengambil hutang kepada Amerika,
sehingga hal itu mendorong Amerika membuat berbagai bentuk
pemberontakan dan kekacauan sampai Indonesia tunduk tahun 1958 dan
menerima hutang dan asistensi Amerika (Maliki, 1963: 7-8).

Menurut Hizbut Tahrir, sebelum memberikan hutang, Barat membentuk


opini publik tentang perencanaan dan pengembangan ekonomi di bekas negara
jajahan atau bekas negara yang berada di bawah pengaruh Barat. Upaya ini
membangun motivasi warga negara tersebut untuk turut menyukseskan upaya
perencanaan dan pengembangan perekonomian (Ahmad, 1997:4), yakni
dengan mengambil modal asing, khususnya Amerika. Melalui cara ini Amerika
dapat dengan mudah memaksakan dominasi atas suatu negara dan selanjutnya
mengeksploitasinya. Dengan demikian, propaganda tentang perencanaan dan
pengembangan perekonomian adalah propaganda kamuflase, yang maksud
sebenarnya adalah membuka jalan bagi masuknya modal asing menggantikan
posisi tentara dan kekuatan militer dalam memaksakan dominasi atas negeri-
negeri Islam (Maliki, 1963: 8).

Dalam pandangan Hizbut Tahrir, hal di atas terkait dengan propaganda


imperialisme, dan sama sekali tidak terkait dengan usaha untuk meningkatkan
pendapatan dan kekayaan nasional. Sebab menyusun kebijakan ekonomi dan
mengembangkan kekayaan negara serta menyediakan kebutuhan-kebutuhan
materi merupakan suatu perkara yang sangat mendesak dan memang perlu.
Tetapi dalam menyusun kebijakan ekonomi ini tidak membutuhkan
propaganda yang justru akan menguras kekayaan negara ke luar negeri.
Kebijakan itu hendaknya juga dibuat hanya berdasarkan kebutuhan-kebutuhan
negeri Islam, dan tidak dibenarkan jikakebijakan itu dari pengarahan musuh
umat Islam.

Hizbut Tahrir menyebutkan bahwa setidaknya ada empat bahaya besar


bantuan hutang luar negeri seperti tercantum sebagai berikut.

 Sebagai salah satu cara melakukan imperialisme ekonomi.


 Sebelum hutang diberikan, negara-negara donor memberikan syarat-syarat
yang berat terhadap negaranegara penghutang untuk mengetahui
kapabilitas dan kapasitas negara penghutang tersebut dengan cara
mengirimkan pakar-pakar ekonominya untuk mematamatai rahasia
kekuatan atau kelemahan ekonominya, dengan dalih bantuan konsultan
teknis atau review program.
 Hutang luar negeri pada dasarnya merupakan senjata politik negara
kapitalis yang dipimpin oleh Amerika terhadap negeri-negeri kaum
muslimin untuk memaksakan kebijakan politik dan ekonominya atas kaum
muslimin
 Hutang luar negeri amat melemahkan dan membahayakan negara
penghutang, terutama hutang-hutang berjangka waktu pendek. Karena
pembayaran hutang memakai dolar, maka beban pembayaran akan makin
terasa berat, bukan saja karena adanya bunga hutang namun juga
terpuruknya nilai mata uang negara penghutang terhadap dolar (Maliki,
1963 :200-207).

Dalam memahami hutang luar negeri sebagai bagian yang tidak


terpisahkan dari kapitalisme, maka persoalan lain yang patut dimunculkan
adalah, seberapa jauh dapat dibuktikan bahwa negara penerima hutang tetap
terjaga independensinya dari intervensi asing dalam transaksi pembuatan
hutang tersebut. Baik ditinjau dari sudut negara-negara miskin penerima
utang maupun dari sudut negara-negara kaya pemberi hutang, melebarnya
kesenjangan kaya miskin di seluruh dunia adalah fenomena umum. Namun
yang jauh lebih penting daripada persoalan kesenjangan internal yang terjadi
pada suatu negara, dampak yang paling parah dari kapitalisme adalah
melebarnya kesenjangan negara-negara kaya dengan negara-negara miskin
dan menengah di dunia.

Untuk itu tidaklah berlebihan statemen Mas‟udi, yang menegaskan


drama kolosal yang dimainkan Barat terkait dengan bantuan kepada suatu
negara, yang mana mampu menyihir manusia untuk terkagum-kagum pada
Barat, padahal bantuan yang diberikan semuanya tidak terlepas dalam rangka
mencapai kepentingan negara Barat tersebut (Mas‟udi, 1995:427).

D. Perusahaan Multi Nasional

Daftar perusahaan multinasional yang melakukan akuisi pada tahun 2011-2013


No. Nama Perusahaan Multinasional
1. PT. Unilever Indonesia, Tbk.
2. PT. Bhakti Capital Indonesia,.Tbk.
3. PT. Aneka.Tambang, Tbk.
4. PT. Berau Coal Energy, Tbk.
5. PT. Indorama Synthetics, Tbk.
6. PT. Kalbe Farma, Tbk.
7. PT. Multipolar Technology, Tbk.
8. PT. Astra Otoparts, Tbk.
9. PT. Pabrik.Kertas.Tjiwi.Kimia, Tbk.
10. PT. Salim Ivomas Pratama, Tbk.

Dalam penelitian Melindhar (2015) menyebutkan secara umum bahwa


kinerja keuangan perusahaan go public mengalami peningkatan setelah
melakukan akuisisi. Akuisisi terjadi ketika satu entitas membeli entitas lain.
Beberapa manfaat akuisisi yaitu mendapatkan cashflow dengan cepat,
memperoleh karyawan yang berpengalaman, dan menghemat waktu untuk
memasuki bisnis baru. Beberapa kelemahan akuisisi yaitu proses integrasi yang
tidak mudah dan biaya konsultan yang mahal.

Jenis-jenis akuisisi berdasarkan cara perluasannya yaitu horisontal,


vertikal, congeneric, dan conglomerate. Jenis akuisisi horisontal adalah
penggabungan perusahaan dalam jenis bisnis yang sama. Sedangkan menurut
Dao (2010) perusahaan dapat terlibat dalam akuisisi vertikal jika perusahaan
target akuisisi dengan perusahaan pengakuisisi menyediakan barang dan jasa
pada tahap rantai nilai tunggal. Jenis akuisisi congeneric merupakan
penggabungan entitas dalam industri yang sama, sedangkan jenis akuisisi
conglomerate merupakanpenggabungan perusahaan dari industry yang
berbeda.

E. Anti Globalisasi

Antiglobalisasi adalah suatu istilah yang umum digunakan untuk


memaparkan sikap politis orang-orang dan kelompok yang menentang
perjanjian dagang global dan lembaga-lembaga yang mengatur perdagangan
antar negara seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). "Antiglobalisasi"
dianggap oleh sebagian orang sebagai gerakan sosial, sementara yang lainnya
menganggapnya sebagai istilah umum yang mencakup sejumlah gerakan sosial
yang berbeda-beda. Namun, orang-orang yang dicap "antiglobalisasi" sering
menolak istilah itu, dan mereka lebih suka menyebut diri mereka sebagai
Gerakan Keadilan Global, Gerakan dari Semua Gerakan atau sejumlah istilah
lainnya.

Beberapa karakteristik yang umum pada negara berkembang menyebabkan


negara berkembang seringkali menjadi korban dalam perdagangan
internasional.

Beberapa karakteristik tersebut:

1. Produsen barang-barang primer, yaitu seperti produk pertanian, kehutanan


dan perikanan. Hal ini sesuai dengan prinsip keunggulan komparatif, yakni
di negara berkembang tersedia faktor produksi tanah dan penduduk yang
berlimpah.
2. Masalah tekanan penduduk, berupa banyaknya pengangguran dan
peningkatan penduduk yang pesat.
3. Sumber-sumber alam banyak yang belum diolah karena kekurangan modal
dan keahlian.
4. Kualitas penduduk masih rendah, karena rendahnya pendidikan dan
mobilitas. Hal ini lebih jauh menyebabkan rendahnya produktivitas tenaga
kerja.
5. Kekurangan modal karena rendahnya penghasilan dan investasi.
6. Orientasi perdagangan ke luar negeri, terutama untuk produk primer karena
keterbatasan kemampuan mengolah produk-produk primer tersebut
(Irawan, 1993).

Hal ini menyebabkan peningkatan pendapatan tidak serta merta


meningkatkanharga/nilai dari produk primer tersebut, ataupun penurunan harga
menyebabkanpeningkatan jumlah permintaan. Dampak lanjutannya adalah
pihak produsentidak dapat meningkatkan nilai tambah atas produk yang
dijualnya. Hal ini diperburukdengan terbatasnya jenis produk di sektor ini dan
banyaknya pemain yang mengakibatkan nilai tambahnya menjadi semakin
rendah. Selain itu negara berkembang yang sedang dalam proses industrialisasi
umumnya berkonsentrasi di bidang TPT(Tekstil dan Produk Tekstil)karena
tingkat teknologi yang dibutuhkan tidak terlampau tinggi dan sifatnya yang
padat karya. Dengan demikian negara-negara berkembang juga sangat
tergantung pada industri TPT-nya dan tingkat persaingannya sangat tinggi.
Indonesia sebagai negara berkembang juga memiliki karakteristik seperti
yangdisebutkan di atas. Ekonomi Indonesia banyak tergantung pada ekspor
produk primer dan TPT. Pada tahun 2006, ekspor TPT Indonesia mencapai
USD 9,5 milyar atau 11,8% dari total ekspor non-migas (Bank Indonesia,
2006). Ini menyebabkan bahwa restrukturisasi industri TPT menjadi sesuatu
yang sangat kritis di Indonesia.
Argumen kedua yang mendukung terhadap tindakan apa yang akan
dilakukanoleh pemerintah Indonesia adalah hal ini sejalan dengan teori bahwa
produktivitasadalah dasar dari kemakmuran suatu negara (Porter, 1990).
Produktivitas ini harusselalu ditingkatkan dengan inovasi-inovasi baru dan
penciptaan industri baru untukmengganti lapangan kerja yang hilang karena
peningkatan produktivitas. Tugaspemerintah adalah membantu perusahaan-
perusahaan nasional dalam melakukaninovasi maupun penciptaan industri
baru.
Dalam kasus industri TPT di Indonesia, produktivitasnya sangat rendah
karenamesin-mesin yang digunakan sudah ketinggalan jaman. Pemerintah
dalam hal inimembantu meningkatkan produktivitas perusahaan-perusahaan
TPT dengan subsidi bunga tersebut. Diharapkan agar industri TPT setelah
menggunakan mesin-mesin baru tersebut dapat bersaing dengan negara-negara
lain dan memperebutkan pasar ekspor yang semakin terbuka lebar karena
dicabutnya sistem kuota tekstil di negara - negara maju. Pada akhirnya, hal ini
akan meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia yang sejalan dengan
semangat WTO. Sebagai tambahan, juga sesuai dengan UUD 1945 pasal 33
yang intinya adalah pemerintah harus menggunakan sumber daya yang ada di
Indonesia bagi kemakmuran rakyat.
Argumen ketiga ialah negara maju telah melakukan pemberlakuan subsidi,
tarifdan kuota atas produk pertanian dan tekstil, yang sesungguhnya menjadi
keunggulan komparatif negara-negara berkembang. Pemberian subsidi dan
keunggulan teknologipertanian di negara maju menyebabkan harga komoditas
primer menjadi jatuh danmerusak ekonomi negara-negara berkembang
(Panitchpakdi, 2002). Hal ini masihtetap dipertahankan dengan alasan
keamanan nasional, dimana negara-negara majutidak bersedia menjadi
tergantung dalam hal pangan.
Dalam hal kuota tekstil, di negara maju seperti di Amerika Serikat berakhir
padaakhir tahun 2004. Hal ini memperbesar peluang ekspor dari negara-negara
berkembang,termasuk Indonesia. Dalam aturan umum WTO disebutkan bahwa
negara majutidak dapat mengharapkan perlakuan khusus yang timbal balik,
dengan demikianIndonesia dapat berargumen bahwa restrukturisasi ini adalah
sama dengan yang telahdilakukan oleh negara maju selama ini.
Argumen yang keempat adalah risiko jikarestrukturisasi ini tidak atau
gagal dilaksanakan. Saat ini Indonesia dibebani dengan36 juta penganggur dan
65 juta penduduk dibawah garis kemiskinan (Kompas, 9 April2005). Jika
industri TPT tidak direvitalisasi, maka akan semakin banyak pendudukyang
menganggur dan kemiskinan semakin merajalela.
WTO sejauh ini masih memberikan pertimbangan jika keamanan
nasional menjadi taruhan, karena tujuan utama perdagangan internasional yang
bebasadalah untuk meningkatkan kemakmuran seluruh umat manusia.
Seandainya program ini dapat digulirkan dan tidak dipermasalahkan
oleh WTO,berikutnya ada masalah lain yang mengganjal. Yakni kemampuan
pemerintah dalammengucurkan kredit dan mengawasi jalannya pelaksanaan
kredit ini. Seringkalipemerintah Indonesia gagal dalam meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Institusi bentukanpemerintah yang rencananya ditujukan
sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraanrakyat malah menjadi parasit
dan hanya menguntungkan sebagian pejabatdan pengusaha. Sebagai contoh,
tata niaga cengkeh dan jeruk yang justru menghancurkankehidupan masyarakat
di sentra-sentra penghasil produk-produk tersebut,ataupun koperasi-koperasi
yang memonopoli kehidupan ekonomi di desa-desa(Kompas, 9 April 2005).
Contoh buruk prestasi pemerintah dalam hal penyalurankredit adalah
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia, yang menyeret Indonesia ke dalamkrisis
moneter berkepanjangan. Ataupun kasus kredit-kredit macet di bank-bankyang
dikelola pemerintah. Hal-hal ini perlu diwaspadai agar penyaluran bantuan
kreditdalam restrukturisasi industri TPT tidak bernasib sama dengan bantuan-
bantuanyang terdahulu. Dalam hal ini, akuntan publik akan dapat berperan
penting. Akuntanpublik dapat ditugaskan untuk memeriksa kewajaran laporan-
laporan keuanganperusahaan-perusahaan yang mengajukan proposal untuk
permohonan bantuan kredittersebut. Dalam pemeriksaan tersebut dapat
diungkapkan bagaimana integritasmanajemen, kualitas pengendalian intern dan
kualitas pengelolaan perusahaan. Seandainyaperusahaan tersebut lemah dalam
hal-hal diatas, akan sulit menjamin bahwakredit yang diberikan dapat
meningkatkan daya saing perusahaan dan bukan sekedarmemperpanjang umur
perusahaan tersebut untuk pada akhirnya tutup juga.
Dana yang telah disalurkan juga perlu mendapat perhatian. Akuntan
publik dapatmemeriksa apakah perusahaan-perusahaan yang memperolehnya
memang menggunakandana tersebut sesuai peruntukannya. Jangan sampai
terjadi dilakukan markupatas harga beli mesin-mesin baru, ataupun membeli
mesin yang sudah ketinggalanjaman, atau bahkan digunakan untuk keperluan
lain. Selain itu, kelancaranpembayaran kredit juga menjadi hal yang penting.
Berdasarkan laporan keuanganperusahaan yang telah diperiksa oleh
akuntan publik, pihak pemberi kredit dapatcukup yakin bahwa jika ada
perusahaan yang tidak sanggup membayar hutangnya,memang demikian
adanya dan bukan hasil manipulasi. Ini untuk mencegah agar hartaperusahaan
yang berasal dari kredit ini tidak digelapkan oleh pemilik/
manajemennyasendiri.
BAB V: PENUTUP

Menurut teori, perdagangan internasional dapat meningkatkan


kesejahteraan masyarakat di negara-negara yang aktif terlibat di dalamnya.
Berdasarkan hal ini, para pemimpin negara-negara di dunia sepakat untuk
meningkatkan perdagangan internasional dengan cara mengurangi berbagai
hambatan atas perdagangan internasional, misalnya tarif, kuota, subsidi dan
larangan lainnya. Hasilnya adalah dibentuknya WTO yang menjadi badan
pengelola perdagangan internasional, lengkap dengan aturan-aturannya yang
harus dipatuhi seluruh negara anggota-anggotanya.

Masalah yang timbul adalah kondisi setiap negara berbeda-beda, terutama


antarakelompok negara maju dengan negara berkembang. Dengan demikian
aturan main yang berlaku harus dibedakan. Selain itu, negara maju juga lebih
mengutamakan kepentingannya sendiri, dengan memproteksi pasarnya dari impor
produk-produk yang menjadi andalan ekspor negara berkembang, yang
menyebabkan negara-negara miskin menjadi semakin miskin.

Kesimpulannya, negara berkembang seperti Indonesia harus berjuang melalui


WTO untuk memperoleh dispensasi agar dapat lebih meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya. Dalam kasus rencana pemberian subsidi terhadap industri TPT di
Indonesia, pemerintah Indonesia dapat mengajukan empat argumen atas
rencananya itu, yakni:

1. Indonesia masih merupakan negara berkembang,


2. Peningkatan kesejahteraan hanya dapat dilakukan melalui peningkatan
produktivitas,yang mana sekarang ini memerlukan biaya investasi yang besar,
3. Negara-negara maju selama berpuluh-puluh tahun melakukan proteksi
terhadapproduk TPT, kini saatnya negara berkembang untuk memberikan
subsidi untukmengembangkan industrinya, dan
4. Masalah keamanan nasional.
Bagi akuntan publik, jika program ini digulirkan, dapat membantu
mengawasipenyaluran kredit dan pengembaliannya, karena program-program
pemerintah selama ini banyak terganggu karena masalah moral hazard.
Diharapkan agar tujuan semula yang dicita-citakan dapat tercapai dan Indonesia
dapat menjadi lebih sejahtera. Alternatif lainnya, seandainya rencana pemerintah
gagal, yakni mengembangkan industri kapas, masih menghadap banyak kendala,
seperti masalah suhu dan pengelolaan air, serta hambatan teknologi, keahlian dan
subsidi dari Amerika Serikat.

Sarannya, pemerintah Indonesia perlu memperjuangkan lewat WTO agar


program restrukturisasiindustri TPT ini berhasil, karena dampak yang
ditimbulkannya akan positif. Akuntan publik juga dapat membantu pemerintah
dalam pelaksanaannya sehingga dapat menekan penyimpangan di lapangan
sekecil mungkin. Penguatan industri TPT melalui pembenahan industri hilirnya,
yakni pengembangan industri kapas juga tidak mudah dilakukan sehingga dalam
jangka pendek kredit ekspor untuk industri tekstil ini menjadi alternatif yang
cukup menarik untuk dilakukan.
Daftar Pustaka

https://h31y4d1.wordpress.com/2011/05/16/blok-perdagangan/?
_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C1068799138

Jurnal Asdi Aulia, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Katolik


Parahyanga,Perdagangan Internasional dan Restrukturisasi Industri TPT di
Indonesia

Jurnal Suci Safitriani , Perdagangan Internasional dan Foreign Direct


Investment di Indonesia, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.8 NO. 1,
JuLi 2014

Jurnal Prabowo Siswanto, Fakultas Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Studi


Pembangunan Universitas Diponegoro, Analisis Dampak Perdagangan Bebas
Terhadap Ketimpangan Pembangunan Wilayah

Anda mungkin juga menyukai