Anda di halaman 1dari 8

2.

8 Kode Kegawatdaruratan di Rumah Sakit


1. Code Red
Code Red atau kode merah adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman
kebakaran di lingkungan rumah sakit (api maupun asap), sekaligus mengaktifkan tim
siaga bencana rumah sakit untuk kasus kebakaran. Dimana tim ini terdiri dari dari
seluruh personel rumah sakit, yang masing-masing memiliki peran spesifik yang
harus dikerjakan sesuai dengan panduan kebakaran/tanggap darurat bencana/disaster
plan rumah sakit. Misalnya; petugas tehnisi/IPRS segera mematikan listrik di tempat
area kebakaran, petugas/perawat segera memobilisasi pasien ke titik-titik kumpul
melalui jalur evakuasi, dan sebagainya. Respon primer dari code red adalah I –
informasikan adanya code red kepada pegawai lainnya untuk meminta bantuan dan
utamakan keselamatan pasien, batasi penyebaran api dan asap jika fasilitas
memingkinkan, P – padamkan api menggunakan peralatan yang efektif secepatnya,
pastikan jalur keluar bebas hambatan, E – evakuasi pasien dan pengunjung jika api
tidak dapat dipadamkan. Respon sekunder dari code red adalah berusaha
memadamkan api dengan APAR, caranya adalah P – pull (tarik/cabut pengaman
APAR dalam posisi jongkok dan lakukan pengetesan tekanan), A – aim (arahkan
ujung selang ke dasar api dengan jarak +- 2,5 atau +- 1m), S – squeeze (tekan tuas
APAR), S – sweep (kibas-kibas arah semprotan ke dasar api, jangan melawan arah
angin). Panggilan darurat 8900
2. Code Blue
Code blue adalah kode yang mengumumkan adanya pasien, keluarga pasien,
pengunjung, dan karyawan yang mengalami kegawatan medis atau henti jantung atau
henti nafas dan membutuhkan tindakan bantuan hidup dasar/resusitasi segera.
Pengumuman ini utamanya adalah untuk memanggil tim medis reaksi cepat atau tim
code blue yang bertugas pada saat tersebut, untuk segera berlari secepat mungkin
menuju tempat lokasi/ruangan yang diumumkan dan melakukan resusitasi jantung
dan paru pada pasien. Tim medis reaksi cepat (tim code blue) ini merupakan
gabungan dari perawat yang terlatih, dan bertugas sesuai jaga shiftnya yang berbeda-
beda pula diperlukan pengumuman yang dapat memanggil mereka dengan cepat.
Panggilan darurat 8600
A. Prosedur Code Blue
1. Jika didapatkan seseorang atau pasien dalam kondisi cardiac respiratory arrest
maka perawat ruangan (I) atau first responder berperan dalam tahap pertolongan,
yaitu :
1) Segera melakukan penilaian dini kesadaran korban
2) Pastikan lingkungan penderita aman untuk dilakukan pertolongan
3) Lakukan cek respon penderita dengan memanggil nama atau menepuk bahu
4) Meminta bantuan pertolongan perawat lain (II) atau petugas yang ditemui di
lokasi untuk mengaktifkan code blue
5) Lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) sampai dengan tim code blue datang
2. Perawat ruangan lain (II) atau penolong kedua, segera menghubungi operator
telepon “8600” untuk mengaktifkan code blue, dengan prosedur sebagai berikut :
1) Perkenalkan diri
2) Sampaikan informasi untuk mengaktifkan code blue
3) Sebutkan nama lokasi terjadinya cardiac respiratory arrest dengan lengkap
dan jelas, yaitu: area ..... (area satu/dua/tiga/empat), nama lokasi atau ruangan
4) Jika di lokasi kejadian di ruangan rawat inap maka informasikan : “nama
ruangan ... nomor kamar ....”
5) Waktu respon operator menerima telepon “8600” adalah harus secepatnya
diterima, kurang dari 3 kali deringan telepon
3. Jika lokasi kejadian berada di area ruang rawat inap ataupun rawat jalan, setelah
menghubungi operator, perawat ruangan II segera membawa troli emergensi ke
lokasi dan membantu perawat ruangan I melakukan resusitasi sampai dengan tim
code blue datang. Operator menggunakan alat telekomunikasi handy talky (HT)
atau pengeras suara mengatakan code blue dengan prosedur sebagai berikut :
1) “code blue, code blue, code blue, di area ....(satu/dua/tiga/empat), nama lokasi
atau ruangan....”
2) Jika lokasi kejadian diruangan rawat inap maka informasikan: “code blue, code
blue, code blue, nama ruangan .... nomor kamar ....”
4. Setelah tim code blue menerima informasi tentang aktivasi code blue, mereka
segera menghentikan tugasnya masing-masing, mengambil resusitasi kit dan
menuju lokasi terjadinya cardiac respiratory arrest. Waktu respon dari aktivasi
code blue sampai dengan kedatangan tim code blue di lokasi terjadinya cardiac
respiratory arrest adalah 5 menit
5. Sekitar 5 menit kemudian, operator menghubungi tim code blue untuk
memastikan bahwa tim code blue sudah menuju lokasi terjadinya cardiac
respiratory arrest tersebut
6. Jika lokasi terjadinya cardiac respiratory arrest adalah lokasi yang padat manusia
maka petugas keamanan segera menuju lokasi terjadinya untuk mengamankan
lokasi tersebut sehingga tim code blue dapat melaksanakan tugasnya dengan aman
dan sesuai prosedur
7. Tim code blue melakukan tugasnya sampai dengan diputuskannya bahwa
sesusitasi dihentikan ketua tim code blue
8. Untuk pelaksanaan code blue di area empat, tim code blue memberikan bantuan
hidup dapar kepada pasien kemudian segera ditransfer ke Instalasi Gawat Darurat
9. Ketua tim code blue memutuskan tindak lanjut pasca resusitasi, yaitu :
1) Jika resusitasi berhasil dan pasien stabil maka dipindahkan secepatnya ke
Instalasi Perawatan Intensif untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut jike
keluarga pasien setuju
2) Jika keluarga pasien tidak setuju atau jika Instalasi Perawatan Intensif penuh
maka bisa dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas
3) Jika keluarga pasien menolak dirujuk dan meminta dirawat diruang perawatan
biasa, maka keluarga pasien menandatangani surat penolakan
4) Jika resusitasi tidak berhasil dan pasien meninggal, maka lakukan koordinasi
dengan bina rohani, kemudian pasien dipindahkan ke kamar jenazah
10. Ketua tim kode blue melakukan koordinasi dengan DPJP
11. Ketua tim code blue memberikan informasi dan edukasi kepada kluarga pasien
12. Perawat ruangan mendokumentasikan semua kegiatan dalam rekam medis
pasien dan melakukan koordinasi dengan ruangan pasca resusitasi
B. Pengorganisasian Tim Code Blue
Tim code blue di RS Islam Jemursari terbagi atas:
1. Tim code blue satu yaitu tim code blue yang bertanggung jawab terhadap area
satu
2. Tim code blue dua yaitu tim code blue yang bertanggung jawab terhadap area dua
3. Tim code blue tiga yaitu tim code blue yang bertanggung jawab terhadap area tiga
Tim code blue terdiri dari:
1. Ketua tim code blue yaitu satu orang dokter umum
2. Anggota tim code blue yang terdiri dari satu orang perawat senior (supervisi) dan
satu orang perawat
Struktur tim code blue di RS Islam Jemursari adalah sebagai berikut:
1. Ketua tim code blue
1) Ketua tim code blue adalah dokter umum (jaga ruangan/jaga IGD)
2) Kualifikasi:
a. Memiliki SIP yang masih berlaku
b. Memiliki ATLS atau ACLS
c. Memiliki kewenangan klinis dalam hal kegawatdaruratan medis
2. Anggota tim code blue
Anggota tim code blue terdiri dari:
1) Supervisi
Kualifikasi:
a. Memiliki SIP yang masih berlaku
b. Memiliki sertifikat PPGD
c. Memiliki kewenangan klinis dalam hal kegawatdaruratan medis
2) Perawat IGD/Resusitasi/IPI/IBS dan perawat ruangan terkait (katim dan dan
anggota tim) yang bertanggungjawab saat itu
a. Memiliki SIP yang masih berlaku
b. Memiliki sertifikat PPGD
c. Memiliki kewenangan klinis dalam hal kegawatdaruratan medis
3) Petugas binroh
4) Security
5) Farmasi
C. Uraian Tugas Tim Code Blue
1. Ketua tim code blue
1) Memimpin pelaksanaan code blue di area RS Islam Jemursari, meliputi :
a. Shift pagi (jam 07.00 – 14.30 WIB)
a) Ketua tim code blue di area satu adalah dokter jaga IGD
b) Ketua tim code blue di area dua adalah dokter jaga ruangan
c) Ketua tim code blue di area tiga adalah dokter jaga ruangan
d) Ketua tim code blue di area empat adalah dokter jaga IGD
b. Shift sore (jam 14.30 – 22.00 WIB)
a) Ketua tim code blue di area satu adalah dokter jaga IGD
b) Ketua tim code blue di area dua adalah dokter jaga ruangan
c) Ketua tim code blue di area tiga adalah dokter jaga ruangan
d) Ketua tim code blue di area empat adalah dokter jaga IGD
c. Shifat malam (jam 22.00 – 07.00 WIB)
Ketua tim code blue di semua area adalah dokter jaga IGD yang bertugas
jaga pada shift malam
2) Memimpin pelaksanaan Resusitasi Jantung Paru (RJP)
3) Menentukan tindak lanjut pasca resusitasi
4) Melakukan koordinasi dengan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
5) Sebagai pengambil keputusan dalam kondisi emergensi atau kondisi jika DPJP
tidak ada ditempat atau sulit dihubungi
6) Melakukan edukasi dengan keluarga pasien
7) Melakukan koordinasi dengan bagian pelayanan medis dan keperawatan terkait
jadwal jaga tim code blue
8) Melakukan koordinasi dengan bagian/unit yang lain untuk pelaksanaan code
blue, misalnya dengan bagian farmasi untuk pengadaan obat dan alat kesehatan
emergensi
9) Bekerja sama dengan diklat RS Isalam Jemursari dalam meningkatkan kualitas
tim code blue
2. Anggota tim code blue
1) Supervisi
a. Shift pagi (jam 07.00 – 14.30 WIB) : pelaksana code blue di semua area
b. Shift sore (jam 14.30 – 22.00 WIB) : pelaksana code blue di semua area
c. Shift malam (jam 22.00 – 07.00 WIB) : pelaksana code blue di semua area
2) Perawat
a. Shift pagi (jam 07.00 – 14.30 WIB) :
a) Perawat pelaksana code blue di area satu adalah perawat jaga Res/IGD
shift pagi
b) Perawat pelaksana code blue di area dua adalah perawat IPI dan Res/IGD
shift pagi
c) Perawat pelaksana code blue di area tiga adalah perawat jaga IBS dan
Res/IGD shift pagi
b. Shift sore (jam 14.30 – 22.00 WIB) :
a) Perawat pelaksana code blue di area satu adalah perawat jaga Res/IGD
shift sore
b) Perawat pelaksana code blue di area dua adalah perawat IPI dan Res/IGD
shift sore
c) Perawat pelaksana code blue di area tiga adalah perawat jaga IBS dan
Res/IGD shift sore
d) Perawat pelaksana code blue di area satu adalah perawat jaga Res/IGD
shift sore
c. Shift malam (jam 22.00 – 07.00 WIB) :
a) Perawat pelaksana code blue di area satu adalah perawat jaga Res/IGD
shift malam
b) Perawat pelaksana code blue di area dua adalah perawat IPI dan Res/IGD
shift malam
c) Perawat pelaksana code blue di area tiga adalah perawat jaga IBS dan
Res/IGD shift malam
d) Perawat pelaksana code blue di area satu adalah perawat jaga Res/IGD
shift malam
3) Binroh : pelaksana code blue di semua area
4) Security : pelaksana code blue di semua area
5) Farmasi : pelaksana code blue di semua area
6) Anggota tim code blue segera mengambil alih tindakan resusitasi yang sedang
berjalan dan melanjutkan tahapan resusitasi jantung paru, meliputi :
a. Dokter pelaksana code blue bertugas:
Berkoordinasi dengan perawat ruangan (I) atau first responder dalam hal:
a) Mempertahankan kepatenan jalan nafas (airway)
(a) Tekan dahi angkat dagu (head tilt – chin lift) bila tidak ada trauma
(b) Mendorong rahang bawah (jaw thrust) bila ada trauma
(c) Pemasangan Oropharyngeal airway
(d) Persiapan pemasangan LMA
b) Bertanggung jawab terhadap keadequatan pernafasan pasien (breathing)
(a) Memberikan bantuan pernafasan melalui Bag-Valve-Mask
(b) Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien
b. Perawat pelaksana code blue bertugas:
a) Bertanggung jawab terhadap sirkulasi pasien
(a) Memasanag monitor EKG/Defibrator
(b) Monitoring tekanan darah dan nadi
b) Bertanggung jawab membawa resusitasi kit
c) Bertanggung jawab dalam persiapan pemasangan defibrator
d) Bertanggung jawab dalam penggunaan obat-obatan emergensi
e) Bertanggung jawab terhadap penggunaan peralatan emergensi termasuk
defribrator
f) Bertanggung jawab terhadap dokumentasi
Semua ketua dan anggota tim code blue memiliki alat komunikasi (HT) yang harus
selalu dinyalakan dan standbye
D. Algoritme Code Blue

Bila ada konsisi “code blue” pasien dengan henti nafas / henti jantung

First responder / penemu pertama memanggil bantuan

First responder melakukan


BHD awal

Penolong kedua mengaktifkan code blue melalui nomor telepon


darurat dengan ext.00

Operator menerima telepon “00” (<<3 dering harus segera diangkat,


kemudian :
1. Operator mengumumkan melalui handy talky atau pengeras suara
2. Selang 5 menit operator menghubungi tim code blue memastikan
tim sudah berada di tempat kejadian

Tim code blue segera menuju lokasi yang ditentukan untuk


melanjutkan resusitasi yang telah dilakukan oleh first responder

Rawat IPI, transfer IGD, rujuk Meninggal


ke RS lain, DNR

Perawat ruangan mendokumentasikan semua kegiatan


3. Code Pink
Code pink adalah kode yang mengumumkan adanya penculikan bayi/anak atau
kehilangan bayi/anak di lingkungan rumah sakit. Secara universal, pengumuman ini
seharusnya diikuti dengan lock down (menutup akses keluar masuk) rumah sakit
secara serentak oleh petugas keamanan. Bahkan menghubungi bandar udara,
terminal, stasiun dan pelabuhan terdekat serta ke pihak ketiga untuk kewaspadaan
terhadap bayi/anak korban penculikan. Respon primer dari code pink adalah hubungi
pusat komando security untuk mengaktifkan code pink, informasikan adanya
penculikan bayi/anak kepada pegawai lainnys dan penanggung jawab ruangan,
monitor seluruh pintu keluar terhadap seluruh orang yang akan meninggalkan rumah
sakit dengan bayi/anak. Respon sekunder dari code pink adalah bantu pihak
kepolisian dan keamanan RSI Jemursari jika diminta, jika sasaran terlihat jangan
dihentikan sendiri, hubungi pusat momando security dan laporkan lokasi temuan.
Panggilan darurat 8900
4. Code Grey
Code grey adalah kode yang menggambarkan situasi verbal/fisik yang semakin
berisiko serta berbahaya. Respon primer dari kode grey adalah lindungi/pertahankan
diri sendiri, hubungi pusat komando security untuk mengaktifkan code grey. Respon
sekunder dari kode ini adalah berusaha untuk mengurangi tingkat risiko/bahaya
secara verbal. Panggilan darurat 8900
5. Code Black
Code black adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman orang yang
membahayakan (ancaman orang bersenjata atau tidak bersenjata yang mengancam
akan melukai seseorang atau melukai seseorang atau melukai diri sendiri), ancaman
bom atau ditemukan benda yang dicurigai bom di lingkungan rumah sakit dan
ancaman lain. Respon primer dari code black adalah hubungi pusat komando security
untuk menghidupkan code black, jangan sentuh benda yang dicurigai sebagai bom,
isolaso area/lokasi ancaman bom. Respon sekunder dari code black adalah laporkan
ke koordinator keadaan darurat gedung untuk konsultasi dengan kepolisian RI
sebagai pertimbangan untuk mengevakuasi penghuni gedung, bertanya sebanyak
mungkin kepada penelepon jika menerima telepon ancaman/peringatan bom.
Panggilan darurat 8900
6. Code Green
Code green adalah kode yang mengumumkan peristiwa adanya gerakan bumi yang
mengakibatkan adanya guncangan oleh faktor alam yang dapat mengakibatkan
timbulnya korban jiwa, kerusakan serta dampak psikologis. Respon primer dari code
green adalahnmenuju tempat yang aman, jongkok, berlindung dan jangan berlari.
Respon sekunder dari code green adalah jika berada dalam gedung; menuju tempat
yang aman sesuai dengan peta aman pada tiap lantai, bagi pasien yang berada di
tempat tidur tetap berada ditempat tidur masing-masing. Jika berada didalam lift;
tekan tombol lift terdekat atau semua tombol dan segera keluar jika pintu sudah
terbuka. Jika berada diluar gedung; segera mencari tempat yang aman dari
reruntuhan. Jika berada didalam mobil; segera keluar dari mobil. Jika sedang
mengendarai mobil segera hentikan mobil tetapi jangan hentikan mobil diatas
jembatan. Panggilan darurat 8900
7. Code Purple
Code purple adalah kode yang mengumumkan pengaktifan evakuasi pasien,
pengunjung dan karyawan rumah sakit pada titik-titik kumpul/aman yang telah
ditentukan setelah ada komando akibat adanya kegawatdaruratan kebakaran ataupun
bencana. Pada intinya, menginisiasi tim evakuasi untuk melaksanakan tugasnya.
Tetap tinggal pada lokasi dapat membahayakan nyawa, kesehatan atau keamanan.
Respon promer dari kode purple adalah evakuasi area secara horizontal/vertikal,
evakuasi mulai dari yang dapat berjalan, dengan kursi roda, lalu dengan ranjang.
Respon sekunder dari code purple adalah lihat rencana evakuasi masing-masing
gedung. Panggilan darurat 8338
8. Code Orange
Code orange adalah kode yang menumumkan adanya insiden yang terjadi di luar
rumah sakit (emergensi eksternal) misalnya kecelakaan massal lalu lintas darat, laut,
dan udara; ledakan, banjir, tanah longsor, kebakaran, gempa bumi, tsunami dll. Kode
yang menggunakan warna-warna diatas adalah tanda peringatan terhadap suatu
kondidi kegawatdaruratan yang sifatnya universal. Khusus untuk lingkungan rumah
sakit, kode-kode tersebut merupakan bagian dari kebijakan tanggap darurat bencana
terkait keselamatan dan keamanan pasien, pengunjung, warga sekitar rumah sakit
serta petugas, yang harus dimiliki serta diketahui secara luas. Panggilan darurat 8338

Anda mungkin juga menyukai