Anda di halaman 1dari 24

Penulisan Karya ilmiah

“ Analisis Anorexia Nervosa”

Disusun oleh:
NAMA : ElSA ELVIRA KOLATLENA
NIM : P07120219061
KELAS : TINGKAT 1B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU

PROGRAMSTUDI KEPERAWATAN TUAL

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


Motto

“Lebih baik Mencegah daripada mengobati”


Lembar pengesahan

Kordinator Mahasiswa

NS. Maritje Papilaya, S.Kep.,M.,Kes Elsa Elvira Kolatlen


Nip : Nim:P07120219061

Mengetahui

Ibu Juliana Laritmas S.Pd,M.SI,


Nip:198104112006042016
Kata pengantar

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat tuhan yan maha esa.
Atas limpahan kasih karunia-nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah kesehatan yang berjudul
“ penyakit anoreksia “
Tepat pada waktunya,. Terlesaikannya karya tulis ini tidak bisa
terlepas dari
Daftar isi

Motto……………………………………………………………………..
lembar pengesahan…………………………………………………….
Kata pengantar,…………………………………………………………
Daftar isi………………………………………………………………….
Bab I pendahuluan……………………………………………………..
1.1 latar belakang ……………………………………………………..
1.2 rumusan masalah…………………………………………………
1.3 tujuan penelitian…………………………………………………
1.4 manfaat penelitian…………………………………………………
Bab II pembahasan……………………………………………………..
2.1. pengertian…………………………………………………………
2.2. Ciri-ciri penderita anorexia nervosa……………………………
2.3. Faktor penyebab anorexia nervosa……………………………
2.4. Dampak anorexia nervosa………………………………………
2.5. Penanganan anorexia nervosa…………………………………
Bab III penutup………………………………………………………….
3.1 kesimpulan………………………………………………………….
3.2 saran………………………………………………………………..
Daftar pustaka…………………………………………………………

BAB I
pendahuluan

1.1     Latar Belakang

Anoreksia adalah kelainan psikis yang diderita seseorang berupa kekurangan nafsu

makan meski sebenarnya lapar dan berselera terhadap makanan. Dorongan untuk makan

umumnya didasarkan pada nafsu makan dan rasa lapar. Dua hal tersebut adalah gejala yang

berhubungan tetapi memiliki arti berbeda. Nafsu makan adalah keadaan yang mendorong

seseorang untuk memuaskan keinginannya dalam hal makan, ini berhubungan dengan konsep

budaya yang berbeda antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya. Sedangkan lapar

menggambarkan keadaan kekurangan gizi yang dasar dan merupakan konsep fisiologis.

Gangguan nafsu makan umumnya dialami anak-anak usia 1-3 tahun atau usia prasekolah.

Pada usia ini anak menjadi sulit makan karena pertumbuhan fisiknya melambat dibanding ketika

ia masih bayi. Fase sulit makan ini di negara Barat dikenal sebagai fase Johnny won’t eat 2.

Selain itu periode usia 1-3 tahun disebut juga usia food jag, yaitu anak cuma mau makan

makanan yang disukai sehingga terkesan terlalu pilih-pilih dan sulit makan. Sulit makan

dianggap wajar selama tidak mengganggu kesehatan dan pertumbuhan anak dan akan hilang

dengan sendirinya. Akan tetapi keadaan sulit makan yang berkepanjangan dapat berdampak pada

pertumbuhan fisik dan perkembangan intelektual anak.Pada bayi dan anak sehat makan

merupakan kegiatan rutin sehari-hari yang sederhana yaitu mengkonsumsi makanan dengan

memasukkan makanan ke dalam mulut dan menelannya, sebagai sumber semua jenis zat-zat gizi

yang Makan merupakan salah satu kegiatan biologis yang kompleks yang melibatkan berbagai

faktor fisik, psikologis, dan lingkungan keluarga, Jika dilihat dari segi gizi anak, makan

merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan individu terhadap berbagai macam zat gizi

(nutrien)untuk berbagai keperluan metabolisme berkaitan dengan kebutuhan untuk


mempertahankan hidup, mempertahankan kesehatan dan untuk pertumbuhan dan perkembangan.

Keadaan ini sering dialami oleh sekitar 25% pada usia anak, jumlah akan meningkat sekitar 40-

70% pada anak yang lahir prematur atau dengan penyakit kronik. Kesulitan makan pada anak

sering membuat masalah tersendiri bagi orang tua, bahkan dokter yang merawatnya. Sebuah

klinik perkembangan melaporkan jenis kesulitan makan terbanyak adalah anak yang hanya mau

makanan lumat atau cair, kesulitan mengunyah dan menelan dan kebiasaan makan yang aneh dan

ganjil. Penelitian yang dilakukan di Jakarta menyebutkan pada anak prasekolah usia 4-6 tahun,

didapatkan prevalensi kesulitan makan sebesar 33,6%. Sebagian besar 79,2% telah berlangsung

lebih dari 3 bulan.Disamping itu, makan merupakan pendidikan agar anak terbiasa kebiasaan

makan yang baik dan benar dan juga untuk mendapatkan kepuasan dan kenikmatan bagi anak

maupun bagi pemberinya terutama ibu.

1.2 rumusan masalah


1.3     Tujuan  penelitian

1.4 Manfaat penelitian


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertia

Anorexia nervosa /AN adalah sebuah gangguan makan yang ditandai dengan kelaparan secara

sukarela dan stres dari melakukan latihan. AN merupakan sebuah penyakit kompleks yang

melibatkan komponen psikologikal, sosiologikal, dan fisiologikal, pada penderitanya ditemukan

peningkatan rasio enzim hati ALT dan GGT,[hingga disfungsi hati akut pada tingkat

lanjut. Anoreksia nervosa diartikan sebagai sebagai suatu gangguan makan yang terutama

menyerang wanita muda dan ditandai oleh penurunan berat badan yang ekstrim dan disengaja

oleh diri sendiri,. periode menstruasi yang tidak stabil pada wanita yang telah puber Tanda-

tanda Anoreksia Nervosa:Berat badan turun secara drastic,Diet berkelanjutan,Ketakutan

bertambah berat badan atau menjadi gemuk, bahkan ketika berat badannya dibawah rata

rata,Gejala yang tidak semestinya pada bentuk/ berat badan dalam eveluasi diri,Sibuk

menghitung kalori makanan dan nutrisi,Lebih memilih makan sendirian,Latihan berlebih,Rambut

atau kuku pecah-pecah dan depresi. (Dona L wong, 2008).

Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang mengancam jiwa yang ditandai dengan

penolakan klien untuk mempertahankan berat badan normal ynag minimal, gangguan persepsi

yang bermakna tentang bentuk atau ukuran tubuh atau menolak untuk mengakui bahwa ada

masalah.(Sheila L. Videbeck, 2008)

Banyak penelitian yang beranggapan bahwa masalah yang mendasari lebih bersifat

psikologis daripada biologis, sebagian pakar mencurigai bahwa pengidap anoreksia nervosa
mungkin kecanduan opiate endongen yaitu bahan mirip morpin yang diproduksi sendiri oleh

tubuh yang diperkirakan dikeluarkan selama kelaparan jangka panjang .(Sherwood, lauralee,

2001)

Ada 2 tipe anoreksia nervosa:

1.       Tipe terbatas; individu dengan tipe ini mengindari makan berlebihan, mereka biasanya

menyediakan makan sendiri

2.       Tipe binge; individu ini dapat makan dimana saja, akan tetapi selesai makan ia akan segera

memuntahkan makanannya di kamar mandi, menggunakan pencuci perut atau memperlancar

buangan kotoran.

Komplikasi medis gangguan makan atau anoreksia nervosa adalah terganggunya gastro

intestinal (penundaan pengosongan lambung, kembung, kontipasi,nyeri abdomen, gas dan diare).

Pada dermatologi timbul kulit pecah-pecah karena dehidrasi,lanugo dan akrosianotis yaitu tangan

dan kaki biru.(Sheila L. Videbeck, 2008)


2.2  ciri-ciri penderita anoreksia nervosa

95% dari penderita anorexia nervosa adalah wanita. Dibawah ini adalah

kriteria atau ciri-ciri yang disebutkan DSM-III-R ( dalam thorpe &

olson, 1990):

1. Penolakan untuk menjaga berat badan dari berat badan ideal untuk

usia dan tinggi badan tertentu.

2. Berat badan setidaknya 15% dibawah berat badan normal.

3. Distorsi bentuk tubuh, dan diikuti dengan persepsi diri bahwa badan

yang dimiliki sekarang terlalu gemuk meskipun pada kenyataan yang

sebenarnya terlalu kurus.

4. Ketakutan intens akan mengalami obesitas.

5. Amenorrhea ( pada wanita ): ketidakhadiran siklus menstruasi

selama 3 bulan berturut-turut.

Penderita anorexsia biasanya dilimpahi banyak makanan, tetapi

selalu menunjukkan rasa takut yang berlebihan akan terjadinya

obesitas.berat badan dikontrol oleh pembatasan kalori yang sangat

besar, seringkali diikuti oleh raga yang berlebihan , atau pencucian

perut setelah makan.


Meskipun gangguan makan ini sangat jarang terjadi, perataanya bisa

sampai 1/100 wanita antara usia 12 – 18 tahun ( DSM-III-R, APA

dalam Thorpe & olson, 1990) anorexia nervosa bisa jadi tidak

akan berhenti dan memungkinkan kematian, serta episodik atau

ditandai dengan sutu periode penurunan berat badan ekstrim dan

kembalinya berat badan normal. antara 5%-21% dari semua

pnderita anorexia meninggal dari efek pelaparan diri atau

komplikasi fisik yang diasosiasikan dengan kelaparan ( halmi

dalam thorpe & adams, 1990)

2.3 faktor penyebab anorexia nervosa

1. Faktor biologis

Berbagai macam kelenjar endokrin dan abnormalitas l

nervosa yang secara aktif melaparkan

diri ,termasuk:meningkatnya serum kolesterol (crisp dalam

turner,calhoun, dan Adams, 1990), hypercarotenemia (werren

dan van de wiele dalam turner, calhoun, dan Adams, 1990),

menurunya tingkat triiodothyronin (Lupton,Simon, Barry, dan

klawans dalam turner, calhoun dan Adams,1990), meningkatnya

plasma LH (Luteinizing Hormone) dan FSH (Folicullar

stimulating hormone) (Russell, loraine Bell dalam


Turner,Calhoun, dan Adams, 1990),24 jam kekurangmatangan

pola sekresi LH (Boyar, katz, Finkelstein, kapen,

weiner,weitzman, dan hellman dalam turner, calhoun, dan

Adams, 1990), berkurangnya total aktivitas elektrik otak dan

tidur REM (Crisp, Fenton, dan Scotton dalam Turner, Calhoun,

dan adams, 1990),dan leucopenia dan pancytopenia (Warren

dan Van de Wiele dalam Turner, Calhoun, dan Adams, 1990).

Berhentinya siklus menstruasi pada wanita penderita

anorexia nervosa paling sering terjadi di awal perubahan pola

makan, kadang terjadi bahkan sebelum adanya penurunan

berat badan. Perubahan pada tingkat metabolisme tubuh, fungsi

hormon adrenal, tingkat hormon pertumbuhan, sekresi

gonadotrophin, sekresi vasopressin (beberapa penderita

anorexia juga mengalami diabetes insipidus ringan atau besar

ringan) (Mecklenberg Loriaux, Thompson, Anderson, dan

Lipsett dalam Turner, Calhoun, dan Adams, 1990) dapat semua

di temukan dalam subjek malnutrisi dari penyebab penyebab

lain.

Adanya kegagalan pemakaian dari fugsi hipotalamus sudah

sangat luas di kenal. Kontroversi sering kali muncul terhadap


pertanyaan apakah proses melaparkan diri ini termasuk faktor

primer atau sekunder. Fakta bahwa semua keabnormalitasan

yang terjadi akan kembali ke keadaan normal saat berat badan

normal di capai merujuk pada faktor sekunder atau di karenakan

oleh reaksi disfungsi hipotalamus (Gamer,D. M, dan Garfinkel ,

P.E,1990). Menyatakan 3 mekanisme masuk akal untuk

menjelaskan abnormalitas hipotalamus. disfungsi hipotalamus

dapat menjadi faktor sekunder dari faktor primer abnormalitas

psikologis penderita anorexia nervosa: atau anorexia nervosa

dapat menjadi faktor primer gangguan hipotalamus yang

menghasilkan perubahan sekunder psikologis penderita.

2. Faktor psikologis

Pendekatan psikologis pada anorexia termasuk teori

psikoanalisis yang mencoba menghubungkan kebahagiaan

mulut dengan makan berlebihan dan penolakan makan atau

rasa bersalah karena makan sebagai pertahanan terhadap

kemauan-kemauan ini (Thoma dalam turne,Calhoun,& Adams,

1990).Orang lain melihat gejala tersebut sebagai reaksi

menghindari fobia,mengikuti kekecewaan yang besar dalam

hubungan peer atau munculnya ketertarikan seksual pada masa


remaja (Galdston dalam Turner,Calhoun,& Adams,1990).

Penjelasan psikodinamis lain mengenai anorexia dalam fobia

berat badan sebagai respon pada efek spesifik dari pubertas

(Crisp dalam Tuner, Calhoun,& Adams,1990). Bruch ( dalam

Tuner,Calhoun,& Adams,1990) menekankan gangguan kognitif

dan gangguan hubungan interpersonal yang dialami oleh

penderita di awal masa kanak-kanak.

Dari segi pengaruh keluarga,tingka laku yang ditunjukan oleh

penderita anorexia nervosa dianggap sebagai refleksi dari

kekacauan fungsi keluarga.Dalam pandangan ini,penderita

anorexia nervosa tidak sakit,melainkan sebagai pembawah

gejala; satuan fungsional yang harus diperiksa adalah

keluarganya. Minuchin dan teman-temannya ( Minuchin,

Rosman,Baker,& Minuchin,2009) telah memfolmalisasikan

sebuah konsep dari keluarga psikosomatis yang dari

karakteristik struktur uniknya memfasilitas perkembangan dan

pemeliharaan gejala psikosomatis (anorexia) pada anak yang

penyakitnya kemudian menjadi paksaan mutlak dalam

kestabilan keluaga. Publik dari Milan group( dalam


Tuner,Calhon,& Adams,1990) yang terbaru telah memfokuskan

pada disfungsi orang tua dalam pemeliharaan gejala anorexia.

2.4 Dampak Anorexia Nervosa

Seiring dengan berjalanya waktu, anorexia nervosa dapat

menyebabkan perubahan fisik, seperti tumbunya rambut

halus di seluruh tubuh, pengecilan tulang dan penipisan

rambut, konstipasi akut, dan tekanan darah renda ( NIMH

dalam King ,2004). Komplikasi yang di sebabkan oleh

anorexia nervosa sangat berbahaya dan bahkan mengancam

jiwa seseorang mencakup kerusakan jantung dan kelenjar

tiroid.Anorexia nervosa di katakan memiliki tingkat kematian

tertinggi di antara gangguan psikologis lain, yaitu 5,6% dari

total penderita dalam kurun waktu 10 tahun setelah di

diagnosis ( Hoek & NIMH dalam King 2014).

Sebagian besar penderita anorexia nervosa adalah

remaja atau wanita muda berkulit putih dari keluarga terdidik

dan berpenghasilan menengah keatas.( Darcy & Dodge

dalam King, 2014). Tidak menutup kemungkinan, penderita


anorexia tersebut adalah orang-orang yang perfeksionis,

yang mencari bentuk tubuh sempurna, memikirkan tentang

berat badan secara obsesif dan melakukan olahraga ekstrim.

Anorexia nervosa juga menimbulkan dampak psikologis yang

beragam seperti depresi, kegelisahan yang terus-menerus,

ketakutan berlebihan akan naiknya berat badan, cepat

marah,perasaan ingin bunuh diri, dan delusi somatic.

2.5 Penganganan Anorexia

Anorexia nervosa adalah gangguan dari berbagai sudut

pandang yang membutukan penanganan fisiologis,

psikologis, dan fungsi sosial secara luas ( Brownell dalam

Thorpe & Olson,1990). Di bawah ini adalah penanganan-

penanganan yang di sarankan untuk penderita anorexia

nervosa:

1.Fungsi fisiologis. Dibutukan pengecekan medis secara

menyeluruh, karena dilihat dari adanya kemungkinan

penyakit komplikasi yang para dari penderita anorexia

nervosa. Dengan tambahan, berat badan harus ditimbang

secara akurat, menggunakan skala yang sensitive terhadap


perubahan berat badan sekecil apapun ( Brownell dalam

Thorpe & Olson,1990).

2.Analisis tingkah laku fungsional. Analisis tingkah laku

fungsional yang mendetail dibutukan untuk tingka laku yang

di tunjukan oleh penderita anorexia nervosa, mencangkup

pola batasan asupan makanan harian; fitur konsumsi

makanan seperti jenis makanan, dan kualitas makanan; pola,

frekuensi, dan metode pencucian perut, serta ketakutan

ketentuan akan kenaikan berat badan ( Harris,Hsu,& Phelps

dalam Thorpe & Olson, 1990). Analisis dilakukan dengan

menanyai penderita anorexai dan pasien di minta untuk

membuat agenda harian untuk semua hal yang terkait

dengan gangguan makan.

3. Psikologi dan fungsi sosial, Masa lalu dan masa kini serta

penyesuaian psikologis harus di lakukan. Bukti akan adanya

depresi dan keinginan untuk bunuh diri adalah hal yang

paling serius merupakan indikator dari stres psikologis akut.

Tergantungnya fungsi keluarga juga mendapatkan peran

penting dalam perkembangan dan pemeliharaan penderita

Aronexia Nervosa ( Minuchin, Rosman, Baker, dalam Thorpe


& Olso, 1990). Terakhir, kemampuan bersosialisasi juga

memiliki peran penting untuk menghindari terjadinya

pengucilan dari peer.

Untuk penanganan dari segi tiga tingka laku di bayangkan kasus anorexia

nervosa, prosedur pengkondisian operan ( operant conditioning) telah

digunakan untuk menaikkan berat badan. Sedangkan desentisasi sismatik

(Systematic desensitization) digunakan untuk menghilangkan rasa takut

akan kenaikan berat badan, dan pelatihan kemampuan bersosialisasi juga

sudah diterapkan untuk meningkatkan kesesuaian bagi sebagian

penderita anorexia nervosa. Penanganan dari segi tiga tingka laku yang

terbaru adalah dengan perstrukturan kembali kognitif (cognitive

restructuring) yang digunakan untuk memodifikasi kepercayaan-

kepercayaan yang berlebihan dari penderita anorexia dan anggapan-

anggapan yang biasanya diderita oleh pasien anorexia nervosa.

1. Prosedur Operant

Cara yang diaplikasikan dalam prosedur operan adalah

memberikan hadia atas naiknya berat badan dan atau menunjukan

perilaku makan yang tepat, dan untuk mengabaikan atau

menghilangkan reward
BAB III

PENUTUP

3.1.    Kesimpulan
Anoreksia nervosa adalah salah satu gangguan makan yang paling banyak

terjadi pada anak gadis remaja dan wanita muda dan disebabkan oleh

berbagai faktor seperti biologi, sosial dan psikososial.Diperlukan terapi

yang menyeluruh dalam penatalaksanaan anoreksia nervosa termasuk

didalamnya hospitalisasi, psikoterapi dan terapi biologis.Tanda dan gejala

yang sering timbul pada penyakit ini adalah Berat badan turun secara

drastic,diet berkelanjutan,Ketakutan bertambah berat badan atau menjadi

gemuk, bahkan ketika berat badannya dibawah rata rata,Gejala yang tidak

semestinya pada bentuk/ berat badan dalam evaluasi diri,Sibuk

menghitung kalori makanan dan nutrisi,Lebih memilih makan

sendirian,Latihan berlebih,selain itu penyakit ini dapat menyebabkan

kematian.

3.2     Saran

siswa harus mampu memahami mengenai pengertian, penyebab,

epidemilogi, penatalaksanaan Anoreksia Nervosa, dan anatomi dari sistem

percernaan yang menjadi target dari Anoreksia Nervosa agar dalam

menjalankan proses keperawatan dapat membuat intervensi dan

menjalankan implementasi dengan tepat sehingga mencapai evaluasi dan

tingkat kesembuhan yang maksimal pada klien Anoreksia Nervosa. Selain


itu siswa juga dapat memperbanyak ilmu dengan mengunjungi seminar

dan membaca dari berbagai sumber.

DAFTAR PUSTAKA
Chandrasoma,Parakrama.2005.Ringkasan Patologi Anatomi edisi 2.

Jakarta: EGC

Darmawan, Bambang. 2007.gangguan penolakan makan(anoreksia

nervosa) Diunduh di:http://mediacastore.com/penyakit/67/anoreksia

nervosa.html.27 1 November 2010. pukul: 19.00 WIB

Gail,W,Stuart.2006. Buku saku keperawatan jiwa edisi 5. Jakarta:EGC

Nelson.1999.Ilmu Kesehatan Anak edisi 1. Jakarta: EGC

Sherwood, lauralee.2001. fisiologi manusia: dari sel ke

system.Jakarta :EGC

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta:EGC.

Wong,Dona,L.2008.Masalah Kesehatan Anak usia sekolah dan

remaja.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai