Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 1

PENGANTAR METODOLOGI PENELITIAN

“PEMILIHAN SAMPEL”

Dosen Pengampu: Muh. Ichwan Musa, SE.,M.Si

DISUSUN OLEH:

Achmad Hamka Hamid (200903500039)

MANAJEMEN G

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2020
1. PEMILIHAN SAMPEL
Pengambilan sampel (sampling) adalah proses pemilihan subset elemen dari
kelompok objek yang lebih besar yang digunakan untuk riset. Objek dapat berupa
barang atau orang. Dalam riset pasar, peneliti harus menetapkan kriteria dan
kemudian memilih jumlah responden yang diperlukan untuk studi. Disebut juga
dengan istilah pengambilan contoh.Mensurvei setiap orang di pasar atau populasi
tidak praktis. Karena itu, muncullah pengambilan sampel. Jika dilakukan dengan
benar, kesimpulan yang diambil dari sampel dapat diterapkan ke kelompok yang lebih
besar dengan error yang terukur. Menggunakan sampel tentu saja menghemat biaya.

1. Alasan Pemilihan Sampel


Pengambilan sampel bertujuan untuk membantu peneliti dalam mengatasi
keterbatasan-keterbatasan yang dapat peneliti jumpai di lapangan seperti:
 Apabila populasi terlalu banyak atau jangkauan terlalu luas sehingga tidak
memungkinkan bagi kita untuk melakukan pengambilan data pada seluruh
populasi.
 Terkendala dalam hal keterbatasan tenaga, waktu, dan biaya.
 Adanya asumsi awal bahwa keseluruhan dalam populasi bersifat seragam
sehingga bisa diwakili oleh beberapa sampel yang akan kita ambil.

Beberapa faktor yang menjadi alasan kenapa peneliti melakukan penelitian sampel
daripada sensus (populasi) adalah :

 Jika jumlah elemen populasi-nya terlalu banyak, peneliti tidak akan


mungkinmengumpulkan seluruhnya karena butuh tenaga dan biaya yang
relatif mahal.
 Kualitas data yang dihasilkan oleh penelitian sampel seringkali lebih
baikdibandingkan dengan hasil sensus.PopulasiSebagian
daripopulasiSampelditelitiDatadianalisisdisimpulkanKesimpulan berlakuuntuk
populasi
 Proses penelitian sampel relatif lebih cepat.
 Alasan lain, adalah jika dilakukan penelitian yang memerlukan pengujian
yangbersifat merusak.
Agar diperoleh sampel yang representatif peneliti perlu menggunakan prosedur
pemilihan sampel yang sistematis. Tahapannya adalah sebagai berikut :
 Mengidentifikasi populasi target
 Memilih kerangka pemilihan sampel
 Menentukan metode pemilihan sampel
 Merencanakan prosedur penentuan unit sampel
 Menentukan ukuran sampel6. Menentukan unit sampel

2. Karakteristik Sampel Yang Baik


Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi dalam prosedur pengambilan sampel, yaitu
representatif (dapat mewakili karakteristik populasi) dan besamya memadai
(Atherton. dan Clemmack, 1982 dalam Busnawir). Dikatakan representatif apabila
ciri-ciri sampel sama atau hampir sama dengan ciri-ciri populasi. Dengan sampel yang
representatif, maka informasi yang dihasilkan relatif sama dengan informasi yang
dikandung populasinya. Sehingga kesimpulan dari hasil penelitian sampel dapat
berlaku bagi populasi. Sebagaimana yang dikemukakan Vockel & Asher (1995)
dalam Setyosari (2007:143), “the sample must be representative of the population
about which we wish to make generalizations”.Ibnu, Dasna, dan Mukhadis (2003:64)
menyebutkan beberapa pertimbangan yang menentukan representatifnya suatu sampel
adalah sebagai berikut.
 Suatu sampel yang baik harus memenuhi jumlah yang memadai sehingga
dapat menjaga kestabilan ciri-ciri populasi. Berapa besar sampel yang
memadai bergantung kepada sifat populasi dan tujuan penelitian. Penentuan
jumlah sampel bergantung pada faktor variabilitas populasi. Semakin
homogen karakteristik populasi, semakin sedikit ukuran sampel yang
dibutuhkan, dan sebaliknya.
 Penelitian yang baik adalah penelitian yang hasilnya sangat akurat. Dengan
hasil yang akurat dapat dirumuskan simpulan yang akurat pula. Sehingga
terdapat hubungan, semakin besar sampel, akan semakin kecil kemungkinan
kekeliruan dalam penarikan kesimpulan tentang populasi.
 Kepadanan tenaga, kecukupan waktu, sarana teknis penunjang, serta
kecukupan logistik penunjang. Keterbatasan keadaan tersebut dapat
mempengaruhi besarnya sampel yang digunakan.
Selain bersifat representative, sampel dipersyaratkan tidak mengandung bias. Sampel
bersifat bias jika pemilihan sampel tidak didasarkan pada kriteria obyektivitas.
Pemilihan sampel dengan unsur subyektivitas dapat menyebabkan sampel berkeadaan
bias. Sebagai contoh: untuk meneliti tingkat kesejahteraan masyarakat berdasarkan
penghasilan rata-rata perbulan yang hanya memberlakukan kalangan menengah ke
atas dengan subyektiviatas peneliti yang ingin menunjukkan bahwa masyarakat di
daerah X telah mencapai kesejahteraan yang baik. Bias juga dapat terjadi karena
seleksi yang keliru. Dengan memenuhi syarat representative dan jumlah sampel yang
memadai akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi. Artinya, sampel
dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur, dengan memiliki dua sifat, yaitu
tingkat akurasi dan presisi yang tinggi, Tingkat akurasi yang tinggi diartikan sebagai
tingkat ketidakadaan bias dalam sampel. Sedangkan presisi mengacu pada persoalan
sedekat mana estimasi kita dengan karakteristik populasi. Kedua hal ini akan
diuraikan sebagai berikut
 Akurasi atau ketepatan, yaitu tingkat ketidakadaan "bias" (kekeliruan) dalam
sampel. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam
sampel, makin akurat sampel tersebut. Tolok ukur adanya "bias" atau tematic
variance" yang maksudnya adalah tidak ada keragaman pengukuran yang
disebabkan karena pengaruh yang diketahui atau tidak diketahui, yang
menyobabkan skor cenderung mengarah pada satu titik tertentu. Sebagai
contoh, jika ingin mengetahui rata-rata luas tanah suatu perumahan, laiu yang
dijadikan sampel adalah rumah yang terletak di setiap sudut jalan, maka hasil
atau skor yang diperoleh akan bias. Kekeliruan semacam ini bisa terjadi pada
sampel yang diambil secara sistematis.
 Presisi, yakni.terkait dengan persoalan sedekat mana estimasi kita dengan
karakteristik populasi. Contoh : Dari populasi sebanyak 100 sopir taxi yang
diinterview diperoleh rata-rata penghasilan mereka perhari Rp. 300.000.
Kemudian diambil sampel secara acak sebanyak 30 orang (30% dari populasi)
dan diperoleh rata-rata penghasilan mereka perhari Rp. 295.000 rupiah. Hal ini
mengindikasikan bahwa ada selisih antara rata-rata populasi dengan rata-rata
sampel sebesar Rp.5,000. Selisih tersebut dapat dikatakan relatif kecil. Makin
kecil tingkat perbedaan di antara rata-rata populasi dengan rata-rata sampel,
maka makin tinggi tingkat presisi sampel tersebut. Presisi diukur oleh
simpangan baku (standard error). Semakin kecil perbedaan di antara
simpangan baku yang diperoleh dari sampel (S) dengan simpangan baku dari
populasi (Q), makin tinggi pula tingkat presisinya

3. Proses Pemilihan Sampel


Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam mengambil sampel dari populasi adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan penelitianTujuan penelitian adalah suatu langkah pokok bagi
suatu penelitian, karena tujuan penelitian tersebut merupakan arah untuk elemen-
elemen yang lain dari penelitian. Demikian pula dalam menentukan sampel
tergantung pula pada tujuan penelitian. Oleh sebab itu langkah pertama dalam
mengambil sampel dari populasi adalah menentukan tujuan penelitian.
2. Menentukan populasi penelitianTelah disebutkan di atas bahwa anggota populasi di
dalam penelitian tersebut harus dibatasi secara jelas. Oleh sebab itu sebelum sampel
ditentukan harus ditentukan dengan jelas kriteria atau Batasan populasinya. Dengan
demikian maka akan menjamin pengambilan sampel secara tepat.
3. Menentukan jenis data yang diperlukan Jenis data yang akan dikumpulkan dari
suatu penelitian harus dirumuskan secara jelas. Apabila jenis data yang akan
dikumpulkan telah di rumuskan secara jelas, maka dapat dengan mudah ditentukan
darimana data tersebut diperoleh atau ditentukan sumber datanya.
4. Menentukan teknik sampling Penentuan teknik sampling yang akan digunakan
dalam pengambilan sampel dengan sendirinya akan tergantung dari tujuan penelitian
dan sifat-sifat populasi.
5. Menentukan besarnya sampel (sample size) Meskipun besar/kecilnya sampel belum
menjamin representatifnya atau tidaknya suatu sampel, tetapi penentuan besar dapat
merupakan langkah penting dalam pengambilan sampel. Secara statistic penentuan
besarnya sampel ini akan tergantung pada jenis dan besarnya populasi. Penentuan
besarnya sampel ini akan dibicarakan di dalam bagian lain.
6. Menentukan unit sampel yang diperlukan Sebelum menentukan sampel yang
diperlukan, terlebih dulu akan ditentukan unit-unit yang menjadi anggota populasi.
Hal ini akan memudahkan dalam menentukan unit yang mana akan di sampel
.7. Memilih sampel Apabila karakterisrik populasi sudah ditentukan dengan jelas
maka kita dapat dengan mudah memilih sampel sesuai dengan karakteristik populasi
tersebut. Dalam memilih sampel dari populasi ini dengan sendirinya berdasarkan
teknik-teknik pengambilan sampel.

4. Pertimbangan Penentuan Jumlah Sampel


I. Ukuran Sampel Absolut dan Relatif
Salah satu pertimbangan yang paling dasar, yang mungkin tidak sesuai dengan
bayangan Anda atau masyarakat umum, adalah lebih utama ukuran absolut
dibanding ukuran relatif. Ukuran absolut ini berarti bahwa besaran sampel
acak sebanyak 1.000 penduduk di Sumatera memiliki validitas yang cukup.
Sampel acak sebanyak 1.000 penduduk di Jawa juga bisa dikatakan valid,
meskipun populasi penduduk di pulau Jawa yang jauh lebih besar. Ini juga
berarti bahwa meningkatkan ukuran sampel berarti meningkatkan presisi
sampel. Ukuran absolut lebih penting dari ukuran relatif, ini berarti bahwa
interval kepercayaan 95 persen dari sampel dapat digunakan untuk mewakili
populasi dengan peluang kesalahan 5 persen. Namun, sampel besar tidak dapat
menjamin presisi, sehingga mungkin lebih baik untuk mengatakan bahwa
meningkatkan ukuran sampel dapat meningkatkan kemungkinan presisi
sampel. Ini berarti bahwa, ketika ukuran sampel meningkat, kesalahan
pengambilan sampel berkurang. Oleh karena itu, komponen penting dari
keputusan ukuran sampel harus berdasarkan pada berapa banyak tingkat
kesalahan sampel dapat ditoleransi. Semakin sedikit kesalahan pengambilan
sampel yang bisa ditoleransi, semakin besar sampel yang dibutuhkan.
II. Waktu dan Biaya
Semakin besar ukuran sampel semakin besar presisi (karena jumlah kesalahan
pengambilan sampel akan lebih sedikit). Namun, pada umumnya, hingga
ukuran sampel sekitar 1.000. Peningkatan presisi akan signifikan ketika
ukuran sampel naik dari angka 20 ke 50, atau dari 100 ke 150, dan seterusnya
ke atas. Setelah titik tertentu, sering di sekitar 1.000, peningkatan presisi
menjadi kurang signifikan, dan, meskipun tidak datar, ada perlambatan.
Pertimbangan ukuran sampel kemungkinan akan sangat dipengaruhi oleh
masalah waktu dan biaya pada titik waktu tersebut, karena mengupayakan
peningkatan presisi yang semakin kecil menjadi semakin tidak ekonomis.
III. Non-respons
Pertimbangan tentang kesalahan pengambilan sampel masih belum berakhir.
Masalah non-respons juga harus dipikirkan. Sebagian besar penelitian survei
harus memperhatikan jumlah non-respons yang dihadapi. Pada kenyataannya,
pasti ada beberapa unit sampel yang tidak bersedia berpartisipasi dalam
penelitian. Pada penelitian yang bersifat sensitif, misalnya tentang pilihan
politik biasanya hanya beberapa anggota sampel yang setuju untuk
berpartisipasi.
IV. Heterogenitas Populasi
Pertimbangan lain untuk menentukan jumlah atau ukuran sampel adalah
homogenitas dan heterogenitas populasi dimana sampel akan diambil. Ketika
suatu populasi sangat heterogen, misalnya seluruh penduduk di suatu negara,
sampel yang besar akan diperlukan untuk mencerminkan beragam populasi.
Ketika populasi relatif homogen, seperti populasi siswa atau guru, jumlah
variasi lebih sedikit dan karenanya sampel dapat lebih kecil. Implikasi dari ini
adalah bahwa, semakin besar heterogenitas dari populasi, maka semakin besar
sampel yang dibutuhkan.
V. Jenis Analisis
Pertimbangan akhir dalam penentuan sampel adalah para peneliti harus
memperhatikan jenis analisis yang akan dilakukan. Misalnya analisis
menggunakan tabel kontingensi. Tabel kontingensi menunjukkan hubungan
antara dua variabel dalam bentuk tabel. Ini menunjukkan bagaimana variasi
dalam satu variabel terkait dengan variasi dalam variabel lain.

Roscoe (1975) memberikan pedoman penentuan jumlah sampel sebagai


berikut:
 Sebaiknya ukuran sampel antara tiga puluh sampai dengan lima ratus
elemen
 Jika sampel dipecah lagi ke dalam sub sampel, jumlah minimum
subsampel harus tiga puluh
 Pada penelitian multivariate (termasuk analisis regresi multivariate)
ukuran sampel harus sepuluh kali lebih besar dari jumlah variabel yang akan
dianalisis. Misalnya apabila variabel independent sebanyak tiga, dan
variabel dependent sebanyak dua, maka ukuran sampel yang digunakan
sebanyak lima puluh sampel.
 Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, dengan pengendalian
yang ketat, ukuran sampel bisa antara sepuluh sampai dengan dua puluh.

5. Desain Sampel
A. Sampel Probabilitas
Probability sampling merupakan jenis dalam teknik pengambilan sampel yang
melakukan pengambilan sampelnya dengan random atau acak. Metode ini
memberikan seluruh anggota populasi kemungkinan (probability) atau
kesempatan yang sama untuk menjadi sampel terpilih. Teknik jenis ini sesuai
digunakan untuk populasi yang besaran anggotanya dapat kita tentukan
terlebih dahulu. Metode ini menggunakan analisis statistik untuk membantu
penentuan sampel terpilihnya.
a) Simple Random Sampling, Jenis ini melakukan pengambilan sampel
secara acak melalui cara yang sederhana seperti pengundian atau
menggunakan pendekatan bilangan acak.
b) Stratified Random Sampling, Teknik pengambilan sampel ini
melakukan penentuan sampel penelitian dengan menetapkan
pengelompokan anggota populasi dalam kelompok-kelompok
tingkatan tertentu seperti tingkat tinggi, sedang, dan rendah.
c) Systematic Random Sampling, Teknik pengambilan sampel ini
melakukan penentuan sampel penelitian dengan menetapkan
pengelompokan anggota populasi dalam kelompok-kelompok
tingkatan tertentu seperti tingkat tinggi, sedang, dan rendah.
d) Cluster Random Sampling, Teknik pengambilan sampel ini
menentukan sampel berdasar kelompok wilayah dari anggota populasi
penelitian. Pada teknik ini subyek penelitian akan dikelompokkan
menurut area atau tempat domisili anggota populasi.
e) Multistage Area Sampling, Multistage Area sampling (metode
penarikan sampel secara bertahap/bertingkat) merupakan suatu metode
penarikan sampel yang menggunakan kombinasi dua atau lebih metode
pengambilan sampel yang berbeda.
B. Sampel NonProbabilitas
Teknik pengambilan sampel non-probability berkebalikan dengan teknik
probability sampling. Teknik ini melakukan pengambilan sampel dengan tidak
memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi yang dipilih menjadi sampel. Menurut Supardi (1993) teknik
sampling jenis ini sesuai apabila dipilih untuk populasi yang sifatnya infinit
atau besaran anggota populasinya belum atau tidak dapat ditentukan terlebih
dahulu sebelumnya.
a) Convenience Sampling, Convenience sampling adalah pengambilan
sampel didasarkan pada ketersediaan elemen dan kemudahan untuk
mendapatkannya. Sampel diambil/terpilih karena sampel tersebut ada
pada tempat dan waktu yang tepat.
b) Judgment Sampling, Judgment Sampling pada dasarnya merupakan
suatu bentuk Convenience sampling bila ditinjau dari cara
pengambilan unit-unit sampelnya. Sampel diambil berdasarkan pada
kriteria-kriteria yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti.
c) Quota Sampling, Teknik pengambilan sampel ini dilakukan dengan
menentukan kuota atau jumlah dari sampel penelitian terlebih dahulu.
Prinsip penentuannya sama dengan accidental sampling. Tetapi peneliti
menetapkan terlebih dahulu jumlah sampel yang akan diperlukan.
d) Snowball Sampling, Biasa dikenal juga dengan teknik pengambilan
sampel bola salju. Teknik ini menentukan sampel berdasarkan
wawancara dengan sampel sebelumnya atau dengan cara
korespondensi. Melakukan pengambilan sampel dengan teknik ini
artinya kita bisa meminta informasi dari sampel pertama untuk
mendapatkan sampel berikutnya, demikian secara terus menerus
hingga akhirnya seluruh kebutuhan sampel penelitian dapat terpenuhi. 
DAFTAR PUSTAKA

1. https://cerdasco.com/pengambilan-sampel/
2. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:JLr6OA-
oo74J:toswari.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/56591/4%2BPemilihan
%2BData%2BSampel%2BPenelitian.pdf+&cd=12&hl=id&ct=clnk&gl=id
3. https://www.infosarjana.com/2015/10/kriteria-sampel-yang-baik.html
4. https://www.scribd.com/document/370198744/Prosedur-Pengambilan-Sampel
5. https://maglearning.id/2019/05/15/apa-saja-yang-menentukan-ukuran-sampel/
6. https://www.iain-padangsidimpuan.ac.id/bagaimana-menentukan-jumlah-sampel-
dalam-penelitian/
7. https://penerbitbukudeepublish.com/teknik-pengambilan-sampel/
8. https://jagostat.com/metode-penarikan-contoh-2/multistage-sampling
9. https://www.asikbelajar.com/convenience-sampling/

Anda mungkin juga menyukai