Anda di halaman 1dari 7

SEORANG PASIEN AIDS DENGAN EFUSI PERIKARD MASIF 25

LAPORAN KASUS
SEORANG PASIEN AIDS DENGAN EFUSI PERIKARD MASIF

Muhammad Perdana Airlangga1, Muhammad Aminuddin 2,


1
Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK Universitas Muhammadiyah Surabaya
2
Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK Universitas Airlangga – RSUD Dr Soetomo
Surabaya

Email : angga.cardio.gmail.com

ABSTRACT

A HIV-infection is often associated with cardiac disorders. nevertheless, cardiac involvement in HIV patient population was
frequently underdiagnosed or attributed incorrectly to other non-cardiac disease processes. Pericardial effusions (PE) are not uncommon
findings in patients with HIV/AIDS reportedly affecting nearly 5% of HIV patients. It has been demonstrated that cardiac tamponade,
a serious hemodynamic medical emergency as a result of pericardial effusion, is not necessary associated with large effusions but rather with
the rapid rate of PE accumulation and lack of compensatory compliance within the pericardial space. Moreover, the severity of PE in HIV/
AIDS patients has been shown to correlate with poor prognosis before the widespread use of highly active antiretroviral therapy (HAART),
nonetheless, prognostic implications of PE cannot be determined as HAART has altered the natural history of PE.
Keywords :

25
26 VOLUME 14 NOMOR 1 JUNI 2018

PENDAHULUAN Buang Air Kecil (BAK) dalam batas normal. Riwayat


Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) penyakit dahulu pernah menjalani pengobatan Oral
masih merupakan suatu masalah kesehatan di dunia Anti Tuberkulosa (OAT) kurang lebih 10 tahun
termasuk Indonesia. Menurut catatan statistik kasus yang lalu dan dinyatakan sembuh. Riwayat minum
HIV/AIDS di Indonesia dalam periode Juli – alkohol selama 5 tahun. Riwayat trauma, diabetes
September 2012 telah dilaporkan jumlah pasien melitus dan darah tinggi disangkal. Riwayat penyakit
HIV baru sebanyak 5489 kasus dan pasien AIDS keluarga tidak ada yang menderita TB.
baru sebanyak 1317 kasus. AIDS didapatkan lebih Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
banyak pada laki-laki dibandingkan wanita dan umum lemah, GCS 456, tekanan darah 110/80
paling banyak antara usia 20 – 29 tahun. (Ditjen PP mmHg, nadi 105 x/menit, respiratory rate 28x/
& PL Kemenkes RI, 2012) menit, suhu 37,8°C. Pada kepala leher didapatkan
Beberapa manifestasi kardiovaskuler pada anemia, dyspnea, dan peningkatan JVP (jugular vein
AIDS antara lain penyakit perikard, penyakit pressure), tidak didapatkan ikterus maupun sianosis.
miokard, endokarditis infektif, penyakit arteri Pada pemeriksaan thorax, dari pemeriksaan jantung
koroner, hipertensi, hipertensi pulmonal, serta didapatkan S1S2 tunggal dengan suara jantung
trombosis dan emboli. Penyakit perikard yang menjauh, tidak didapatkan murmur maupun gallop.
paling sering ditemukan pada pasien AIDS adalah Dari pemeriksaan paru didapatkan suara nafas
efusi perikard yang dapat terjadi simptomatik atau menurun dan keredupan pada daerah basal, tidak
asimptomatik, akut atau kronis, dan dapat bersamaan didapatkan rhonki maupun wheezing. Pemeriksaan
dengan infeksi oportunistik atau keganasan, sehingga abdomen didapatkan supel, bising usus normal,
sering tidak teridentifikasi. Sebelum era Highly Active hepar dan lien tidak teraba. Pada extremitas teraba
Anti Retroviral Treatment (HAART) muncul, angka dingin dan basah, edema didapatkan pada extremitas
terjadinya efusi perikard pada HIV berkisar dari 5 atas dan bawah.
%-46 % dengan insiden antara 11-17 % per tahun, Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
sedangkan setelah era HAART terjadi penurunan Hb 8,9g/dL, lekosit 5.700/uL, trombosit 242.000/
insiden efusi perikard. Pasien AIDS dengan efusi uL, MCV 65,9 fL, MCH 20,6 pg, MCHC 31.3g/
perikard memiliki harapan hidup rata-rata 6 bulan, dL, GDA 94mg/dL, SGOT 40u/L, SGPT 27u/
dengan faktor independen yang berpengaruh antara L, Albumin 1,97g/dL, protein total 7,98g/dL,
lain jumlah CD4 dan kadar albumin, dan kejadian bilirubin direk 0,27mg/dL, bilirubin total 0,58 mg/
HIV dengan tamponade jantung memiliki prognosis dL, BUN 14,8 mg/dL, SK 0,78mg/dL, CRP
buruk. (Barbaro G, 2001. Bhardwaj A, 2009. Lind 84,18mg/L, Natrium 133 mmol/l, kalium 4,4
A, 2011) mmol/l, klorida 112 mmol/l. Pada pemeriksaan
urine lengkap didapatkan proteinuria 25 mg/dL,
KASUS lekosit negatif. Pada pemeriksaan BGA didapatkan
pH 7,46, pCO2 26 mmHg, pO2 96 mmHg,
Seorang laki-laki, Tn. D, 59 tahun, pekerjaan HCO3 18,5 mmol/L, BE -5,3 mmol/L, SO2
pengajar, domisili Surabaya masuk rumah sakit di 98%.
RSU dr. Soetomo Surabaya melalui IRD pada
tanggal 5 Maret 2012 dengan keluhan utama sesak Pemeriksaan foto thorax didapatkan jantung
nafas. Dari auto anamnesa didapatkan sesak nafas membesar dengan gambaran globular, paru tidak
dirasakan sejak 2 minggu sebelum masuk rumah didapatkan infiltrat, sinus phrenicocostalis kanan
sakit (SMRS), memberat 1 hari SMRS. Sesak nafas dan kiri tertutup perselubungan, dengan kesimpulan
terutama saat beraktivitas dan tidur terlentang, sesak kardiomegali curiga efusi perikard dengan efusi
nafas berkurang dengan duduk. Pasien mengeluh pleura bilateral. Pada elektrokardiografi didapatkan
nyeri dada sejak 1 minggu SMRS. Pasien didapatkan irama sinus 105 x/menit, aksis normal, low voltage.
demam sejak 2 minggu SMRS dan batuk kurang Pasien dilakukan ekokardiografi di IRD didapatkan
lebih 1 bulan SMRS, tidak didapatkan dahak dan efusi perikard masif di lateral kiri (2,2 cm), moderate
batuk darah. Pasien mengeluh badan lemah, nafsu di posterior (1,1 cm), anterior (1,2 cm), lateral
makan menurun, penurunan berat badan, keringat kanan (1,2 cm). Kemudian pasien dilakukan
malam, serta mual. Buang Air Besar (BAB) dan perikardiosintesis cito dan pemasangan pig tail di
SEORANG PASIEN AIDS DENGAN EFUSI PERIKARD MASIF 27

Instalasi Diagnostik Invasif Kardiovaskuler (IDIK) akibat penyakit kronis + hepatitis C dengan
dan dievakuasi cairan perikard sebanyak 600 cc kecurigaan sirosis hepatis. Pasien direncanakan USG
hemoragik. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan HIV rapid test,
fisik, dan pemeriksaan penunjang, pasien didiagnosis pemeriksaan HIV 3 metode dan menunggu hasil
dengan suspek TB paru + efusi perikard masif + sputum BTA. Telah dilakukan evakuasi cairan
efusi pleura bilateral + hipoalbumin + anemia perikard didapatkan sekitar 200-300 cc/hari
akibat penyakit kronis. Pasien direncanakan hemoragik dan terapi lain dilanjutkan
pemeriksaan analisis cairan perikard, kultur cairan
perikard, sediaan hapusan gram dan bakteri tahan
asam cairan pericard, cairan pleura, dan sputum, Perawatan hari kelima
analisis cairan efusi pleura, liver function test, HbsAg,
Pasien mengeluh panas badan dan batuk.
anti HCV, renal function test dan urine lengkap.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah,
Terapi yang diberikan di ruangan adalah diit TKTP
GCS 456, tekanan darah 120/80mmHg, nadi 100
2000 kcal, infus albumin 20%, evakuasi cairan
x/menit, respiratory rate 26x /menit, suhu 38°C.
perikard di ruangan tiap 8 jam dan evakuasi cairan
Pemeriksaan paru didapatkan rhonki di paru sebelah
pleura jika pasien bertambah sesak.
kanan. laboratorium didapatkan HB 9,57 g/dL,
lekosit 11.700/uL, granulosit 85,1%, trombosit
315.000/uL, albumin 2,3 g/dL, HIV rapid test
PERJALANAN PENYAKIT
positif, pemeriksaan HIV 3 metode reaktif.
Perawatan hari pertama Pemeriksaan PCR TB cairan perikard negatif,.
Pasien didapatkan keluhan sesak nafas Sitologi cairan perikard dan cairan efusi pleura
berkurang, pada pemeriksaan fisik didapatkan tidak didapatkan sel ganas. Analisis cairan pleura
keadaan umum lemah, GCS 456, tekanan darah didapatkan jumlah sel 2600 sel/µL, mononuklear
120/80mmHg, nadi 90 x/menit, respiratory rate 42%, polinuklear 58%, glukosa 140 mg/dL, protein
24x/menit, suhu 37°C. Pemeriksaan laboratorium cairan pleura 3,9 g/dL, LDH cairan pleura 446 ì /
didapatkan HB 9,89 g/dL, lekosit 9.060/uL, L, rivalta positif, pemeriksaan sputum tidak
trombosit 308.000/uL, albumin 2,2 g/dL, SGOT ditemukan kuman batang tahan asam (BTA-/-/-).
40, SGPT 27, Bilirubin total 0,58, Bilirubin direk Hasil kultur cairan perikard didapatkan tidak ada
0,27, HbsAg negatif, anti HCV positif, BUN 12, pertumbuhan kuman. Pada pemeriksaan abdomen
serum kreatinin 0,9, dan proteinuria (-). Analisis didapatkan hepatomegali dengan parenkim liver
cairan perikard didapatkan LDH 421 u/l, sel yang masih bagus. Pada pemeriksaan ekokardiografi
perikard 600/ul, mononuklear 75%, didapatkan efusi perikard minimal lateral kiri (0,8
polimorfonuklear 25%, protein pericard 5,5g/dl, cm), lateral kanan (0,5 cm), anterior (0,4 cm).
glukosa pericard 72 mg/dl, rivalta positif. Sediaan Pasien didiagnosis HIV + efusi perikard
hapusan cairan efusi perikard dan cairan efusi minimal + efusi pleura bilateral + hipoalbumin +
pleura tidak ditemukan gram positif, negatif, dan anemia akibat penyakit kronis + hepatitis C +
bakteri tahan asam. Pada pemeriksaan suspek hospital acquired pneumonia DD/ PCP + sepsis.
elektrokardiografi didapatkan irama sinus 90 x/ Pasien dipindah ke ruang Unit Perawatan Intermediet
menit, low voltage. Pada pemeriksaan ekokardiografi dan Penyakit Infeksi (UPIPI) dan direncanakan
didapatkan katup TR trivial, dimensi ruang jantung pemeriksaan sputum gram ulang, dan foto thorax
LA, LV, RA, dan RV normal, tidak tampak ulang jika pasien transportable, pemeriksaan BGA,
trombus/vegetasi intrakardiak, fungsi sistolik LV kultur dahak dan darah, dan CD4. Pasien dilakukan
normal (EF by TEICH 61%), analisis segmental evakuasi cairan perikard didapatkan 10-50 cc
LV normokinetik, tidak terdapat LVH, tampak hemoragik dan dilakukan pengambilan pigtail
efusi perikard moderate di lateral kiri (1,2 cm), sedangkan evakuasi cairan efusi pleura didapatkan
minimal di posterior (0,4 cm), anterior (0,5 cm), 500 cc hemoragik. Terapi tambahan ceftriaxon 2 x
lateral kanan (0,6 cm). 1 gr iv, kotrimoxazol F 1x1 tablet, dan terapi lain
Pasien didiagnosis efusi perikard moderate dilanjutkan.
+ efusi pleura bilateral + hipoalbumin + anemia
28 VOLUME 14 NOMOR 1 JUNI 2018

Perawatan hari ketujuh T-CD4 yang tidak terinfeksi, respon imun humoral
dan seluler, mekanisme autoimun (pembentukan
Pasien mulai mengalami penurunan
autoantibodi untuk mengeliminasi sel yang terinfeksi),
kesadaran. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
apoptosis, kematian sel target akibat hiperaktifitas
keadaan umum lemah, GCS 345, tekanan darah
Hsp70. Semua mekanisme tersebut menyebabkan
90/60mmHg, nadi 110 x/menit, respiratory rate
penurunan sistem imun sehingga pertahanan individu
28x/menit, suhu 38,2°C. BGA pH 7,40, pCO2 30
terhadap mikroorganisme patogen menjadi lemah
mmHg, pO2 64 mmHg, HCO3 18,6 mmol/L,
dan meningkatkan resiko terjadinya infeksi sekunder
BE -6,2 mmol/L, SO2 92%. Hasil dari CD4
sehingga masuk ke stadium AIDS. Menurut Centers
didapatkan 24 sel/uL.
for Disease Control and Prevention (CDC), diagnosis
Pasien didiagnosis AIDS + efusi pleura AIDS dapat ditegakkan jika; (1) Individu yang
bilateral + hipoalbumin + hepatitis C + suspek terinfeksi HIV dengan jumlah CD4 < 200, (2)
hospital acquired pneumonia + PCP + sepsis + syok Individu yang terinfeksi HIV dengan infeksi
septik. Terapi tambahan kotrimoxazol F dinaikkan oportunistik spesifik termasuk Pneumocystis carinii
menjadi 5x1 tablet, prednison 2 x 40 mg, dan Pneumonia, Kaposi’s sarcoma, infeksi
norepinefrin dimulai dari 50 nano dan dinaikkan cytomegalovir us, dan infeksi tuberkulosis.
sesuai respon hemodinamik dan terapi lain (Nasronudin., 2007. Hsue PY, 2005)
dilanjutkan.
Beberapa manifestasi kardiovaskuler pada
Setelah perawatan kurang lebih 9 hari, AIDS antara lain penyakit perikard, penyakit
pasien meninggal dunia dengan penyebab kematian miokard, endokarditis infektif, penyakit arteri
syok septik. (Nasronudin, 2007) koronarius, hipertensi, hipertensi pulmonal, serta
trombosis dan emboli. Manifestasi jantung pada
pasien yang terinfeksi HIV secara klinis sulit dikenali
PEMBAHASAN terutama pada stadium awal. Gejalanya umumnya
Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) tidak spesifik. Sesak nafas merupakan gejala yang
disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus sering ditemukan dan ini biasanya terabaikan atau
(HIV). HIV adalah virus sitopatik yang dikaitkan dengan penyakit paru dan infeksi
diklasifikasikan dalam famili Retroviridae, subfamili opportunistik. Disfungsi jantung harus dicurigai
Lentivirinae, genus Lentivirus. Berdasarkan strukturnya, pada pasien yang terinfeksi HIV dengan sesak
HIV termasuk famili Retrovirus, termasuk virus nafas, terutama jika derajat hipoksemia tidak sesuai
RNA dengan berat molekul 9.7 kb. HIV masuk ke dengan proses penyakit paru yang mendasari.
dalam tubuh manusia melalui berbagai cara yaitu Pengenalan HAART pada akhir tahun 1990
secara vertikal, horizontal dan transseksual. Selama menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pasien
dalam sirkulasi sistemik terjadi viremia dengan HIV. Pada negara berkembang, prevalensi
disertai gejala dan tanda infeksi virus akut seperti cardiomiopathy dan efusi perikard menurun sebesar
panas tinggi mendadak, nyeri kepala, nyeri sendi, 30 %. (Bhardwaj A, 2009. Hsue PY, 2005. Chu
nyeri otot, mual, muntah, sulit tidur, dan lain-lain. WW, 2002. Barbaro G, 2009)
Keadaan ini disebut sindroma retroviral akut. Pada Efusi perikard merupakan komplikasi
fase ini mulai terjadi penurunan CD4 dan kardiovaskuler tersering pada pasien HIV terutama
peningkatan HIV-RNA viral load. Fase selanjutnya pada stadium lanjut. Sebelum era regimen HAART,
HIV akan berusaha masuk ke dalam sel target (sel insiden komplikasi ini terjadi 11-17% per tahun.
yang mampu mengekspresikan CD4). (Nasronudin, Efusi perikard pada HIV berhubungan dengan
2007) jumlah CD4 dan albumin yang rendah. Meskipun
Limfosit T penderita secara perlahan akan demikian masih belum jelas bagaimana HIV secara
tertekan dan semakin menurun. Penurunan jumlah langsung menyebabkan efusi. Sebagian besar efusi
limfosit T-CD4 melalui mekanisme antara lain perikard pada pasien AIDS hanya ringan dan
karena kematian sel secara langsung akibat hilangnya asimptomatik tetapi survival pasien yang mempunyai
integritas membran plasma, terjadinya fusi antar manifestasi efusi perikard ini secara bermakna lebih
membran sel yang terinfeksi HIV dengan limfosit pendek. Penyebab lain efusi perikard terkait HIV
adalah infeksi seperti tuberkulosis, virus, bakteri
SEORANG PASIEN AIDS DENGAN EFUSI PERIKARD MASIF 29

(Staphilococus aureus), fungal, dan keganasan (limfoma) sering didiagnosis penyebab penyakit perikardial
dan lain-lain. (Bhardwaj A, 2009. Chu WW, 2002.) terkait HIV. Pada 66 kasus tamponade jantung
Manifestasi klinis efusi perikard ditandai pada pasien yang terinfeksi HIV, didapatkan 26%
dengan hilang atau melemahnya impuls apikal disebabkan Mycobacterium tuberculosis, limfoma dan
dengan peningkatan nyata area keredupan pada sarkoma kaposi 5%, infeksi sitomegalovirus 3%,
perkusi dada kiri sampai sudut hepatokardiak, dan penyebab yang tidak dapat diidentifikasikan
suara jantung melemah dan pada elektrokardigrafi sebanyak 32%. (Chu WW, 2002)
terdapat low voltage, alternans elektrik dari kompleks Infeksi HIV sering disertai koinfeksi dengan
QRS dan peningkatan opasitas jantung pada foto hepatitis C. Pada pasien HIV dengan riwayat IVDU
toraks. Tamponade jantung merupakan fase (Intra Venous Drug User), resiko terjadinya koinfeksi
dekompensasi dari kompresi jantung yang hepatitis C sebesar 82-93 %. Sedangkan pada
disebabkan karena akumulasi efusi dan pasien HIV dengan penularan melalui transmisi
meningkatnya tekanan perikardiak. Komplikasi ini seksual, resiko terjadinya koinfeksi hepatitis < 10
dapat berakibat fatal. Gambaran tamponade %. (Rotman Y, 2009)
jantung ditandai dengan adanya trias Beck yaitu
Pada pasien didapatkan tanda-tanda efusi
hipotensi, suara jantung menghilang atau lemah
perikard dengan adanya suara jantung melemah,
dan distensi vena jugular. (Klatt EC., 2003. Maisch
low voltage pada elektrokardiografi, peningkatan
B, 2004. Braunwald E., 2012)
opasitas jantung pada foto toraks, dan pada
Pada pemeriksaan ekokardiografi, pemeriksaan ekokardiografi didapatkan gambaran
abnormalitas jantung sering terdeteksi dibandingkan efusi perikard masif. Berdasarkan hasil pemeriksaan
melalui pemeriksaan fisik. Ekokardiografi sangat penunjang, penyebab efusi perikard masif pada
membantu mendeteksi disfungsi jantung meskipun pasien diduga disebabkan karena virus HIV itu
pada tahap awal terutama secara klinis asimptomatis. sendiri yang diperberat dengan keadaan hipoalbumin
Pada pemeriksaan ekokardiografi, ukuran efusi karena pasien belum pernah menggunakan obat
perikard dibagi menjadi 3 yaitu ringan jika echo-free ARV dan infeksi bakteri, TB maupun keganasan
space pada diastole < 10 mm (sekitar 300 ml), tidak terbukti, ditunjang juga dengan hasil CD4
sedang/moderate jika 10-20 mm (sekitar 500 ml), yang rendah. Pada pasien juga didapatkan koinfeksi
berat/masif jika >20 mm (>700 ml). Efusi perikard hepatitis C
pada HIV paling banyak ditemukan adalah ringan
dan secara klinis tidak bermakna, yaitu 41% pasien Menurut panduan dari The European
selama infeksi HIV. Sepertiga pasien yang terinfeksi Society of Cardiology tahun 2004, terapi efusi
HIV, mengalami efusi sedang hingga berat dan perikard pada infeksi HIV adalah simptomatik,
hampir semua terdapat kompresi diastolik atrium dan apabila terdapat efusi masif dan tamponade
kanan, dan sepertiga dari kasus tersebut mempunyai jantung, tindakan perikardiosintesis diperlukan.
kejadian tamponade jantung yang memerlukan Penggunaan terapi kortikosteroid merupakan
perikardiosentesis. Infeksi HIV harus menjadi kontraindikasi kecuali pada pasien dengan
diagnosis banding pada pasien dengan efusi perikarditis tuberkulosis sekunder. Intervensi
perikard yang tidak dapat dijelaskan. Efusi perikard pembedahan tidak selalu menguntungkan untuk
pada penyakit HIV berhubungan dengan infeksi pasien AIDS dengan efusi perikard masif. (Maisch
opportunistik atau keganasan tetapi sering tidak B, 2004)
ditemukan penyebab yang jelas. Sindroma ‘capillary
Pada pasien didapatkan efusi perikard masif
leak’ sering terkait akibat banyaknya ekspresi sitokin
sehingga dilakukan tindakan perikardiosintesis dan
pada stadium lanjut penyakit HIV . (Barbaro G.,
tidak dilakukan intervensi pembedahan.
2001. Klatt EC., 2003. Aggarwai P, 2009. Pepi M,
2006) Pada penelitian Heidenreich dkk, sebagian
besar efusi perikard pada pasien HIV ringan dan
Efusi perikard pada pasien HIV sebagian
asimptomatik, tetapi dengan adanya efusi perikard
besar idiopatik. Hasil kultur dari cairan perikard
ini secara bermakna menunjukkan survival pasien
biasanya tidak diketahui penyebabnya meskipun
yang lebih rendah (36% dalam 6 bulan)
infeksi opportunistik dan neoplasma yang paling
dibandingkan tanpa efusi (93% dalam 6 bulan).
30 VOLUME 14 NOMOR 1 JUNI 2018

Sehingga efusi perikard dianggap sebagai petanda Bhardwaj A, Parikh R, Daoko J, Singh L, Shamoon
defisiensi imun yang berat. Efusi perikard masif FE, Slim J. Cardiovascular manifestation of
pada AIDS mempunyai mortalitas yang tinggi dan HIV: review. J antivir antiretrovir, 2009.
terapi sering tidak memberikan peningkatan survival 1(1):011-016
yang bermakna. Efusi perikard yang terkait HIV Braunwald E. Pericardial disease. In: Harrison’s
dapat berhubungan dengan rendahnya CD4 dan Principles of Internal Medicine. Ed 18.
rendahnya albumin yang juga dapat merupakan Editor : Longo DL et al. New York. The
petanda rendahnya survival pasien. (Bhardwaj A, Mc Graw Hill Companies, 2012, pp 1971 –
2009. Klatt EC., 2003) 1978
Prognosis pada pasien ini buruk dengan Chu WW, Sosman JM, Stein JH. Clinical cardiac
adanya efusi perikard masif, hipoalbumin, CD4 manifestations of HIV infection: a review
rendah yang mempunyai survival rendah. Pada of current literature. Wisconsin medical
perawatan hari ke 9 pasien meninggal dunia dengan journal, 2002, 101(7): 40-45
penyebab kematian syok septik. Ditjen PP & PL Kemenkes RI, Statistik kasus
HIV/AIDS di Indonesia, 2012:
www.depkes.go.id
RINGKASAN
Hsue PY, Waters DD, What cardiologist need to
Telah dilaporkan pasien laki-laki yang know about patients with human
menderita AIDS dengan mnifestasi klinis efusi immunodeficiency virus infection. Circulation.
perikard masif tanpa tanda-tanda tamponade 2005;112:3947-3957.
jantung. Disfungsi jantung harus dicurigai pada
Klatt EC. Cardiovascular pathology in AIDS. Adv
pasien yang terinfeksi HIV dengan sesak nafas,
cardiol, 2003, 40:23-48
terutama jika derajat hipoksemia tidak sesuai dengan
proses penyakit paru yang mendasari. Efusi perikard Lind A, Reinsch N, Neuhaus K, Esser S,
merupakan komplikasi kardiovaskuler tersering pada Brockmeyer N, Potthoff A, et al. Percardial
pasien terinfeksi HIV. Sebagian besar efusi perikard effusion of HIV-infected patients- results
pada pasien AIDS hanya ringan dan asimptomatik of a prospective multicenter cohort study in
tetapi survival pasien yang mempunyai manifestasi the era of antiretroviral therapy. Eur J Med
efusi perikard ini secara bermakna lebih pendek. Res , 2011, 16:480-483
Efusi perikard pada pasien HIV dapat merupakan Maisch B, Seferovic PM, Ristic AD, Erbel R,
petanda beratnya defisiensi imun pasien. Efusi Rienmuller R, Adler Y, et al. Guidelines on
perikard pada HIV dapat berhubungan dengan the diagnosis and management of pericardial
jumlah CD4 dan albumin yang rendah. Terapi efusi diseases of the European Society of
perikard adalah simptomatik, dan apabila terdapat Cardiology. European Heart Journal, 2004:
efusi masif dan tamponade jantung, diperlukan 1 – 28
tindakan perikardiosintesis. Nasronudin. Dasar virologi dan infeksi HIV. In:
HIV & AIDS pendekatan biologi molekuler,
klinis, dan sosial. Editor: Barakbah J,
DAFTAR PUSTAKA Soewandojo E, Suharto, Hadi U, Astuti
Aggarwai P, Sharma A, Bhardwaj R, Raina R. WD. Surabaya. Airlangga University Press,
Myocardial dysfunction in human 2007, 1-9
immunodeficiency virus infection : An Nasronudin. Patofisiologi infeksi HIV. In: HIV &
Echocardigraphic Study. JAPI, 2009, 57:745- AIDS pendekatan biologi molekuler, klinis,
746 dan sosial. Editor: Barakbah J, Soewandojo
Barbaro G, Barbarini G. Human immunodeficiency E, Suharto, Hadi U, Astuti WD. Surabaya.
virus and cardiovascular risk. Indian J Med Airlangga University Press, 2007, 19-25
Res 134, December 2011, pp 898-903 Pepi M and Muratori M. Echocardiography in the
Barbaro G. Cardiovascular manifestations of HIV diagnosis and management of pericardial
infection. J R Soc Med 2001 94: 384-390
SEORANG PASIEN AIDS DENGAN EFUSI PERIKARD MASIF 31

disease. Journal of cardiovascular medicine,


2006, 7:533-544
Rotman Y, Liang TJ. Coinfection with Hepatitis C
Virus and Human Immunodeficiency Virus:
Virological, Immunological, and Clinical
Outcomes. J Virology, 2009, p. 7366–7374.

Anda mungkin juga menyukai