Anda di halaman 1dari 4

Karakteristik dan Tahap Perkembangan Bahasa

Perkembangan bahasa anak akan menyesuaikan dengan kemampuan bahasa pada setiap tahap
perkembangan. Terdapat empat bentuk prabicara yaitu menangis, berceloteh, isyarat dan
pengungkapan emosi.
1. Menangis
Menangis merupakan cara berkomunikasi dengan lingkungan sosial melalui nada,
intensitas dan gerakan badan yang mengiringi. Bayi sudah dapat menangis di saat
kelahirannya. Tangisan bayi merupakan bahasa komunikasi bayi dalam
menyampaikan pesan pada orang lain. Dengan menangis bayi mengharapkan respon
berupa perhatian, pelukan, dekapan dari orang lain. Tangisan mengindikasikan
kondisi gelisah, lapar, marah dan kesakitan yang digunakan oleh bayi untuk
mendapatkan perhatian dari orang-orang di sekitar bayi.
2. Mendekut
Bayi mendekut (cooing) pertama kali di usia 2 hingga 4 bulan. Bayi mengeluarkan
bunyi berdeguk yang berasal dari bagian belakang tenggorokan. Mendekut bayi
menunjukkan seolah-olah bayi sedang berbicara dengan orang lain. Mendekut bayi
terdengar seperti mengucapkan huruf “aaaauuu...”, “aeeeaa..”, “eeaaaaa..”. Mendekut
dilakukan untuk mengekspresikan rasa senang, ketika berinteraksi dengan pengasuh.
Peran orang tua memberikan tanggapan terhadap suara bayi, akan mendorong bayi
mengeluarkan suara sebagai bentuk bahasa bayi.
3. Celoteh
Celoteh merupakan sarana latihan menguasai gerak artikulatoris (alat ucap) yang
berhubungan dengan kebermaknaan bentuk bunyi yang diujarkan (Tarigan, 2005).
Ocehan bayi berupa fonem dalam bentuk bunyi tertentu yang akan digabung menjadi
kombinasi suara yang kompleks. Kombinasi suara dihasilkan dari bibir dan ujung
lidah (Monks, 2006). Pada usia 5 bulan, bayi sudah mengenali namanya sendiri,
ketika ada yang menyebutkan namanya maka bayi akan menoleh ke sumber suara.
Pada usia 8 hingga 12 bulan bayi mulai menggunakan bahasa tubuh atau gerakan
isyarat dengan memperlihatkan atau menunjuk ke arah sesuatu. Bayi mengulurkan
kedua tangan dan tersenyum, untuk menyampaikan ingin digendong. Bayi mulai
melambaikan tangan tanda pamit, menganggukkan kepala untuk mengisyaratkan
“ya”. Bayi usia 10 bulan mulai dapat menirukan kata-kata, dengan menirukan semua
yang didengarnya (Monks, 2006). Pada tahun pertama, anak-anak mengucapkan kata-
kata yang pertama, dan kebanyakan kata “mama”. Bayi memahami sekitar 50 kata
pada usia 13 bulan, namun belum mampu mengucapkan hingga usai 18 bulan. Kosa
kata reseptif (kata-kata yang dipahami) muncul lebih dahulu sebelum kosa kata yang
diucapkan(kata-kata yang digunakan).
4. Satu kata
Satu kata yang diucapkan pada anak dianggap sebagai satu kalimat penuh yang
sedang disampaikan anak pada orang lain. Misalnya saat anak berkata “minum”,
maka artinya anak meminta ibu untuk membuatkan minum susu yang diinginkannya;
anak berkata “main”, maka artinya anak meminta ayah untuk menemani bermain.
Kata-kata pertama
bayi mempunya makna psikologis yang bersifat intelektual, emosional dan volisional,
yaitu menunjukkan mau atau tidak mau akan sesuatu hal (Monks, 2006). Kata-kata
pertama anak meliputi: nama orang yang penting (papa, mama, nenek), hewan yang
dikenal (kucing), kendaraan (mobil), mainan (bola), makanan (susu) dan salam (hai).
5. Dua kata
Kalimat dua kata yangpertama digunakan untuk menyampaikan maksud dan
melakukan komunikasi, yang dijelaskan Bloom (Monks,2006) dengan istilah kata
pivot dan kata terbuka. Kata pivot merupakan kata-kata yang sering digunakan anak,
sedangkan kata-kata terbuka selalu menggunakan kata-kata baru. Contoh penggunaan
kalimat dua kata :
Pivot : gi (pergi)
Terbuka : susu
Makna : anak tidak mau minum susu lagi
Ungkapan dua kata memiliki kekayaan makna yang dikomunikasikan pada anak,
Slobin (Santrock, 2011) membedakan menjadi:
a) Identifikasi, contohnya: “Ada kucing”, “ada robot”.
b) Lokasi, contohnya: “kue itu”, “main disana”
c) Pengulangan, contohnya: “susu lagi”, “main lagi”.
d) Negasi/sangkalan, contohnya: “bukan mainan”, “bukan Adik”.
e) Kepemilikan, contohnya: “mobil adik”, “baju Mama”.
f) Sifat, contohnya: “mobil besar”, “kucing kecil”
g) Orang lain-tindakan, contohnya:”Ibu pipis”, “Papa maem”, “Mama minum”
h) Tindakan-objek langsung: “ambil mainan”,”ambil makan”
i) Tindakan-objek tidak langsung, contohnya:”beri papa”,.
j) Tindakan-alat, contohnya:”potong pisau”, “ambil sapu”.
k) Pertanyaan, contohnya:”ini apa?”, “mama mana?”, “mobil mana?”
6. Kalimat sederhana
Anak berusia 2 sampai 3 tahun mengalami perkembangan bahasa yang semakin cepat.
Mereka mulai menggabungkan tiga, empat kata dan mulai mengucapkan kalimat
sederhana hingga kalimat yang kompleks. Pada usia 3 tahun, anak-anak mampu
mengucapkan semua bunyi vocal dan sebagian besar konsonan. Anak-anak mulai
menjawab pertanyaan dan merespon kata-kata berdasarkan ingatan kata-kata yang
pernah didengar. Anak-anak mulai menguasai aturan dalam mengurutkan kata secara
sederhana dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara tepat. Anak-anak sudah
mempertanyakan “mengapa” pada berbagai situasi di sekitar mereka. Anak-anak
mulai menceritakan hal-hal yang tidak terlihat dihadapannya dalam bentuk
“imajinasi”, seperti menceritakan keinginan berlibur, pergi ke tempat bermain dan
sebagainya.
7. Kalimat kompleks
Usia 2 hingga 3 tahun perkembangan bahasa dari kalimat sederhana mulai
berkembang menjadi kalimat- kalimat kompleks. Anak-anak menjadi semakin sensitif
terhadap bunyi dan kata-kata yang diucapkan dan mulai menirukan suara dan bunyi
yang ada sekitar. Anak-anak mulai dapat mengucapkan semua bunyi vocal dan
sebagian
konsonan. Anak-anak mulai mengalami kemajuan dalam mengurutkan kata-kata.
Anak-anak usia 18 bulan hingga 6 tahun belajar sebuah kata baru setiap jam (kecuali
ketika tidur). Anak usia 6 tahun memiliki kemampuan berbicara jauh lebih baik
daripada pada usia sebelumnya. Usia 3 sampai 7 tahun menjadi periode transisi bagi
anak dari berbicara eksternal ke berbicara pada diri sendiri (self talk). Self talk anak
tersebut berkembang menjadi sifat dasar anak, yang diinternalisasi menjadi
percakapan egosentris dan menjadi pemikiran mereka, tanpa disampaikan secara
verbal. Anak-anak yang mampu mengembangkan bahasa sendiri, akan lebih
memperhatikan dan meningkat prestasi, karena saat menghadapi tugas yang
sulit,membuat kesalahan dan mencoba sesuatu, mereka semakin berkembang
kemampuan bahasa yang dimiliki. (Santrock, 2011) Anak-anak usia 4 hingga 5 tahun
mulai belajar mengubah gaya bicara sesuai dengan situasi dan belajar menyesuaikan
diri dengan lawan bicara. Anak mampu
mengubah pembicaraan egosentris menjadi pembicaraan bersifat social. Mereka
membicarakan tentang pengalaman sendiri, rumah, permainan, acara televisi dan
aktivitas kelompok. Anak-anak mulai mengkritik dalam bentuk memaki, menggoda
atau komentar yang merendahkan dan menertawakan orang.
8. Pada masa awal kanak-kanak merupakan tahap mengobrol.
Pada masa kanak-kanak awal, anak-anak memiliki keinginan kuat untuk belajar bicara
sebagai sarana sosialisasi dan untuk memperoleh kemandirian. Anak-anak usia 7
tahun
diperkirakan telah mengenal 14.000 kata menjadi 40.000 kata di usia 11 tahun. Pada
usia kanak-kanak awal, dialog digunakan sebagai alat untuk melakukan komunikasi
social dan menyelesaikan tugas. Anak-anak melakukan kategorisasi kosa kata dan
membentuk kelompok kata. Pada usia ini bahasa digunakan untuk meregulasi diri
yang disebut bahasa khusus(private speech) yang bersifat egosentris dan tidak
matang. Anak-anak mulai belajar tata bahasa di jenjang sekolah dasar. Mereka belajar
tata bahasa yang kompleks seperti menyusun kalimat berdasarkan Subyek-Predikat-
Obyek-Keterangan (SPOK). Siswa SD mulai belajar mengaitkan kalimat, menyusun
deskripsi, definisi dan narasi. Anak-anak mulai memiliki perkembangan kesadaran
metalinguistic yaitu pengetahuan bahasa seperti preposisi (mendiskusikan bunyi
bahasa) yang memungkinkan anak memikirkan bahasa yang digunakan, pemahaman
mengenai kosa kata, dan mendefinisikan. Anak-anak mulai belajar membuat kalimat,
paragraf, dan karangan yang meningkatkan perkembangan bahasa.
9. Bahasa pergaulan
Pada usia remaja telah mengetahui aturan-aturan menggunakan bahasa dalam konteks
sehari-hari. Mereka mampu membedakan bahasa yang sesuai dan yang tidak sesuai
untuk dikatakan. Perkembangan bahasa remaja dipengaruhi oleh pergaulan dengan
teman sebaya, sehingga bahasa pergaulan (“bahasa gaul”) yang berkembang dalam
kelompok sebaya. Bahasa gaul berkembang antar generasi, mulai generasi tahun 90-
an mengenal kamus Bahasa Gaul oleh Debby Sahertian (2000), yang berbeda dengan
bahasa gaul tahun 2020 yang berkembang dengan istilah : “mager” (malas gerak),
“santuy” (santai). Bahasa sandi dan bahasa kelompok berkembang seiring dengan
pengaruh teman sebaya. Bahasa sandi berkembang diantara kelompok dalam teman
sebaya sebagai sarana komunikasi dalam kelompok teman sebaya. Contoh bahasa
sandi berupa bahasa “walikan” yang dipahami oleh AREMA (Arek Malang).
Dapat dipahami bahwa tahapan pemerolehan bahasa anak melalui lingkungan,
selanjutnya berkembang sesuai dengan biologisnya dari apa yang ia dengarkan dari
lingkungan sekitarnya, lalu ia komunikasikan apa yang telah didapat kannya dari
kebiasaan yang iya lihat dan dengarkan setiap harinya, dari proses pemerolehan bahasa ini
pada sekolah dasar, yaitu kelas rendah dan tinggi ia akan mengalami proses seperti ini,
hanya saja dalam tahapan ini anak-anak atau siswa belum dapat menfilter dengan baik
bahasa yang ia peroleh baik ataukah tidak, walaupun dikelas tinggi ia telah memahami itu
tidak baik tetapi masih saja ia ucapkan karena tren yang berkembang
Perkembangan bahasa anak usia dini memiliki karakteristik tersendiri. Jamaris membagi
perkembangan bahasa anak usia dini menjadi 2, yaitu
1. Karakteristik kemampuan bahasa anak usia 4 tahun
a. Terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa anak. Anak
sudah dapat menggunakan kalimat dengan baik dan benar.
b. Telah menguasai 90% dari fonem dan sintaksis bahasa yang digunakan.
c. Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat
mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut.
2. Karakteristik kemampuan bahasa anak usia 5-6 tahun
a. Sudah dapat mengungkapkan lebih dari 2500 kosakata.
b. Lingkup kosakata yang dapat diungkapkan anak menyangkut: warana,
ukuran, bentuk, rasa, bau, keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan,
perbandingan jarak dan permukaan (kasar-h.us).
c. Anak usia 5-6 tahun dapat melakukan peran pendengar yang baik
d. Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan, anak sudah dapat mendengarkan
orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut.
e. Percakapan yang dilakukan oleh anak usia 5-6 tahun telah menyangkut
berbagai komentaranya terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan
orang lain, serta apa yang dilihatnya. Anak pada usia 5-6 tahun sudah dapat
melakukan ekspresi diri, menulis, membaca bahkan berpuisi.

Anda mungkin juga menyukai