Tugas Anatomi Sistem Otot
Tugas Anatomi Sistem Otot
A. Pengertian Otot
Otot merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak ini
adalah suatu sifat penting bagi organisme. Gerak sel terjadi karena sitoplasma merubah
bentuk. Pada sel-sel, sitoplasma ini merupakan benang-benang halus yang panjang disebut
miofibril. Kalau sel otot mendapat rangsangan maka miofibril akan memendek, dengan kata
lain sel otot akan memendekkan dirinya ke arah tertentu (berkontraksi)
Terdiri dari:
1. Otot tulang kering depan muskulus tibialis anterior, fungsinya mengangkat pinggir kaki
sebelah tengah dan membengkokan kaki
2. Muskulus eksensor talangos longus, yang fungsinya malurus kan jari telunjuk ketengahan
jari, jari manisdan kelingking kaki
3. Otot jempol, fungsinya dapat meluruskan ibu jari kaki
4. Urat arkiles (tendo arkhiles) yang fungsinya meluruskan kaki di sendi tumit dan
membengkokan tungkai bawah lutut.
5. Otottulang betis belakang ( muskulus tibialis posterior), fungsinya dapat membengkokan
kaki di sendi tumit dan telapak kaki sebelah kedalam
6. Otot kedang jari bersama, fungsinya dapat meluruskan jari kaki ( muskulus ekstensor
falangus). (Setiadi.2007)
Bagian-bagian otot pembentuk tubuh manusia, antara lain:
a. Sarkolema
Sarkolema adalah membran yang melapisi suatu sel otot yang fungsinya sebagai pelindung
otot.
b. Sarkoplasma
Sarkoplasma adalah cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat dimana miofibril dan
miofilamen berada.
c. Miofibril
Miofibril merupakan serat-serat pada otot.
d. Miofilamen
Miofilamen adalah benang-benang atau filamen halus yang berasal dari miofibril. Miofibril
terbagi atas 2 macam, yakni :
1. Miofilamen homogen (terdapat pada otot polos).
2. Miofilamen heterogen (terdapat pada otot jantung/otot cardiak dan pada otot
rangka/otot lurik).
Di dalam miofilamen terdapat protein kontaraktil yang disebut aktomiosin (aktin dan
miosin), tropopin dan tropomiosin. Ketika otot kita berkontraksi (memendek) maka protein
aktin yang sedang bekerja dan jika otot kita melakukan relaksasi (memanjang) maka miosin
yang sedang bekerja.
D. Fungsi Otot
Otot dapat berkontraksi bila ada rangsangan yang berangkai. Bila rangsangan
diberikan pada otot sewaktu berkontraksi, maka kontraksi otot akan bertambah besar.
Keadaan ini disebut sumasi. Bila rangsangan diberikan terus menerus, maka kontraksi
mendatar. Otot dikatakan berfungsi bila otot tersebut menjadi pendek dan diameternya
membesar.
Ditinjau dari fungsinya, maka otot-otot tersebut dibedakan atas beberapa macam,
yaitu:
a. Otot fleksor, untuk membengkokkan bagian tubuh.
b. Otot ekstensor, untuk merentangkan atau meluruskan.
c. Otot rotator, untuk memutar bagian tubuh.
d. Otot aduktor, untuk mendekatkan anggota badan ke sumbu badan.
e. Otot defresor, untuk menurunkan anggota badan.
f. Otot dilatator, untuk melebarkan.
g. Otot konstriktor, untuk menyempitkan anggota badan.
h. Otot sinergis, otot ini bekerjanya bersama-sama untuk satu arah yang sama.
i. Otot antagonis, otot ini bekerjanya berlawanan arah.
j. Otot lepator, untuk menaikkan anggota badan.
k. Otot supinasi, untuk memutar telapak tangan dan menerima.
l. Otot pronasi, untuk memutar telapak tangan tertelungkup.
E. Sifat-sifat Otot
Tulang adalah alat gerak pasif, sedangkan otot adalah alat gerak aktif. Otot tidak hanya
menggerakkan rangka, tetapi juga menggerakkan organ-organ tertentu dalam tubuh. Misalnya
jantung, usus dan lambung. Kerja otot juga mengakibatkan membesar dan mengecilnya
rongga dada,tempat paru-paru berada.
Adapun sifat-sifat otot, antara lain:
1. Kontraksibilitas yaitu kemampuan otot untuk memendek dan lebih pendek dari ukuran
semula, hal ini teriadi jika otot sedang melakukan kegiatan.
2. Ektensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan lebih panjang dari ukuran
semula.
3. Elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula (Datu Razak: 2004).
Kontraksi otot terjadi karena adanya rangsangan. Namun, untuk menggerakan otot
biasanya diperlukan suatu rangkaian rangsangan yang berurutan. Rangsangan pertama akan
diperkuat oleh rangsangan kedua, rangsangan kedua akan diperkuat oleh rangsangan ketiga,
dan begitu seterusnya. Maka dengan demikian akan terjadi tonus, atau ketegangan, yang
maksimum. Tiap rangsangan yang diberikan akan menimbulkan potensi aksi, yang akan
menghasilkan kontraksi otot tunggal pada serabut otot. Jika setelah berkontraksi otot tersebut
mencapai relaksasi penuh, kemudian potensi aksi kedua diberikan, akan terjadi kontraksi
tunggal yang kekuatanya sama dengan kontraksi yang pertama tadi. Jika potensi aksi yang
kedua diberikan saat otot belum mencapai relaksasi penuh dari relaksasi pertama akan terjadi
kontraksi tambahan pada puncak kontraksi pertama. Ini dinamakan penjumlahan kontraksi.
bila otot diberikan rangsangan yang sangat cepat, tetapi masih ada relaksasi diantara dua
rangsangan, akan terjadi keadaan yang dinamakan tetanus tidak sempurna. Jika tidak ada
kesempatan relaksasi diantara kedua rangsangan, akan terjadi kontraksi dengan kekuatan
maksimum yang disebut tetanus sempurna.
Dalam sistem mekanisme kerja otot, komponen yang berperan dalam kontraksi otot
adalah duat set filamen, yaitu filamen aktin yang tipis dan filamen miosin yang tebal. Kedua
jenis filamen tersebut menyusun sebuah serabut otot. Setiap serabut otot diatur sebagai ikatan
unit kontraktil yang disebut sarkomer. Sarkomer ini yang membuat penampakan bergaris atau
lurik pada otot rangka atau otot jantung. Sarkomer terdiri dari beberapa daerah. Ujung tiap
sarkomer disebut garis Z; terdapat daerah gelap yang disebut daerah A yang hanya terdiri dari
filamen miosin, berselang seling dengan daerah terang yang disebut daerah I yang hanya
terdiri dari aktin; ditepi daerah A filamin aktin dan miosin saling tumpang tindih; sedangkan
daerah tengah hanya terdiri dari miosin yang terdiri dari zona H; filamen aktin terikat;
filamen miosin terikat pada garis M di bagian tengah sarkomer.
Saat kontraksi filamen aktin bergeser di antara miosin kedalam zona H, Sehingga serabut
otot memendek. Panjang pita A tetap, sedangkan pita I dan zona H menjadi lebih pendek.
Filamen tebal otot terdiri dari beberapa ribu miosin yang tersusun secara pararel. Ujung
miosin mengikat ATP kemudian mengubahnya menjadi ADP, melepaskan beberapa energi
ke miosin yang kemudian berubah bentuk menjadi konfigurasi energi tinggi. Miosin
berenergi tinggi tersebut berikatan dengan aktin dengan kedudukan tertentu yang akan
membentuk jembatan silau. Lalu energi yang terdapat pada miosin dilepaskan, dari ujung
miosin beristirahat dengan energi rendah. Keadaan inilah yang dinamakan relaksasi.
Relaksasi tersebut, mengubah sudut perlekatan yang sebelumnya ada di ujung miosin menjadi
di ekor miosin. Ikatan antara miosin energi rendah dan aktin akan terpecah saat molekul ATP
baru bergabung dengan ujung miosin. Kemudian proses kontraksi akan terjadi lagi berulang
membentuk siklus.
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja mekanik dengan jalan
kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya.
2. Sel otot memiliki struktur filamen dalam sitoplasma, bentuk selnya memanjang agar dapat
melangsungkan perubahan sel menjadi pendek.
3. Sistem otot adalah sistem tubuh yang memiliki fungsi untuk alat gerak, menyimpan glikogen
dan menentukan postur tubuh.
4. Otot polos adalah salah satu otot yang mempunyai bentuk yang polos dan bergelondong.
Cara kerjanya tidak disadari (tidak sesuai kehendak) / invontary, memiliki satu nukleus yang
terletak di tengah sel. Otot ini biasanya terdapat pada saluran pencernaan seperti: lambung
dan usus. Otot Lurik (otot rangka). Otot rangka merupakan jenis otot yang melekat pada
seluruh rangka, cara kerjanya disadari (sesuai kehendak), bentuknya memanjang dengan
banyak lurik-lurik, memiliki nukleus banyak yang terletak di tepi sel.
5. Sifat-sifat otot, antara lain:
a. Kontraksibilitas yaitu kemampuan otot untuk memendek dan lebih pendek dari ukuran
semula, hal ini teriadi jika otot sedang melakukan kegiatan.
b. Ektensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan lebih panjang dari ukuran
semula.
c. Elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula.
6. Kelainan-kelainan pada otot, antara lain: a. Atrofi otot, merupakan penurunan fungsi otot
karena otot mengecil atau karena kehilangan kemampuan berkontraksi, misalnya lumpuh. b.
Distorsi otot, penyakit ini diperkirakan merupakan penyakit genetis dan bersifat kronis pada
otot anak-anak. c. Hipertrofi otot, merupakan kelainan otot yang menyebabkan otot menjadi
lebih besar dan lebih kuat karena sering digunakan, misalnya pada binaragawan. d. Hernia
abdominal, kelainan ini terjadi apabila dinding otot abdominal sobek dan menyebabkan usus
melorot masuk ke rongga perut. e. Kelelahan otot, karena kontraksi secara terus-menerus
menyebabkan kram atau kejang. f. Tetanus, merupakan penyakit yang menyebabkan otot
menjadi kejang karena bakteri tetanus.