Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG SOSIAL YANG
SESUAI DAN TIDAK SESUAI DENGAN NILAI PANCASILA

Disusun oleh :

KELOMPOK 1

SURIADI DZAKIR
M.ALY ALGUSTY
DIFA PUTRA NASRIANDI
IBNU MURAHMAN
DENI APRIYANTO
NURADIFAN
RIZQI ALFIATUN NIKMAH
WINA

Dosen Pengampu
MUCHLIS KURNIANTO, S.H.MH
PROGRAM STUDI HUKUM SOELTHAN M TSJAFIOEDDIN
SINGKAWANG
2021
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniahnya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
yang berjudul “Kebijakan Sosial Pemerintah Yang Sesuai Dan Tidak Sesuai
Dengan Nilai Pancasila” untuk mata kuliah yang di bina oleh bapak Muchlis
Kurnianto, S.H.,Mh
harapan kami semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan
menjadikan refrensi bagi kita semua sehingga kita lebih tahu lagi.

Dalam makalah yang kami buat ini, masih banyak kekurangan, demi
kesempurnaan makalah ini mengharapkan masukan/kritik yang bersifat membangun .
terimakasih atas perhatiannya.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB1......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................2
TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH........................................................................2
BAB II....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
A. KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG SESUAI DENGAN NILAI-NILAI
PANCASILA.................................................................................................................3
1) Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”...................................................3
B. KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG TIDAK SESUAI DENGAN NILAI-
NILAI PANCASILA...................................................................................................18
C. FAKTOR YANG MENYEBABKAN KESESUAIAN DAN KETIDAK
SESUSAI......................................................................................................................19
D. MERUMUSKAN KEBIJAKAN YANG SESUAI DENGAN PANCASILA...20
1. KEBIJAKAN POLITIK YANG SESUAI DENGAN PANCASILA............21
2. KEBIJAKAN PANCASILA DALAM BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA 22
3. KEBIJAKAN PANCASILA DALAM BIDANG PERTAHANAN DAN
KEAMANAN...........................................................................................................23
BAB III.................................................................................................................................25
PENUTUP........................................................................................................................25
A. KESIMPULAN........................................................................................................25
B. SARAN.....................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................26

iii
BAB1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini
terdiri dari dua kata dari Sanskerta: panca berarti lima dan sila berarti prinsip
atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa
dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia
Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia yang
secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang diundangkan dalam berita
Republik Indonesia tahun II No.7[1] bersamaan dengan batang tubuh UUD
1945. Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai arti yaitu mengatur
penyelenggaraan pemerintahan. Konsekuensinya adalah Pancasila merupakan
sumber dari segala sumber hukum. Hal ini menempatkan pancasila sebagai
dasar Negara yang berarti melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam semua
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Secara yuridis-konstitusional kedudukan Pancasila sudah jelas, bahwa
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa, dasar negara Republik Indonesia,
dan sebagai ideologi nasional. Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila
merupakan kristalisasi nilai-nilai yang kebenarannya diakui, dan
menimbulkan tekad untuk dilaksanakan dalam kehidupan seharihari.
Pada zaman reformasi saat ini pengimplementasian pancasila sangat
dibutuhkan oleh masyarakat, karena di dalam pancasila terkandung nilai-nilai
luhur bangsa Indonesia yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Selain itu,
kini zaman globalisasi begitu cepat menjangkiti negara-negara di seluruh
dunia termasuk Indonesia.
Memang untuk saat ini banyak kebijakan-kebijakan dari pemerintah
yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila bahkan ada pula sebagian dari
kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidaksesuai dengan nilai-nilai pancasila
khususnya dalam bidang sosial. Sekarang ini kita seringmelihat

1
penyelenggaraan pemerintah saat ini terkesan lebih banyak yang
menyimpang dari cita-cita pendiri bangsa. Sebab pancasila yang disepakati
sebagai pondasi bangsa justru hanya tinggalucapan dan janji semata. Kalau
kita melihat kebijakan negara di tangan pemerintah sekarang ini
kecenderungan bukan lagi jadi negara yang diinginkan pendiri bangsa.

B. RUMUSAN MASALAH
1) Kebijakan apa saja yang sesuai dan tidak sesuai dengan nilai-nilai pancasi
la ?
2) Faktor apa saja yang menyebabkan kesuaian dan tidak sesuai ?
3) Merumuskan apa saja yang tidak sesuai dengan pemerintah ?

TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH

1. Mengetahui Kebijakan yang sesuai dan tidak sesuai dengan nilai
nilai pancasila.
2. Mengetahui factor yang menyebabkan kesesuain dan tidak sesuai.
3. Merumuskan yang tidak sesuai dengan pemerintah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG SESUAI DENGAN NILAI-NILAI
PANCASILA

1) Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”


Kebijakan Pemerintah Yang Sesuai Dengan Nilai-Nilai Pancasila
Sila pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa”
Sila Ketuhanan yang maha Esa mencerminkan bahwa bangsa Indonesia
adalah bangsa yang beragama dan adanya kebebasan dalam memeluk agama
masing-masing dan menjalankan ibadah menurut agam dan
kepercayaannya itu. Artinya tidak ada pemaksakaan suatu agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain, yaitu tidak
boleh memaksakan orang lain memeluk agama kita atau memaksa seseorang
untuk berpindah ke agama lain. Negara memberikan jaminan kebebasan
kepada warga negara untuk memeluk agama yang sesuai dengan keyakinan
dan kepercayaan masing-masing.
Dibuatnya kebijakan-kebijakan yang mencakup sila Ketuhanan Yang Maha
Esa yaitu dengan mempertimbangkan moral serta sifat-sifat sitem moral
Indonesia supaya bisa melandasi atau menjadi pedoman perilaku perorangan,
kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Adapun kebijakan pemerintah yang sesuai dengan sila pertama antara lain:
1) Pendidikan agama
Pendidikan agama di Indonesia telah diadakan sejak tahun 1950,
dengan dibentuknya panitia bersama yang dipimpin Prof. Mahmud yunus dari
Departemen Agama, Mr. Hadi dari Departemen P dan K, hasil dari panitia itu
adalah SKB yang dikeluarkan pada bulan Januari. Isinya ialah:
a. Pendidikan agama yang diberikan mulai kelas IV Sekolah Rakyat.
b. Di daerah-daerah yang masyarakat agamanya kuat, maka Pendidikan
agama diberikan mulai kelas I SR dengan catatan bahwa pengetahuan

3
umumnya tidak boleh berkurang dibandingkan dengan sekolah lain
yang pendidikan agamanya diberikan mulai kelas IV.
c. Di sekolah Lanjutan Pertama dan Tingkat Atas (umum dan kejuruan)
diberikan pendidikan agama sebanyak 2 jam seminggu.
d. Pendidikan agama diberikan kepada murid-murid sedikitnya 10 orang
dalam satu kelas dan mendapat izin dari orang tua / walinya.
e. Pengangkatan guru agama, biaya pendidikan agama, dan materi
pendidikan agama ditanggung oleh Departemen Agama.
Kebijakan ini sesuai dengan sila pertama pancasila yang menjamin penduduk
untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agamanya,
Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama, Negara
memberi fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warga negara
dan mediator ketika terjadi konflik agama. Faktor pendukung lainnya adalah
dalam sidang pleno MPRS, pada bulan Desember 1960 diputuskan sebagai
berikut: “Melaksanakan Manipol Usdek dibidang mental/agama/kebudayaan
dengan syarat spiritual dan material agar setiap warga Negara dapat
mengembangkan kepribadiannya dan kebangsaan Indonesia serta menolak
pengaruh-pengaruh buruk kebudayaan asing (Bab II Pasal 2 ayat 1)”.
Dalam ayat 3 dari pasal tersebut dinyatakan bahwa: “Pendidikan agama
menjadi mata pelajaran di sekolah-sekolah umum, mulai sekolah dasar
sampai Universitas,”

2) Adanya kementrian agama Republik Indonesia


Keberadaan Departemen Agama dalam struktur pemerintah Republik
Indonesia melalui proses panjang. Sebagai bagian dari pemerintah negara
Republik Indonesia; Kementerian Agama didirikan pada 3 Januari 1946.
Dasar hukum pendirian ini adalah Penetapan Pemerintah tahun 1946
Nomor I/SD tertanggal 3 Januari 1946.
Mohammad Yamin adalah orang yang mula-mula mengusulkan dalam
salah satu sidang BPUPKI agar pemerintah Republik Indonesia, di
samping mempunyai kementerian pada umumnya, seperti luar negeri,

4
dalam negeri, keuangan, dan sebagainya, membentuk juga beberapa
kementerian negara yang khusus. Salah satu kementerian yang
diusulkannya ialah Kementerian Islamiyah, yang katanya, memberi
jaminan kepada umat Islam (masjid, langgar, surau, wakaf) yang di tanah
Indonesia dapat dilihat dan dirasakan artinya dengan kesungguhan hati.
Tetapi meskipun beberapa usulnya tentang susunan negara bisa diterima dan
menjadi bagian dan UUD 1945, usulnya tentang ini tidak begitu mendapat
sambutan.
Ketika Kabinet Presidential dibentuk di awal bulan September 1945,
jabatan Menteri Agama belum diadakan. Demikian halnya, di bulan
Nopember, ketika kabinet Presidential digantikan oleh kabinet parlementer, di
bawah. Perdana Menteri Sjahrir. Usulan pembentukan Kementerian Agama
pertama kali diajukan kepada BP-KNIP (Badan Pekerja Komite Nasional
Indonesia Pusat) pada 11 Nopember 1946 oleh K.H. Abudardiri, K.H. Saleh
Suaidy, dan M. Sukoso Wirjosaputro, yang semuanya merupakan anggota
KNIP dari Karesidenan Banyumas. Usulan ini mendapat dukungan dari
Mohammad Natsir, Muwardi, Marzuki Mahdi, dan Kartosudarmo yang
semuanya juga merupakan anggota KNIP untuk kemudian memperoleh
persetujuan BP-KNIP.
Sebagai realisasi, pada 3 Januari 1946 pemerintah mengeluarkan ketetapan
yang antara lain berbunyi: Presiden Republik Indonesia, Mengingat: Usul
Perdana Menteri dan Badan Pekerja Komite Nasional Pusat, memutuskan:
Mengadakan Departemen Agama. Keputusan dan penetapan pemerintah ini
dikumandangkan di udara oleh RRI ke seluruh dunia, dan disiarkan oleh pers
dalam, dan luar negeri, dengan H. Rasjidi BA sebagai Menteri Agama yang
pertama.

3) Diakuinya enam Agama resmi di Indonesia


Ketetapan Presiden No 1 Tahun 1965 Tentang Pencegahan
Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama pasal 1 menyatakan bahwa,
"Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk di Indonesia ialah Islam,

5
Kristen (Protestan), Katolik, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu
(Confusius)"
Pada tahun 1969, UU No. 5/1969 dikeluarkan, menggantikan
keputusan presiden mengenai enam agama resmi. Namun, hal ini berbeda
dalam praktiknya. Pada 1978, Menteri Dalam Negeri mengeluarkan
keputusan bahwa hanya ada lima agama resmi, tidak termasuk Konghucu.
Pada tanggal 27 Januari 1979, dalam suatu pertemuan kabinet, dengan kuat
memutuskan bahwa Konghucu bukanlah suatu agama. Keputusan Menteri
Dalam Negeri telah dikeluarkan pada tahun 1990 yang menegaskan bahwa
hanya ada lima agama resmi di Indonesia.
Namun, setelah reformasi Indonesia tahun 1998, ketika kejatuhan Soeharto,
Abdurrahman Wahid dipilih menjadi presiden yang keempat. Wahid
mencabut instruksi presiden No. 14/1967 dan keputusan Menteri Dalam
Negeri tahun 1978. Agama Konghucu kini secara resmi dianggap sebagai
agama di Indonesia. Kultur Tionghoa dan semua yang terkait dengan aktivitas
Tionghoa kini diizinkan untuk dipraktikkan. Warga Tionghoa Indonesia dan
pemeluk Konghucu kini dibebaskan untuk melaksanakan ajaran dan tradisi
mereka. Seperti agama lainnya di Indonesia yang secara resmi diakui oleh
negara.

4) Menjadikan hari besar keagamaan sebagai hari libur nasional.


Hari libur nasional telah ditetapkan oleh negara melalui Keppres No.
251 Tahun 1967 tentang Hari-Hari Libur, Keppres No. 10 Tahun 1971
tentang Hari Wafat Isa Al-masih Dinyatakan Sebagai Raya/Hari Libur ,
Keppres No. 3 Tahun 1983 yang menambahkan hari raya Waisak dan
Nyepi sebagai Hari Libur Nasional, dan Keppres Nomor 19 Tahun 2002
tentang Hari Tahun Baru Imlek.
Adapun hari besar agama di Indonesia yang ditetapkan menjadi hari libur
nasional keagamaan.

6
5) Sila Kedua, “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”
Makna yang terkandung dalam sila Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab adalah mengandung nilai suatu kesadaran sikap moral dan
tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi nurani manusia
dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan pada umumnya
baik terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia maupun terhadap
lingkungannya. Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu makna
bahwa hakikat manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab
harus berkodrat adil. Hal ini mengandung suatu pengertian bahwa hakikat
manusia harus adil dalam hubungan dengan diri sendiri, adil terhadap
manusia lain, adil terhadap masyarakat bangsa dan negara, adil terhadap
lingkungannya serta adil terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Nilai
kemanusiaan yang beradab mengandung makna bahwa beradab erat
kaitannya dengan aturan-aturan hidup, budi pekerti, tata krama, sopan
santu, adat istiadat, kebudayaan, kemajuan ilmu pengetahuan, dsb. Semua
aturan diatas bertujuan untuk menjaga agar manusia tetap beradab, tetap
menghargai harkat dan derajat dirinya sebagai manusia. Adab diperlukan
agar manusia bisa meletakkan diri pada tempat yang sesuai.

Kebijakan Pemerintah yang sesuai dengan sila kedua contohnya yaitu:


a) Menegakkan HAM
Pemerintah berusaha semaksilmal mungkin menegakkan Hak Asasi
Manusia dengan membuat peraturan-peraturan HAM . Peraturan HAM
dalam Konstitusi Negara diantaranya sebagai berikut:
Undang-Undang Dasar Tahun 1945
Jaminan perlindungan tentang hak asasi manusia yang terdapat dalam
Undang-Undang Dasar Tahun 1945, diantaranya adalah sebagai berikut.
Hak atas persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, pasal 27
Ayat (1)

7
 Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, pasal 27 Ayat (2)
 Hak berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dan lisan dan
tulisan, pasal 28
 Hak memeluk dan beribadah sesuai dengan ajaran agama, pasal 29 Ayat
(2)
 Hak dalam usaha pembelaan negara, pasal 30
 Hak mendapat pengajaran, pasal 31
 Hak menikmati dan mengembangkan kebudayaan nasional dan daerah,
pasal 23
 Hak dibidang perekonomian, pasal 33.
 Hak fakir miskin dan anak terlantar dipeiharaan oleh negara, pasal 34.

b) Undang-Undang
Peraturan HAM juga dapat dilihat dalam Undang-Undang Yang
pernah dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia. Antara lain sebagai
berikut:
 UU Nomor 5 Tahun 1998 tentang Ratifikasi Konvensi Anti penyiksaan,
Perlakuan atau penghukuman yang kejam, tidak manusiawi dan
merendahkan martabat.
 UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kebebasan Menyampaikan Pendapat.
 UU Nomor 11 Tahun 1998 tentang Amandemen terhadap UU Nomor
25 Tahun 1997 tentang Hubungan Perubahan.
 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
 UU Nomor 19 Tahun 1999 tentang Rativikasi Konvensi ILO Nomor
105 tentang Penghapusan Pekerja Secara Paksa
 UU Nomor 20 Tahun 1999 tentang Rativikasi Konvensi ILO Nomor
138 tentang Usia Minimum Bagi Pekerja
 UU Nomor 21 Tahun 1999 tentang Rativikasi Konvensi ILO Nomor 11
tentang Diskriminasi dalam Pekerjaan

8
 UU Nomor 26 Tahun 1999 tentang Pencabutan UU Nomor 11 Tahun
1963 tentang tindak Pidana Subversi
 UU Nomor 29 Tahun 1999 tentang Rativikasi Konvensi Penghapusan
Segala Bentuk Diskriminasi
 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
 UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers
 UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
 UU Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara

6) Sila Ketiga, “Persatuan Indonesia”


Sila ke -3 ini mempunyai maksud mengutamakan persatuan atau
kerukunan bagi seluruh rakyat Indonesia yang mempunyai perbedaan
agama, suku, bahasa, dan budaya. Sehingga dapat disatukan melalui sila
ini berbeda-beda tetapi tetap satu atau disebut dengan Bhineka Tunggal
Ika. Persatuan Indonesia mengutamakan kepentingan dan keselamatan
negara ketimbang kepentingan golongan pribadi atau kelompok seperti
partai. Hal yang dimaksudkan adalah sangat mencintai tanah air Indonesia
dan bangga mengharumkan nama Indonesia. Sila ini menanamkan sifat
persatuan untuk menciptakan kerukunan kepada rakyat Indonesia.
Sila yang mempunyai lambang pohon beringin ini bermaksud
memelihara ketertiban yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam nilai Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara
adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial. Negara merupakan suatu
persekutuan hidup bersama diantara elemen-elemen yang membentuk
negara yang berupa suku, ras, kelompok, golongan, maupun kelompok
agama. Oleh karena itu perbedaan adalah merupakan bawaan kodrat
manusia dan juga merupakan ciri khas elemen-elemen yang membentuk
Negara. Konsekuensinya negara adalah beraneka ragam tetapi satu,
mengikatkan diri dalam suatu persatuan yang dilukiskan dalam suatu

9
seloka Bhineka Tunggal Ika. Perbedaan bukannya untuk diruncingkan
menjadi konflik dan permusuhan melainkan diarahkan pada suatu sintesa
yang saling menguntungkan yaitu persatuan dalam kehidupan bersama
untuk mewujudkan tujuan bersama.
Negara mengatasi segala paham golongan, etnis, suku, ras, individu,
maupun golongan agama. Mengatasi dalam arti memberikan wahana atas
tercapainya harkat dan martabat seluruh warganya. Negara memberikan
kebebasan atas individu, golongan, suku, ras, maupun golongan agama
untuk merealisasikan seluruh potensinya dalam kehidupan bersama yang
bersifat integral. Oleh karena itu tujuan negara dirumuskan untuk
melindungi segenap warganya dan seluruh tumpah darahnya, memajukan
kesejahteraan umum (kesejahteraan seluruh warganya) mencerdaskan
kehidupan warganya, serta kaitannya dengan pergaulan dengan bangsa-
bangsa lain di dunia untuk mewujudkan suatu ketertiban dunia yang
berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Nilai persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan
Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Hal itu
terkandung nilai bahwa bahwa nasionalisme Indonesia adalah
nasionalisme religious yaitu nasionalisme yang bermoral Ketuhanan Yang
Maha Esa. Nasionalisme yang humanitik yang menjunjung tinggi harkat
dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan. Oleh karena itu nilai-nilai
nasionalisme ini harus tercermin dalam segala aspek penyelenggaraan
Negara.
Butir-butir dari Sila ke-3 Pancasila :
a. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
b. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa
apabila diperlukan.
c. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

10
d. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia.
e. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
f. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
g. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Kebijakan Pemerintah yang sesuai dengan sila ‘Persatuan Indonesia’ antara


lain :

a. Mewajibkan pelaksanaan Upacara Bendera


Terkait Kewajiban pelaksanaan upacara bendera diatur dalam:
1. UUD RI Tahun 1945
2. UU no. 09 Tahun 2010 tentang Keprotokolan
3. UU no. 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negera, serta Lagu Kebangsaan
4. PP no. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
5. PP 62 tahun 1990 tentang Ketentuan Protokol tentang Tata Tempat,
Tata Upacara dan Tata Penghormatan
6. PP no. 40 Tahun 1958 tentang Bendera Kebangsaan RI
7. Keppes 49 tahun 1970 tentang penyerahan duplikat bendera merah
putih ke setiap daerah tingkat II
8. Permendikbud no. 16 Tahun 2012 tentang Kode Etik Pegawai
9. Permendiknas no. 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan kesiswaan
Kebijakan terkait Upacara bendera tersebut sesuai sila ketiga
“Persatuan Indonesia”. Karena dengan melaksanakan upaca bendera dapat
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
b. Kementrian Pertahanan
Adanya kementrian pertahanan ini merupakan penerapan Nilai
Keutuhan Kesatuan dan Persatuan bangsa indonesia. Fungsi utamanya
yaitu untuk mempertahankan keutuhan NKRI. Mencegah serangan-

11
serangan dari dalam maupun dari luar yang mengancam persatuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

c. Pendidikan Pancasila
Dengan adanya pendidikan pancasila, diharapkan generasi
penerus bangsa bisa memahami Ideologi bangsa Indonesia. Dengan
begitu bangsa indonesia tidak mudah terpengaruh dengan ideologi-
ideologi asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan bangsa Indonesia.
Pendidikan Pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang
diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku
yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai golongan agama, perilaku
yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku
kebudayaan, dan beraneka ragam kepentingan perilaku yang
mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di
atas kepentingan perorangan dan golongan. Dengan demikian,
perbedaan pemikiran, pendapat, atau kepentingan diatasi melalui
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

7) Sila ke Empat, ”Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan


dalam Permusyawaratan dan Perwakilan “
Sila ke-4 yang mana berbunyi “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”. Sebuah kalimat yang
secara bahasa membahasakan bahwa Pancasila pada sila ke 4 adalah
penjelasan Negara demokrasi.
Sebuah keputusan pada intinya tidak boleh ada suatu kehendak yang
dipaksakan kepada pihak lain. Sebelum diambil keputusan yang
menyangkut kepentingan bersama terlebih dahulu diadakan musyawarah.
Keputusan dilakukan secara mufakat. Musyawarah untuk mencapai
mufakat ini, diliputi oleh semangat kekeluargaan, yang merupakan ciri
khas Bangsa Indonesia.

12
Nilai kerakyatan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui
lembaga-lembaga perwakilan. Nilai ini menganut paham demokrasi.
Kebijakan pemerintah yang sesuai dengan sila ke-4 antara lain:
1. Tidak melarang adanya unjuk rasa
Kebebasan menyampaikan pendapat melalui unjuk rasa atau
demonstrasi merupakan bagian dari implementasi prinsip sila keempat
pancasila. Pemerintah tidak melarang adanya unjuk rasa atau
berpendapat di muka umum. kebebasan berpendapat di muka umum
dijamin oleh:
Landasan Idiil
Yaitu Pancasila terdapat dalam sila ke IV "Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau perwakilan".
Landasan Konstitusional yaitu Undang-Undang Dasar 1945 :
a) Pasal 28 menyatakan Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lis an dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan undang-undang .
b) Pasal 28E Ayat (3) menyatakan Setiap orang berhak atas kebebasan
berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat

Landasan Operasional :
a) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.
Pasal 2
a. Ayat (1) “Setiap warga Negara, secara perorangan atau kelompok,
bebas menyampaikan pendapat sebagai perwujudan hak dan tanggung
jawab berdemokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berkumpul, dan
bernegara”
b. Ayat (2) “penyampaian pendapat di muka umum dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan undang-undang ini”

13
Pasal 8 menyatakan “Masyarakat berhak berperan serta secara
bertanggung jawab untuk berupaya agar penyampaian pendapat di
muka umum berlangsung secara umum, tertib, dan damai”
b) UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 23
a. Ayat (2) “Setiap orang berhak untuk mempunyai, mengeluarkan dan
menyebarluaskan pendapat sesuai hati nuraninya, secara lisan dan atau
tulisan melalui media cetak maupun elektronik dengan memperhatikan
nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum dan
keutuhan bangsa”.

Pasal 25 menyatakan “Setiap orang berhak untuk menyampaikan


pendapat di muka umum, termasuk hak untuk mogok sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan”
Pasal 32 menyatakan “Kemerdekaan dan rahasia dalam hubungan surat-
menyurat termasuk hubungan komunikasi melalui sarana elektronik
tidan boleh diganggu, kecuali atas perintah hakim atau kekuasaan lain
yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”
Pasal 60
b. Ayat (2) “Setiap anak berhak mencari, menerima, dan memberikan
informasi sesuai dengan tingkat intelektualitas dan usianya demi
pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan
kepatutan”
c) UU No. 40 Tahun 1999 Tentang pers
d) UU No. 32 Tahun 2002 Tentang penyiaran

2. Sidang pleno MPR


MPR bersidang sedikitnya dua kali dalam lima tahun di ibukota
negara. Sidang MPR yang dilaksanakan biasanya membahas rancangan
undang-undang, rancangan anggara, ataupun membahas permasalahan
yang ada .

14
Sidang MPR sah apabila dihadiri:
sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah Anggota MPR untuk memutus usul
DPR untuk memberhentikan Presiden/Wakil Presiden
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR untuk mengubah dan
menetapkan UUD
sekurang-kurangnya 50%+1 dari jumlah Anggota MPR sidang-sidang
lainnya
Putusan MPR sah apabila disetujui:
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR yang hadir untuk
memutus usul DPR untuk memberhentikan Presiden/Wakil Presiden
sekurang-kurangnya 50%+1 dari seluruh jumlah Anggota MPR untuk
memutus perkara lainnya.
Sebelum mengambil putusan dengan suara yang terbanyak, terlebih dahulu
diupayakan pengambilan putusan dengan musyawarah untuk mencapai
hasil yang mufakat.

3. Pemilihan Umum
Pemilihan umum sesuai dengan prinsip demokrasi yang terkandung
dalam sila keempat pancasila. Pemilu merupakan salah satu penerapan
prinsip kerakyatan. factor yang menyebabkannya sesuai dengan pancasila
adalah asas LUBER, yaitu: langsung. Berarti pemilih diharuskan
memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh diwakilkan, umum
berarti pemilu dapat diikuti seluruh warga Negara yang sudah memiliki
hak menggunakan suara, bebas berarti pemilih diharuskan memberikan
suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun, dan rahasia berarti suara
yang diberikan pemilih bersifat rahasia hanya diketahui oleh si pemilih itu
sendiri.

8) Kebijakan Pemerintah yang Sesuai dengan Nilai keadilan sosial bagi


seluruh rakyat Indonesia

15
a. Pemberian Bantuan untuk warga miskin
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang bersifat global, artinya
kemiskinan adalah masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian
banyak orang di dunia. Kemiskinan berhubungan dengan kekurangan
materi, rendahnya penghasilan, dan adanya kebutuhan sosial. Sehingga
pemerintah memberikan bantuan BLT berupa uang tunai dan sembako
kepada masyarakat miskin. Di Indonesia terdapat kecenderungan bahwa
seakan-akan kemiskinan hanya diberantas oleh program-program
pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan seolah mencakup pemberian
modal usaha untuk membuka warung kecil di sudut kampung,
pemberian sapi atau kambing untuk peternakan dan pelatihan
keterampilan perbengkelan atau kerajinan tangan. Asumsinya
sederhana, jika orang miskin diberi modal dan dilatih, maka mereka
akan memiliki pekerjaan dan pendapatan, sehingga kehidupan mereka
bisa menjadi lebih baik.

b. Asuransi Kesejahteraan Sosial


Penelitian evaluasi Program Jaminan Kesejahteraan Sosial:
Asuransi Kesejahteraan Sosial ini bertujuan memahami proses dan hasil
pelaksanaan program. Instrument utama dalam menganalisis data
lapangan menggunakan konsep asuransi sosial, yaitu suatu mekanisme
pengumpulan dana yang bersifat wajib yang berasal dari iuran guna
memberikan perlindungan atas resiko sosial ekonomi yang menimpa
peserta dan/atau anggota keluarganya.

c. Pemberian Dana Pensiun


Kementerian Keuangan memastikan 4,7 juta PNS akan
mendapatkan gaji ke-13 bulan ini. Kepastian tersebut menyusul

16
terbitnya Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2011 tanggal 30 Juni 2011
tentang pemberian gaji atau pensiun tunjangan bulan ketiga belas dalam
tahun anggaran 2011 kepada pegawai negeri, pejabat negara, dan
penerima pensiun tunjangan.
Dirjen Perbendaharaan Negara Kemenkeu Agus Suprijanto dalam
keterangan tertulis yang mengatakan bahwa pengajuan surat perintah
membayar oleh masing-masing satuan kerja akan segera dilakukan.
Untuk PNS pusat, gaji ke-13 akan dibayarkan langsung ke rekening
masing-masing, sementara untuk PNS daerah akan dibayarkan melalui
APBD masing-masing daerah. Sebagai tindak lanjut dari peraturan
tersebut, telah terbit peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan
mengenai petunjuk teknis pemberian gaji 13 tersebut yaitu Peraturan
Direktur Jenderal Perbendaharaan No 38/PB/2011. Sementara, gaji ke-
13 untuk penerima pensiun atau tunjangan akan dibayarkan melalui PT
Taspen (Persero) atau PT Asabri (Persero).

d. Mendirikan Pustu/Puskesmas Pembantu di Setiap Daerah


Untuk mensejahterakan rahyat, tidak hanya dengan
serangkaian materi tetapi kesehatan itu lebih penting, karena itu
pemerintah mengeluarkan kebijakan berupa pendirian puskesmas-
puskesmas di setiap daerah, dengan tujuan agar semua rakyatnya bisa
hidup sehat, tanpa mengidap penyakit yang parah dengan biaya yang
murah bahkan pengobatan gratis.

e. Pemberdayaan Perempuan
Dengan meningkatkan peranaan perempuan dalam bekerja,
berkarier di bidang apa saja dan meningkatkan kesetaraannya,

17
meningkatkan jumlah dan proporsi perempuan dalam menamatkan
pendidikannya, menurunkan kasus tindak kekerasan terhadap
perempuan, maka suatu kebijakan seperti itu dapat mengubah nasib
kaum perempuan di masa sekarang.

B. KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG TIDAK SESUAI DENGAN


NILAI-NILAI PANCASILA
1. Kebijakan Ekonomi
Kebijakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila adalah
kebijakan impor kedelai, dalam halini yang dirugikan adalah produsen
pertanian dan pengusaha kecil (pabrik temped an tahu) dalamnegeri,
walaupun tujuan pemerintah untuk menanggulangi permainan pasar yang
akan meniadakankedelai dan menyebabkan harga kedelai naik tinggi
2. Kebijakan Pendidikan Kebijakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
pancasila adalah adalah Badan Hukum Pendidikan(BHP) tersebut
dianggap bahwa negara seakan-akan melepaskan tanggungjawabnya
terhadap penyelenggaraan pendidikan karena diserahkan kepada rakyat
berduit (pemodal), maka secaraotomatis pemerintah telah melanggar
pembukaan UUD 1945 yang menyatakan dengan tegas bahwatugas negara
adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, bukan tugas pemodal
kapitalis. adanyaujian nasional yang mana hal tersebut punya beberapa
pengaruh negative, yaitu :
 Karena tidak lulus ujian nasional banyak pelajar yang depresi bahkan
bunuh diri.
 Untuk peserta ujian nasional yang kondisinya sedang hamil (siswi)
tidak boleh ikut, tetapi yangmenghamili boleh ikut.

3. Kebijakan PolitikKebijakan yang tidak sesuai dengan nilai-nil pancasila


adalah kebijakan program mobil murah, banyak pengamat politik menilai
bahwa hal tersebut sangat berbau politik karena alasannya

18
hanyameningkatkan produktifitas ekonomi, padahal efek belakangnya
adalah kemacetan dan pemborosan sumber daya (BBM).4.

4. Kebijakan Hukum Kebijakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai


pancasila kebijakan terkait pemberian remisi,asimilasi dan grasi bagi
terpidana Korupsi karena kebijakan tersebut tidak pantasdiberlakukan
sebab berpotensi tidak akan memberi efek jera terhadap pelaku korupsi
dan hanyaakan menyuburkan lahirnya koruptor-koruptor baru.5.

5. Kebijakan sosial Kebijakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai


pancasila adalah Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat
miskin. Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak, dan
pembagiannya menimbulkan berbagai masalah social

C. FAKTOR YANG MENYEBABKAN KESESUAIAN DAN KETIDAK


SESUSAI

1. Dari sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, dari sini kita bisa
melihat tidak adanya keberpihakan akan satu agam yang bisa dilihat dari
kata Tuhan, dan seharusnya semua bisa menerima itu tetapi kenyataannya
yang terjadi masih terjadi pertikaian antar agama ataupun pengerusakan
dari tempat agama satu dengan lainnya.

2. Dari sila kedua yang menyebutkan kemanusiaan yang adil dan beradab,
dalam realitas sekarang sangat tidak mencerminkan sifat dari kemanusiaan
yang adil serta beradab, marak terjadinya kekerasan, perampokan,
penyelewengan jabatan dan lainnya. Seharusnya sikap inilah yang harus
dimiliki oleh setiap individu bukan hanya di Indonesia tetapi seluruh umat
manusia.

19
3. Dari sila ketiga persatuan Indonesia, ini menyebutkan bahwa Indonesia
menjadi satu tidak dipisahkan oleh suku, agama dan asal daerah. Tetapi
realitas yang terjadi dimasyarakat masih banyak tidak bisa menerima
perbedaan suku ataupun agama yang dianut oleh individu.

4. Dari sila keempat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan


dalam permusyawaratan/perwakilan, bijaksana dan permusyawaratan
adalah sikap yang harus dimiliki oleh pemimpin-pemimpin dan perwakilan
rakyat yang bertugas untuk menjalankan roda pemerintahan, realitas yang
terjadi adalah masih terlihat pengaruh dari penguasa yang ada dalam
pengambilan keputusan dan keputusan seharusnya berpihak pada rakyat.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, keadilan sosial yang sudah
ada mungkin belum dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia, inilah yang
harus dibenahi oleh pemerintah pemerataan dari seluruhnya ekonomi,
pengamanan, keadilan dan lainnya.

D. MERUMUSKAN KEBIJAKAN YANG SESUAI DENGAN PANCASILA


Secara yuridis-konstitusional kedudukan Pancasila sudah jelas, bahwa
Pancasila adalahpandangan hidup bangsa, dasar negara Republik Indonesia,
dan sebagai ideologi nasional.Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila
merupakan kristalisasi nilai-nilai yang kebenarannya diakui, dan
menimbulkan tekad untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Sejarah
telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat
Indonesia,yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta
membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di
dalam masyarakat Indonesia yang adildan makmur.

Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian


Pancasila itu, perlu diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan

20
dan pengamalan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya oleh setiap
warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga
kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupundi daerah.

1. KEBIJAKAN POLITIK YANG SESUAI DENGAN PANCASILA


Pembangunan dan pengembangan bidang politik harus mendasarkan
pada dasar ontologis manusia. Hal ini di dasarkan pada kenyataan objektif
bahwa manusia adalah sebagai subjek Negara, oleh karena itu kehidupan
politik harus benar-benar merealisasikantujuan demi harkat dan martabat
manusia.Pengembangan politik Negara terutama dalam proses reformasi
dewasa ini harusmendasarkan pada moralitas sebagaimana tertuang dalam
sila-sila pancasila dam esensinya,sehingga praktek-praktek politik yang
menghalalkan segala cara harus segera diakhiri.Implementasi pancasila
dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik dituangkan dalam
pasal 26, 27 ayat (1), dan pasal 28
Pasal-pasal tersebut adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran
kedaulatan rakyat dan kemanusiaan yang adil dan beradap yang masing-
masing merupakan pancaran dari sila ke-4 dan ke-2 pancasila
Kedua pokok pikiran ini adalah landasan bagi kehidupan nasional bidang
politik di Negara Republik Indonesia
Berdasarkan penjabaran pokok-pokok pikiran tersebut, maka pembuatan
kebijakan negara dalam bidang ekonomi di indonesia dimaksudkan untuk
menciptakan system perekonomian yang bertumpu pada kepentingan
rakyat dan berkeadilan. Salah satu pemikiranyang sesuai dengan maksud
ini adalah gagasan ekonomi kerakyatan yang dilontarkan
olehMubyarto(1999), sebagaimana dikutip oleh Kaelan (2000:239), yaitu
pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan, melankan
demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh bangsa. Dengan kata lain,
pengembangan ekonomi tidak bisa dipisahkan dengan nilai-nilai moral
kemanusiaan.

21
2. KEBIJAKAN PANCASILA DALAM BIDANG SOSIAL DAN
BUDAYA
Dalam pembangunan dan pengembangan aspek sosial budaya
hendaknya didasarkan atassistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai
budaya yang dimiliki oleh masyarakat tersebut.Terutama dalam rangka
bangsa Indonesia melakukan reformasi di segala bidang dewasa
ini.Sebagai anti-klimaks proses reformasi dewasa ini sering kita saksikan
adanya stagnasi nilaisocial budaya dalam masyarakat sehingga tidak
mengherankan jikalau di berbagai wilayah Indonesia saat ini terjadi
berbagai gejolak yang sangat memprihatinkan antara lain amuk massa
yang cenderung anarkis, bentrok antara kelompok masyarakat satu dengan
yang lainnya yang muaranya adalah masalah politik.
Oleh karena itu dalam pengembangan sosial budaya pada masa
reformasi ini kita harus mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa
Indonesia sebagai dasar nilai yaitu nilai-nilai pancasila itu sendiri. Dalam
prinsip etika pancasila pada hakikatnya bersifat humanistic,artinya nilai-
nilai pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan
martabatmanusia sebagai makhluk yang berbudaya.Implementasi pancasila
dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik dituangkan dalam
pasal , 29, pasal 31, dan pasal 32

Pasal-pasal tersebut adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran


Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradap,dan
persatuan yang massing-masing merupakan pancaran dari sila pertama,
kedua, dan ke-tiga pancasila. Ketiga pokok pikiran ini adalah landasan
bagi pembangunan bidang kehidupan keagamaan, pendidikan, dan
kebudayaan nasional.
 PASAL 29 (1)
Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
 PASAL 31 (1)
Setiap warga negara berhakmendapat pendidikan.

22
 PASAL 32 (1)
Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.
Berdasarkan penjabaran pokok-pokok pikiran tersebut, maka
implementasi pancasiladalam pembuatan kebijakan negara dalam
bidang sosial budaya mengandung pengertianbahwa nilai-nilai yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat indonesia
harusdiwujudkan dalam ptoses pembangunan masyarakat dan
kebudayaan di indonesia. Dengandemikian, pancasila sebagai sumber
nilai dapat menjadi arh bagi kebijakan negara dalammengembangkan
kehidupan sosial budaya indonesia yang beradab, sesuai dengan sila
ke-2,kemanusiaan yang adil dan beradab.Pengembangan sosial
budaya harus dilakukan denganmengangkat nilai-nilaiyang dimliki
bangsa indonesia, yaitu nilai-nilai pancassila. Hal initidak dapat
dilepaskan dari fungsi pancasila sebagai sebuah sistem etika yang
keseluruhannilainya bersumber dari harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk yang beradap.

3. KEBIJAKAN PANCASILA DALAM BIDANG PERTAHANAN DAN


KEAMANAN.
Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat hukum.
Demi tegaknya hak-hak warga negara maka diperlukan peraturan
perundang-undangan negara, baik dalam rangkamengatur ketertiban warga
maupun dalam rangka melindungi hak-hak warganya.Implementasi
pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang
politikdituangkan dalam pasal 27 ayat (3) dan pasal 30

Pasal-pasal tersebut merupakanpenjabaran dari pokok pikiran


persatuan yang merupakan pancaran dari sila pertamapancasila. Pokok
pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan bidang pertahanan

23
dankeamanan nasional.Berdasarkan penjabaran diatas, maka implementasi
pancasila dalam pembuatankebijakan negara pada bidang pertahanan dan
keamanan harus diawali dengan kesadaranbahwa indonesia adalah negara
hukum. Pertahanan dan keamanan negara di atur dandikembangkan
menurut dasar kemanusiaan, bukan kekuasaandengan kata lain,
pertahanandan keamanan indonesia berbasis pada moralitas keamanan
sehingga kebijakan yang terkaitdengannya harus terhindar dari
pelanggaran hak-hak asasi manusia..
 PASAL 27 (3)
setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.
 PASAL30 (1)
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.

Secara sistematis, pertahanan keamanan negara harus berdasar pada


tujuan tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa (sila pertama dankedua), berdasar pada tujuan untuk
mewujudkan kepentingan seluruh warga sebagai warganegara (sila ke
tiga), harus mampu menjamin hak-hak dasar, persamaan derajat serta
kebebasan kemanusiaan (sila keempat), dan ditujukan untuk mewujudkan
keadilan dalam hidup masyarakat (sila kelima). Semua ini dimaksudkan
agar pertahanan dan keamanan dapat ditempatkan dalam konteks negara
hukum, yang menghindari kesewenang-wenangan negara dalam
melindungi dan membela wilayah negara dengan bangsa, serta dalam
mengayomi masyarakat.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

24
Dari adanya kebijakan-kebijakan pemerintah yang sudah ada,
sebagian sudah sesuaidengan nilai-nilai pancasila, namun sebagian besar
masih banyak yang belum sesuai dengannilai-nilai pancasila, begitu pula
banyak rakyat yang dengan tidak sadarnya menerima danmengikuti
berbagai kebijakan-kebijakan tersebut, sehingga masih banyak rakyat
yang menderitakarena perhatian pemerintah yang belum sepenuhnya
mensejahterakan rakyat. Masyarakathanyalah rakyat kecil yang tidak
sepenuhnya mengerti tentang pemerintahan, sehingga merekahanya ikut-
ikutan mana yang bagi mereka lebih menguntungkan, dan akhirnya itu
hanya akanmenjerumuskan masyarakat ke masalah sosial yang lebih
rumit

B. SARAN

Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, harusnya


lebih mendasarkannyakepada nilai-nilai pancasila, karena pancasila
adalah dasar atau ideologi bangsa Indonesia yangharus sepenuhnya
diterapkan, agar tidak banyak masyarakat yang menderita karena kurang
perhatian dari pemerintah

25
DAFTAR PUSTAKA
[1] http://academia.edu/implikasi-pancasila-dalam-kebijakan-negara/
[2] http://detydadarasamawa.blogspot.com/2012/12/makalah-pancasila
sebagai-ideologi.
[3] htmlwww.slideshare.net/rizkieriyanto/kebijakan-pemerintah

26

Anda mungkin juga menyukai