Makalah Kelompok 1
Makalah Kelompok 1
Disusun oleh :
KELOMPOK 1
SURIADI DZAKIR
M.ALY ALGUSTY
DIFA PUTRA NASRIANDI
IBNU MURAHMAN
DENI APRIYANTO
NURADIFAN
RIZQI ALFIATUN NIKMAH
WINA
Dosen Pengampu
MUCHLIS KURNIANTO, S.H.MH
PROGRAM STUDI HUKUM SOELTHAN M TSJAFIOEDDIN
SINGKAWANG
2021
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniahnya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
yang berjudul “Kebijakan Sosial Pemerintah Yang Sesuai Dan Tidak Sesuai
Dengan Nilai Pancasila” untuk mata kuliah yang di bina oleh bapak Muchlis
Kurnianto, S.H.,Mh
harapan kami semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan
menjadikan refrensi bagi kita semua sehingga kita lebih tahu lagi.
Dalam makalah yang kami buat ini, masih banyak kekurangan, demi
kesempurnaan makalah ini mengharapkan masukan/kritik yang bersifat membangun .
terimakasih atas perhatiannya.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB1......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................2
TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH........................................................................2
BAB II....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
A. KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG SESUAI DENGAN NILAI-NILAI
PANCASILA.................................................................................................................3
1) Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”...................................................3
B. KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG TIDAK SESUAI DENGAN NILAI-
NILAI PANCASILA...................................................................................................18
C. FAKTOR YANG MENYEBABKAN KESESUAIAN DAN KETIDAK
SESUSAI......................................................................................................................19
D. MERUMUSKAN KEBIJAKAN YANG SESUAI DENGAN PANCASILA...20
1. KEBIJAKAN POLITIK YANG SESUAI DENGAN PANCASILA............21
2. KEBIJAKAN PANCASILA DALAM BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA 22
3. KEBIJAKAN PANCASILA DALAM BIDANG PERTAHANAN DAN
KEAMANAN...........................................................................................................23
BAB III.................................................................................................................................25
PENUTUP........................................................................................................................25
A. KESIMPULAN........................................................................................................25
B. SARAN.....................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................26
iii
BAB1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini
terdiri dari dua kata dari Sanskerta: panca berarti lima dan sila berarti prinsip
atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa
dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia
Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia yang
secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang diundangkan dalam berita
Republik Indonesia tahun II No.7[1] bersamaan dengan batang tubuh UUD
1945. Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai arti yaitu mengatur
penyelenggaraan pemerintahan. Konsekuensinya adalah Pancasila merupakan
sumber dari segala sumber hukum. Hal ini menempatkan pancasila sebagai
dasar Negara yang berarti melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam semua
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Secara yuridis-konstitusional kedudukan Pancasila sudah jelas, bahwa
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa, dasar negara Republik Indonesia,
dan sebagai ideologi nasional. Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila
merupakan kristalisasi nilai-nilai yang kebenarannya diakui, dan
menimbulkan tekad untuk dilaksanakan dalam kehidupan seharihari.
Pada zaman reformasi saat ini pengimplementasian pancasila sangat
dibutuhkan oleh masyarakat, karena di dalam pancasila terkandung nilai-nilai
luhur bangsa Indonesia yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Selain itu,
kini zaman globalisasi begitu cepat menjangkiti negara-negara di seluruh
dunia termasuk Indonesia.
Memang untuk saat ini banyak kebijakan-kebijakan dari pemerintah
yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila bahkan ada pula sebagian dari
kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidaksesuai dengan nilai-nilai pancasila
khususnya dalam bidang sosial. Sekarang ini kita seringmelihat
1
penyelenggaraan pemerintah saat ini terkesan lebih banyak yang
menyimpang dari cita-cita pendiri bangsa. Sebab pancasila yang disepakati
sebagai pondasi bangsa justru hanya tinggalucapan dan janji semata. Kalau
kita melihat kebijakan negara di tangan pemerintah sekarang ini
kecenderungan bukan lagi jadi negara yang diinginkan pendiri bangsa.
B. RUMUSAN MASALAH
1) Kebijakan apa saja yang sesuai dan tidak sesuai dengan nilai-nilai pancasi
la ?
2) Faktor apa saja yang menyebabkan kesuaian dan tidak sesuai ?
3) Merumuskan apa saja yang tidak sesuai dengan pemerintah ?
1. Mengetahui Kebijakan yang sesuai dan tidak sesuai dengan nilai
nilai pancasila.
2. Mengetahui factor yang menyebabkan kesesuain dan tidak sesuai.
3. Merumuskan yang tidak sesuai dengan pemerintah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG SESUAI DENGAN NILAI-NILAI
PANCASILA
Adapun kebijakan pemerintah yang sesuai dengan sila pertama antara lain:
1) Pendidikan agama
Pendidikan agama di Indonesia telah diadakan sejak tahun 1950,
dengan dibentuknya panitia bersama yang dipimpin Prof. Mahmud yunus dari
Departemen Agama, Mr. Hadi dari Departemen P dan K, hasil dari panitia itu
adalah SKB yang dikeluarkan pada bulan Januari. Isinya ialah:
a. Pendidikan agama yang diberikan mulai kelas IV Sekolah Rakyat.
b. Di daerah-daerah yang masyarakat agamanya kuat, maka Pendidikan
agama diberikan mulai kelas I SR dengan catatan bahwa pengetahuan
3
umumnya tidak boleh berkurang dibandingkan dengan sekolah lain
yang pendidikan agamanya diberikan mulai kelas IV.
c. Di sekolah Lanjutan Pertama dan Tingkat Atas (umum dan kejuruan)
diberikan pendidikan agama sebanyak 2 jam seminggu.
d. Pendidikan agama diberikan kepada murid-murid sedikitnya 10 orang
dalam satu kelas dan mendapat izin dari orang tua / walinya.
e. Pengangkatan guru agama, biaya pendidikan agama, dan materi
pendidikan agama ditanggung oleh Departemen Agama.
Kebijakan ini sesuai dengan sila pertama pancasila yang menjamin penduduk
untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agamanya,
Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama, Negara
memberi fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warga negara
dan mediator ketika terjadi konflik agama. Faktor pendukung lainnya adalah
dalam sidang pleno MPRS, pada bulan Desember 1960 diputuskan sebagai
berikut: “Melaksanakan Manipol Usdek dibidang mental/agama/kebudayaan
dengan syarat spiritual dan material agar setiap warga Negara dapat
mengembangkan kepribadiannya dan kebangsaan Indonesia serta menolak
pengaruh-pengaruh buruk kebudayaan asing (Bab II Pasal 2 ayat 1)”.
Dalam ayat 3 dari pasal tersebut dinyatakan bahwa: “Pendidikan agama
menjadi mata pelajaran di sekolah-sekolah umum, mulai sekolah dasar
sampai Universitas,”
4
dalam negeri, keuangan, dan sebagainya, membentuk juga beberapa
kementerian negara yang khusus. Salah satu kementerian yang
diusulkannya ialah Kementerian Islamiyah, yang katanya, memberi
jaminan kepada umat Islam (masjid, langgar, surau, wakaf) yang di tanah
Indonesia dapat dilihat dan dirasakan artinya dengan kesungguhan hati.
Tetapi meskipun beberapa usulnya tentang susunan negara bisa diterima dan
menjadi bagian dan UUD 1945, usulnya tentang ini tidak begitu mendapat
sambutan.
Ketika Kabinet Presidential dibentuk di awal bulan September 1945,
jabatan Menteri Agama belum diadakan. Demikian halnya, di bulan
Nopember, ketika kabinet Presidential digantikan oleh kabinet parlementer, di
bawah. Perdana Menteri Sjahrir. Usulan pembentukan Kementerian Agama
pertama kali diajukan kepada BP-KNIP (Badan Pekerja Komite Nasional
Indonesia Pusat) pada 11 Nopember 1946 oleh K.H. Abudardiri, K.H. Saleh
Suaidy, dan M. Sukoso Wirjosaputro, yang semuanya merupakan anggota
KNIP dari Karesidenan Banyumas. Usulan ini mendapat dukungan dari
Mohammad Natsir, Muwardi, Marzuki Mahdi, dan Kartosudarmo yang
semuanya juga merupakan anggota KNIP untuk kemudian memperoleh
persetujuan BP-KNIP.
Sebagai realisasi, pada 3 Januari 1946 pemerintah mengeluarkan ketetapan
yang antara lain berbunyi: Presiden Republik Indonesia, Mengingat: Usul
Perdana Menteri dan Badan Pekerja Komite Nasional Pusat, memutuskan:
Mengadakan Departemen Agama. Keputusan dan penetapan pemerintah ini
dikumandangkan di udara oleh RRI ke seluruh dunia, dan disiarkan oleh pers
dalam, dan luar negeri, dengan H. Rasjidi BA sebagai Menteri Agama yang
pertama.
5
Kristen (Protestan), Katolik, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu
(Confusius)"
Pada tahun 1969, UU No. 5/1969 dikeluarkan, menggantikan
keputusan presiden mengenai enam agama resmi. Namun, hal ini berbeda
dalam praktiknya. Pada 1978, Menteri Dalam Negeri mengeluarkan
keputusan bahwa hanya ada lima agama resmi, tidak termasuk Konghucu.
Pada tanggal 27 Januari 1979, dalam suatu pertemuan kabinet, dengan kuat
memutuskan bahwa Konghucu bukanlah suatu agama. Keputusan Menteri
Dalam Negeri telah dikeluarkan pada tahun 1990 yang menegaskan bahwa
hanya ada lima agama resmi di Indonesia.
Namun, setelah reformasi Indonesia tahun 1998, ketika kejatuhan Soeharto,
Abdurrahman Wahid dipilih menjadi presiden yang keempat. Wahid
mencabut instruksi presiden No. 14/1967 dan keputusan Menteri Dalam
Negeri tahun 1978. Agama Konghucu kini secara resmi dianggap sebagai
agama di Indonesia. Kultur Tionghoa dan semua yang terkait dengan aktivitas
Tionghoa kini diizinkan untuk dipraktikkan. Warga Tionghoa Indonesia dan
pemeluk Konghucu kini dibebaskan untuk melaksanakan ajaran dan tradisi
mereka. Seperti agama lainnya di Indonesia yang secara resmi diakui oleh
negara.
6
5) Sila Kedua, “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”
Makna yang terkandung dalam sila Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab adalah mengandung nilai suatu kesadaran sikap moral dan
tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi nurani manusia
dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan pada umumnya
baik terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia maupun terhadap
lingkungannya. Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu makna
bahwa hakikat manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab
harus berkodrat adil. Hal ini mengandung suatu pengertian bahwa hakikat
manusia harus adil dalam hubungan dengan diri sendiri, adil terhadap
manusia lain, adil terhadap masyarakat bangsa dan negara, adil terhadap
lingkungannya serta adil terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Nilai
kemanusiaan yang beradab mengandung makna bahwa beradab erat
kaitannya dengan aturan-aturan hidup, budi pekerti, tata krama, sopan
santu, adat istiadat, kebudayaan, kemajuan ilmu pengetahuan, dsb. Semua
aturan diatas bertujuan untuk menjaga agar manusia tetap beradab, tetap
menghargai harkat dan derajat dirinya sebagai manusia. Adab diperlukan
agar manusia bisa meletakkan diri pada tempat yang sesuai.
7
Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, pasal 27 Ayat (2)
Hak berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dan lisan dan
tulisan, pasal 28
Hak memeluk dan beribadah sesuai dengan ajaran agama, pasal 29 Ayat
(2)
Hak dalam usaha pembelaan negara, pasal 30
Hak mendapat pengajaran, pasal 31
Hak menikmati dan mengembangkan kebudayaan nasional dan daerah,
pasal 23
Hak dibidang perekonomian, pasal 33.
Hak fakir miskin dan anak terlantar dipeiharaan oleh negara, pasal 34.
b) Undang-Undang
Peraturan HAM juga dapat dilihat dalam Undang-Undang Yang
pernah dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia. Antara lain sebagai
berikut:
UU Nomor 5 Tahun 1998 tentang Ratifikasi Konvensi Anti penyiksaan,
Perlakuan atau penghukuman yang kejam, tidak manusiawi dan
merendahkan martabat.
UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kebebasan Menyampaikan Pendapat.
UU Nomor 11 Tahun 1998 tentang Amandemen terhadap UU Nomor
25 Tahun 1997 tentang Hubungan Perubahan.
UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
UU Nomor 19 Tahun 1999 tentang Rativikasi Konvensi ILO Nomor
105 tentang Penghapusan Pekerja Secara Paksa
UU Nomor 20 Tahun 1999 tentang Rativikasi Konvensi ILO Nomor
138 tentang Usia Minimum Bagi Pekerja
UU Nomor 21 Tahun 1999 tentang Rativikasi Konvensi ILO Nomor 11
tentang Diskriminasi dalam Pekerjaan
8
UU Nomor 26 Tahun 1999 tentang Pencabutan UU Nomor 11 Tahun
1963 tentang tindak Pidana Subversi
UU Nomor 29 Tahun 1999 tentang Rativikasi Konvensi Penghapusan
Segala Bentuk Diskriminasi
UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers
UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
UU Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
9
seloka Bhineka Tunggal Ika. Perbedaan bukannya untuk diruncingkan
menjadi konflik dan permusuhan melainkan diarahkan pada suatu sintesa
yang saling menguntungkan yaitu persatuan dalam kehidupan bersama
untuk mewujudkan tujuan bersama.
Negara mengatasi segala paham golongan, etnis, suku, ras, individu,
maupun golongan agama. Mengatasi dalam arti memberikan wahana atas
tercapainya harkat dan martabat seluruh warganya. Negara memberikan
kebebasan atas individu, golongan, suku, ras, maupun golongan agama
untuk merealisasikan seluruh potensinya dalam kehidupan bersama yang
bersifat integral. Oleh karena itu tujuan negara dirumuskan untuk
melindungi segenap warganya dan seluruh tumpah darahnya, memajukan
kesejahteraan umum (kesejahteraan seluruh warganya) mencerdaskan
kehidupan warganya, serta kaitannya dengan pergaulan dengan bangsa-
bangsa lain di dunia untuk mewujudkan suatu ketertiban dunia yang
berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Nilai persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan
Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Hal itu
terkandung nilai bahwa bahwa nasionalisme Indonesia adalah
nasionalisme religious yaitu nasionalisme yang bermoral Ketuhanan Yang
Maha Esa. Nasionalisme yang humanitik yang menjunjung tinggi harkat
dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan. Oleh karena itu nilai-nilai
nasionalisme ini harus tercermin dalam segala aspek penyelenggaraan
Negara.
Butir-butir dari Sila ke-3 Pancasila :
a. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
b. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa
apabila diperlukan.
c. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
10
d. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia.
e. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
f. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
g. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
11
serangan dari dalam maupun dari luar yang mengancam persatuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
c. Pendidikan Pancasila
Dengan adanya pendidikan pancasila, diharapkan generasi
penerus bangsa bisa memahami Ideologi bangsa Indonesia. Dengan
begitu bangsa indonesia tidak mudah terpengaruh dengan ideologi-
ideologi asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan bangsa Indonesia.
Pendidikan Pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang
diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku
yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai golongan agama, perilaku
yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku
kebudayaan, dan beraneka ragam kepentingan perilaku yang
mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di
atas kepentingan perorangan dan golongan. Dengan demikian,
perbedaan pemikiran, pendapat, atau kepentingan diatasi melalui
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
12
Nilai kerakyatan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui
lembaga-lembaga perwakilan. Nilai ini menganut paham demokrasi.
Kebijakan pemerintah yang sesuai dengan sila ke-4 antara lain:
1. Tidak melarang adanya unjuk rasa
Kebebasan menyampaikan pendapat melalui unjuk rasa atau
demonstrasi merupakan bagian dari implementasi prinsip sila keempat
pancasila. Pemerintah tidak melarang adanya unjuk rasa atau
berpendapat di muka umum. kebebasan berpendapat di muka umum
dijamin oleh:
Landasan Idiil
Yaitu Pancasila terdapat dalam sila ke IV "Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau perwakilan".
Landasan Konstitusional yaitu Undang-Undang Dasar 1945 :
a) Pasal 28 menyatakan Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lis an dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan undang-undang .
b) Pasal 28E Ayat (3) menyatakan Setiap orang berhak atas kebebasan
berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat
Landasan Operasional :
a) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.
Pasal 2
a. Ayat (1) “Setiap warga Negara, secara perorangan atau kelompok,
bebas menyampaikan pendapat sebagai perwujudan hak dan tanggung
jawab berdemokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berkumpul, dan
bernegara”
b. Ayat (2) “penyampaian pendapat di muka umum dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan undang-undang ini”
13
Pasal 8 menyatakan “Masyarakat berhak berperan serta secara
bertanggung jawab untuk berupaya agar penyampaian pendapat di
muka umum berlangsung secara umum, tertib, dan damai”
b) UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 23
a. Ayat (2) “Setiap orang berhak untuk mempunyai, mengeluarkan dan
menyebarluaskan pendapat sesuai hati nuraninya, secara lisan dan atau
tulisan melalui media cetak maupun elektronik dengan memperhatikan
nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum dan
keutuhan bangsa”.
14
Sidang MPR sah apabila dihadiri:
sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah Anggota MPR untuk memutus usul
DPR untuk memberhentikan Presiden/Wakil Presiden
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR untuk mengubah dan
menetapkan UUD
sekurang-kurangnya 50%+1 dari jumlah Anggota MPR sidang-sidang
lainnya
Putusan MPR sah apabila disetujui:
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR yang hadir untuk
memutus usul DPR untuk memberhentikan Presiden/Wakil Presiden
sekurang-kurangnya 50%+1 dari seluruh jumlah Anggota MPR untuk
memutus perkara lainnya.
Sebelum mengambil putusan dengan suara yang terbanyak, terlebih dahulu
diupayakan pengambilan putusan dengan musyawarah untuk mencapai
hasil yang mufakat.
3. Pemilihan Umum
Pemilihan umum sesuai dengan prinsip demokrasi yang terkandung
dalam sila keempat pancasila. Pemilu merupakan salah satu penerapan
prinsip kerakyatan. factor yang menyebabkannya sesuai dengan pancasila
adalah asas LUBER, yaitu: langsung. Berarti pemilih diharuskan
memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh diwakilkan, umum
berarti pemilu dapat diikuti seluruh warga Negara yang sudah memiliki
hak menggunakan suara, bebas berarti pemilih diharuskan memberikan
suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun, dan rahasia berarti suara
yang diberikan pemilih bersifat rahasia hanya diketahui oleh si pemilih itu
sendiri.
15
a. Pemberian Bantuan untuk warga miskin
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang bersifat global, artinya
kemiskinan adalah masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian
banyak orang di dunia. Kemiskinan berhubungan dengan kekurangan
materi, rendahnya penghasilan, dan adanya kebutuhan sosial. Sehingga
pemerintah memberikan bantuan BLT berupa uang tunai dan sembako
kepada masyarakat miskin. Di Indonesia terdapat kecenderungan bahwa
seakan-akan kemiskinan hanya diberantas oleh program-program
pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan seolah mencakup pemberian
modal usaha untuk membuka warung kecil di sudut kampung,
pemberian sapi atau kambing untuk peternakan dan pelatihan
keterampilan perbengkelan atau kerajinan tangan. Asumsinya
sederhana, jika orang miskin diberi modal dan dilatih, maka mereka
akan memiliki pekerjaan dan pendapatan, sehingga kehidupan mereka
bisa menjadi lebih baik.
16
terbitnya Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2011 tanggal 30 Juni 2011
tentang pemberian gaji atau pensiun tunjangan bulan ketiga belas dalam
tahun anggaran 2011 kepada pegawai negeri, pejabat negara, dan
penerima pensiun tunjangan.
Dirjen Perbendaharaan Negara Kemenkeu Agus Suprijanto dalam
keterangan tertulis yang mengatakan bahwa pengajuan surat perintah
membayar oleh masing-masing satuan kerja akan segera dilakukan.
Untuk PNS pusat, gaji ke-13 akan dibayarkan langsung ke rekening
masing-masing, sementara untuk PNS daerah akan dibayarkan melalui
APBD masing-masing daerah. Sebagai tindak lanjut dari peraturan
tersebut, telah terbit peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan
mengenai petunjuk teknis pemberian gaji 13 tersebut yaitu Peraturan
Direktur Jenderal Perbendaharaan No 38/PB/2011. Sementara, gaji ke-
13 untuk penerima pensiun atau tunjangan akan dibayarkan melalui PT
Taspen (Persero) atau PT Asabri (Persero).
e. Pemberdayaan Perempuan
Dengan meningkatkan peranaan perempuan dalam bekerja,
berkarier di bidang apa saja dan meningkatkan kesetaraannya,
17
meningkatkan jumlah dan proporsi perempuan dalam menamatkan
pendidikannya, menurunkan kasus tindak kekerasan terhadap
perempuan, maka suatu kebijakan seperti itu dapat mengubah nasib
kaum perempuan di masa sekarang.
18
hanyameningkatkan produktifitas ekonomi, padahal efek belakangnya
adalah kemacetan dan pemborosan sumber daya (BBM).4.
1. Dari sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, dari sini kita bisa
melihat tidak adanya keberpihakan akan satu agam yang bisa dilihat dari
kata Tuhan, dan seharusnya semua bisa menerima itu tetapi kenyataannya
yang terjadi masih terjadi pertikaian antar agama ataupun pengerusakan
dari tempat agama satu dengan lainnya.
2. Dari sila kedua yang menyebutkan kemanusiaan yang adil dan beradab,
dalam realitas sekarang sangat tidak mencerminkan sifat dari kemanusiaan
yang adil serta beradab, marak terjadinya kekerasan, perampokan,
penyelewengan jabatan dan lainnya. Seharusnya sikap inilah yang harus
dimiliki oleh setiap individu bukan hanya di Indonesia tetapi seluruh umat
manusia.
19
3. Dari sila ketiga persatuan Indonesia, ini menyebutkan bahwa Indonesia
menjadi satu tidak dipisahkan oleh suku, agama dan asal daerah. Tetapi
realitas yang terjadi dimasyarakat masih banyak tidak bisa menerima
perbedaan suku ataupun agama yang dianut oleh individu.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, keadilan sosial yang sudah
ada mungkin belum dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia, inilah yang
harus dibenahi oleh pemerintah pemerataan dari seluruhnya ekonomi,
pengamanan, keadilan dan lainnya.
20
dan pengamalan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya oleh setiap
warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga
kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupundi daerah.
21
2. KEBIJAKAN PANCASILA DALAM BIDANG SOSIAL DAN
BUDAYA
Dalam pembangunan dan pengembangan aspek sosial budaya
hendaknya didasarkan atassistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai
budaya yang dimiliki oleh masyarakat tersebut.Terutama dalam rangka
bangsa Indonesia melakukan reformasi di segala bidang dewasa
ini.Sebagai anti-klimaks proses reformasi dewasa ini sering kita saksikan
adanya stagnasi nilaisocial budaya dalam masyarakat sehingga tidak
mengherankan jikalau di berbagai wilayah Indonesia saat ini terjadi
berbagai gejolak yang sangat memprihatinkan antara lain amuk massa
yang cenderung anarkis, bentrok antara kelompok masyarakat satu dengan
yang lainnya yang muaranya adalah masalah politik.
Oleh karena itu dalam pengembangan sosial budaya pada masa
reformasi ini kita harus mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa
Indonesia sebagai dasar nilai yaitu nilai-nilai pancasila itu sendiri. Dalam
prinsip etika pancasila pada hakikatnya bersifat humanistic,artinya nilai-
nilai pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan
martabatmanusia sebagai makhluk yang berbudaya.Implementasi pancasila
dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik dituangkan dalam
pasal , 29, pasal 31, dan pasal 32
22
PASAL 32 (1)
Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.
Berdasarkan penjabaran pokok-pokok pikiran tersebut, maka
implementasi pancasiladalam pembuatan kebijakan negara dalam
bidang sosial budaya mengandung pengertianbahwa nilai-nilai yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat indonesia
harusdiwujudkan dalam ptoses pembangunan masyarakat dan
kebudayaan di indonesia. Dengandemikian, pancasila sebagai sumber
nilai dapat menjadi arh bagi kebijakan negara dalammengembangkan
kehidupan sosial budaya indonesia yang beradab, sesuai dengan sila
ke-2,kemanusiaan yang adil dan beradab.Pengembangan sosial
budaya harus dilakukan denganmengangkat nilai-nilaiyang dimliki
bangsa indonesia, yaitu nilai-nilai pancassila. Hal initidak dapat
dilepaskan dari fungsi pancasila sebagai sebuah sistem etika yang
keseluruhannilainya bersumber dari harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk yang beradap.
23
dankeamanan nasional.Berdasarkan penjabaran diatas, maka implementasi
pancasila dalam pembuatankebijakan negara pada bidang pertahanan dan
keamanan harus diawali dengan kesadaranbahwa indonesia adalah negara
hukum. Pertahanan dan keamanan negara di atur dandikembangkan
menurut dasar kemanusiaan, bukan kekuasaandengan kata lain,
pertahanandan keamanan indonesia berbasis pada moralitas keamanan
sehingga kebijakan yang terkaitdengannya harus terhindar dari
pelanggaran hak-hak asasi manusia..
PASAL 27 (3)
setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.
PASAL30 (1)
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
24
Dari adanya kebijakan-kebijakan pemerintah yang sudah ada,
sebagian sudah sesuaidengan nilai-nilai pancasila, namun sebagian besar
masih banyak yang belum sesuai dengannilai-nilai pancasila, begitu pula
banyak rakyat yang dengan tidak sadarnya menerima danmengikuti
berbagai kebijakan-kebijakan tersebut, sehingga masih banyak rakyat
yang menderitakarena perhatian pemerintah yang belum sepenuhnya
mensejahterakan rakyat. Masyarakathanyalah rakyat kecil yang tidak
sepenuhnya mengerti tentang pemerintahan, sehingga merekahanya ikut-
ikutan mana yang bagi mereka lebih menguntungkan, dan akhirnya itu
hanya akanmenjerumuskan masyarakat ke masalah sosial yang lebih
rumit
B. SARAN
25
DAFTAR PUSTAKA
[1] http://academia.edu/implikasi-pancasila-dalam-kebijakan-negara/
[2] http://detydadarasamawa.blogspot.com/2012/12/makalah-pancasila
sebagai-ideologi.
[3] htmlwww.slideshare.net/rizkieriyanto/kebijakan-pemerintah
26