Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH :
NI’MATUR ROHMAH
NIM. 211B1229
2022
B. Etiologi
Persalinan yang lama disebabkan oleh kontraksi (power) abnormal
meliputi kontraksi lemah yang jarang (aktivitas uterus hipotonik), kontraksi kuat
yang sering (kontraksi hipotonik), dan aktivitas uterus yang tidak terkoordinasi;
defisiensi/ keterlambatan dilatasi (passage) serviks; abnormalitas penurunan
bagian presentasi janin (passanger) (Liu, 2007).
Kontraksi lemah yang jarang (aktivitas uterus hipotonik) umumnya
disebabkan karena kesalahan diagnosis persalinan. Terlalu meregangnya uterus
tidak membuat persalinan berjalan baik tetapi bukti terhadap hal ini sedikit. (Liu,
2007). Kontraksi kuat yang sering (kontraksi hipertonik) dapat terjadi setelah
penggunaan oksitosik yang tepat. Persalinan yang lama yang berhubungan
dengan kontraksi yan kuat terutama terlihat pada ibu multipra dengan
disproporsi panggul ibu dan kepala janin. Pergerakan terus menghalangi
peningkatan upaya untuk mengatasi obstruksi. Hasilnya peningkatan frekuensi
kontraksi yang kuat dan meningkatkan distres tonus otot uterus baik pada ibu
maupun janin. Jika dibolehkan untuk dilanjutkan aktivitas, uterus tetanik dapat
terjadi. Sebuah cincin retraksi yang menunjukkan taut antara segmen uterus
C. Manifestasi klinis
1. Manifestasi Klinis Inpartu
Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
Menurut (Prawirohardjo, 2010) kelainan his anatar lain:
a. Insersia uteri
Inersia uteri primer atau hipotonik adalah his yang tidak
terkoordinasi, ireguler, tidak efektif, tidak ada dominasi fundus,
dan biasa terjadi pada fase laten.
Inesia uteri sekunder adalah his dengan frekuensi jarang,
kekuatan lemah, durasi sebentar, relaksasi sempurna, dan biasa
terjadi dapat menimbulkan bahaya bagi ibu maupun janin, karena
tanpa his yang kuat dan baik, tidak dapat merangsang pembukaan
pada serviks, sehingga bayi dapat mengalami fetal distres.
His terlampau kuat (hypertonic uterine contraction)
menyebabkan persalinan yang sangat cepat, jika <3 jam dapat
terjadi partus presipitatus. Walaupun his kuat, tetapi apabila
terdapat CPD maka dapat terjadi kala I lama, dan menyebabkan
trauma cerebri pada janin.
Incoordinate uteri action tidak ada terkoordinasi kontraksi antara
bagian atas, tengah, dan bawah menyebabkan his tidak efisien
dalam mengadakan pembukaan. Kontraksi uterus yang tidak
menentu dan tidak adekuat tidak dapat membantu serviks untuk
mendatar dan membuka, sehingga terjadi partus lama.
Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan- robekan kecil pada serviks.
Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya
Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan pembukaan telah
ada. (Mochtar, 1998)
E. Klasifikasi
Partus lama dapat dibagi berdasarkan menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Fase laten memanjang Fase laten memanjang apabila lama fase ini lebih dari
20 jam pada nulipara dan 14 jam pada ibu multipara. Keadaan yang
mempengaruhi durasi fase laten antara lain keadaan serviks yang memburuk
(misalnya tebal, tidak mengalami pendataran atau tidak membuka), dan
persalinan palsu. Diagnosis dapat pula ditentukan dengan menilai
pembukaan serviks tidak melewati 4 cm sesudah 8 jam inpartu dengan his
yang teratur.
Ardhiyanti, Y., & Susanti, S. (2016). Faktor Ibu yang Berhubungan dengan
Kejadian Persalinan Lama di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Jurnal Kesehatan
Komunitas, Vol. 3, No.2, Mei 2016, 85-86.
https://lusa.afkar.id/persalinan-lama-partus-lama
A. IDENTITAS
Nama pasien : Ny.S Nama suami : Tn.N
Umur : 24 Tahun Umur : 27 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kediri Alamat : Kediri
Status perkawinan : Bersama
B. RIWAYAT KEPERAWATAN :
2. RIWAYAT OBSTETRI
A. Riwayat Menstruasi :
Menarche : umur 13 tahun Siklus : teratur ( √ ) tidak (
)
Banyaknya : Encer Lamanya : 28 hari
HPHT : ……………….. Keluhan :
………………………
B. Riwayat Kehamilan, persalinan, nifas yang lalu :
2. Sekarang
C. Kehamilan Sekarang :
Diagnosa : G 2P1A0 H 39 Mg
Imunisasi : TT 1 sudah belum
TT2 sudah belum
ANC berapa kali ………………………………
Keluhan selama hamil :
mual
PROFESI NERS IIK STRADA INDONESIA Page 8
muntah
pusing
Lainnya ; ……………………………………
2. Pengeluaran Pervagina
Jenis : Lendir Darah Darah lendir Air ketuban.
Jumlah : ………………………………..
b. Kala II :
- Mulai : Tgl ………….. Jam………….
- Lama kala II : ………..Jam …………. Menit
- Pengobatan yang didapat : ………………….
- Penyulit : ………………….
- Cara mengatasi : ……………………………
- Keadaan bayi :
Lahir tgl : ……………… Jam ……………..
Jenis Kelamin : L / P
Apgar Score 1 : ……………….
Apgar Score 5 : ……………….
c. Kala III
- Mulai : Tgl ………………Jam………………….
- TFU ………………….kontraksi uterus : baik jelek
- Lama Kala III : ………..Jam ………….. Menit.
- Cara kelahiran plaasenta : spontan tindakan
ebutkan ……………..
- Kotiledon : lengkap tidak
- Selaput : lengkap tidak
- Perdarahan selama persalinan : …………………CC.
- Pengobatan yang didapat : ………………………….
5. Keadaan Bayi :
a. BB : ………………gram
b. PB : ………………CM
c. Pusat: Normal Abnormal
d. Perawatan tali pusat :
Alkohol 70%
Bethadine
Lainnya :……………
e. Anus : berlubang tertutup
f. Suhu : …………°C
g. Lingkar kepala :
Lingkaran Sub Occipito Bregnatica : ………….Cm.
Lingkaran Fronto Occipitalis : ………….Cm
Lingkaran Mento Occipitalis : ………….Cm.
h. Kelainan kepala :
Caput succedanum Cephal Hematoma
Hidocephalus Microcephalus
An encephalus
Lain – lain :………………
Pengobatan yang didapat :………………………………….
4. Riwayat Kesehatan :
Penyakit yang pernah dialami ibu : Tidak ada
Pengobatan yang didapat : …..……………………………………….
Riwayat penyakit keluarga
( ) Penyakit diabetes mellitus
( ) Penyakit jantung
( ) Penyakit hipertensi
( ) Penyakit lainnya : sebutkan ! Sodara kandung klien pernah mengalami kesulitan
melahirkan karena His
5. KEBUTUHAN DASAR KHUSUS :
1. Pola nutrisi
a. Frekwensi makan : 3x/hari
b. Nafsu makan : ( √ ) baik ( ) tidak nafsu , alasan
2. Pola eliminasi
BAK
a. Frekwensi : 5 kali
b. Warna : Kuning
c. Keluhan yang berhubungan dengan BAK : ……………
BAB
a. Frekwensi : 2 kali
b. Warna : ……………..
c. Bau : ……………..
d. Konsistensi : Padat
e. Keluhan : ……………..
6. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Lemas Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/70 mmHg Nadi : 90x/menit
Respirasi : 24x/menit Suhu : 37Cx/menit
Berat badan : 60 kg Tinggi badan : 160 cm
1. Sistem penglihatan
Posisi mata : ( √ ) simetris ( ) Asimetris
Kelopak mata : ( √ ) Normal ( ) Ptosis
Gerakan mata : ( √ ) Normal ( ) Abnormal
Pergerakan bola mata : ( √ ) Normal ( ) Abnormal
Konjungtiva : ( ) Normal /merah ( √ ) Anemis ( ) sangat merah
Kornea : ( √ ) Normal ( ) keruh berkabut ( ) terdapat perdarahan
Sklera : ( √ ) Ikterik ( ) Anikterik
3. Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut apical : 90x/menit
Irama : ( √ ) Teratur ( ) Tidak teratur
Kelainan bunyi jantung : ( √ ) Murmur ( ) Gallop
Sakit dada : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Timbul :( ) Saat beraktifitas ( ) Tanpa aktifitas
Karakter :( ) Seperti ditusuk- tusuk
( ) Seperti terbakar
( ) Seperti tertimpa benda berat.
4. Sistem Pencernaan
Keadaan mulut
Gigi :( ) Carries ( √ ) Tidak
Memakai gigi palsu : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Lainnya : ……………………………………….
b) Palpasi PERINEUM
Leopold I : Utuh / laserasi Ya ./ Tidak
TFU:…………………. Episiotomi : Ya / Tidak
.berisi……………… Jenis episiotomi :
Leopod II : Puki ( ) Medialis
E. DATA PENUNJANG
1. Laboratorium : Hb 10,6 (12-18)
Ht 25 (42-52)
Leukosit 8. 600 (5000-10000)
Trombo 289.000 (150000-450000)
2. USG :……………………………………………………………………………..
3. Rontgen : …………………………………………………………………………
4. Terapi yang didapat ………………………………………………………………
F. DATA TAMBAHAN
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……
……………………………………………………………………………………………
PROFESI NERS IIK STRADA INDONESIA Page 17
……………………………………………………………………………………………
……
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……
……………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Surabaya, …………………………………….
Pemeriksa
(……………………………….……..)
Edukasi
-Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
-Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
Terapeutik
-Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
-Fasilitasi istirahat dan tidur
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian
analgesic, jika perlu