Saurmatua Kelompok 1B Hukum Adat
Saurmatua Kelompok 1B Hukum Adat
3. Suryanto (2074201030)
Saurmatua adalah seseorang yang meninggal dunia , telah memiliki keturunan (Anak)
dan cucu , baik dari anak laki-laki maupun dari anak perempuan.
Saur artinya lengkap atau sempurna , dikatakan bahwa seseorang yang telah meninggal
dunia telah sempurna dalam kekerabatan , yaitu telah memiliki anak dan cucu.
Sehingga seseorang yang meninggal dalam kekerabatan maka acara adat penguburannya
dilaksanakan dengan saurmatua. Acara pemberangkatan disebut “Ulaon Na Gok “ ( Acara
dengan adat penuh ) .
“ Boan “ ( Makanan ) yang disiapkan berupa “ Sigagat duhut /Jagal “ ( Kerbau /Sapi )
Dalam pelaksanaan Acara Adat Saurmatua pada adat batak toba , semua keluarga ,
saudara , dan seluruh warga masyarakat dimanapun berada , seperti :
Dirantau , diladang , dipemukiman , dan semua penduduk ikut serta hadir dalam acara adat
meninggal dunia ( Saurmatua ) untuk menghantarkan jenazah ketempat peristirahatan
sebagai tanda kehormatan terakhir.
Batak Toba yang telah memiliki anak dan cucu sebelum dikuburkan / dimakamkan :
Pada saat acara dijabu ( dirumah ) akan dimulai membaringkan seseorang yang meninggal
(orang tua ) dijabu bona ( diruang tamu ) letaknya berhadapan dengan kamar orang tua
yang meninggal ataupun menghadap kamar anak-anaknya , lalu diselimuti dengan ulos
saput (ulos tanda dukacita ) / Ulos Ragidup (ulos saurmatua )
Menandakan bahwa seseorang yang telah meninggal dunia sudah memiliki anak dan cucu.
(1.) Ulos saput merupakan salah satu ulos yang diberikan atau yang digunakan dalam
acara adat meninggal dunia pada “Adat Batak Toba “ atau dengan istilah sebutan lain ,
sebagai “ Ulos tanda dukacita “ artinya sebagai tanda kehormatan terakhir kepada yang
telah meninggal dunia.
Ciri Khas Warna Ulos saput berwarna hitam dan pucat , yang memaknai bahwa seseorang
tersebut telah meninggal dunia dan sudah habis masa kehidupan didunia .
(2. ) Ulos Ragidup (Ulos Saurmatua ) disimbolkan sebagai pengharapan artinya jangan
sampai putus harapan yaitu mandele. Mandele dimaksudkan gampang menyerah ,
maningkot (bunuh diri ), dan martungkol isang (bertopang dagu) . Dipergunakan saat acara
adat meninggal dunia ( Saurmatua ) dipakai oleh anak dan cucu.
Ulos ragidup dilambangkan sebagai pengharapan yang panjang , dan makmur sampai
beranak cucu dan cicit . ( Marnini , Marnono )
Ciri Khas warna ulos ragidup berwarna hitam , garis putih , dan berbenang hitam.
Marhalama merupakan acara terakhir sebelum penguburan pada orang tua yang meninggal
( Saurmatua) sudah memiliki anak dan cucu . Bagi adat batak toba orang tua yang telah
meninggal dunia sudah saurmatua berarti , telah menikahkan seluruh anaknya dan telah
memiliki cucu dari anak perempuan maupun anak laki-laki .
(Sapi / kerbau ) akan disembelih dan dibagikan menurut jambar (bagian) seseorang dalam
upacara adat saurmatua .
“Dalihan Na Tolu “
Pada pelaksanaan acara saurmatua / adat meninggal dunia dilakukan acara margondang
(bergendang ) atau pesta pemberangkatan penguburan sebagai :
“Ucapan syukur “ kepada Debata Mulajadi Nabolon , atas kebahagiaan yang mereka
nikmati.
Kebahagiaan disini dimaksudkan yaitu : mereka tetap bersyukur dan tetap teguh dalam
keadaan apapun .
Dilaksanakan beberapa hari dengan makanan dan minuman yang dihidangkan mulai
dari pagi , sampai malam hari untuk semua yang hadir yaitu mangalindakon na adong
( menunjukkan keberadaan )
Setelah itu dilanjutkan dengan acara mengampu dari suhut (Tuan rumah ).
Mengampu Merupakan ucapan terimakasih dari Tuan rumah kepada semua yang terlibat
dan pada saat itu diumumkan , bahwa hasuhuton
Telah bersedia menerima “Hula – Hula , Boru, Bere, Ibebere, dohot Dongan Sahuta “
Lalu Acara diserahkan kepada Pemuka Agama ( Pendeta ). Jenazah dibawa ketempat
pemakaman lalu pemuka agama (Pendeta) melakukan ibadah / kebaktian sebelum jenazah
dimakamkan / dikuburkan . Selanjutnya peti jenazah ditutup rapat , dikuburkan , dan
ditimbun berbentuk gundukan tanah .
Dalam Pelaksanaan acara adat saurmatua semua keluarga, dan seluruh warga pemukiman
setempat harus hadir dan ikut serta dalam acara tersebut. Baik keluarga, yang ada
diperantauan , maupun dikampung. Para masyarakat ikut serta membantu dalam
menyiapkan tenda , dan membuat jamuan (Makanan / Minuman ) untuk tamu yang
datang.Tuan rumah melayani tamu yang datang, serta mempersiapkan susunan acara.
Etnik Batak Toba terdiri dari marga-marga , setiap marga memiliki kepala adat / ketua adat
(Raja Parhata).
Saurmatua sebuah acara yang diatur oleh adat yaitu Raja Parhata , yang dilakukan untuk
orang tua yang sudah meninggal (Beranak , Cucu ).
Tata cara saurmatua terangkum dalam kebudayaan dan unsur “Dalihan Na Tolu”
merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam setiap acara adat saurmatua
, dan merupakan suatu hal yang mendasari kehidupan bermasyarakat ,
Hula-hula yaitu kelompok marga istri : Mulai dari istri , kelompok marga ibu
(Istri bapak ) , Kelompok marga istri opung , dan beberapa generasi. Seperti , kelompok
marga istri anak , kelompok marga istri cucu , kelompok marga istri saudara dan seterusnya
sampai pada kelompok dongan tubu. Hula-hula berperan sebagai sumber pemberi berkat ,
serta sebagai penggerak acara adat saurmatua , dan mendukung kesuksesan acara adat
saurmatua dengan baik dan lancar .
Artinya Peran hula-hula sangat penting dan berharga ,hula-hula harus dihormati , dan
disegani.
Dongan tubu sebagai pemberi informasi kepada masyarakat batak toba , dimana
masyarakat batak toba diperantauan , jika tidak menghadirkan keluarga kandungnya dalam
acara adat saurmatua. Maka hal yang harus dilakukan “Hula-hula “
mencari keluarga terdekat yang berada diperantauan , yang usianya harus lebih tua dari
Hula-hula. Sebagai dongan tubu (keluarga) agar bersama-sama memberi berkat dan
mendukung kesuksesan acara adat saurmatua.
(3.) Boru
Pihak boru berperan sebagai pendukung sukses nya acara adat saurmatua.
Pada acara adat saurmatua perlu adanya komunikasi antara pihak Hula-hula , dongan
tubu,dan juga boru . Berkomunikasi menggunakan bahasa batak toba .
Dalihan Na Tolu dalam adat batak toba merupakan filosofis atau wawasan sosial kulturan
yaitu masyarakat dan budaya batak toba. Dalihan Na Tolu menjadi kerangka yang meliputi
hubungan-hubungan kerabat serta hubungan perkawinan yang mempertalikan/menyatukan
suatu kelompok menjadi satu.Filosofis Dalihan Na Tolu ditentukan dengan adanya 3
kedudukan fungsional sebagai suatu konstruksi sosial yang terdiri dari 3 hal , yang menjadi
dasar bersama ke – 3 tungku / filosofi Dalihan Na Tolu yaitu :
Pemakaian simbol acara adat saurmatua merupakan tanda-tanda yang terdapat didalam
komunikasi visual , dengan menggunakan bahasa batak toba , yang didasarkan pada
kemiripan diantara jenis tanda ataupun simbol yang digunakan seperti :
(1.) Pakaian Adat
Pakaian adat batak toba identik dengan kebaya , kemeja, jas dan ulos.
(2.) Ulos
Ulos merupakan ciri khas suku batak toba , yang terbuat dari benang yang ditenun menjadi
satu. Biasanya ulos sering dipakai pada acara adat sebagai simbol tertentu serta sebagai
pelengkap pakaian adat , dengan makna dan keindahan tersendiri.
Pada acara adat saurmatua tamu-tamu yang datang wajib memakai ulos tujuan nya untuk
pelengkap dalam acara adat saurmatua dan menandakan suku adat batak toba.
Piso / Pisau Panambol digunakan dalam acara adat saurmatua pada masyarakat batak
toba , yaitu sebuah pisau yang pada umumnya digunakan untuk pembagian jambar
(4.) Jambar
Jambar merupakan daging ternak kerbau / sapi yang disembelih pada acara saurmatua
yang dibagi-bagi kepada anggota yang hadir pada saat acara.
Seperti Hula-hula , boru , dongan tubu , dongan sahuta , dan anggota lainnya. Jambar
tidak harus kerbau / sapi melainkan sesuai dengan kemampuan , bisa juga diganti dengan
babi.
Jambar sebagai pelengkap acara adat saurmatua yaitu sebagai fungsi simbol hubungan
kekerabatan dan sekaligus sebagai petunjuk hubungan seseorang dalam acara adat .
Tikar Lage digunakan untuk alas duduk pada saat acara adat saurmatua berlangsung
dihalaman rumah untuk para tamu yang datang ke acara adat saurmatua.
Tikar Lage juga sebagai ciri khas suku batak toba dalam sebuah acara adat , sebagai
simbol pelengkap dalam acara saurmatua pada adat batak toba.
(6.) Uang
Uang dalam acara adat saurmatua pada masyarakat batak toba , untuk dibagi- bagi
pada semua keturunan dan cucu nya.
Didalam acara pembagian uang tersebut keturunan nya memberikan tupak sesuai
kemampuan , lalu dikumpulkan dan dibagi rata untuk semua anggota keluarga sebagai
ungkapan rasa syukur dan terimakasih.
(7.) Tandok
Tandok merupakan alat hantaran berisi beras yang terbuat dari anyaman ,
pandan / pita halus yang digunakan pada saat acara adat batak toba.
Seperti acara pernikahan , syukuran , tardidi , pesta bona taon , tu na monding (Meninggal
dunia) , dan acara adat lain nya .
Tandok biasanya dijunjung oleh kaum ibu pada acara adat saurmatua , diiringi oleh musik
gondang sambil marnortor , dan disambut oleh Tuan Rumah.
Alat Musik yang dipakai pada saat acara adat saurmatua , maupun acara adat lainnya
seperti keyboard , seruling , gondang , serta alat musik batak lain nya.
Sebagai pengiring acara dilengkapi dengan iringan musik gondang batak dan tarian sesuai
instruksi raja parhata. Musik tersebut bisa berupa nyanyian pujian rohani , dan lagu
dukacita dalam bahasa batak .
Demban Tiar merupakan sejenis tumbuhan yang dikenal dengan sirih , adanya
demban tiar dalam acara adat saurmatua menjelaskan sebagai simbol , yang dipakai
sebagai bentuk atau alat yang menggambarkan bahwa kehidupan keturunan saurmatua
akan rimbun seperti sirih. Dan tiar dimaksud adalah cerah , dengan menggunakan demban
tiar sebagai bentuk wujud dari kepercayaan adat batak toba , agar keturunannya
mendapatkan kesejahteraan dan masa depan yang baik .
(10.) Peti
Peti dibuat oleh panambak , digunakan untuk meletakkan seseorang yang meninggal
dunia , dibuat sesuai pesanan lengkap dengan salib .
Tujuan digunakannya peti , agar tulang belulang yang meninggal dunia tersebut tidak
berserak didalam tanah dan tetap awet didalam peti , sehingga pada saat ada acara
pemindahan tulang belulang kekampung halaman menjadi lebih mudah .
E . Tata cara susunan Pelaksanaan acara adat saurmatua
Rangkaian acara adat saurmatua ada 2 yaitu didalam rumah (dijabu) dan diluar rumah
( marhalaman )
yaitu :
Mengadakan pertemuan dengan tua-tua adat untuk membicarakan susunan acara adat
saurmatua yang dilaksanakan , agar berjalan dengan baik , dan lancar .
Kebaktian dipimpin oleh rohaniawan (Pendeta) dan semua pihak keluarga ikut serta hadir
pada acara adat saurmatua .
Biasanya acara adat saurmatua harus disepakati oleh semua keluarga , dan bagi anak dan
cucu yang jauh diperantauan juga harus datang dan menyepakati acara adat saurmatua.
Pihak keluarga dikampung harus menunggu kedatangan anak-anak dan cucu yang jauh
diperantauan untuk menghadiri acara adat saurmatua orang tua yang meninggal dunia .
Bagi yang sibuk bekerja atau ada kepentingan pribadi yang tidak bisa ditinggal , anak
tersebut menitip tupak atau menitip uang kepada saudaranya karena tidak bisa mengikuti
acara adat saurmatua serta memberi kabar kepada keluarga.
Setelah semua telah disepakati barulah ditentukan acara adat saurmatua , dan diadakan
acara pembagian daging ternak sapi / kerbau serta dibagi-bagi kepada anggota keluarga
yang hadir ikut serta pada acara adat saurmatua , dan tamu yang datang .
(Marhalaman jabu )
persiapan yang akan dilakukan pada “ Acara Maria Raja “ yang dibahas pada ,
dunia
(5.) Menentukan orang khusus untuk piso-piso ni ulos dan juga bendahara umum
Acara Mompo dilakukan oleh pihak suhut , hula-hula (panaput) , dongan tubu ,
dan boru. Pihak hula-hula berperan penting sebagai pelaku atau saksi utama ,
acara mompo.Bila hula-hula tidak ada diacara mompo maka acara adat saurmatua
Pihak dongan tubu( semarga) juga berperan penting dalam acara mompo , karena
Maria Raja dilakukan oleh pihak ketiga hasuhuton telah mendapatkan kesepakatan pada
acara pasada tahi , maka akan dilanjutkan pada Acara Maria Raja yang bertujuan untuk
menyepakati urutan acara yang akan dilaksanakan dihalaman rumah (marhalaman jabu)
Istilah ini diganti karena , orang yang telah meninggal dunia tidak layak untuk ditangisi
dengan alasan bahwa semua beban , kewajiban , dan tanggung jawab , kepada semua
anak-anaknya yang sudah menikah beserta cucu yang ditinggalkan tugas dan kewajiban
orang tua yang telah meninggal , sudah selesai .
Hula-hula , boru , dongan tubu , dan raja horja , beserta tamu yang datang.
Pihak boru memberi rasa syukur kepada Hula-hula berupa uang.Sebagai tanda
menghormati , dan menyegani Hula-hula .
(5.) Panambolon
Pada saat acara panambolon dimulai , semua pihak suhut serta dongan tubu raja ni
panambol sudah berada ditengah halaman suhut , mereka berbicara dengan baik , dan
pihak suhut membujuk pihak panambol untuk mengisi piring yang berisi beras , sirih, serta ,
pisau dengan uang sesuai dengan kemampuan.
Acara dilakukan dipagi hari , pada acara panambolan , pihak panambol akan menarikan
ternak yang akan disembelih sebanyak 7 kali keliling dengan iringan musik gondang batak ,
dihadapan suhut .
Ungkap Hombung dapat diartikan sebagai suatu tempat yang tersembunyi didalam rumah ,
biasanya sebuah keluarga menyimpan harta benda ditempat yang tersembunyi.
Dalam acara Ungkap Hombung yaitu pembagian harta warisan kepada anak-anak dan cucu
yang ditinggalkan , pembagian harta warisan harus dibagi sama rata.
(7.) Marnortor
Acara diiringi oleh Musik iringan Gondang batak , merupakan rasa ungkapan syukur kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa , bahwa orang tua yang telah meninggal dunia tersebut sudah
diberi umur panjang , dan keturunan nya bisa hidup mandiri.
Dalam acara marnortor semua keluarga mengungkapkan rasa dukacita , sebelum acara
penguburan kemakam serta menyampaikan hata na uli sebagai penyemangat .
Setelah acara marnortor selesai dilanjutkan ke acara penutupan peti dan diantarkan ke
makam , serta diserahkan kepada rohaniawan dan jemaat gereja untuk menguburkan di
iringi oleh musik dengan nyanyian gereja baik dalam bahasa batak , maupun bahasa
Indonesia.
(8.) Penguburan
Setelah semua acara saurmatua selesai , orang tua yang meninggal dunia diantarkan
ketempat penguburan pemakaman khusus Kristen.
Sebelum dikubur pendeta dan jemaat gereja , beserta masyarakat batak dan sekitarnya
menyanyikan nyanyian pujian gereja , serta melakukan doa.
Selanjutnya setelah acara kebaktian selesai di pemakaman , pendeta , jemaat gereja , dan
keluarga menutup perlahan liang lahat dengan gundukan tanah , serta mengucapkan kata-
kata selamat jalan kepada orang tua yang telah meninggal dunia.
Lalu dilanjutkan dengan petugas pemakaman yang menimbun semua lubang liang lahat
dan memasangkan salib dikuburan tersebut sebagai simbol orang kristen.
Dilanjutkan dengan tabur bunga dipemakaman kuburan orang tua yang telah meninggal
dunia , sebagai tanda kasih sayang.