Anda di halaman 1dari 68

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

"MANUSIA DAN PENDERITAAN"

OLEH:

KELOMPOK 4:

1. MUHAMMAD REGI DILAPANGA (711345118045)


2. DIANTY SUCI RAMADHANY (711345121013)
3. MUHAMMAD ARIF M. GENTINDATU (711345121008)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO
DIPLOMA III SANITASI
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa sebesar pujian

yang dapat memenuhi kesyukuran atas nikmat-Nya kepada kita semua sehingga tulisan ini

dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Tulisan ini berjudul “Manusia dan

Penderitaan” yang disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya

Dasar (ISBD) yang dibimbing oleh ibu Dr. Grace K.. I. Langi., S.Pd., SST., MPHM..

Kami sangat berterimakasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan dorongan,

bantuan, serta do’anya sehingga tugas ini dapat selesai tepat pada waktunya. Namun

demikian, kami meminta masukan berupa kritikan dan saran dari seluruh pihak yang bersifat

membangun.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan semoga tulisan yang telah kami buat ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Manado, 29 Januari 2022


Penulis,

Kelompok 4 & 10

1
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penderitaan merupakan realitas dunia dan manusia. Peranan individu juga

menentukan berat tidaknya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap

penderitaan oleh seseorang, belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain.

Karena penderitaan yang banyak jenisnya. Ada yang mendapat hikmah yang besar dari

suatu penderitaan, ada pula yang menyebabkan kehancuran dalam hidupnya. Oleh

karena itu, penderitaan belum tentu tidak bermanfaat. Penderitaan juga dapat menular

dari seseorang kepada orang lain. Semua orang pasti pernah mengalami sebuah

penderitaan, entah itu penderitaan fisik, penderitaan batin, penderitaan materi atau

apapun itu, tetapi sikap setiap orang dalam menghadapi sebuah penderitaan berbeda-

beda. Ada yang bersikap pasrah dan tidak menerima keadaan itu, ada juga yang

bersikap menerima dan berusaha untuk memperbaiki keadaan yang ada agar

penderitaan itu berakhir. Sikap itulah yang membedakan taraf kesabaran manusia. Ada

satu hal yang menjadi pintu gerbang sebagai penentu keberhasilan seseorang. Hal yang

dimaksud adalah mental. Setiap jiwa manusia memiliki mental, dan mental itulah yang

membuat bergeraknya perbuatan manusia. Kualitas seseorang akan semakin berkualitas

apabila orang tersebut memiliki mental yang baik. Sebaliknya jika seseorang tidak

memiliki mental yang baik, maka orang tersebut akan mengalami sebuah jalan hidup

yang tidak menyenangkan, bahkan dapat memancing atau berujung pada sebuah

penderitaan. Hal yang paling berbahaya adalah apabila kita sudah mengalami

kekalahan mental. Kekalahan mental dapat terjadi apabila kita tidak mampu menerima

suatu keadaan yang sedang terjadi di dalam diri / hidup kita. Kekalahan mental yang

terjadi di dalam diri seseorang akan mengakibatkan orang tersebut tidak akan dapat

2
menyelesaikan seluruh masalah yang sedang dihadapinya, dan pada akhirnya orang

tersebut akan merasakan penderitaan. Oleh sebab itulah, mental sangat berperan

penting dalam kehidupan seseorang.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai


berikut:

1. Apakah pengertian dari manusia?


2. Apakah pengertian dari penderitaan?
3. Apakah sebab-sebab timbulnya sebuah penderitaan?
4. Bagaimanakah pengaruh penderitaan terhadap manusia?
5. Bagaimana cara manusia menghadapi penderitaan?

3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan dan


pembahasan materi ini, yakni untuk:

1. Mengetahui lebih jelas tentang manusia.


2. Mengetahui arti dari penderitaan.
3. Mengetahui penyebab dari penderitaan.
4. Mengetahui pengaruh penderitaan terhadap manusia.
5. Mengetahui cara manusia menghadapi sebuah penderitaan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

“MANUSIA DAN PENDERITAAN”

Setiap manusia yang hidup di dunia pasti pernah merasakan penderitaan. Baik itu

ringan atau berat. Hidup tidaklah selalu bahagia tuhan memiliki caranya sendiri untuk

mengukur sebarapa kuat iman kepadanya. Hidup di duniapun tidak selalu

menderita, sedih, ataupun susah. Terkadang saat manusia terlalu terbuai dengan

kesenangan duniawi manusia akan melupakan batasan-batasan yang ada sehingga

tuhan akan memberikan cobaan untuknya yang membuatnya menderita. Penderitaan selalu

datang tak terduga, manusia takkan pernah tau kapan, jam berapa, menit ke berapa,

dan detik ke berapa penderitaan akan datang menghampiri hidupnya. Manusia

hanya perlu menjalani hidupnya dengan sebaik baiknya dengan aturan yang berlaku dan

sesuai kepercayaan yang ia anut (Pangestu, 2019).

A. Manusia

Manusia atau orang (Homo sapiens, bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu")

adalah spesies primata dengan populasi yang terbesar, persebaran yang paling luas, dan

dicirikan dengan kemampuannya untuk berjalan di atas dua kaki serta otak yang

kompleks yang mampu membuat peralatan, budaya, dan bahasa yang rumit. Kebanyakan

manusia hidup dalam struktur sosial yang terdiri atas kelompok-kelompok tertentu yang

pada gilirannya dapat bersaing atau membantu satu sama lain mulai dari

kelompok keluarga kecil dengan hubungan kekerabatan hingga kelompok politik yang

besar atau negara. Interaksi sosial antar manusia membuat keberagaman nilai, norma,

dan ritual di dalam masyarakat manusia. Keinginan manusia untuk tahu dan


4
mempengaruhi lingkungan sekitarnya memunculkan perkembangan dalam filsafatt, ilmu

mitologi, dan agama. Penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia, mulai

dari janin, bayi, balita, anak-anak, remaja, akil balik, pemuda/i, dewasa, dan (orang) tua.

Selain itu masih banyak penggolongan-penggolongan yang lainnya, berdasarkan ciri-ciri

fisik (warna kulit, rambut, mata; bentuk hidung; tinggi badan), afiliasi sosio-politik-

agama (penganut agama/kepercayaan XYZ, warga negara XYZ, anggota partai XYZ),

hubungan kekerabatan (keluarga: keluarga dekat, keluarga jauh, keluarga tiri, keluarga

angkat, keluarga asuh; teman; musuh) dan lain sebagainya (wikipedia, 2021).

Terdapat banyak definisi menurut para ahli ternama tentang manusia namun

pengertiannya definisi manusia itu sendiri bisa pahami secara bahasa bahwa manusia

berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal

budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain).  Secara istilah

manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas,

sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.

Manusia juga dapat diartikan berbeda-beda baik menurut sudut pandang biologis,

rohani, dan istilah kebudayaan atau secara campuran. Secara biologis, rohani, dan istilah

kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai

Homo sapiens (bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan

mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka

dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana dalam agama, di mengerti

dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos,

mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain.

Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan

bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta pengembangan

5
teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan

lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.

Manusia merupakan makhluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan

potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan,

perkembangan, mati, dan seterusnya, serta terkait dan berinteraksi dengan alam dan

lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik positif maupun negatif. Manusia

adalah makhluk yang terbukti berteknologi tinggi. Ini karena manusia memiliki

perbandingan massa otak dengan massa tubuh terbesar diantara semua makhluk yang ada

di bumi. Walaupun ini bukanlah pengukuran yang mutlak, namun perbandingan massa

otak dengan tubuh manusia memang memberi kan petunjuk dari segi intelektua lrelatif

(Om.makplus, 2015).

Berikut merupakan beberapa pengertian “Manusia” menurut para Ahli :

1. Paula J. C. & Janet W. K.

Menurut Paula J. C. & Janet W. K. Manusia merupakan makhluk yang terbuka, bebas

memilih makna di dalam setiap situasi, mengemban tanggung jawab atas setiap

keputusan, yang hidup secara berkelanjutan, serta turut menyusun pola hubungan antar

sesama dan unggul multidimensional dengan berbagai kemungkinan.

2. Omar Mohammad Al – Toumi Al – Syaibany

Menurut Omar Mohammad Al – Toumi Al – Syaibany, pengertian manusia adalah

makhluk yang mulia. Masuia merupakan makhluk yang mampu berpikir, dan menusia

merupakan makhluk 3 dimensi (yang terdiri dari badan, ruh, dan kemampuan berpikir /

akal). Manusia di dalam proses tumbuh kembangnya dipengaruhi oleh dua faktor utama

yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan.

6
3. Kees Bertens

Menurut Kees Bertens, manusia adalah setiap makhluk yang terdiri dari dua unsur

yang satuannya tidak dapat dinyatakan dalam bentuk apapun.

4. Upanisads

Menurut Upanisads, manusia merupakan sebuah kombinasi dari beberapa unsur

kehidupan seperti roh (atman), pikiran, jiwa, dan prana (tubuh / fisik).

5. Nicolaus D. & A. Sudiarja

Menurut Nicolaus D. & A. Sudiarja, manusia adalah bhineka, akan tetapi tunggal.

Manusia disebut bhineka karena ia mempunyai jasmai dan rohani, sedangkan disebut

tunggal karena hanya berupa satu benda / barang saja.

6. Abineno J. I

Menurut Abineno J. I, manusia adalah “tubuh yang dilengkapi dengan jiwa / berjiwa”

dan bukan “jia abadi yang berada atau pun yang terbungkus di dalam sebuah tubuh /

badan yang fana / tidak nyata”.

7. Sokrates

Menurut Sokrates, pengertian manusia adalah makhluk hidup yang memiliki dua

kaki, yang tidak berbulu, dan memiliki kuku datar berukuran lebar.

8. I. Wayan Watra

Menurut I Wayan Warta, manuisa merupakan makhluk yang dinamis yang menganut

trias dinamika yaitu cipta, karsa, dan rasa.

7
9. Erbe Sentanu

Menurut Erbe Sentanu, manusia merupakan makhluk sebaik – baiknya yang

diciptakan oleh Tuhan. Bahkan, dapat dikatakan manusia merupakan ciptaan Tuhan yang

paling sempurna jika dibandingkan dengan makhluk citaannya yang lain.

10. Agung. P. P.

Menurut Agung P. P., Manusia dapat diartikan sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang

paling sempurna, yang tersusun atas kesatuan fisik, ruh / jiwa, dan akal pikiran yang

tumbuh dan berkembang sesuai dengan lingkungannya.

1. Manusia dalam Pandangan Filsafat

Filsafat manusia atau antropologi filsafat merupakan bagian integral dari sistem

Filsafat yang secara spesifik menyoroti hakikat atau esensi manusia. Sebagai bagian dari

sistem filsafat, secara metodis ia memiliki kedudukan yang kurang lebih setara dengan

cabang-cabang filsafat lainnya seperti; etika, kosmologi, epistemologi, filsafat sosial dan

estetika. Semua cabang filsafat tersebut pada prinsipnya bermuara pada esensi manusia

dengan menyoroti gejala dan kejadian manusia secara sintesis dan reflektif, serta

memiliki ciri-ciri ekstensif, intensif dan kritis. Kalau demikian, maka dengan mempelajari

filsafat manusia bererti kita dibawa ke dalam panorama pengetahuan yang sangat luas,

dalam dan kritis, yang menggambarkan esensi manusia. Panorama pengetahuan seperti

itu, paling tidak memiliki manfaat ganda yakni manfaat praktis dan teoritis.

 Tahap Estetis

Tahap estetis adalah tahap di mana orientasi hidup manusia sepenuhnya diarahkan

untuk mendapatkan kesenangan. Pada tahap ini manusia dikuasai oleh naluri-naluri

8
seksual (libido), oleh prinsip-prinsip kesenangan yang hedonistik, dan biasanya bertindak

menurut suasana hati (mood). Kierkegaard mengambil sosok Don Juan sebagai model

manusia estetis. Don Juan hidup sebagai hedonis yang tidak mempunyai komitmen dan

keterlibatan apapun dalam hidupnya. Ia tidak mempunyai passion dalam menyikapi dan

menindaklanjuti suatu persoalan. Tidak ada cinta dan tidak ada ketertarikan untuk

mengikatkan diri dalam suatu perkawinan, selain keinginan untuk berpetualang dengan

wanita. Cinta dan wanita adalah hambatan untuk petualangan dan untuk kebebasan dan

oleh sebab itu bisa dianggap mengurangi kesenangan. Modela manusia estetis hidup

untuk dirinya sendiri, untuk kesenangan dan kepentingan pribadinya.

Manusia estetis pun adalah manusia yang hidup tanpa jiwa. Ia tidak mempunyai akar

dan isi di dalam jiwanya. Kemauannya adalah menginkatkan diri pada kecenderungan

masyarakat dan zamannya. Yang menjadi trend dalam masyarakat menjadi petunjuk

hidupnya dan oleh sebab itu ia ikuti secara seksama. Namun kesemuanya itu tidak

dilandasi oleh passion apapun, selain keinginan untuk sekedar mengetahui dan mencoba.

Hidupnya tidak mengakar dalam, karena dalam pandangannya pusat kehidupan itu ada di

dunia luar. Panduan hidup dan moralitasnya ada pada masyarakat dan kecenderungan

zamannya.

Manusia estetis bisa mewujud pada siapa saja, termasuk pada para filusuf, ilmuwan,

sejauh mereka tidak memiliki passion, tidak mempunyai antusiasme, komitmen dan

keterlibatan tertentu dalam hidupnya. Jiwa estetis mereka tampak dari pretensi mereka

untuk menjadi “penonton obyektif” kehidupan. Mereka hanya mengamati dan

mendeskripsikan setiap kejadian yang mereka amati dan alami dalam kehidupan tanpa

berusaha untuk melibatkan diri ke dalamnya. Manusia estetis tidak tahu lagi apa yang

sebetulnya diinginkannya, karena hidupnya tergantung pada mood dan trend dalam

masyarakat dan zamannya. Yang pada akhirnya model manusia setetis ini, hidupnya

9
hampir tidak bisa lagi menentukan pilihan karena semakin banyak alternatif yang

ditawarkan masyarakat dan zamannya. Jalan keluarnya hanya ada dua; bunuh diri (atau,

bisa juga lari dalam kegilaan) atau masuk dalam tingkatan hidup yang lebih tinggi, yakni

tingkatan etis.

 Tahap Etis

Memilih hidup dalam tahap etis berarti mengubah pola hidup yang semula estetis

menjadi etis. Ada semacam “pertobatan” di sini, di mana individu mulai menerima

kebajikan-kebajikan moral dan memilih untuk mengikatkan diri kepadanya. Prinsip

kesenangan (hedonisme) dibuang jauh-jauh dan sekarang ia menerima dan menghayati

nilai-niulai kemanusiaan yang bersifat universal. Sudah mulai ada passion dalam

menjalani kehidupan berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan yang dipilihnya secara bebas.

Perkawinan merupakan langkah perpindahan dari eksistensi estetis ke eksistensi etis.

Prinsip kesenangan dan naluri seksual tidak diproyeksikan langsung dalam

petualangannya dengan wanita, melainkan disublimasikan untuk tugas-tugas

kemanusiaan. Hidup manusia etis tidak untuk kepentingannya sendiri, melainkan demi

nilai-nilai kemanusiaan yang jauh lebih tinggi. Jiwa individu etis mulai terbentuk,

sehingga hidupnya tidak lagi tergantung pada masyarakat dan zamannya. Akar-akar

kepribadiannya cukup tangguh dan kuat. Akar kehidupannya ada dalam dirinya sendiri

dan pedoman hidupnya adalah nilai-nilai kemanusiaan yang lebih tinggi. Maka, dengan

berani dan percaya diri ia akan mengatakan “tidak” pada setiap trend yang tumbuh dan

berkembang dalam masyarakat dan zamannya, sejauh trend itu tidak sesuai dengan “suara

hati” dan kepribadiannya. Manusia etis pun akan sanggup menolak tirani atau kuasa dari

luar, baik yang bersifat represif maupun nonrepresif, sejauh tirani atau kuasa itu tidak

sejalan dengan apa yang diyakininya.

10
 Tahap Religius

Keotentikan hidup manusia sebagai subyek atau “aku” baru akan tercapai kalau

individu dengan “mata tertutup” lompat dan meleburkan diri dalam realitas Tuhan.

Lompatan dari tahap etis ke tahap religius jauh lebih sulit dan sublim daripada lompatan

dari tahap estetis ke tahap etis, maka secara rasional kita bisa mempertimbangkan segala

konsekuensi yang mungkin akan kita hadapi, sedangkan lompatan dari tahap etis ke tahap

religius nyaris tanpa pertimbangan-pertimbangan rasional. Tidak dibutuhkan alasan atau

pertimbangan rasional dan ilmiah di sini. Yang diperlukan hanyalah keyakinan subyektif

yang berdasarkan pada iman.

Hidup dalam Tuhan adalah hidup dalam subyektivitas transenden, tanpa rasionalisasi

dan tanpa ikatan pada sesuatu yang bersifat duniawi atau mundane. Individu yang hendak

memilih jalan religius tidak bisa lain kecuali berani menerima subyektivitas

transendennya itu- subyektivitas yang hanya mengikuti jalan Tuhan dan tidak lagi tertarik

baik pada nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal (eksistensi etis) maupun pada

tuntutan pribadi dan masyarakat atau zamannya (tahap estetis) (Aryati, 2018).

Manusia adalah makhluk mukallaf, yang dibebani kewajiban dan tanggung jawab.

Dengan akal pikirannya ia mampu menciptakan kreasi spektakuler berupa sains dan

teknologi. Manusia juga bagian dari realitas kosmos yang menurut para ahli pikir disebut

sebagai al-kain an-natiq, “makhluk yang berbicara” dan “makhluk yang memiliki nilai

luhur”. Menurut Al-‘Aqqad (1973:21), manusia lebih tepat dijuluki “makhluk yang

berbicara” dari pada sebagai “malaikat yang turun ke bumi” atau “binatang yang

berevolusi”, sebab manusia lebih mulia ketimbang semua itu. Alasan ‘Aqqad ini tidaklah

berlebihan, sebab menurutnya, “malaikat yang turun ke bumi“ tidak mempunyai

kedudukan sebagai pembimbing ke jalan yang baik maupun yang buruk, demikian pula

“binatang yang berevolusi”. Hanya manusialah yang mampu memikul beban dan

11
tanggung jawab yang diamanatkan oleh Allah kepadanya. Oleh sebab itu, tidak heran pula

jika ada yang mengatakan, bahwa manusia adalah “pencipta kedua” setelah Tuhan. Hal

ini dapat kita pahami, betapa manusia yang dianugerahi rasio oleh Tuhan itu mampu

menciptakan kreasi canggih berupa sains dan teknologi, sementara malaikat diperintah

sujud kepadanya karena tak mampu bersaing secara intelektual (Dr. HM. Zainuddin,

2013).

2. Manusia dalam Perspektif Agama Islam

Manusia, pada hakikatnya sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah SWT, menurut

kisah yang diterangkan dalam sumber utama ajaran Islam yaitu Al-Quran, bahwa Allah

menciptakan manusia berikut dengan tugas-tugas mulia yang diembanya.

Islam menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan manusia berasal dari tanah,

kemudian menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk Allah

SWT yang paling sempurna dan memiliki berbagai kemampuan.

Allah SWT sudah menciptakan manusia ahsanu taqwim, yaitu sebaik-baik cipta dan

menundukkan alam beserta isinya bagi manusia agar manusia dapat memelihara dan

mengelola serta melestarikan kelangsungan hidup di alam semesta ini.

Al-Quran tidak memaparkan secara rinci asal-usul manusia tercipta. Al-Quran hanya

menerangkan tentang prinsipnya saja. Terdapat Ayat-ayat al-Quran mengenai penciptaan

Manusia terdapat pada beberapa surat surat Nuh: 17, surat Ash-Shaffat ayat 11, surat

AlMukminuun 12-13, surat Ar-Rum ayat : 20, Ali Imran ayat: 59, surat As-Sajdah: 7-9,

surat Al-Hijr ayat: 28, dan Al-Hajj ayat: 5. (Depag, 2003)

Al-Quran menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah dengan bermacammacam

istilah, seperti : Turaab, Thieen, Shal-shal, dan Sulalah. Dapat diartikan sesungguhnya

12
Allah menciptakan jasad manusia dari berbagai macam unsur kimiawi yang ada pada

tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses berikutnya tidak terdapat dalam Al-Quran

secara rinci. Ayat-ayat Quran yang menyebutkan manusia diciptakan dari tanah, pada

umumnya hanya dipahami secara lahiriah saja. Menimbulkan pendapat sesungguhnya

manusia diciptakan oleh Allah SWT berasal dari tanah, karena Allah maha kuasa, segala

sesuatu pasti dapat terjadi.

Disisi lain sebagian dari umat Islam memiliki asumsi bahwa Nabi Adam AS. bukan

manusia yang pertama diciptakan. Pendapat ini didasarkan pada asumsi bahwa: Ayat-ayat

Quran yang menerangkan tentang manusia diciptakan berasal dari tanah bukan berarti

bahwa seluruh unsur kimia yang ada pada tanah turut mengalami reaksi kimia. Hal itu

sebagaiman pernyataan bahwa tumbuh-tumbuhan merupakan bahan makanannya berasal

dari tanah, sebab semua unsur kimia yang ada pada tanah tidak semua ikut diserap oleh

tumbuh-tumbuhan, tetapi hanya sebagian saja.(Rahmat, 1991).

Oleh karenanya bahan-bahan yang membentuk manusia disebutkan dalam al-Quran

merupakan petunjuk bagi manusia disebutkan dalam al-Quran, sebenarnya bahan-bahan

yang membentuk manusia yaitu menthe, air, dan ammonia terdapat pada tanah, untuk

kemudian bereaksi kimiawi. Jika dinyatakan istilah “Lumpur hitam yang diberi bentuk

“(mungkin yang dimaksud adalah bahan-bahan yang ada pada Lumpur hitam, kemudian

diolah dalam bentuk reaksi kimia) (Sada, 2016).

Konsep manusia dalam pandangan Islam adalah konsep sentral bagi setiap disiplin

ilmu sosial kemanusiaan yang menjadikan manusia sebagai objek formal dan materialnya.

Agar konsep manusia yang kita bangun bukan semata-mata merupakan konsep yang

spekulatif, maka kita mesti bertanya pada zat yang mencipta dan mengerti manusia, yaitu

13
Allah SWT, melalui al-Qur’an. Lewat al-Qur’an Allah memberikan rahasia-rahasia

tentang manusia.

Secara etimologi istilah manusia di dalam al-Qur’an ada empat kata yang

dipergunakan, yakni al-Insan, al-Basyar, BaniAdam, Dzurriyat Adam, al-Nas. Para ahli

kerohanian Islam atau lebih populer para ahli ilmu tasawuf, memandang manusia bukan

sekedar makhluk lahir yang berakal, akan tetapi manusia mereupakan seorang hamba

Allah Ta’ala yang mempunyai dua dimensi lahiriyah dan bathiniyah. Berbicara masalah

pertumbuhan dan perkembangan, kata kunci utamanya yaitu perubahan. Perubahan dalam

diri manusia terdiri atas perubahan kualitatif akibat dari perubahan psikis, dan perubahan

kuantitatif akibat dari perubahan fisik (Mulyadi, 2017).

3. Manusia dalam Perspektif Agama Kristen

Manusia merupakan satu-satunya makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi. Alam

merupakan lingkungan kehidupan atau segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi

seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang. Manusia dan alam mempunyai hubungan yang

saling tergantung dan saling membutuhkan.

Pemazmur mengatakan bahwa Allahlah pemilik alam semesta ini. “Tuhanlah yang

empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya” (Mazmur.

24:1). Tuhan telah menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan, creatio ex nihilo. Jika

manusia ingin mencipta sesuatu, harus menggunakan apa yang telah diciptakan oleh

Allah. Manusia mencipta dan membangun senantiasa menggunakan yang tersedia di

alam, yang merupakan ciptaan Allah.

Alkitab berbicara tentang ciptaan yang baru dan bumi yang baru (Wahyu. 21:1), di

mana bumi yang baru tersebut adalah bebas dari polusi (pencemaran), destruksi

14
(pengrusakan). Manusia ditugasi oleh Allah dalam rangka menggalang keharmonisan

manusia dan alam. Menurut (Kejadian 1:28), ciptaan terakhir yakni manusia,

mendapatkan mandat untuk bertanggung jawab atas seluruh ciptaan. Tanggung jawab

terhadap alam sebagai ciptaan Allah, juga telah dipertegar lewat kehadiran Kristus Yesus.

Tetapi seiring berjalannya waktu, alam berubah wujud dari tampilan sebelumnya.

Pengembangan aspek kehidupan, tidak terlepas dari kemajuan pola pikir manusia yang

dititikberatkan kepada keadaan sekarang, usaha mempermudah kehidupan manusia

karena kebutuhan hidup. Penyebab dari lingkungan hidup yang kian menjadi rusak adalah

mungkin dikarenakan cara pandang dan sikap manusia yang telah salah terhadap alam.

Karena memang benar pemahaman dan cara pandang orang terkait lingkungan hidup

akan mempengaruhi sikap mereka, dan bagaimana mereka akan memperlakukan alam.

Pemikiran bahwa manusia yang paling memiliki kepentingan yang dianggap akan

paling menentukan tatanan ekosistem. Banyak yang berpandangan bahwa alam dapat

dilihat sebagai objek, alat, dan sarana untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan

manusia. Adanya pemikiran seperti itu akan memicu munculnya sikap yang tidak

bersahabat dengan alam, dan tidak menghargai adanya lingkungan hidup untuk

kepentingan banyak orang.

Krisis lingkungan hidup yang dialami manusia pada masa sekarang merupakan akibat

langsung dari kurang pedulinya manusia terhadap pengelolaan lingkungan hidup mereka

sendiri. Artinya, manusia umumnya melakukan pengelolaan sumber-sumber alam tidak

peduli pada peran etika. Dengan kata lain, krisis lingkungan hidup yang dialami manusia

berakar pada krisis etika (moral). Manusia kurang peduli pada norma-norma kehidupan

atau lebih peduli pada kepentingan diri sendiri. Kita melihat dan merasakan sendiri

bagaimana perubahan lingkungan telah terjadi dan berdampak langsung pada kehidupan

kita.

15
Secara teologis dapat dikatakan bahwa manusia dan alam adalah ciptaan, properti dan

bait Allah, semuanya itu berada dalam suatu hubungan perjanjian dengan Allah.

Barangsiapa yang merusak alam, maka ia merusak hubungan perjanjian itu. Di samping

itu, segala kegiatan pengrusakan alam akan mendatangkan kerusakan pada hidup umat

manusia. Alam merupakan pemberian Allah untuk manusia untuk memelihara dan

dipergunakan (Kejadian 1). Oleh karena itu, etika lingkungan tidak berpusat pada

manusia atau alam, melainkan berpusat kepada Allah.

Sebagai Pencipta, Allah sesuai rencana-Nya yang agung telah menciptakan segala

sesuatu sesuai dengan maksud dan fungsinya masing-masing dalam hubungan harmonis

yang terintegrasi dan saling memengaruhi antara yang satu dengan yang lainnya. Sebab

semua ciptaan berharga di mata Tuhan. Jadi, sikap eksploitatif terhadap alam merupakan

bentuk penodaan dan perusakan terhadap karya Allah yang agung itu.

Berdasarkan pandangan umum maupun pandangan agama Kristen tentang alam

semesta lingkungan hidup, maka setiap orang memiliki tanggung jawab terhadap

kerusakan lingkungan hidup berdasarkan pemahamannya. Setiap pandangan memiliki

dasar tanggung jawab etis terhadap kerusakan lingkungan hidup.

Di akhir kata, menjadi Kristen, berarti menjadi bagian dari karya Allah untuk menata

kehidupan yang harmonis. Keikutsertaan dalam melestarikan alam, bukan lagi harus

dilakukan sebagai bentuk formalitas taat negara, atau ikut-ikutan masyarakat sekitar.

Tetapi dilaksanakan sebagai bentuk kesadaran dan tanggung jawab umat Kristen sebagai

umat ciptaan Allah. Yang bisa dimulai dari menyadarkan diri sendiri, berlanjut ke

lingkungan sekitar dan lalu masyarakat luas. Semua itu tentu saja, diperbuat  untuk

memuliakan Allah Sang Pencipta (FAUSTA, 2020).

16
4. Manusia dalam Perspektif Agama Hindu

Dalam konsep Hindu, manusia pertama adalah Svambhu, yang artinya makhluk

berpikir pertama yang menjadikan dirinya sendiri. Secara etimologi kata manusia berasal

dari kata manu yang artinya pikiran atau berpikir, dalam bentuk genetif menjadi kata

“manusya”, artinya ia yang berpikir atau menggunakan pikirannya. Menurut konsep

Hindu, manusia adalah kesatuan antara badan jasmani dan jiwa (atman) menjadikan ia

secara psikopisik terus berkembang. Secara kosmologis, manusia (yang berupa kesatuan

jiwa badan jasmaninya ) yang sering disebut mikrokosmos (bhuana alit) yang merupakan

perwujudan dari makrokosmos (bhuana agung). Manusia juga dikatakan sebagai makhluk

Tri Pramana karena memiliki tiga kemampuan utama yaitu berpikir, berkata dan berbuat,

yang menyebabkan ia berbeda dengan makhluk lainnya. Dengan kemampuan berpikir,

berkata dan berbuat, manusia melakukan perbuatan baik dan perbuatan buruk yang

disebut subha asubha karma. Dengan mengutamakan perbuatan baik yang disebut subha

karma inilah manusia mampu menolong dirinya sendiri, mengangkat dirinya dari

kesengsaraan. Inilah keistimewaan lahir menjadi manusia. Dimana tidak dimiliki oleh

makhluk lain selain manusia. Secara umum manusia senang pada keindahan, baik itu

keindahan alam maupun seni, dan yang merupakan musuh besar manusia menurut agama

Hindu yang disebut Sad Ripu. Sad Ripu ini berada di dalam diri setiap manusia dimana

sifat – sifat tersebut akan mempengaruhi watak dan perilaku manusia. Itulah

sebabnya  watak dan perilaku manusia berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sad Ripu

tidak bisa kita hilangkan karena begitu melekat dalam diri manusia. Satu – satunya cara

adalah dengan mengendalikannya. Untuk itu, kita harus bisa mengendalikan sifat tersebut

agar nantinya kita mendapat ketenangan di dalam diri. Jika hati kita tenang, maka pikiran

pun akan tenang untuk menghasilkan pemikiran – pemikiran yang jernih. Dari pemikiran

yang jernih kita senantiasa akan berkata dan berbuat yang baik.

17
Secara umum manusia senang pada keindahan, baik itu keindahan alam maupun seni,

dan yang merupakan musuh besar manusia menurut agama Hindu yang disebut Sad Ripu.

Sad Ripu ini berada di dalam diri setiap manusia dimana sifat – sifat tersebut akan

mempengaruhi watak dan perilaku manusia. Itulah sebabnya  watak dan perilaku manusia

berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sad Ripu tidak bisa kita hilangkan karena

begitu melekat dalam diri manusia. Satu – satunya cara adalah dengan

mengendalikannya. Untuk itu, kita harus bisa mengendalikan sifat tersebut agar nantinya

kita mendapat ketenangan di dalam diri. Jika hati kita tenang, maka pikiran pun akan

tenang untuk menghasilkan pemikiran – pemikiran yang jernih. Dari pemikiran yang

jernih kita senantiasa akan berkata dan berbuat yang baik.

Pengertian Manusia dalam persepsi Agama Hindu. Manusia berasal dari manushya

yang berarti makhluk hidup yang mempunyai pikiran. Manusia memiliki kesempurnaan

peralatan yang mengatur dirinya menemui penciptanya yaitu Sang Hyang Widi Wasa.

Manusia secara harpiah, berasal dari kata manu yang artinya mahluk yang berpikir.

Jadi manusia merupakan mahluk yang telah dibekali salah satu kelebihan dibandingkan

mahluk lainnya. Dalam Hindu terdapat konsep Tri Pramana, yang terdiri dari Bayu,

Sabda , Idep. Tumbuhan hanya memiliki bayu atau tenaga untuk tumbuh, sedangkan

binatang memiliki bayu dan sabda dimana binatang memiliki tenaga untuk bertumbuh,

berkembang dan mengeluarkan suara, sedangkan manusia memiliki ketiganya. Pikiran

hanya dimiliki oleh manusia yang telah dibekali sejak dilahirkan. Dengan memiliki

pikiran maka diharapkan manusia mempunyai wiweka mampu membedakan mana yang

baik dan buruk. Pikiran dipakai berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan.

Manusia juga dengan pikirannya diharapkan mengetahui asal, tujuan dan tugas serta

kewajibannya. Dengan mengetahui hal ini maka pola hidup serta cara pandangnya

terhadap kehidupan akan mampu mengilhami setiap tindakannya sehingga tetap berada

18
pada jalur yang benar, sesuai etika dan ajaran-ajaran dharma yang telah diungkapkan

dalam ajaran agama. Namun manusia juga termasuk makhluk yang lemah, karena tidak

seperti binatang yang lahir begitu saja langsung bisa berdiri, terbang, berjalan tanpa

memerlukan bantuan dari yang lain. Maka hendaknya ini dipahami terlebih dahulu untuk

mengetahui dan dapat memisahkan esensi dari raga ini yang terpisah dengan atman yang

sejati (Olson, 2016).

5. Manusia dalam Perspektif Agama Buddha

Hidup ini mudah bagi orang yang tidak tahu malu, yang suka menonjolkan diri seperti

seekor burung gagak, suka menfitnah, tidak tahu sopan santun, pongah, dan menjalankan

hidup kotor. Hidup ini sukar bagi orang yang tahu malu, yang senantiasa mengejar

kesucian, yang bebas dari kemelekatan, rendah hati, menjalankan hidup bersih dan penuh

perhatian. (Dhammapada Mala Vagga syair 244-245).

Mungkin kita pernah merenungkan mengapa kita terlahir sebagai manusia? Untuk apa

kita terlahir sebagai manusia? Dari mana kita sebelumnya dan hendak kemana

setelahnya? Renungan ini sangat membantu kita dalam memaknai arti kehidupan kita di

dunia.

Dalam pandangan agama Buddha, terlahir sebagai manusia adalah sulit dan

merupakan kesempatan yang sangat berharga. Hal demikian ditulis dalam Dhammapada

Buddha Vagga syair 182 dan juga dalam Nakhasikha Sutta kitab Samyutta Nikaya 13:1.

Dikatakan sulit terlahir sebagai manusia karena kualitas karma baik yang mendorong

lahir ke alam manusia adalah sila (moralitas) yang sangat baik. Dan dikatakan sangat

berharga karena di alam manusialah kita akan melihat dengan jelas penderitaan (samsara)

sehingga kemungkinan greget untuk membebaskan diri dari penderitaan lebih besar.

19
Secara kosmologi Buddhis, alam manusia (manussa) adalah alam tengah antara alam

menderita (alam apaya) dan alam bahagia (suggati). Hal ini amat memungkinkan manusia

merasakan secara silih berganti penderitaan dan kebahagiaan. Kadang bahagia kadang

menderita. Ada yang banyak bahagia sedikit menderita, ada pula yang sebaliknya sedikit

bahagia banyak menderita. Berbeda dengan alam apaya dimana makhluknya lebih banyak

merasakan penderitaan dan sebaliknya makhluk di alam surga lebih banyak merasakan

kebahagiaan. 

Bagi mereka yang tidak menyadari, tidak mensyukuri arti kehidupan ini maka ia

menjalani hidup dengan seenaknya, yang dicari hanyalah kesenangan. Asalkan dia

merasakan kesenangan, dia mencarinya, tidak peduli bagaimana caranya yang penting

senang. Tetapi bagi mereka yang mengenal ajaran kebenaran Dhamma, hidup bukan

hanya soal mencari kesenangan saja. Hidup mesti bermakna. Hidup untuk apa, ke mana

dan bagaimana menjalaninya? Lahir dan hidup sebagai manusia adalah untuk

menghentikan penderitaan. Dengan pengertian ini kita akan menjalani hidup dengan hati-

hati, jangan sampai apa yang kita lakukan makin menambah penderitaan baik penderitaan

diri maupun makhluk lain. 

Hidup ini mudah saja bagi yang tidak punya kesadaran diri. Karena tidak sadar

bahaya-bahaya dalam kehidupan, dia berbuat sekadar mencari kesenangan, asal bisa

makan, asal bisa hidup enak, asal tercapai apa yang diinginkan. Tetapi bagi mereka yang

punya kesadaran diri, mawas diri dan kejernihan batin hidup adalah sulit. Tidak mudah.

Tidak segampang yang dipikirkan. Mereka mesti berpegang pada prinsip moral yang baik

dalam mencapai tujuan hidup. Mereka mesti berpikir bagaimana supaya hidup bukan

hanya untuk diri sendiri tetapi juga berarti dan bermakna bagi sesamanya. 

20
Hidup itu mudah namun cara untuk memaknai dan mensyukuri hidup bukanlah

perkara yang mudah. Nasihat terakhir Sang Buddha dalam Mahaparinibbana Sutta Digan

Nikaya, 16 “Handadani bhikkhave amantayami: vayadhamma sankhara, appamadena

sampadetha’ti, ayam Tathagatassa pacchima vaca.” “Kini, para bhikkhu, Kusabdakan

padamu: segala yang berbentuk akan lenyap kembali, berjuanglah dengan tekun

(mencapai pembebasan), inilah sabda Sang Tathagata yang terakhir.” (Wacana, 2021)

6. Manusia dalam Perspektif Agama Katolik

Kitab Kejadian menuliskan kisah penciptaan menekankan bagaimana Allah

menempatkan manusia sebagai ciptaan-Nya yang khusus. Manusia disebut sebagai

gambar Allah (imago Dei) yang mewakili Allah di dunia. Artinya, keberadaan manusia

menunjukkan bahwa Allah ada. Manusia menjadi begitu sangat penting dan berarti karena

segala sesuatu di dunia ini harus diarahkan kepada manusia sebagai pusat dan puncaknya.

Kitab Kejadian melukiskan tentang penciptaan dan memberikan kepada manusia

tempat mulia dalam alam semesta. Penciptaan manusia tidak hanya merupakan penutup

dari segenap karya ciptaan Allah, tetapi dalam penciptaan manusia itu terkandung

penggenapan dan makna dari seluruh pekerjaan Allah. Manusia diperintahkan memenuhi

bumi dan menaklukkannya, dan manusia berkuasa atas semua makhluk (Kej. 1:27-31).

Kesaksian yang sama tentang kekuasaan manusia dan tentang tempatnya yang sentral di

alam ciptaan ini, diberikan lagi di tempat- tempat lain (Am. 4:13; Yes. 42:5-6; Mzm. 8:5-

9; 104:14-15), dan secara mengagumkan diberikan dalam inkarnasi.

Martabat manusia lahir secara kodrati bersamanya dan terlepas dari lingkungan

kebudayaannya. Martabat ini, tidak dapat dirampas oleh orang lain, dan hanya dapat

21
dicemarkan oleh manusia itu sendiri. Orang yang tidak mau menghormati martabat orang

lain sebagai manusia, ia mencemari martabatnya sendiri sebagai manusia.

Berdasarkan kitab Kej. 1:26-28; dan Kej. 2:7-8, 15-18, 21-25 tampak bahwa manusia

diciptakan oleh Allah Sang Pencipta pada hari ke-6 dengan bersabda dan bertindak.

Dalam kisah penciptaan itu, manusia diciptakan dalam proses yang terakhir setelah semua

yang ada di alam semesta diciptakan. Artinya, manusia diciptakan sebagai puncak ciptaan

Allah. Manusia diciptakan sesuai dengan gambar dan rupa Allah, dengan karunia

istimewa yaitu akal budi, hati/perasaan, dan kehendak bebas. Adanya karunia akal- budi

menjadikan manusia bisa atau memiliki kemampuan untuk memilih, karunia

hati/perasaan menjadikan manusia bisa merasakan, dan karunia kehendak bebas

menjadikan manusia mampu membangun niat-niat. Karunia-karunia itu menjadikan

manusia sebagai makhluk hidup yang memiliki kesadaran dan kebebasan.

Gambaran yang paling tepat mengenai siapakah manusia di hadapan Allah secara

iman Kristiani terdapat dalam Kitab Mazmur 8:1-10. Demikian juga gambaran siapakah

manusia di hadapan Allah secara iman Kristiani terdapat dalam Kitab Yesus Bin Sirakh

17:1-11. Pandangan dan ajaran resmi Gereja Katolik tentang manusia diuraikan dalam

Gaudium et Spes artikel 12. Kitab Suci mengajarkan bahwa manusia diciptakan “menurut

gambar Allah”; ia mampu mengenal dan mengasihi Penciptanya; oleh Allah manusia

ditetapkan sebagai tuan atas semua makhluk di dunia ini (Kej 1:26; Keb 2:23), untuk

menguasainya dan menggunakannya sambil meluhurkan Allah (Sir. 17:3-10). “Apakah

manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau

mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan

memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau menjadikannya berkuasa atas

buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kau letakkan di bawah kakinya” (Mzm 8:5-7).

22
Martabat manusia itu mulia karena hidupnya tergantung pada Allah. Asal mula dan

sumber kehidupan manusia adalah Allah, yang menjadi pemberi dan penopang

kehidupan. Karena martabat manusia sangat mulia dan luhur, kehidupan manusia harus

dilindungi sejak pembuahan dalam kandungan. “Sebab Engkaulah yang membentuk buah

pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh

karena kejadianku dasyat dan ajaib; ajaib apa yang kamu buat dan jiwaku benar-benar

menyadarinya” (Mzm. 139; 13 – 14).

7. Manusia dalam Perspektif Agama Khonghucu

Pada kitab suci Su Si pun tidak ditemui adanya pembahasan mengenai asal-usul

manusia. Pembahasan mengenai hal ini dibahas pada Kitab Li Ji atau Li Chi (kitab

kesusilaan), yang merupakan bagian dari Kitab Ngo King atau Wu Ching. Manusia dalam

agama Khonghucu berasal dari kedua orangtua, dianugerahi sifat-sifat mulia dan agung

sejak lahir oleh Thian. Manusia juga diberikan perintah suci dalam menyampaikan ajaran

agamanya kepada seluruh umat Khonghucu. Perintah suci tersebut akan diminta

pertanggungjawabannya di hadapan Thian. Oleh karena itulah maka manusia ditempatkan

dalam kedudukan tertinggi.

Pada kitab Li Ji, salah satu dari tiga kitab Li Jing (kitab kesusilaan) disuratkan: “Qi

atau semangat itulah pernyataan adanya roh. Bo atau daya-daya hidup itulah pernyataan

adanya nyawa. Tujuan pengajaran agama mengharmoniskan lahiriah dan rohaniah

manusia. Semua yang dilahirkan akan mengalami kematian, yang mati itu akan kembali

ke tanah, inilah yang dinamai berhubungan dengan nyawa, tulang, daging, semua jasad

yang berwatak yin (negatif) akan kembali ke tanah / bumi. Sedangkan semangat akan

23
berkembang naik bergemilang (kembali kepada Tian) diiringi harum dupa yang

semerbak. Itulah pernyataan adanya roh.”

Dalam agama Khonghucu, ketika manusia meninggal dunia, maka jasadnya akan

kembali ke bumi. Hal itu dikarenakan manusia mengkonsumsi makanan yang berasal dari

bumi dan karena itulah maka jasadnya dapat hidup. Sedangkan rohnya yang berasal dari

firman Thian, maka akan kembali seperti semula kepada Thian, untuk

mempertanggungjawabkan apa yang sudah diperbuat setiap manusia di dunia.

B. Penderitaan

Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta “dhra”

artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu

yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin.

Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan bertingkat-

tingkat, ada yang berat ada juga yang ringan. Namun peranan individu juga menentukan

berat-tidaknya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh

seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu

penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal

untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.

Penderitaan atau rasa sakit dalam arti luas dapat menjadi pengalaman

ketidaknyamanan dan kebencian terkait dengan persepsi bahaya atau ancaman bahaya di

suatu individu. Penderitaan adalah elemen dasar yang membentuk valensi negatif

dari afektif fenomena. Kebalikan dari penderitaan adalah kesenangan atau kebahagiaan.

Penderitaan ini sering dikategorikan sebagai fisik atau mental. Hal ini dapat datang

dalam berbagai tingkat intensitas, dari yang ringan sampai yang tak tertahankan. Faktor-

24
faktor dari durasi dan frekuensi terjadinya biasanya senyawa yang intensitas. Sikap

terhadap penderitaan dapat bervariasi secara luas, pada penderita atau orang lain, menurut

berapa banyak hal ini dianggap sebagai dapat dihindari atau tidak dapat dihindari,

berguna atau tidak berguna, pantas atau tidak layak.

Penderitaan terjadi dalam setiap kehidupan makhluk dalam banyak cara, sering kali

secara dramatis. Akibatnya, banyak bidang kegiatan manusia yang berkaitan dengan

beberapa aspek dari penderitaan. Aspek-aspek tersebut dapat meliputi sifat penderitaan

proses, asal-usul dan penyebab, arti dan makna, berkaitan dengan pribadi, sosial, dan

budaya perilaku, obat, manajemen, dan menggunakan.

Kata penderitaan kadang-kadang digunakan dalam arti sempit dari rasa sakit fisik, tapi

lebih sering hal ini mengacu pada rasa sakit mental, namun hal ini mengacu pada rasa

sakit dalam arti luas, yaitu untuk menyenangkan perasaan, emosi atau sensasi.

Kata sakit biasanya merujuk kepada rasa sakit fisik, sinonimnya dari kata penderitaan.

Kata-kata rasa sakit dan penderitaan yang sering digunakan dalam arti yang sama namun

dalam pengertian yang berbeda. Misalnya, mereka dapat digunakan sebagai sebuah

sinonim. Atau kedua kata tersebut dapat digunakan secara 'bertentangan' satu sama lain,

seperti dalam "rasa sakit fisik, penderitaan mental", atau "rasa sakit tidak bisa dihindari,

sedangkan penderitaan adalah sebuah pilihan". Atau mereka dapat digunakan untuk

menentukan satu sama lain, seperti dalam "rasa sakit adalah penderitaan fisik", atau

"penderitaan fisik yang parah atau sakit mental".

Kualifikasi, seperti fisik, mental, emosional, dan psikologis, yang sering digunakan

untuk mengacu pada beberapa jenis rasa sakit atau penderitaan. Secara khusus, sakit

mental (atau penderitaan) dapat digunakan dalam hubungan rasa sakit fisik (atau

penderitaan) untuk membedakan antara dua macam kategori dari rasa sakit atau

penderitaan. Pertama, perbedaan tersebut adalah bahwa ia menggunakan rasa sakit

25
fisik dalam arti yang biasanya mencakup tidak hanya yang 'khas pengalaman sensorik

dari rasa sakit fisik' tetapi juga yang tidak menyenangkan lainnya pengalaman tubuh

termasuk udara kelaparan, kelaparan, gangguan pada sistem vestibular, mual, kurang

tidur, dan gatal-gatal. Perbedaan kedua adalah bahwa syarat-syarat fisik atau mental tidak

harus diambil terlalu harfiah: fisik rasa sakit atau penderitaan, sebagai soal fakta, yang

terjadi melalui pikiran sadar dan melibatkan aspek emosional, sementara mental rasa sakit

atau penderitaan yang terjadi melalui fisik otak dan, menjadi emosi, melibatkan aspek

penting fisiologis.

Kata ketidaknyamanan, yang beberapa orang menggunakan secara sinonim

dari penderitaan atau rasa sakit dalam arti luas, dapat digunakan untuk merujuk kepada

dasar dimensi afektif dari nyeri (penderitaan aspek), biasanya dalam kontras dengan

sensorik dimensi, seperti misalnya dalam kalimat ini: "rasa Sakit ketidaknyamanan

sering, meskipun tidak selalu, berhubungan erat dengan intensitas dan kualitas yang unik

dari sensasi yang menyakitkan.Beberapa kata yang memiliki definisi sejenis

dengan penderitaan adalah kesedihan, kesengsaraan / sengsara, sakit, ketidaknyamanan,

ketidaksenangan, ketidaksetujuan.

Penderitaan adalah menanggung atau menjalani sesuatu yang sangat tidak

menyenangkan yang dapat dirasakan oleh manusia. Setiap manusia pasti pernah

mengalami penderitaan baik secara fisik maupun batin. Penderitaan juga termasuk

realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan manusia bertingkat-tingkat, ada yang

berat dan ada juga yang ringan. Namun, peranan individu juga menentukan berat

tidaknya suatu intensitas penderitaan.

Penderitaan akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan "risiko" hidup.

Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga

memberikan penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bennakna agar manusia

26
sadar untuk tidak memalingkan dariNya. Untuk itu pada umumnya manusia telah

diberikan tanda atau wangsit sebelumnya, hanya saja mampukah manusia menangkap

atau tanggap terhadap peringatan yang diberikanNya. Tanda atau wangsit demikian dapat

berupa mimpi sebagai pemunculan rasa tidak sadar dari manusia waktu tidur, atau

mengetahui melalui membaca koran tentang terjadinya penderitaan. Kepada manusia

sebagai homo religius Tuhan telah memberikannya banyak kelebihan dibandingkan

dengan makhluk ciptaannya yang lain, tetapi mampukah manusia mengendalikan diri

untuk melupakannya? Bagi manusia yang tebal imannya, musibah yang dialaminya akan

cepat dapat menyadarkan dirinya untuk bertobat kepadaNya dan bersikap pasrah akan

nasib yang ditentukan Tuhan atas dirinya. Kepasrahan karena yakin bahwa kekuasaan

Tuhan memang jauh lebih besar dari dirinya, akan membuat manusia merasakan dirinya

kecil dan menerima takdir. Dalam kepasrahan demikianlah akan diperoleh suatu

kedamaian dalam hatinya, sehingga secara berangsur akan berkurang penderitaan yang

dialaminya, dan akhimya masih dapat bersyukur bahwa Tuhan tidak memberikan cobaan

yang lebih berat dari yang dialaminya.

Baik dalam Al Quran maupun kitab suci agama lain banyak surat dan ayat yang

menguraikan tentang penderitaan yang dialami oleh manusia atau berisi peringatan bagi

manusia akan adanya penderitaan. Tetapi umunya manusia kurang mempethatikan

peringatan tersebut, sehingga manusia mengalami penderitaan. Hal itu misalnya dalam

surat Al.Insyiqoq:6 dinyatakan bahwa “manusia ialah mahluk yang hidupnya penuh

perjuangan”. Ayat tersebut harus diartikan, bahwa manusia harus bekerja keras untuk

dapat melangsungkan hidupnya. Untuk kelangsungan hidup ini manusia harus

menghadapi alam (menaklukan alam), menghadapi masyarakat sekelilingnya, dan tidak

boleh lupa untuk taqwa terhadap Tuhan. Apabila manusia melalaikan salah satu darinya,

atau kurang sungguh-sungguh menghadapinya, maka akibatnya manusia akan menderita.

27
Bila manusia itu sudah berkeluarga, maka penderitaan juga dialami oleh keluarganya.

Penderitaan semacam itu karena kesalahannya sendiri.

Berbagai kasus penderitaan terdapat dalam kehidupan. Banyaknya macam kasus

penderitaan sesuai dengan lika-liku kehidupan manusia. Bagaimana manusia menghadapi

penderitaan dalam hidupnya? Penderitaan fisik yang dialami manusia tentulah diatasi

secara medis untuk mengurangi atau menyembuhkannya. Sedangkan penderitaan psikis,

penyembuhannya terletak pada kemampuan si penderita dalarn menyelesaikan soal-soal

psikis yang dihadapinya. Para ahli lebih banyak membantu saja. Sekali lagi semuanya itu

merupakan “resiko” karena seseorang mau hidup. Sehingga enak atau tidak enak, bahagia

atau sengsara merupakan dua sisi atau masalah yang wajib diatasi.

Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu

merupakan suatu penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan

energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai

kenikmatan dan kebahagiaan.

Memang harus diakui, di antara kita dan dalam masyarakat masih terdapat

banyak orang yang sungguh-sungguh berkehendak baik, yaitu manusia yang merasa

prihatin atas aneka tindakan kejam yang ditujukan kepada sesama manusia yang tidak

saja prihatin, melainkan berperan serta mengurangi penderitaan sesamanya, bahkan

juga berusaha untuk mencegah penderitaan atau paling tidak menguranginya, serta

manusia yang berusaha keras tanpa pamrih untuk melindungi, memelihara dan

mengembangkan lingkungan alam ciptaan secara berkelanjutan. Ada keinginan

alamiah manusia untuk menghindari penderitaan. Tetapi justru penderitaan itu

merupakan bagian yang terkandung dalam kemanusiaannya. (RIZQI, 2016)

28
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta

dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan

sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin.

Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan

bertingkat-tingkat, ada yang berat ada juga yang ringan. Namun peranan individu juga

menentukan berat-tidalmya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap

penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat

pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai

langkah awal untuk mencapai kenilcmatan dan kebahagiaan.

Penderitaan akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan "risiko"

hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga

memberikan penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bennakna agar manusia

sadar untuk tidak memalingkan dariNya. Untuk itu pada umumnya manusia telah

diberikan tanda atau wangsit sebelumnya, hanya saja mampukah manusia menangkap

atau tanggap terhadap peringatan yang diberikanNya? . Tanda atau wangsit demikian

dapat berupa mimpi sebagai pemunculan rasa tidak sadar dari manusia waktu tidur, atau

mengetahui melalui membaca koran tentang terjadinya penderitaan. Kepada manusia

sebagai homo religius Tuhan telah memberikannya banyak kelebihan dibandingkan

dengan mahlulc ciptaannya yang lain, tetapi mampukah manusia mengendalikan diri

untuk melupakannya ? Bagi manusia yang tebal imannya musibah yang dialaminya akan

cepat dapat menyadarkan dirinya untuk bertobat kepadaNya clan bersikap pasrah akan

nasib yang ditentukan Tuhan atas dirinya. Kepasrahan karena yakin bahwa kekuasaan

Tuhan memang jauh lebih besar dan dirinya, akan membuat manusia merasakan dirinya

kecil dan menerima takdir. Dalam kepasrahan demikianlah akan diperoleh suatu

kedamaian dalam hatinya, sehingga secara berangsur akan berkurang penderitaan yang

29
dialaminya, untuk akhimya masih dapat bersyukur bahwa Tuhan tidak memberikan

cobaan yang lebih berat dari yang dialaminya.

Baik dalam Al Quran maupun kitab suci agama lain banyak surat dan ayat yang

menguraikan tentang penderitaan yang dialami oleh manusia atau berisi peringatan bagi

manusia akan adanya penderitaan. Tetapi umunya manusia kurang mempethatikan

peringatan tersebut, sehingga manusia mengalami penderitaan.

Hal itu misalnya dalam surat Al.Insyiqoq:6 dinyatakan "manusia ialah mahluk

yang hidupnya penuh perjuangan. Ayat tersebut harus diartikan, bahwa manusia hams

bekerja keras untuk dapat melangsungkan hidupnya. Untuk kelangsungan hidup ini

manusia harus menghadapi alam (menaklukan alam), menghadapi masyarakat

sekelilingnya, dan tidak boleh lupa untuk taqwa terhadap Tuhan. Apabila manusia

melalaikan salah satu darinya, atau kurang sungguh-sungguh menghadapinya, maka

akibatnya manusia akan menderita. Bila manusia itu sudah berkeluarga, maka penderitaan

juga dialami oleh keluarganya. Penderitaan semacam itu karena kesalahannya sendiri.

Berbagai kasus penderitaan terdapat dalam kehidupan. Banyaknya macam kasus

penderitaan sesuai dengan liku-liku kehidupan manusia. Bagaimana manusia menghadapi

penderitaan dalam hidupnya ? Penderitaan fisik yang dialami manusia tentulah diatasi

secara medis untuk mengurangi atau menyembuhkannya. Sedangkan penderitaan psikis,

penyembuhannya terletak pada kemampuan si penderita dalarn menyelesaikan soal-soal

psikis yang dihadapinya. Para ahli lebih banyak membantu saja. Sekali lagi semuanya itu

merupakan "resiko" karena seseorang mau'hidup. Sehingga enak atau tidak enak, bahagia

atau sengsara merupakan dua sisi atau masalah yang wajib diatasi. (antonius, 2020)

Sejak kelahirannya dari rahim ibu ke dunia, manusia sudah membawa pada

dirinya keinginan. Jika keinginannya itu tidak terpenuhi ia akan menangis dan

meronta-ronta. Bersama keinginan itu pada dirinya juga terdapat ketidakinginan. Ia

30
menginginkan susu sekaligus tidak menginginkan tidak ada susu. Sebagai reaksinya, ia

akan tenang kalau ada susu masuk ke tenggorokannya, sebaliknya ia akan menangis

jika tidak ada susu yang memasuki tenggorokannya.

Namun keinginan dan ketidakinginan itu berada pada satu naungan, yaitu

adanya 'kesadaran akan realitas'. Realitas itu lah yang akan terus ia kejar atau hindari.

Bersama dengan waktu, ia tumbuh dan berkembang. Dari bayi menuju balita,

dari balita menuju anak-anak, hingga remaja, tua, dan mati. Bersamaan dengan itu,

keinginan dan ketidak inginannya tetap hadir menemani perjalanan hidupnya. Dengan

apapun keinginan itu diistilahkan. Apakah itu naluri, insting, fitrah, dan sebagainya

yang jelas itu ada sebagai sesuatu yang manusia alami, sadari, dan rasakan. (Alamsyah,

2020)

Manusia adalah makhluk pencinta dan pencari akan makna hidupnya. Dalam

pencarian manusia mengarahkan seluruh eksistensi dirinya untuk mencapai makna hidup

yang dapat menghidupkan dirinya dalam keberadaannya sebagai “ada” di dunia. Manusia

terus digerakkan oleh keingingan dan kehendaknya untuk menghendaki apa yang ia

inginkan yaitu makna hidup.

Makna hidup yang ingin dicapai oleh manusia adalah hidup yang bahagia. Namun

hidup bahagia itu tidak sepenuhnya dicapai oleh manusia karena keterbatasan-

keterbatasan yang dimiliki ini. Tetapi manusia tidak berhenti dari pencarian akan

kepenuhan makna hidupnya, dengan segala upaya manusia terus berusaha untuk

mewujudkan kehendaknya untuk hidup dan bahagia. Dalam pencarian akan makna hidup

yakni untuk menemukan kebahagiaan, manusia tidak terlepas dari penderitaan.

Penderitaan ini mengakibatkan manusia tak mampu mencapai kebahagiaan. Sebab

penderitaan merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri. Penderitaan selalu ada dalam

31
kehidupan manusia setiap harinya. Terdapat dua bentuk penderitaan yang dialami oleh

manusia yaitu eksternal dan internal.

Secara eksternal, penderitaan itu hadir diakibatkan oleh alam, seperti: tanah

longsor, gempa, bumi, banjir dan lain sebagainya. Sedangkan, secara internal, penderitaan

yang diakibatkan oleh manusia itu sendiri. Artinya, bahwa orang menderita karena

perbuatannya atau sebagai akibat tindakannya yang mengecewakan dirinya. Berkaitan

dengan penderitaan internal, hal itu terealisasi dalam bentuk psikis dan mental. Misalnya,

seorang yang berada di bawah tekanan, tidak terpenuhinya cita-cita kehidupan, atau yang

dianggap sebagai hak dan kewajiban, kegagalan dalam mencapai tujuan, berpisah dengan

orang yang dicintai, kehilangan orang-orang yang dikasihi, bangkrut dalam usaha.

Jika peristiwa ini tidak disikapi dengan bijaksana maka dapat menyebabkan stress,

kecewa, trauma, cemas, marah, dan bahkan berujung pada kematian. Arthur

Schopenhauer mengatakan bahwa: Hidup adalah penderitaan, dan makhluk yang paling

menderita adalah manusia. Manusia menderita karena pertama-tama ia mau hidup.

Manusia ketika menyatakan siap untuk terus menjalani hidupnya, itu berarti ia siap untuk

menderita pula. Manusia bertumbuh dan berkembang, dan semua proses kehidupan itu

tanpa manusia sadari berasal dari satu hal yang tunggal yakni kehendaknya sendiri.

Kehendak manusialah yang mendorong dia untuk hidup dan mengalami penderitaan.

Dengan ini semakin jelas bahwa sumber penderitaan manusia adalah kehendak manusia

itu sendiri.

Kehendak sifatnya tak terbatas, kehendak itu bergerak secara bebas, akan tetapi

pemenuhan akan kehendak itu terbatas adanya. Manusia akan mengalami kebosanan, jika

sampai pada apa yang dikehendaki. Jika manusia tidak sampai, maka manusia akan

mengalami kekecewaan. Di sini dapat dilihat bahwa sebenarnya manusia hidup di antara

ketidak pastian, ketidak tersampaian, dan ketidak puasan hidup. Manusia merasa hidup di

32
awang-awang, di mana manusia tidak sampai menyentuh langit dan menginjak tanah.

Kehidupan seperti inilah yang banyak menjadi pilihan manusia zaman modern ini.

Di mana manusia berlomba-lomba untuk menjawabi kebutuhan kehendak dan

mengesampingkan kebutuhan inteleknya. Bagi Schopenhauer kehendak adalah essensi

manusia. Akan tetapi ia tidak menyangkal bahwa kadang-kadang kehendak dikendalikan

oleh intelek. Kehendak dan intelek adalah dua substansi yang berbeda, namun ada

hubungannya. Intelek lebih dipandang sebagai pembantu dari kehendak. Intelek bisa letih,

kehendak selalu terjaga. Intelek perlu tidur, kehendak bekerja dalam tidur. Di sini berarti

kehendak itu selalu ada dan sifatnya tanpa pamrih. Dengan sifat kehendak seperti ini

semakin memperjelas bahwa seluruh hidup manusia adalah menderita.

Penderitaan hidup manusia diakibatkan akan keinginan yang melampaui

kemampuan manusia, badan merasa lelah, jiwa merasa lelah dan akal budi merasa lelah

namun kehendak manusia takkan perna lelah, kehendak terus mendorong manusia untuk

mencari dan mendapatkan demi memenuhi keinginan yang takterpuaskan itu.

Schopenhauer melihat hidup sebagai penderitaan karena merupkan rangkaian

kehendak yang tidak pernah berhenti terpuaskan. Kebahagian kemudian dipahaminya

sebagai ketiadaan sementaran penderitaan atau dengan kata lain moment penantian

penderitan yang lain.

Penderitaan manusia merupakan realitas hidup manusia. Manusia bisa menjumpai

beragam bentuk penderitaan di tengah kehidupan manusia. Penderitaaan manusia sangat

subjektif. Pensikapan manusia akan persoalan ini pun beragam. Salah satu sikap yang

menonjol adalah penolakan dan penghindaran diri. Berangkat dari respon dan pensikapan

manusia atas penderitaan, upaya menggali hakikat penderitaan menjadi sangat penting

agar manusia bisa mensikapi persoalan penderitaan dengan lebih proporsional.

Penderitaan manusia dalam perspektif fenomenologi bermuara pada basis ontologis aku

33
yang transenden. Selanjutnya, penderitaan manusia dalam realitas mempunyai

serangkaian makna yang menunjukkan keterkaitan penderitaan manusia dengan eksistensi

manus ia. Adapun makna penderitaan manusia adalah makna profetik dan makna

perlawanan atau pemberontakan.

GAMBAR ILUSTRASI

Opini : Serba kekurangan, baik dalam sandang, pangan, kesehatan, dan sosial. Tiap manusia

memiliki penderitaan masing-masing. Menurut kita penderitaan yang kita alami sudah sangat

susah padahal kadang tidak seberapa dibandingkan orang-orang di luar sana yang ternyata

jauh lebih menderita daripada kita.

34
 Contoh Penderitaan

1) Peperangan

Peperangan mengakibatkan terbunuhnya orang-orang tak bersalah, mulai dari

orangtua, anak-anak, hingga para lansia.

Contohnya: Kerusuhan Mei 1998 (Penembakan 4 mahasiswa Trisakti dalam

demonstrasi sehari sebelum kerusuhan), Kerusuhan di Poso tahun 1998 antara

Muslim & Kristen, Kerusuhan di Ambon tahun 1999 antara Muslim &

Kristen, Perang di jalur Gaza antara Israel & Palestina.

*Liat video ilustrasi

2) Kelaparan

Biasanya terjadi karena kegagalan panen, faktor ekonomi, bencana alam,

pandemi akibat wabah penyakit/virus, dan konflik antar manusia.

*Liat video ilustrasi

3) Bencana

Bencana membawa banyak dampak buruk, contohnya wabah penyakit (Covid-

19), kematian, luka-luka, kehilangan tempat tinggal, dan kekacauan.

*Liat video ilustrasi

4) Penyakit

Saat manusia terkena penyakit, muncul dampak psikologi yang

mengakibatkan beberapa manusia putus asa.

*Liat video ilustrasi

35
1. Penderitaan dalam Kehidupan Sehari-hari

Berikut merupakan macam-macam penderitaan yang dirasakan berdasarkan umur

seseorang.

a) Anak-Anak

Menurut data tahun

2013 Badan PBB untuk

Anak-anak, UNICEF.

Lembaga itu menguak,

1 dari 10 anak

perempuan di dunia mengalami pelecehan seksual. Sementara, 6 dari 10 anak

di seluruh dunia, yang total jumlahnya mencapai 1 miliar, mengalami

kekerasan fisik antara usia 2-14 tahun.

Berbekal data dari 190 negara, UNICEF mencatat bahwa seluruh anak-anak di

dunia secara terus menerus dilecehkan secara fisik maupun emosional mulai

dari pembunuhan, tindakan seksual, bullying, dan penegakkan disiplin yang

terlalu kasar. Anak – anak yang harusnya mendapatkan kasih sayang, pada

kenyataannya malah mendapatkan penderitaan yang begitu besar. Berikut

adalah contoh contoh penderitaan pada anak anak:

 Penjualan anak dibawah umur, penjualan anak dibawah umur ini

merupakan kegiatan yang ilegal dan ditentang dengan hukum. Namun

di negara negara eropa, benua afrika, banyak memperdagangkan anak

kecil atau anak dibawah umur untuk dikirim ke berbagai negara.

 Di negara timur tengah, negara yang selalu mengalami konflik dan

perang berkepanjangan bahkan mempergunakan anak dibawah umur

untuk ikut berperang membela negara. Anak anak yang harusnya

36
bersekolah dan mendapat pendidikan yang layak justru tidak sama

sekali.

 Anak juga kerap kali menjadi korban saat kedua orang tua nya

bercerai. Disini anak akan mendapatkan penderitaan karna dia sudah

tidak bisa lagi memiliki kebersamaan keluarga, atau bahkan sudah lagi

tidak mendapatkan kasih sayang dari salah satu orang tuanya.

 Selain itu, anak juga banyak dijadikan sebagai alat pelampiasan orang

tua yang sedang marah. Di negara eropa, banyak anak dibawah umur

yang meninggal karna mendapatkan perlakuan yang kasar oleh kedua

orang tuanya.

 Akhir – akhir ini banyak sekali terjadi penderitaan pada anak di

sekolah. Seperti menjadi korban bullying, bahkan menjadi korban

seksual. Sekolah yang harusnya memberikan rasa nyaman untuk anak

tetapi malah memberikan rasa yang ditakuti anak.

 Anak-anak dijadikan sebagai sumber pencari uang bagi orang tuanya

atau exploitasi anak juga merupakan sebuah penderitaan bagi anak

tersebut. Tidak sedikit yang melakukan exploitasi anak dibawah umur.

Penderitaan jasmani dan psikis akan dialami oleh anak tersebut.

b) Remaja

Penderitaan yang dirasakan oleh

banyak remaja di dunia saat ini ialah

37
karena berbagai macam faktor. Berikut adalah contoh contoh penderitaan pada

remaja:

 Di afrika dan nigeria, penderitaan dialami para remaja berumur 16-19

tahun. Dia dipaksa untuk menikah dengan para pemberontak di negara

mereka.

 Di negara berkembang, banyak remaja pria atau wanita yang bekerja

menjadi tenaga kerja keluar negri untuk menafkahi keluarganya. Ini juga

merupakan penderitaan bagi seseorang tersebut. Dimana harusnya di usia

produktif merka mengenyam pendidikan yang layak.

 Selain itu, banyak remaja wanita jaman sekarang yang hamil diluar nikah.

Itu juga merupakan suatu penderitaan. Dimana ia harus menerima dan

merawat bayi yang dikandungnya sementara ia masih mengenyam bangku

pendidikan. Belum lagi jika pihak laki tidak mau bertanggung jawab dan

lari begitu saja.

Opini : Namun penderitaan yang paling besar yang

dialami para remaja ialah narkoba, seks bebas, dan

penyakit mematikannya, yaitu HIV/AIDS. Dimana

mereka para remaja ODA “orang dengan aids”

banyak menerima perlakuan yang tidak baik dimata masyarakat dan lingkungan

sekitar.

38
c) Orang Tua

Penderitaan bukan hanya menimpa

anak anak, remaja, tetapi juga

banyak menimpa orang dewasa

atau orang tua. Tentu penderitaan

yang dialaami berbeda dengan

sebelumnya. Penderitaan orang

dewasa atau orang tua banyak disebabkan karna kurangnya financial atau

keuangan untuk menjalani hidup. Berikut adalah contoh – contoh penderitaan

pada orang dewasa atau orang tua:

 Susahnya mencari pekerjaan dan harga sembako yang semakin meningkat

drastis, membuat orang tua atau orang dewasa yang sudah berkeluarga

terkdang harus berpikir keras bagaimana untuk meafkahi kelurganya. Ini

juga merupakan suatu penderitaan yang diterima secara batin.

 Selain itu, KDRT juga menjadi penderitaan bagi orang dewasa atau orang

tua yang sudah berkeluarga. Kdrt merupakan salah satu penderitaan secara

fisik yang dialami oleh seseorang.

 Perginya pasangan hidup karena meninggal juga menjadi penderitaan bagi

orang dewasa atau orang tua yang ditinggalkannya. Biasanya ini menjadi

penderitaan yang mendalam dan berlarut larut.

 Selain itu menaruh orang tua di panti jompo juga menjadi penderitaan

tersendiri. Mengapa tidak, dengan menaruh di panti jompo berarti sama

saja anaknya kita tidak mau mengurus orang tuanya sendiri.

39
2. Penderitaan Karena Penyakit / Cacat Sejak Lahir / Azab

Penderitaan juga dapat terjadi karena penyakit, siksaan / azab Tuhan.

Kesabaran, tawakal dan optimisme merupakan usaha manusia untuk mengatasi

penderitaan tersebut. Banyak contoh kasus penderitaan semacam ini antara lain :

a) Lahirnya seorang bayi tanpa tangan dan kaki, bahkan ada yang lahir kembar

hanya memiliki satu organ jantung dan ada pula yang tidak bisa melihat.

b) Seorang ibu yang berjuang hidup dengan kecacatan fisik demi membiayai hidup

anak-anaknya.

c) Kekurangan makan atau sakit, kemudian ditolak oleh rumah sakit pemerintah

karena tidak cukupnya / kurangnya biaya.

Opini : Sebenarnya banyak sekali contoh-contoh dari penderitaan. Negara kita ini

banyak sekali memiliki penderitaan. Masyarakat kita yang mayoritasnya miskin

semakin memperbesar celah masuknya penderitaan

bagi seseorang maupun keluarga. Kekurangan makan

atau sakit kemudian ditolak oleh rumah sakit

pemerintah itu juga merupakan sebuah penderitaan

bagi seseorang. Makanya benar bila ada ungkapan

yang menyatakan bahwa jangan hanya melihat ke

atas saja, tapi lihatlah kebawah juga. Masih banyak

contoh penderitaan yang ada di negara ini, anak-anak

Indonesia yang kekurangan gizi buruk, karena sulitnya mencari nutrisi yang baik bagi

40
pertumbuhan anak akhirnya ada orang tua yang hanya bisa memberikan asupan

makanan seadanya bagi anak-anak mereka, sehingga akhirnya mereka menjadi pasien

gizi buruk.

C. Siksaan

Penderitaan biasanya disebabkan oleh siksaan, baik fisik ataupun jiwanya. Siksaan

atau penyiksaan (Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa

sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Segala tindakan yang menyebabkan

penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan

terhadap seseorang dengan tujuan intimidasi, balas dendam, hukuman, pemaksaan

informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda atau tujuan politik dapat

disebut sebagai penyiksaan. Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk

mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai metode pemaksaan atau

sebagai alat untuk mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi suatu

pemerintah. Akibat siksaan yang dialami seseorang, timbullah penderitaan. Di dalam

kitab suci diterangkan jenis dan ancaman siksaan yang dialami manusia di akhirat nanti,

yaitu siksaan bagi orang-orang musyrik, syirik, dengki, memfitnah, mencuri, makan harta

anak yatim, dan sebagainya.

Siksaan yang dialami manusia dalam kehidupan sehari-hari banyak terjadi dan banyak

dibaca di berbagai media massa. Bahkan kadang-kadang ditulis di halaman pertama

dengan judul huruf besar, dan kadang-kadang disertai gambar si korban. Berita mengenai

siksaan kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Sebuah harian ibukota (pos kota)

halaman pertama isinya sebagian besar adalah mengenai siksaan, pembunuhan,

pemerkosaan, pencurian, perampokan, dan sebagainya. Dengan demikian jelaslah di satu

pihak kasus siksaan, perkosaan, perampokan, pembunuhan dan lain-lain merupakan

41
sumber keuntungan. Karena dengan mengekspose berita-berita seperti itu, koran itu

cukup laku. Siksaan yang sifatnya psikis misalnya kebimbangan, kesepian dan ketakutan.

a) Kebimbangan

Kebimbangan dialami oleh seseorang bila ia pada suatu waktu tidak dapat

menentukan pilihan mana yang akan diambil. Misalnya pada suatu waktu, apakah

seseorang yang bimbang itu pergi atau tidak, siapakah dari kawannya yang akan

dijadikan pasangan tetapnya. Akibat dari kebimbangan, seseorang berada dalam

keadaan yang tidak menentu, sehingga ia merasa tersiksa dalam hidupnya saat itu.

Bagi orang yang lemah berpikimya, masalah kebimbangan akan lama dialami,

sehingga siksaan itu berkepanjangan. Tetapi bagi orang yang kuat berpikimya, ia akan

cepat mengambil suatu keputusan, sehingga kebimbangan akan cepat dapat diatasi.

b) Kesepian

Kesepian dialami oleh seseorang merupakan rasa sepi dalam dirinya sendiri

atau jiwanya walaupun ia dalam lingkungan orang ramai. Kesepian ini tidak boleh

dicampur-adukkan dengan keadaan sepi seperti yang dialami oleh petapa atau

biarawan yang tinggalnya ditempat yang sepi. Tempat mereka memang sepi, tetapi

hati mereka tidak sepi. Kesepian juga merupakan salah satu wujud dari siksaan yang

dapat dialami oleh seseorang.

Seperti halnya kebimbangan, kesepian perlu cepat diatasi agar seseorang

jangan terus menerus merasakan penderitaan batin. Sebagai homo-socius, seseorang

perlu kawan untuk mengalahkan rasa kesepian. Orang perlu cepat mencari kawan

yang dapat diajak untuk berkomunikasi. Pada umumnya orang yang dapat dijadikan

42
“kawan suka maupun duka” adalah orang yang dapat mengerti dan menghayati

kesepian yang dialami oleh sahabatnya itu. Selain mencari kawan, seseorang juga

perlu mengisi waktunya dengan suatu kesibukan, khususnya yang bersifat fisik,

sehingga rasa kesepian tidak memperoleh tempat dan waktu dalam dirinya.

c) Ketakutan

Ketakutan merupakan bentuk lain yang dapat menyebabkan seseorang

mengalami siksaan batin. Bila rasa takut itu dibesar-besarkan yang tidak pada

tempatnya, maka disebut sebagai phobia. Pada umumnya orang rnemiliki satu atau

lebih phobia ringan seperti takut pada tikus, ular, serangga dan lain sebagainya. Tetapi

pada sebagian orang, ketakutan itu sedemikian hebatnya sehingga sangat

mengganggu.

Seperti pada kesepian, ketakutan dapat juga timbul atau dialami seseorang

walaupun lingkungannya ramai, sebab ketakutan merupakan hal yang sifatnya psikis.

Banyak sebab yang menjadikan seseorang merasa ketakutan, antara lain :

 Claustrophobia

Cloustrophobia adalah rasa takut tetbadap ruangan tertutup.

 Agoraphobia

Agoraphobia adalah ketakutan seseorang saat berada di tempat terbuka.

 Gamang

Gamang merupakan ketakutan bila seseorang di tempat yang tinggi. Hal itu

disebabkan, karena ia takut akibat berada di tempat yang tinggi. Misalnya

seseorang harus melewati jembatan yang sempit, sedangkan di bawahnya ada air

yang mengalir, atau seseorang yang takut meniti dinding tembok di bawahnya.

 Kegelapan

43
Kegelapan merupakan suatu ketakutan seseorang bila ia berada di tempat yang

gelap. Sebab dalam pikirannya dalam kegelapan demikian akan muncul sesuatu

yang ditakuti, misalnya setan, pencuri, dll. Orang yang demikian menghendaki

agar ruangan tempat tidur selalu dinyalakan lampu yang terang.

 Kesakitan

Kesakitan merupakan ketakutan yang disebabkan oleh rasa sakit yang akan

dialami. Seseorang yang takut diinjeksi sudah berteriak-terialc sebelum jarum

injeksi ditusukkan ke dalam tubuhnya. Hal itu disebabkan karena dalam

pikirannya semuanya akan menimbulkan kesakitan.

 Kegagalan

Kegagalan merupakan ketakutan dari seseorang disebabkan karena merasa bahwa

apa yang akan dijalankan mengalami kegagalan. Seseorang yang patah hati tidak

mudah untuk bercinta kembali, karena takut dalam percintaan berikutnya juga

akan terjadi kegagalan. Trauma yang pemah dialaminya telah menjadikan dirinya

ketakutan kalau sampai hal tersebut terulang lagi.

1. Siksaan dalam Kehidupan Sehari-hari

Berikut merupakan contoh-contoh siksaan dalam kehidupan sehari-hari.

a. Rasa Sakit

Rasa sakit adalah rasa yang dirasa oleh penderita akibat menderita suatu

penyakit. Rasa sakit ini dapat menimpa setiap manusia. Baik yang kaya-

miskin, besar-kecil, tua-muda, berpangkat-rendahan tak dapat menghindarkan

diri darinya, bahkan dokter sekalipun. Penderitaan, rasa sakit, dan siksaan

merupakan rangkaian peristiwa satu dan lainnya yang tak dapat dipisahkan,

44
yang merupakan rentetan sebab-akibat. Karena siksaan, orang merasa sakit,

dan karena merasa sakit, orang menderita. Atau sebaliknya, karena

penyakitnya tak sembuh-sembuh, ia merasa tersiksa dan mengalami

penderitaan.

b. Ilustrasi 1

Opini: Anak-

anak jalanan yang dimarah dan bahkan tidak jarang yang disiksa oleh petugas

SATPOL-PP hingga mengalami sakit yang akhirnya berujung kematian.

Ketika seorang. anak jalanan yang sedang meminta–minta, mengamen,

menjual, dll. diamankan oleh petugas, namun mereka malahan mendapat

siksaan dari para petugas SATPOL-PP. Ini sangat sering terjadi, siksaan yang

diterima anak kecil oleh petugas membuatnya tidak tahan dan banyak dari

mereka yang

akhirnya

meninggal.

c. Ilustrasi 2

Penyiksaan

terhadap TKI kita, entah yang ada di Malaysia, Arab Saudi, dan ditempat

lainnya. TKI kita bahkan disiksa sedemikian rupa hingga luka parah, dipukul,

disetrika, disundut rokok, bahkan ada yang ditembak mati di Malaysia karena

dugaan kasus pencurian. Ada pula kasus percobaan pemerkosaan yang bahkan

majikannya berkilah (berusaha memutarbalikkan fakta) mengenai hal tersebut.

Mereka banyak yang tidak dibayar gajinya tetapi menerima siksaan terus-

menerus.

45
d. Neraka

Memang neraka tidak termasuk dalam siksaan yang terjadi dalam kehidupan

sehari-hari. Akan tetapi, perbuatan-perbuatan negatif yang kita lakukan setiap

hari itulah yang akan menjerumuskan kita ke dalamnya (neraka). Berbicara

tentang neraka, kita selalu ingat kepada dosa. Juga terbayang dalam ingatan

kita, siksaan yang luar biasa, rasa sakit dan penderitaan yang hebat. Jelaslah

bahwa antara neraka, siksaan, rasa sakit, dan penderitaan terdapat hubungan

yang tak dapat dipisahkan satu sama lain. Empat hal itu merupakan rangkaian

sebab-akibat. Manusia masuk neraka karena dosanya. Oleh karena itu, bila

kita berbicara tentang neraka, tentu berkaitan dengan dosa dan

penderitaan/siksaan. Berbicara tentang dosa juga berbicara tentang kesalahan.

D. Kekalutan Mental

Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan mental. Secara

lebih sederhana kekalutan mental dapat dirumuskan sebagai gangguan kejiwaan akibat

ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang

bersangkutan bertingkah secara kurang wajar. Gejala-gejala permulaan bagi seseorang

yang mengalami kekalutan mental adalah:

 nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri

pada lambung.

 nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis,

cemburu, mudah marah.

a gangguan kejiwaan nampak dalam gejala-

gejala kehidupan si penderita baik jasmani

maupun rohaninya.

46
b usaha mempertahankan diri dengan cara negatif, yaitu mundur atau lari,

sehingga cara bertahan dirinya salah. Pada orang yang tidak menderita

gangguan kejiwaan, bila menghadapi persoalan justru cepat memecahkan

problem/masalahnya, sehingga tidak menekan perasaannya. Jadi, bukan

melarikan diri dari persoalan, tetapi melawan atau memecahkan persoalan

tersebut.

c kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dari yang

bersangkutan. Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental, antara lain

sebagai berikut:

 kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang

kurang sempuma. Hal-hal tersebut sering menyebabkan yang

bersangkutan merasa rendah diri yang secara berangsur-angsur

akan menyudutkan kaedudukannya dan menghancurkan mentalnya.

 terjadinya konflik sosial budaya akibat perbedaan antara yang

bersangkutan dengan apa yang ada dalam masyarakat, sehingga ia

tidak dapat menyesuaikan diri / beradaptasi lagi, misalnya

orang pedesaan yang berat menyesuaikan diri dengan kehidupan

kota, orang yang telah mapan sulit menerima keadaan baru yang

jauh berbeda dari masa jayanya dulu.

 cara pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang

berlebihan terhadap kehidupan social; overacting sebagai

overcompensate. Proses-proses kekalutan mental yang dialami oleh

seseorang mendorongnya ke arah:

a Positif: trauma (luka jiwa) yang dialami dijawab dan diterima

secara baik sebagai usaha agar tetap survive dalam hidup,

47
misalnya mendirikan/melakukan sholat tahajud (bagi muslim)

di waktu malam hari untuk memperoleh ketenangan dan

mencari jalan keluar untuk mengatasi kesulitan yang

dihadapinya, ataupun melakukan kegitan yang positif setelah

kejatuhan dalam kehidupan.

b Negatif: trauma yang dialami diperlarutkan atau diperturutkan,

sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi, yaitu tekanan

batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan.

1. Kekalutan Mental dalam Kehidupan Sehari-hari

a Frustasi

Frustasi merupakan suatu keadaan

ketegangan yang tak menyenangkan,

dipenuhi perasaan dan aktivitas

simpatetis yang semakin meninggi

yang disebabkan oleh rintangan dan

hambatan. Frustrasi dapat berasal

dari dalam (internal) atau dari luar diri (eksternal) seseorang yang

mengalaminya. Sumber yang berasal dari dalam termasuk kekurangan diri

sendiri seperti kurangnya rasa percaya diri atau ketakutan pada situasi sosial

yang menghalangi pencapaian tujuan. Bentuk frustasi antara lain :

1) agresi, berupa kemarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tidak

terkendali dan secara fisik yang berakibat mudah terjadinya hypertensi

(tekanan darah tinggi) atau tindakan sadis yang dapat membahayakan orang

sekitamya.

48
2) regresi, yaitu kembali pada pola reaksi yang primitif atau kekanak-

kanankan (infantil), misalnya dengan menjerit-jerit, menangis, hingga

meraung-raung dan melempar/memecahkan barang-barang.

3) fiksasi, yakni peletakan atau pembatasan pada satu pola yang sama (tetap),

misalnya dengan membisu, memukul-mukul dada sendiri, membentur-

benturkan kepala pada benda keras.

4) proyeksi, yaitu usaha melempar atau memproyeksikan kelemahan dan

sikap-sikap sendiri yang negatif pada orang lain, seperti kata pepatah: awak

yang tidak pandai menari, dikatakan lantai yang terjungkit.

5) identifikasi, yaitu menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam

imajinasinya, misalnya dalam kecantikan yang bersangkutan menyamakan diri

dengan bintang film, dalam soal harta kekayaan dengan pengusaha kaya yang

sukses.

6) narsisme, yaitu self-love yang berlebihan, sehingga yang bersangkutan

merasa dirinya lebih superior daripada orang lain.

7) autisme, yaitu gejala menutup diri secara total dari dunia real, tidak mau

berkomunikasi dengan orang lain, puas dengan fantasinya/dunianya sendiri

yang dapat menjurus ke sifat yang sinting.

b Patah Hati

Patah hati adalah suatu metafora umum yang digunakan untuk menjelaskan

sakit emosional atau penderitaan mendalam yang dirasakan seseorang setelah

kehilangan orang yang dicintai, melalui kematian, perceraian, putus hubungan,

terpisah secara fisik atau penolakan cinta.

49
Patah hati biasanya dikaitkan dengan

kehilangan seorang anggota keluarga atau

pasangan hidup. Kehilangan orang tua,

anak, hewan peliharaan, orang yang

dicintai atau teman dekat bisa

“mematahkan hati seseorang”, dan patah hati sering dialami ketika sedih dan

merasa kehilangan. Frasa ini mengarah pada sakit fisik yang dirasakan

seseorang di dada sebagai dampak kehilangan tersebut. Tetapi, ada pula

perpanjangannya yang meliputi trauma emosional ketika perasaan tersebut

tidak dialami sebagai wujud sakit somatik. Meskipun “patah hati” biasanya

tidak memberi kerusakan fisik apapun pada jantung, ada sebuah kondisi

bernama “sindrom patah hati” atau “kardiomiopati takotsubo”, yaitu ketika

sebuah insiden traumatik mendorong otak untuk menyalurkan zat-zat kimia ke

jaringan jantung yang melemah.

c Trauma

Setiap orang pasti pernah punya

pengalaman traumatis, seperti

ditinggal oleh orang yang dicintai,

menderita penyakit serius,

perceraian, kecelakaan, pelecehan,

dipermalukan, melihat kejadian

mengerikan dan sebagainya. Pada

saat itu, kita mungkin akan merasa sangat gelisah atau mengalami “guncangan

perasaan” yang membuat kita tidak bisa tidur nyenyak selama beberapa hari.

50
Tetapi biasanya guncangan perasaan itu akan berlalu, dan kehidupan menjadi

lebih normal kembali.

Contoh kasus trauma yang hilang dengan sendirinya, misalnya anda

mengalami kecelakaan mobil. Mungkin Anda menjadi takut menyetir atau

sangat berhati-hati saat menyetir. Namun setelah beberapa minggu berlalu,

Anda sudah kebut-kebutan di jalan lagi. Inilah trauma sementara yang sering

kita alami. Namun, bagi beberapa orang, “guncangan mental” itu tidak pernah

berlalu. Selalu dihantui oleh perasaan mencekam dan hidup tidak pernah

tenang, seolah kejadian traumatis terus-menerus terjadi. Seseorang yang

merasa seperti ini mungkin menderita Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)

atau disebut oleh orang awam sebagai “trauma”, yakni sebuah gangguan

psikologis yang menyebabkan penderitanya tidak bisa merasakan kedamaian.

E. Penderitaan dan Sebab-sebabnya

Jika Diklasifikasikan berdasarkan sebab – sebab munculnya penderitaan, penderitan

manusia itu ada 2, yakni:

1. Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia

Penderitaan yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat

terjadi dalam hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam

sekitarnya. Penderitaan ini kadang disebut dengan nasib buruk. Nasib buruk ini

dapat diperbaiki manusia supaya menjadi baik. Dengan kata lain, manusialah yang

dapat memperbaiki nasibnya. Allah SWT berfirman, “Aku tidak akan pernah

merubah nasib hambaku, melainkan hamba-Ku sendirilah yang merubahnya”.

Sudah jelas Tuhan tidak akan mengubah nasib hambanya, karena atas usaha

51
hambanya sendirilah yang bisa mengubah nasibnya itu. Adapun perbedaan antara

nasib buruk dan takdir. Kalau takdir, Tuhan yang menjadi penentunya, sedangkan

nasib buruk itu manusialah penyebabnya. Karena perbuatan buruk antara sesama

manusia menyebabkan menderitanya manusia yang lain, contohnya:

o Pembantu rumah tangga yang diperkosa, disekap, dan disiksa oleh

majikannya, sudah pantas jika majikannya itu diganjar dengan hukuman

penjara oleh pengadilan negeri supaya perbuatannya itu dapat diperbaiki

sekaligus merasakan penderitaan yang telah ia berikan kepada orang lain

dan pembantu yang telah menderita itu dipulihkan.

o Perbuatan buruk orang tua yang menganiaya anak kandungnya sendiri

sampai mengakibatkan kematian, sudah pantas jika dijatuhkan hukuman

oleh pengadilan negeri supaya perbuatannya itu dapat diperbaiki dan

sekaligus merasakan penderitaan anaknya.

o Perbuatan buruk para pejabat pada zaman orde lama dituliskan oleh

seniman Rendra dalam puisinya “Bersatulah pelacur–pelacur kota

Jakarta”, perbuatan buruk yang merendahkan derajat kaum wanita tidak

lebih dari pemuas nafsu seksual. Karya Rendra ini dipandang sebagai salah

satu usaha memperbaiki nasib buruk itu dengan mengkomunikasikannya

kepada masyarakat termasuk para pejabat dan pelacur ibu kota itu.

o Perbuatan buruk manusia terhadap lingkungannya pun dapat menimbulkan

penderitaan bagi manusia yang lainnya. Tetapi kebanyakan manusia tidak

menyadari karena perbuatannyalah yang menimbulkan penderitaan pada

manusia yang lainnya. Kebanyakan manusia baru menyadari kesalahannya

ketika bencana yang menimbulkan penderitaan bagi manusia yang lainnya

itu sudah terjadi. Contohnya:

52
─ Musibah banjir dan tanah longsor di Lampung Selatan yang

bermula dari penghunian liar di hutan lindung, kemudian dibabat

menjadi lahan tandus dan gundul oleh manusia-manusia penghuni

liar itu. Akibatnya beberapa jiwa jadi korban banjir, ratusan rumah

hancur, belum terhitung lagi jumlah ternak dan harta benda yang

hilang / musnah. Segenap lapisan masyarakat, pemerintah dan

ABRI bekerja sama untuk membebaskan para korban dari

penderitaan yang mereka alami tersebut.

─ Perbuatan lalai manusia, seperti kurang control terhadap tangki-

tangki penyimpanan gas–gas beracun dari perusahaan “Union

Carbide” di India. Gas–gas beracun dari tangki penyimpanan bocor

sehingga memenuhi dan mengotori daerah sekitarnya, yang

mengakibatkan ribuan penduduk penghuni daerah itu mati lemas,

dan cacat fisik. Inilah penderitaan manusia karena perbuatan lalai

dari pekerjaan atau pimpinan perusahaan itu. Ia bertanggung jawab

untuk memulihkan penderitaan manusia tersebut.

2. Penderitaan yang timbul karena penyakit, teguran / siksaan / azab dari

Tuhan.

Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau teguran / siksaan /

azab Tuhan. Namun kesabaran, tawakal, dan optimis dapat merupakan usaha

manusia untuk mengatasi penderitaan itu. Banyak contoh kasus penderitaan

semacam ini dialami oleh manusia. Bebebrapa kasus

penderitaan dapat diungkapkan berikut ini :

o Seorang anak lelaki yang buta sejak

diahirkan, diasuh dengan tabah oleh orang

53
tuanya. Ia disekolahkan dan kecerdasannya luar biasa. Walaupun ia tidak

dapat melihat dengan mata, tetapi hatinya terang benderang. Karena

kecerdasannya, ia memperoleh pendidikan sampai di universitas, dan

akhirnya memperoleh gelar Doktor di Universitas Sourbone Perancis. Dia

adalah Prof. Dr. Thaha Husein, guru besar Universitas di Kairo, Mesir.

o Nabi Ayub yang mengalami siksaan Tuhan, tetapi dengan sabar ia

menerima cobaan ini. Bertahun–tahun ia menderita penyakit kulit,

sehingga istrinya bosan merawatnya, dan ia dikucilkan. Berkat kesabaran

dan kepasrahannya kepada Tuhan, maka seiring berjalannya waktu Nabi

Ayub pun sembuh dan tampak lebih muda, sehingga istrinya tidak

mengenalinnya lagi. Disini kita dihadapkan kepada masalah sikap hidup

kesetiaan, kesabaran, tawakal, percaya, pasrah, tetapi juga sikap hidup

yang lemah, seperti kesetiaan dan kesabaran sang istri yang luntur, karena

penyakit Nabi Ayub yang cukup lama.

o Tenggelamnya Fir’aun di laut merah seperti disebutkan dalam Al–Qur’an

adalah azab yang dijatuhkan Tuhan kepada orang yang angkuh dan

sombong. Fir’aun adalah raja mesir yang mengaku dirinya Tuhan. Ketika

Fir’aun bersama bala tentaranya mengejar Nabi Musa dan para pengikutya

menyeberangi laut merah, laut itu terbelah dan Nabi Musa serta para

pengikutnya berhasil melewatinya. Ketika Fir’aun dan tentaranya berada

tepat ditengah belahan laut merah itu, seketika juga laut merah itu tertutup

lagi dan mereka semua tenggelam.

OPINI: dalam kasus ini, dapat saya simpulkan, yakni setiap perbuatan itu

pasti ada akibatnya. Perbuatan buruk yang dilakukan seseorang bukan

hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga keadaan sekitar. Untuk itu,

54
sebelum melakukan sebuah perbuatan, kita harus memikirkan matang-

matang sehingga tidak akan merugikan keadan sekitar.

F. Hubungan Manusia dan Penderitaan

Setiap manusia pasti mengalami penderitaan. Penderitaan adalah bagian kehidupan

manusia yang kodrati. Karena itu terserah kepada manusia itu sendiri unruk berusaha

mengurangi penderitaannya. Manusia adalah makhluk berbudaya, dangan budayanya itu

ia berusaha mengatasi penderiaannya. Penderitaan dikataka kodrati karena sudah menjadi

konsekwensi manusia hidup, bahwa manusia ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia,

melainkan juga menderita.

Manusia harus berjuang keluar dari penderitaannya karena pembebasan dari

penderitaan pada hakekatnya meneruskan kelangsungan hidup. Jadi, manusia tidak

ditakdirkan hanya untuk bahagia melainkan juga untuk menderita. Manusia lah yang

dapat mengubah penderitaannya sendiri agar menjadi kebahagiaan. Manusia dan

penderitaan tidak akan terpisahkan dan akan terus menjadi ujian yang membentuk

karakter dari individu.

Mahluk bernyawa memiliki sifat ingin tepenuhi segala hasrat dan keinginannya. Perlu

di pahami mahluk hidup selalu membutuhkan pembaharuan dalam diri, seperti

memerlukan bahan pangan untuk kelangsungan hidup, membutuh air dan udara. Dan

membutuhkan penyegaran rohani berupa ketenangan. Apa bila tidak terpenuhi manusia

akan mengalami penderitaan. Dan bila sengaja tidak di penuhi manusia telah melakukang

penganiayaan. Namun bila hasrat menjadi patokan untuk selalu di penuhi akan membawa

pada kesesatan yang berujung pada penderitaan kekal di akhirat.

Manusia sebagai mahluk yang berakal dan berfikir, tidak hanya menggunakan insting

namun juga pemikirannya dan perasaanya. Tidak hanya naluri namun juga nurani.

55
Manusia diciptakan sebagai mahluk yang paling mulia namun manusia tidak dapat berdiri

sendiri secara mutlah. Manusia perlu menjaga dirinya dan selalu mengharapkan

perlindungan kepada penciptanya. Manusia kadang kala mengalami kesusahan dalam

penghidupanya, dan terkadang sakit jasmaninya akibat tidak dapat memenuhi

penghidupanya.

Manusia memerlukan rasa aman agar dirinya terhidar dari penyiksaan. Karena bila

tidak dapat memenuhi rasa aman manusia akan mengalami rasa sakit. Manusia selau

berusaha memahami kehendak Allah, karena bila hanya memenuhi kehendak untuk

mencapai hasrat, walau tidak menderita didunia, namun sikap memenuhi kehendak hanya

akan membawa pada pintu-pintu kesesatan dan membawa pada penyiksaan didalam

neraka.

Manusia didunia melakukan kenikmatan berlebihan akan membawa pada penderitaan

dan rasa sakit. Muncul penyakit jasmani juga terkadang muncul dari penyakit rohani.

Manusia mendapat penyiksaan di dunia agar kembali pada jalan Allah dan menyadari

kesalahanya. Namun bila manusia tidak menyadari malah semakin menjauhkan diri maka

akan membawa pada pederitaan di akhirat.

Manusia didunia melakukan kenikmatan berlebihan akan membawa pada penderitaan

dan rasa sakit. Muncul penyakit jasmani juga terkadang muncul dari penyakit rohani.

Manusia mendapat penyiksaan di dunia agar kembali pada jalan Allah dan menyadari

kesalahanya. Namun bila manusia tidak menyadari malah semakin menjauhkan diri maka

akan membawa pada pederitaan di akhirat.

Banyak yang salah kaprah dalam menyikapi penderitaan. Ada yang menganggap

sebagai menikmati rasa sakit sehingga tidak beranjak dari kesesatan. Sangat terlihat

penderitaan memiliki kaitan dengan kehidupan manusia berupa siksaan, kemudian rasa

56
sakit, yang terkadang membuat manusia mengalami kekalutan mental. Apa bila manusia

tidak mampu melewati proses tersebut dengan ketabahan, di akherat kelak dapat

menggiring manusia pada penyiksaan yang pedih di dalam neraka. (Isfanurjaman, 2016)

Allah adalah pencipta segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Dialah yang maha

kuasa atas segala yang ada isi jagad raya ini. Beliau menciptakan mahluk yang bernyawa

dan tak bernyawa. Allah tetap kekal dan tak pernah terikat dengan penderitaan.

Mahluk bernyawa memiliki sifat ingin tepenuhi segala hasrat dan keinginannya. Perlu

di pahami mahluk hidup selalu membutuhkan pembaharuan dalam diri, seperti

memerlukan bahan pangan untuk kelangsungan hidup, membutuh air dan udara. Dan

membutuhkan penyegaran rohani berupa ketenangan. Apa bila tidak terpenuhi manusia

akan mengalami penderitaan. Dan bila sengaja tidak di penuhi manusia telah melakukang

penganiayaan. Namun bila hasrat menjadi patokan untuk selalu di penuhi akan membawa

pada kesesatan yang berujung pada penderitaan kekal di akhirat. Manusia sebagai mahluk

yang berakal dan berfikir, tidak hanya menggunakan insting namun juga pemikirannya

dan perasaanya. Tidak hanya naluri namun juga nurani.

Manusia diciptakan sebagai mahluk yang paling mulia namun manusia tidak dapat

berdiri sendiri secara mutlah. Manusia perlu menjaga dirinya dan selalu mengharapkan

perlindungan kepada penciptanya. Manusia kadang kala mengalami kesusahan dalam

penghidupanya, dan terkadang sakit jasmaninya akibat tidak dapat memenuhi

penghidupanya.

Manusia memerlukan rasa aman agar dirinya terhidar dari penyiksaan. Karena bila

tidak dapat memenuhi rasa aman manusia akan mengalami rasa sakit. Manusia selau

berusaha memahami kehendak Allah, karena bila hanya memenuhi kehendak untuk

mencapai hasrat, walau tidak menderita didunia, namun sikap memenuhi kehendak hanya

57
akan membawa pada pintu-pintu kesesatan dan membawa pada penyiksaan didalam

neraka.

Manusia didunia melakukan kenikmatan berlebihan akan membawa pada penderitaan

dan rasa sakit. Muncul penyakit jasmani juga terkadang muncul dari penyakit rohani.

Manusia mendapat penyiksaan di dunia agar kembali pada jalan Allah dan menyadari

kesalahanya. Namun bila manusia tidak menyadari malah semakin menjauhkan diri maka

akan membawa pada pederitaan di akhirat.

Banyak yang salah kaprah dalam menyikapi penderitaan. Ada yang menganhap

sebagai menikmati rasa sakit sehingga tidak beranjak dari kesesatan. Sangat terlihat

penderitaan memiliki kaitan dengan kehidupan manusia berupa siksaan, kemudian rasa

sakit, yang terkadang membuat manusia mengalami kekalutan mental. Apa bila manusia

tidak mampu melewati proses tersebut dengan ketabahan, di akherat kelak dapat

menggiring manusia pada penyiksaan yang pedih di dalam neraka. (naufal, 2016)

G. Pengaruh Penderitaan Terhadap Manusia

Manusia yang mengalami Penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh

bermacam- macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap

positif ataupun sikap negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia,

sikap kecewa, putus asa, ingin mengakhiri hidupnya. Sikap ini sering diungkapkan

dalam peribahasa “sesal kemudian tak berguna” dan “nasi sudah menjadi bubur”.

Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat timbul sikap anti, misalnya anti kawin atau

tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup dan lain-lain.

Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup

bukan hanya rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari

58
penderitaan, dan penderitaan itu merupakan bagian dari kehidupan. Sikap positif

biasanya kreatif, tidak mudah menyerah, bahkan mungkin timbul sikap keras atau

sikap anti, misalnya sikap anti kawin paksa, ia berjuang menentang kekerasan, dan

lain-lain.

Oleh karena itu, penderitaan belum tentu tidak bermanfaat bagi seseorang

tergantung bagaimana seseorang itu menyikapi penderitaanya bila ia pesimis maka

yang didapat hanya kegelapan dalam hidupnya dan kesengsaraan, sedangkan dengan

optimis seseorang mendapat hikmah dari suatu penderitaan.

H. Penderitaan dan Perjuangan

Setiap manusia pasti mengalami penderitaan, baik secara berat ataupun ringan.

Penderitaan adalah bagian kehidupan manusia yang bersifat kodrat. Karena itu terserah

kepada manusia itu sendiri untuk berusaha mengurangi penderitaan itu semaksimal mungkin,

bahkan menghindari atau menghilangkannya sama sekali. Penderitaan dikatakan sebagai

kodrat manusia, artinya sudah menjadi konsekwensi manusia hidup, bahwa manusia hidup

ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia, melainkan juga menderita. Karena itu manusia hidup

tidak boleh pesimis, yang menganggap hidup sebagai rangkaian penderitaan. Manusia harus

optimis, ia harus berusaha mengatasi kesulitan hidupnya. Allah SWT berfirman dalam surah

Arra’du ayat 11, bahwa “Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang kecuali orang itu sendiri

yang berusaha merubahnya”.

Manusia adalah makhluk berbudaya. Dengan budayanya itu, ia berusaha mengatasi

penderitaan yang mengancam atau dialaminya. Hal ini membuat manusia itu kreatif, baik

bagi penderita sendiri maupun bagi orang lain yang melihat atau mengamati penderitaan.

59
Pembebasan dari penderitaaan pada hakekatnya meneruskan kelangsungan hidup.

Caranya ialah berjuang menghadapi tantangan hidup dalam alam lingkungan, masyarakat

sekitar, dengan waspada, dan disertai doa kepada Tuhan supaya terhindar dari bahaya dan

malapetaka. Kita sebagai manusia hanya bisa merencanakan namun Tuhanlah yang

menentukan hasilnya.

I. Cara Manusia Menghadapi Penderitaan

Dalam menghadapi penderitaan, setiap orang pasti melakukan hal yang berbeda untuk

menahan atau menyikapinya. Ada yang menyikapinya dengan tindakan positif dan ada yang

negatif, contoh yang positif misalnya ia akan lebih berusaha agar tidak mendapatkan

penderitaan yang ia sudah alami bahkan bisa menjadikannya sebagai sebuah peluang dalam

melakukan sebuah inovasi baru, sedangkan yang negatif, ia akan trauma dan membuat

kondisi ia menjadi labil karena terlalu berlebihan menyikapi penderitaannya dan bahkan

sampai ingin bunuh diri. Untuk itu kesehatan rohani setiap orang harus dijaga agar terhindar

dari kekalutan mental yang bisa merusak psikis kita.

Semua orang pastilah menginginkan kehidupan yang bahagia setiap saat. Tapi, pada

kenyataannya tak ada satupun kebahagiaan di dunia ini yang bisa bertahan selamanya. Ada

juga saat-saat dimana kita mengalami yang namanya penderitaan, Ada 6 cara manusia

menghadapi penderitaan.

1. Selalu ingat bahwa tak ada yang abadi di dunia ini termasuk juga penderitaan

Sama halnya dengan kebahagiaan, penderitaan pun tidak abadi dan bertahan

selamanya. Ada saat dimana penderitaan itu juga akan pergi jauh dari kehidupan kita,

yang membedakan hanyalah cara dan cepat lambatnya penderitaan tersebut berakhir.

60
Jadi, dengan memahami hal ini semoga kita bisa lebih kuat dan tabah dalam

menghadapi segala penderitaan.

2. Lihatlah penderitaan tersebut dari sudut pandang yang berbeda

Mungkin, masalah dan penderitaan yang terjadi tidak benar-benar bertujuan untuk

membuat kita merasakan penderitaan saja. Ada hal-hal yang bisa dipelajari dari setiap

penderitaan yang dirasakan, kalau kita mau mencoba untuk melihat dari sudut

pandang yang berbeda. Mungkin saja, penderitaan tersebut memberi kita pelajaran

penting yang berguna sebagai 'bekal' dalam menjalani hidup ini. Mungkin juga,

penderitaan tersebut berasal dari kesalahan sendiri sehingga dari situ kita bisa belajar

untuk tidak melakukan kesalahan yang sama.

3. Segera berfokus pada solusi, bukan pada penderitaan yang sedang dialami

Seringkali kita terlalu berkutat pada masalah dan penderitaan hidup yang kita alami.

Kadang, cukup banyak orang yang terlalu mendramatisir penderitaan yang ia alami.

Sehingga, bukan jalan keluar atau solusi yang ia usahakan untuk mengatasi

penderitaan tersebut. Akhirnya, penderitaan semakin berat ia rasakan. 

4. Berhenti menyalahkan keadaan

Memang, paling mudah untuk menyalahkan keadaan saat kita mengalami masalah

yang membuat kita menderita. Tapi, dengan terus-menerus menyalahkan keadaan

hanya akan memperburuk penderitaan yang kita alami. Jadi, segera stop kebiasaan

buruk tersebut. Lebih baik kita fokus pada solusi dan jalan keluar. Setidaknya, hal

tersebut lebih baik daripada hanya menyalahkan keadaan. Penderitaan yang kita alami

akan terasa semakin berat kalau kita tidak belajar untuk melepas. Melepas disini

61
maksudnya adalah merasa ikhlas dan tidak terikat pada hal-hal yang sebenarnya

membuat kita menderita.

5. Cobalah belajar untuk melepaskan

Saat kita terlalu berharap, disitulah kita harus belajar menerima bahwa ada

kemungkinan kenyataan itu jauh dari harapan kita. Kalau hal itu benar-benar terjadi,

maka belajar melepaskan merupakan cara yang bijak untuk mengurangi penderitaan

yang kita rasakan.

6. Sadarilah, di luar sana mungkin saja masih banyak yang lebih menderita dari

kita

Bukan bermaksud membandingkan, tapi pernahkah kita membuka mata hati untuk

melihat penderitaan orang lain? Cukup banyak orang yang hanya berfokus pada

penderitaan dirinya sendiri yang mungkin tidak seberapa dibandingkan penderitaan

orang lain. Dengan begitu, kita bisa belajar untuk lebih bersyukur dan berempati pada

orang lain.

Akhir kata, jangan pernah menyerah pada penderitaan yang kita alami. Hadapi penderitaan

tersebut dengan lapang dada, usaha, serta doa. 

62
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada hakekatnya semua rasa penderitaan, siksaan, kekalutan mental dengan manusia

itu berdampingan bahkan penderitaan itu selalu ada pada setiap manusia karena

penderitaan merupakain rangkaian dari kehidupan. Setiap orang pasti pernah mengalami

penderitaan, siksaan, ataupun kekalutan mental.

Apabila dikelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab-sebab timbulnya

penderitaan, maka penyebab penderitaan manusia dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu:

1. Penderitaan yang datang karena sebab perbuatan buruk orang lain.

Penderitaan yang menimpa seseorang karena perbuatan buruk orang lain dapat

terjadi pada hubungan manusia dengan lingkungan. Seseorang yang melakukan

perbuatan buruk kepada orang lain akan mendatangkan penderitaan kepada orang

tersebut. Perbuatan buruk seseorang terhadap lingkungannya juga menyebabkan

penderitaan bagi orang banyak. Kesadaran dan penyesalan akan timbul setelah

musibah yang membuat orang lain menderita.

2. Penderitaan yang datang karena ujian atau siksaan Tuhan/Allah

Penderitaan manusia dapat juga datang dari Allah. Allah menguji seseorang

dengan suatu penderitaan untuk menguji keimanan dan kesabaran hamba-Nya.

Sedangkan siksaan Allah datang karena perbuatan buruk seorang hamba sebagai

balasan atas perbuatan tersebut. Kesabaran dan optimisme dapat menjadi usaha

manusia untuk mengatasi penderitaan itu.

63
Semua hal itu dapat teratasi tergantung bagaiamana seseorang menyikapi hal tersebut.

Banyak hikmah dan pelajaran yang dapat diambil dari penderitaan, siksaan, dan kekalutan

mental. Tidak semua yang dialami oleh seseorang membawa pengaruh buruk bagi orang

yang mengalaminya. Melainkan dengan penderitaan, kita dapat mengetahui kesalahan apa

yang telah kita perbuat atau sebagai media untuk menginstropeksi diri. Karena

penderitaan, siksaan, dan kekalutan mental tidak akan muncul jika tidak ada

penyebabnya.

B. Saran

Agar manusia tidak mengalami penderitaan, siksaan, dan kekalutan mental yang

berat. untuk itu manusia harus bisa menjaga sikap dan perilaku baik kepada sesama

manusia, alam sekitar, maupun kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan kita

menjaga sikap dan perilaku antar sesama manusia, alam sekitar, dan Tuhan Yang Maha

Esa, kita akan hidup dengan nyaman dan tenteram, tidak ada gangguan dari siapapun.

Selain itu, kita harus yakin dan percaya bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan

diluar batas kemampuan umatnya.

64
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, D. (2020, Mei 5). Filsafat Penderitaan: Dari Kesengsaraan Menuju Harapan. Retrieved

from filsafat-penderitaan-dari-kesengsaraan-menuju-harapan:

https://www.kompasiana.com/dedealamsyah1335/5eafa762d541df08e4693f73/filsafat-

penderitaan-dari-kesengsaraan-menuju-harapan

antonius. (2020, Juni 22). MANUSIADAN PENDERITAAN. Retrieved from senen-22-juni-jam-09-

budaya-dasar-antonius: https://stie-igi.ac.id/wp-content/uploads/2020/06/senen-22-juni-

jam-09-budaya-dasar-antonius.pdf

Aryati, A. (2018, Juli 11). MEMAHAMI MANUSIA MELALUI DIMENSI FILSAFAT. Retrieved from

https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/elafkar/article/download/1602/1377:

https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/elafkar/article/download/1602/1377

Dr. HM. Zainuddin, M. (2013, November 11). MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT. Retrieved

from manusia-dalam-perspektif-filsafat: https://www.uin-malang.ac.id/r/131101/manusia-

dalam-perspektif-filsafat.html

FAJARKUKUH. (2014). CONTOH – CONTOH BENTUK PENDERITAAN, SIKSAAN, DAN

KEKALUTANMENTAL DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI. (TULISAN III). Diakses pada tanggal

28 Januari 2022. Retrieved from https://terangsaja.wordpress.com/2014/12/28/contoh-


contoh-bentuk-penderitaan-siksaan-dan-kekalutan-mental-dalam-kehidupan-sehari-hari-
tulisan-iii/

FAUSTA, H. (2020, 4 29). MANUSIA DAN ALAM SEMESTA DARI PANDANGAN AGAMA KRISTEN.

Retrieved from manusia-dan-alam-semesta-dari-pandangan-agama-kristen:

https://binus.ac.id/character-building/2020/04/manusia-dan-alam-semesta-dari-

pandangan-agama-kristen/#:~:text=MANUSIA%20DAN%20ALAM%20SEMESTA%20DARI

65
%20PANDANGAN%20AGAMA%20KRISTEN,-29%20Apr%202020&text=Manusia

%20merupakan%20satu%2Dsatunya%20makhluk%20ciptaa

Mulyadi. (2017, Mei 10). HAKIKAT MANUSIA DALAM PANDANGAN ISLAM. Retrieved from

jurnal/index.php/attaujih/article/view/539:

https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/attaujih/article/view/539

Olson, V. (2016, Mei 18). MANUSIA PERSPEKTIF HINDU. Retrieved from manusia-perspektif-hindu:

http://trisnadeviberbagiilmupengetahuan.blogspot.com/2016/05/manusia-perspektif-

hindu.html

Om.makplus. (2015, Desember 31). Pengertian Manusia Serta Definisi Manusia Menurut Para Ahli.

Retrieved from pengertian-manusia-definisi-menurut-ahli: http://www.definisi-

pengertian.com/2015/12/pengertian-manusia-definisi-menurut-ahli.html

Pangestu, W. A. (2019, Juli 6). MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR“Manusia Dan Penderitaan”.

Retrieved from Manusia-Dan-Penderitaandocx:

https://www.coursehero.com/file/51348055/Manusia-Dan-Penderitaandocx/

Paristiyanti Nurwardani, dkk. (2016), PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNTUK PERGURUAN TINGGI.

Retrieved from https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/mkwu/5-PendidikanAgamaKatolik.pdf

RIZQI, A. F. (2016, April 10). MAKALAH MANUSIA DAN PENDERITAAN. Retrieved from makalah-

manusia-penderitaan: http://myfatihurrizqi.blogspot.com/2016/04/makalah-manusia-

penderitaan.html

Sada, H. J. (2016, 5 7). MANUSIA DALAM PERSPSEKTIF AGAMA ISLAM. Retrieved from media.neliti:

https://media.neliti.com/media/publications/56722-ID-none.pdf

Wacana, T. B. (2021, Juli 7). Hidup Itu Mudah, yang Sulit Caranya. Retrieved from hidup-itu-mudah-

yang-sulit-caranya: https://kemenag.go.id/read/hidup-itu-mudah-yang-sulit-caranya-n3br2

66
wikipedia. (2021, Desember 7). Manusia. Retrieved from Manusia:

https://id.wikipedia.org/wiki/Manusia

67

Anda mungkin juga menyukai