Anda di halaman 1dari 53

MAKALAH

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR


"MANUSIA DAN PENDERITAAN"

OLEH:
MUHAMMAD REGI DILAPANGA
711345118045

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah sebesar pujian yang dapat memenuhi kesyukuran

atas nikmat-Nya kepada kita semua sehingga penyusunan makalah ini dapat

terselesaikan. Rahmat yang paling utama dan salam yang paling sempurna semoga

terlimpah kepada penutup para nabi dan rasul, Muhammad Saw. pembawa agama

yang sangat bijaksana dan terpelihara dari segala macam perubahan dan

pergantian berkat pemeliharaan Allah Rabb al ‘Alamin sampai hari akhir.

Makalah ini berjudul “Manusia dan Penderitaan” yang disusun untuk

memenuhi salah satu tugas mata Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) yang

dibimbing oleh Dr. Grace K.I. Langi,S.Pd,SST,MPHM. Makalah ini disusun

bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai manusia dan penderitaan.

Penulis sangat berterimakasih kepada berbagai pihak yang telah

memberikan dorongan, bantuan, serta do’anya sehingga makalah ini dapat selesai

tepat pada waktu-Nya. Namun demikian, penulis meminta masukan berupa

kritikan dan saran dari seluruh pihak.

Diharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membacanya. Aamiin.

Manado, 29 Januari 2022

Penulis

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
1. Apakah pengertian dari manusia ?..............................................................................1
2. Apakah pengertian dari Penderitaan itu ?...................................................................1
3. Apakah sebab-sebab timbulnya penderitaan ?............................................................1
4. Bagaimanakah pengaruh penderitaan terhadap manusia............................................1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2
A. Pengertian Manusia.............................................................................................2
B. Pengertian Penderitaan......................................................................................27
C. Hubungan Manusia dan penderitaan...............................................................40
D. Cara Manusia Menghadapi Penderitaan..........................................................45
BAB III PENUTUP.......................................................................................................45
A. Kesimpulan.........................................................................................................45
B. Saran...................................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................47

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Setiap manusia yang hidup di dunia pasti pernah merasakan penderitaan.

Baik itu ringan atau berat. Hidup tidaklah selalu bahagia tuhan memiliki

caranya sendiri untuk mengukur sebarapa kuat iman kepadanya.

Hidup di duniapun tidak selalu menderita, sedih, ataupun susah.

Terkadang saat manusia terlalu terbuai dengan kesenangan duniawi

manusia akan melupakan batasan-batasan yang ada sehingga tuhan akan

memberikan cobaan untuknya yang membuatnya menderita. Penderitaan

selalu datang tak terduga, manusia takkan pernah tau kapan, jam

berapa, menit ke berapa, dan detik ke berapa penderitaan akan

datang menghampiri hidupnya. Manusia hanya perlu menjalani hidupnya

dengan sebaik baiknya dengan aturan yang berlaku dan sesuai kepercayaan

yang ia anut (Pangestu, 2019).

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari manusia ?

2. Apakah pengertian dari Penderitaan itu ?.

3. Apakah sebab-sebab timbulnya penderitaan ?

4. Bagaimanakah pengaruh penderitaan terhadap manusia.

C. Tujuan Penulisan

1
Tujuan dari pembahasan materi ini adalah untuk mengetahui lebih jelas

tentang manusia, penderitaan manusia dan bentuk-bentuk dari penderitaan

manusia.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia

Manusia atau orang (Homo sapiens, bahasa Latin yang berarti "manusia

yang tahu") adalah spesies primata dengan populasi yang terbesar, persebaran

yang paling luas, dan dicirikan dengan kemampuannya untuk berjalan di atas

dua kaki serta otak yang kompleks yang mampu membuat peralatan, budaya,

dan bahasa yang rumit. Kebanyakan manusia hidup dalam struktur sosial yang

terdiri atas kelompok-kelompok tertentu yang pada gilirannya dapat bersaing

atau membantu satu sama lain mulai dari kelompok keluarga kecil

dengan hubungan kekerabatan hingga kelompok politik yang besar

atau negara. Interaksi sosial antarmanusia membuat keberagaman 

nilai, norma, dan ritual di dalam masyarakat manusia. Keinginan manusia

untuk tahu dan mempengaruhi lingkungan sekitarnya memunculkan

perkembangan dalam filsafat, ilmu, mitologi, dan agama.

2
Penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia, mulai

dari janin, bayi, balita, anak-anak, remaja, akil balik, pemuda/i, dewasa, dan

(orang) tua.

Selain itu masih banyak penggolongan-penggolongan yang lainnya,

berdasarkan ciri-ciri fisik (warna kulit, rambut, mata; bentuk hidung; tinggi

badan), afiliasi sosio-politik-agama (penganut agama/kepercayaan XYZ,

warga negara XYZ, anggota partai XYZ), hubungan kekerabatan (keluarga:

keluarga dekat, keluarga jauh, keluarga tiri, keluarga angkat, keluarga asuh;

teman; musuh) dan lain sebagainya (wikipedia, 2021).

Terdapat banyak definisi menurut para ahli ternama tentang manusia

namun pengertiannya definisi manusia itu sendiri bisa pahami secara bahasa

bahwa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang

berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu

menguasai makhluk lain).  Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah

konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok

(genus) atau seorang individu.

Manusia juga dapat diartikan berbeda-beda baik menurut sudut

pandang biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara

3
biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin untuk

manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang

dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka

dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama,

dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk

hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain.

Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan

penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta

perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk

membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta

pertolongan. 

Manusia merupakan makhluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi

dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran,

pertumbuhan, perkembangan, mati, dan seterusnya, serta terkait dan

berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal

balik positif maupun negatif. Manusia adalah makhluk yang terbukti

berteknologi tinggi. Ini karena manusia memiliki perbandingan massa otak

4
dengan massa tubuh terbesar diantara semua makhluk yang ada di bumi.

Walaupun ini bukanlah pengukuran yang mutlak, namun perbandingan massa

otak dengan tubuh manusia memang memberi kan petunjuk dari segi

intelektua lrelatif (Om.makplus, 2015).

Beberapa Pengertian Manusia Menurut Para Ahli :

1. Paula J. C. & Janet W. K.

Menurut Paula J. C. & Janet W. K. Manusia merupakan makhluk yang

terbuka, bebas memilih makna di dalam setiap situasi, mengemban tanggung

jawab atas setiap keputusan, yang hidup secara berkelanjutan, serta turut

menyusun pola hubungan antar sesama dan unggul multidimensional dengan

berbagai kemungkinan.

2. Omar Mohammad Al – Toumi Al – Syaibany

Menurut Omar Mohammad Al – Toumi Al – Syaibany, pengertian

manusia adalah makhluk yang mulia. Masuia merupakan makhluk yang

mampu berpikir, dan menusia merupakan makhluk 3 dimensi (yang terdiri

dari badan, ruh, dan kemampuan berpikir / akal). Manusia di dalam proses

tumbuh kembangnya dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor

keturunan dan faktor lingkungan.

5
3. Kees Bertens

Menurut Kees Bertens, manusia adalah setiap makhluk yang terdiri dari

dua unsur yang satuannya tidak dapat dinyatakan dalam bentuk apapun.

4. Upanisads

Menurut Upanisads, manusia merupakan sebuah kombinasi dari beberapa

unsur kehidupan seperti roh (atman), pikiran, jiwa, dan prana (tubuh / fisik).

5. Nicolaus D. & A. Sudiarja

Menurut Nicolaus D. & A. Sudiarja, manusia adalah bhineka, akan tetapi

tunggal. Manusia disebut bhineka karena ia mempunyai jasmai dan rohani,

sedangkan disebut tunggal karena hanya berupa satu benda / barang saja.

6. Abineno J. I

Menurut Abineno J. I, manusia adalah “tubuh yang dilengkapi dengan jiwa

/ berjiwa” dan bukan “jia abadi yang berada atau pun yang terbungkus di

dalam sebuah tubuh / badan yang fana / tidak nyata”.

7. Sokrates

6
Menurut Sokrates, pengertian manusia adalah makhluk hidup yang

memiliki dua kaki, yang tidak berbulu, dan memiliki kuku datar berukuran

lebar.

8. I Wayan Watra

Menurut I Wayan Warta, manuisa merupakan makhluk yang dinamis yang

menganut trias dinamika yaitu cipta, karsa, dan rasa.

9. Erbe Sentanu

Menurut Erbe Sentanu, manusia merupakan makhluk sebaik – baiknya

yang diciptakan oleh Tuhan. Bahkan, dapat dikatakan manusia merupakan

ciptaan Tuhan yang paling sempurna jika dibandingkan dengan makhluk

citaannya yang lain.

10. Agung. P. P.

Menurut Agung P. P., Manusia dapat diartikan sebagai makhluk ciptaan

Tuhan yang paling sempurna, yang tersusun atas kesatuan fisik, ruh / jiwa, dan

akal pikiran yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan lingkungannya.

1. Manusia dalam pandangan filsafat

7
Filsafat manusia atau antropologi filsafat merupakan bagian integral dari

sistem Filsafat yang secara spesifik menyoroti hakikat atau esensi manusia.

Sebagai bagian dari sistem filsafat, secara metodis ia memiliki kedudukan

yang kurang lebih setara dengan cabang-cabang filsafat lainnya seperti; etika,

kosmologi, epistemologi, filsafat sosial dan estetika. Semua cabang filsafat

tersebut pada prinsipnya bermuara pada esensi manusia dengan menyoroti

gejala dan kejadian manusia secara sintesis dan reflektif, serta memiliki ciri-

ciri ekstensif, intensif dan kritis. Kalau demikian, maka dengan mempelajari

filsafat manusia bererti kita dibawa ke dalam panorama pengetahuan yang

sangat luas, dalam dan kritis, yang menggambarkan esensi manusia. Panorama

pengetahuan seperti itu, paling tidak memiliki manfaat ganda yakni manfaat

praktis dan teoritis.

1. Tahap Estetis

Tahap estetis adalah tahap di mana orientasi hidup manusia sepenuhnya

diarahkan untuk mendapatkan kesenangan. Pada tahap ini manusia dikuasai

oleh naluri-naluri seksual (libido), oleh prinsip-prinsip kesenangan yang

hedonistik, dan biasanya bertindak menurut suasana hati (mood). Kierkegaard

mengambil sosok Don Juan sebagai model manusia estetis. Don Juan hidup

8
sebagai hedonis yang tidak mempunyai komitmen dan keterlibatan apapun

dalam hidupnya. Ia tidak mempunyai passion dalam menyikapi dan

menindaklanjuti suatu persoalan. Tidak ada cinta dan tidak ada ketertarikan

untuk mengikatkan diri dalam suatu perkawinan, selain keinginan untuk

berpetualang dengan wanita. Cinta dan wanita adalah hambatan untuk

petualangan dan untuk kebebasan dan oleh sebab itu bisa dianggap

mengurangi kesenangan. Modela manusia estetis hidup untuk dirinya sendiri,

untuk kesenangan dan kepentingan pribadinya.

Manusia estetis pun adalah manusia yang hidup tanpa jiwa. Ia tidak

mempunyai akar dan isi di dalam jiwanya. Kemauannya adalah menginkatkan

diri pada kecenderungan masyarakat dan zamannya. Yang menjadi trend

dalam masyarakat menjadi petunjuk hidupnya dan oleh sebab itu ia ikuti

secara seksama. Namun kesemuanya itu tidak dilandasi oleh passion apapun,

selain keinginan untuk sekedar mengetahui dan mencoba. Hidupnya tidak

mengakar dalam, karena dalam pandangannya pusat kehidupan itu ada di

dunia luar. Panduan hidup dan moralitasnya ada pada masyarakat dan

kecenderungan zamannya.

Manusia estetis bisa mewujud pada siapa saja, termasuk pada para filusuf,

ilmuwan, sejauh mereka tidak memiliki passion, tidak mempunyai antusiasme,

9
komitmen dan keterlibatan tertentu dalam hidupnya. Jiwa estetis mereka

tampak dari pretensi mereka untuk menjadi “penonton obyektif” kehidupan.

Mereka hanya mengamati dan mendeskripsikan setiap kejadian yang mereka

amati dan

10
alami dalam kehidupan tanpa berusaha untuk melibatkan diri ke dalamnya.

Manusia estetis tidak tahu lagi apa yang sebetulnya diinginkannya, karena

hidupnya tergantung pada mood dan trend dalam masyarakat dan zamannya.

Yang pada akhirnya model manusia setetis ini, hidupnya hampir tidak bisa

lagi menentukan pilihan karena semakin banyak alternatif yang ditawarkan

masyarakat dan zamannya. Jalan keluarnya hanya ada dua; bunuh diri (atau,

bisa juga lari dalam kegilaan) atau masuk dalam tingkatan hidup yang lebih

tinggi, yakni tingkatan etis.

2. Tahap Etis

Memilih hidup dalam tahap etis berarti mengubah pola hidup yang semula

estetis menjadi etis. Ada semacam “pertobatan” di sini, di mana individu

mulai menerima kebajikan-kebajikan moral dan memilih untuk mengikatkan

diri kepadanya. Prinsip kesenangan (hedonisme) dibuang jauh-jauh dan

sekarang ia menerima dan menghayati nilai-niulai kemanusiaan yang bersifat

universal. Sudah mulai ada passion dalam menjalani kehidupan berdasarkan

nilai-nilai kemanusiaan yang dipilihnya secara bebas. Perkawinan merupakan

langkah perpindahan dari eksistensi estetis ke eksistensi etis. Prinsip

kesenangan dan naluri seksual tidak diproyeksikan langsung dalam

petualangannya dengan wanita, melainkan disublimasikan untuk tugas-tugas

11
kemanusiaan. Hidup manusia etis tidak untuk kepentingannya sendiri,

melainkan demi nilai-nilai kemanusiaan yang jauh lebih tinggi. Jiwa individu

etis mulai terbentuk, sehingga hidupnya tidak lagi tergantung pada masyarakat

dan zamannya. Akar-akar kepribadiannya cukup tangguh dan kuat. Akar

kehidupannya ada dalam dirinya sendiri dan pedoman hidupnya adalah nilai-

nilai kemanusiaan yang lebih tinggi. Maka, dengan berani dan percaya diri ia

akan mengatakan “tidak” pada setiap trend yang tumbuh dan berkembang

dalam masyarakat dan zamannya, sejauh trend itu tidak sesuai dengan “suara

hati” dan kepribadiannya. Manusia etis pun akan sanggup menolak tirani atau

kuasa dari luar, baik yang bersifat represif maupun nonrepresif, sejauh tirani

atau kuasa itu tidak sejalan dengan apa yang diyakininya.

3. Tahap Religius

Keotentikan hidup manusia sebagai subyek atau “aku” baru akan tercapai

kalau individu dengan “mata tertutup” lompat dan meleburkan diri dalam

realitas Tuhan. Lompatan dari tahap etis

12
ke tahap religius jauh lebih sulit dan sublim daripada lompatan dari tahap

estetis ke tahap etis, maka secara rasional kita bisa mempertimbangkan segala

konsekuensi yang mungkin akan kita hadapi, sedangkan lompatan dari tahap

etis ke tahap religius nyaris tanpa pertimbangan-pertimbangan rasional. Tidak

dibutuhkan alasan atau pertimbangan rasional dan ilmiah di sini. Yang

diperlukan hanyalah keyakinan subyektif yang berdasarkan pada iman.

Hidup dalam Tuhan adalah hidup dalam subyektivitas transenden, tanpa

rasionalisasi dan tanpa ikatan pada sesuatu yang bersifat duniawi atau

mundane. Individu yang hendak memilih jalan religius tidak bisa lain kecuali

berani menerima subyektivitas transendennya itu- subyektivitas yang hanya

mengikuti jalan Tuhan dan tidak lagi tertarik baik pada nilai-nilai

kemanusiaan yang bersifat universal (eksistensi etis) maupun pada tuntutan

pribadi dan masyarakat atau zamannya (tahap estetis) (Aryati, 2018).

Manusia adalah makhluk mukallaf, yang dibebani kewajiban dan tanggung

jawab. Dengan akal pikirannya ia mampu menciptakan kreasi spektakuler

berupa sains dan teknologi. Manusia juga bagian dari realitas kosmos yang

menurut para ahli pikir disebut sebagai  al-kain an-natiq,  “makhluk yang

berbicara” dan “makhluk yang memiliki nilai luhur”. Menurut Al-‘Aqqad

13
(1973:21), manusia lebih tepat dijuluki “makhluk yang berbicara” dari pada

sebagai “malaikat yang turun ke bumi” atau “binatang yang berevolusi”, sebab

manusia lebih mulia ketimbang semua itu. Alasan ‘Aqqad ini tidaklah

berlebihan, sebab menurutnya, “malaikat yang turun ke bumi“ tidak

mempunyai kedudukan sebagai pembimbing ke jalan yang baik maupun yang

buruk, demikian pula “binatang yang berevolusi”. Hanya manusialah yang

mampu memikul beban dan tanggung jawab yang diamanatkan oleh Allah

kepadanya. Oleh sebab itu, tidak heran pula jika ada yang mengatakan, bahwa

manusia adalah “pencipta kedua” setelah Tuhan. Hal ini dapat kita pahami,

betapa manusia yang dianugerahi rasio oleh Tuhan itu mampu menciptakan

kreasi canggih berupa sains dan teknologi, sementara malaikat diperintah

sujud kepadanya karena tak mampu bersaing secara intelektual (Dr. HM.

Zainuddin, 2013).

2. Manusia dalam perspektif agama islam

Manusia, pada hakikatnya sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah SWT,

menurut kisah yang diterangkan dalam sumber utama ajaran Islam yaitu Al-

Quran, bahwa Allah menciptakan manusia berikut dengan tugas-tugas mulia

yang diembanya.

14
Islam menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan manusia berasal dari

tanah, kemudian menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya

menjadi makhluk Allah SWT yang paling sempurna dan memiliki berbagai

kemampuan.

Allah SWT sudah menciptakan manusia ahsanu taqwim, yaitu sebaik-baik

cipta dan menundukkan alam beserta isinya bagi manusia agar manusia dapat

memelihara dan mengelola serta melestarikan kelangsungan hidup di alam

semesta ini.

Al-Quran tidak memaparkan secara rinci asal-usul manusia tercipta. Al-

Quran hanya menerangkan tentang prinsipnya saja. Terdapat Ayat-ayat al-

Quran mengenai penciptaan Manusia terdapat pada beberapa surat surat Nuh:

17, surat Ash-Shaffat ayat 11, surat AlMukminuun 12-13, surat Ar-Rum ayat :

20, Ali Imran ayat: 59, surat As-Sajdah: 7-9, surat Al-Hijr ayat: 28, dan Al-

Hajj ayat: 5. (Depag, 2003)

Al-Quran menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah dengan

bermacammacam istilah, seperti : Turaab, Thieen, Shal-shal, dan Sulalah.

Dapat diartikan sesungguhnya Allah menciptakan jasad manusia dari berbagai

macam unsur kimiawi yang ada pada tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam

15
proses berikutnya tidak terdapat dalam Al-Quran secara rinci. Ayat-ayat

Quran yang menyebutkan manusia diciptakan dari tanah, pada umumnya

hanya dipahami secara lahiriah saja. Menimbulkan pendapat sesungguhnya

manusia diciptakan oleh Allah SWT berasal dari tanah, karena Allah maha

kuasa, segala sesuatu pasti dapat terjadi.

Disisi lain sebagian dari umat Islam memiliki asumsi bahwa Nabi Adam

AS. bukan manusia yang pertama diciptakan. Pendapat ini didasarkan pada

asumsi bahwa: Ayat-ayat Quran yang menerangkan tentang manusia

diciptakan berasal dari tanah bukan berarti bahwa seluruh unsur kimia yang

ada pada tanah turut mengalami reaksi kimia. Hal itu sebagaiman pernyataan

bahwa tumbuh-tumbuhan merupakan bahan makanannya berasal dari tanah,

sebab semua unsur kimia yang ada pada tanah tidak semua ikut diserap oleh

tumbuh-tumbuhan, tetapi hanya sebagian saja.(Rahmat, 1991).

Oleh karenanya bahan-bahan yang membentuk manusia disebutkan dalam

al-Quran merupakan petunjuk bagi manusia disebutkan dalam al-Quran,

sebenarnya bahan-bahan yang membentuk manusia yaitu menthe, air, dan

ammonia terdapat pada tanah, untuk kemudian bereaksi kimiawi. Jika

dinyatakan istilah “Lumpur hitam yang diberi bentuk

16
“ (mungkin yang dimaksud adalah bahan-bahan yang ada pada Lumpur hitam,

kemudian diolah dalam bentuk reaksi kimia) (Sada, 2016).

Konsep manusia dalam pandangan Islam adalah konsep sentral bagi setiap

disiplin ilmu sosial kemanusiaan yang menjadikan manusia sebagai objek

formal dan materialnya. Agar konsep manusia yang kita bangun bukan

semata-mata merupakan konsep yang spekulatif, maka kita mesti bertanya

pada zat yang mencipta dan mengerti manusia, yaitu Allah SWT, melalui al-

Qur’an. Lewat al-Qur’an Allah memberikan rahasia-rahasia tentang manusia.

Secara etimologi istilah manusia di dalam al-Qur’an ada empat kata yang

dipergunakan, yakni al-Insan, al-Basyar, BaniAdam, Dzurriyat Adam, al-Nas.

Para ahli kerohanian Islam atau lebih populer para ahli ilmu tasawuf,

memandang manusia bukan sekedar makhluk lahir yang berakal, akan tetapi

manusia mereupakan seorang hamba Allah Ta’ala yang mempunyai dua

dimensi lahiriyah dan bathiniyah. Berbicara masalah pertumbuhan dan

perkembangan, kata kunci utamanya yaitu perubahan. Perubahan dalam diri

manusia terdiri atas perubahan kualitatif akibat dari perubahan psikis, dan

perubahan kuantitatif akibat dari perubahan fisik (Mulyadi, 2017).

17
3. Manusia dalam perspektif agama kristen

Manusia merupakan satu-satunya makhluk ciptaan Tuhan yang berakal

budi. Alam merupakan lingkungan kehidupan atau segala sesuatu yang ada di

langit dan di bumi seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang. Manusia dan alam

mempunyai hubungan yang saling tergantung dan saling membutuhkan.

Pemazmur mengatakan bahwa Allahlah pemilik alam semesta ini.

“Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam

di dalamnya” (Mazmur. 24:1). Tuhan telah menciptakan segala sesuatu dari

ketiadaan, creatio ex nihilo. Jika manusia ingin mencipta sesuatu, harus

menggunakan apa yang telah diciptakan oleh Allah. Manusia mencipta dan

membangun senantiasa menggunakan yang tersedia di alam, yang merupakan

ciptaan Allah.

Alkitab berbicara tentang ciptaan yang baru dan bumi yang baru (Wahyu.

21:1), di mana bumi yang baru tersebut adalah bebas dari polusi

(pencemaran), destruksi (pengrusakan). Manusia ditugasi oleh Allah dalam

rangka menggalang keharmonisan manusia dan alam. Menurut ( Kejadian

1:28 ), ciptaan terakhir yakni manusia, mendapatkan mandat untuk

18
bertanggung jawab atas seluruh ciptaan. Tanggung jawab terhadap alam

sebagai ciptaan Allah, juga telah dipertegar lewat kehadiran Kristus Yesus.

Tetapi seiring berjalannya waktu, alam berubah wujud dari tampilan

sebelumnya. Pengembangan aspek kehidupan, tidak terlepas dari kemajuan

pola pikir manusia yang dititikberatkan kepada keadaan sekarang, usaha

mempermudah kehidupan manusia karena kebutuhan hidup. Penyebab dari

lingkungan hidup yang kian menjadi rusak adalah mungkin dikarenakan cara

pandang dan sikap manusia yang telah salah terhadap alam. Karena memang

benar pemahaman dan cara pandang orang terkait lingkungan hidup akan

mempengaruhi sikap mereka, dan bagaimana mereka akan memperlakukan

alam.

Pemikiran bahwa manusia yang paling memiliki kepentingan yang

dianggap akan paling menentukan tatanan ekosistem. Banyak yang

berpandangan bahwa alam dapat dilihat sebagai objek, alat, dan sarana untuk

memenuhi kebutuhan dan kepentingan manusia. Adanya pemikiran seperti itu

akan memicu munculnya sikap yang tidak bersahabat dengan alam, dan tidak

menghargai adanya lingkungan hidup untuk kepentingan banyak orang.

19
Krisis lingkungan hidup yang dialami manusia pada masa sekarang

merupakan akibat langsung dari kurang pedulinya manusia terhadap

pengelolaan lingkungan hidup mereka sendiri. Artinya, manusia umumnya

melakukan pengelolaan sumber-sumber alam tidak peduli pada peran etika.

Dengan kata lain, krisis lingkungan hidup yang dialami manusia berakar pada

krisis etika (moral). Manusia kurang peduli pada norma-norma kehidupan atau

lebih peduli pada kepentingan diri sendiri. Kita melihat dan merasakan sendiri

bagaimana perubahan lingkungan telah terjadi dan berdampak langsung pada

kehidupan kita.

Secara teologis dapat dikatakan bahwa manusia dan alam adalah ciptaan,

properti dan bait Allah, semuanya itu berada dalam suatu hubungan perjanjian

dengan Allah. Barangsiapa yang merusak alam, maka ia merusak hubungan

perjanjian itu. Di samping itu, segala kegiatan pengrusakan alam akan

mendatangkan kerusakan pada hidup umat manusia. Alam merupakan

pemberian Allah untuk manusia untuk memelihara dan dipergunakan

(Kejadian 1). Oleh karena itu, etika lingkungan tidak berpusat pada manusia

atau alam, melainkan berpusat kepada Allah.

20
Sebagai Pencipta, Allah sesuai rencana-Nya yang agung telah menciptakan

segala sesuatu sesuai dengan maksud dan fungsinya masing-masing dalam

hubungan harmonis yang terintegrasi dan saling memengaruhi antara yang

satu dengan yang lainnya. Sebab semua ciptaan berharga di mata Tuhan. Jadi,

sikap eksploitatif terhadap alam merupakan bentuk penodaan dan perusakan

terhadap karya Allah yang agung itu.

Berdasarkan pandangan umum maupun pandangan agama Kristen tentang

alam semesta lingkungan hidup, maka setiap orang memiliki tanggung jawab

terhadap kerusakan lingkungan hidup berdasarkan pemahamannya. Setiap

pandangan memiliki dasar tanggung jawab etis terhadap kerusakan lingkungan

hidup.

Di akhir kata, menjadi Kristen, berarti menjadi bagian dari karya Allah

untuk menata kehidupan yang harmonis. Keikutsertaan dalam melestarikan

alam, bukan lagi harus dilakukan sebagai bentuk formalitas taat negara, atau

ikut-ikutan masyarakat sekitar. Tetapi dilaksanakan sebagai bentuk kesadaran

dan tanggung jawab umat Kristen sebagai umat ciptaan Allah. Yang bisa

dimulai dari menyadarkan diri sendiri, berlanjut ke lingkungan sekitar dan lalu

21
masyarakat luas. Semua itu tentu saja, diperbuat  untuk memuliakan Allah

Sang Pencipta (FAUSTA, 2020).

2. Manusia dalam perpektif agama hindu

Dalam konsep Hindu, manusia pertama adalah Svambhu, yang artinya

makhluk berpikir pertama yang menjadikan dirinya sendiri. Secara etimologi

kata manusia berasal dari kata manu yang artinya pikiran atau berpikir, dalam

bentuk genetif menjadi kata “manusya”, artinya ia yang berpikir atau

menggunakan pikirannya. Menurut konsep Hindu, manusia adalah kesatuan

antara badan jasmani dan jiwa (atman) menjadikan ia secara psikopisik terus

berkembang. Secara kosmologis, manusia ( yang berupa kesatuan jiwa badan

jasmaninya ) yang sering disebut mikrokosmos ( bhuana alit ) yang

merupakan perwujudan dari makrokosmos ( bhuana agung ). Manusia juga

dikatakan sebagai makhluk Tri Pramana karena memiliki tiga kemampuan

utama yaitu berpikir, berkata dan berbuat, yang menyebabkan ia berbeda

dengan makhluk lainnya. Dengan kemampuan berpikir, berkata dan berbuat,

manusia melakukan perbuatan baik dan perbuatan buruk yang disebut subha

asubha karma. Dengan mengutamakan perbuatan baik yang disebut subha

karma inilah manusia mampu menolong dirinya sendiri, mengangkat dirinya

dari kesengsaraan. Inilah keistimewaan lahir menjadi manusia. Dimana tidak

22
dimiliki oleh makhluk lain selain manusia. Secara umum manusia senang pada

keindahan, baik itu keindahan alam maupun seni, dan yang merupakan musuh

besar manusia menurut agama Hindu yang disebut Sad Ripu. Sad Ripu ini

berada di dalam diri setiap manusia dimana sifat – sifat tersebut akan

mempengaruhi watak dan perilaku manusia. Itulah sebabnya  watak dan

perilaku manusia berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sad Ripu tidak

bisa kita hilangkan karena begitu melekat dalam diri manusia. Satu – satunya

cara adalah dengan mengendalikannya. Untuk itu, kita harus bisa

mengendalikan sifat tersebut agar nantinya kita mendapat ketenangan di dalam

diri. Jika hati kita tenang, maka pikiran pun akan tenang untuk menghasilkan

pemikiran – pemikiran yang jernih. Dari pemikiran yang jernih kita senantiasa

akan berkata dan berbuat yang baik.

Secara umum manusia senang pada keindahan, baik itu keindahan alam

maupun seni, dan yang merupakan musuh besar manusia menurut agama

Hindu yang disebut Sad Ripu. Sad Ripu ini berada di dalam diri setiap

manusia dimana sifat – sifat tersebut akan mempengaruhi watak dan perilaku

manusia. Itulah sebabnya  watak dan perilaku manusia berbeda antara satu

dengan yang lainnya. Sad Ripu tidak bisa kita hilangkan karena begitu

melekat dalam diri manusia. Satu – satunya cara adalah dengan

23
mengendalikannya. Untuk itu, kita harus bisa mengendalikan sifat tersebut

agar nantinya kita mendapat ketenangan di dalam diri. Jika hati kita tenang,

maka pikiran pun akan tenang untuk menghasilkan pemikiran – pemikiran

yang jernih. Dari pemikiran yang jernih kita senantiasa akan berkata dan

berbuat yang baik.

Pengertian Manusia dalam persepsi Agama Hindu. Manusia berasal dari

manushya yang berarti makhluk hidup yang mempunyai pikiran. Manusia

memiliki kesempurnaan peralatan yang mengatur dirinya menemui

penciptanya yaitu Sang Hyang Widi Wasa.

Manusia secara harpiah, berasal dari kata manu yang artinya mahluk yang

berpikir. Jadi manusia merupakan mahluk yang telah dibekali salah satu

kelebihan dibandingkan mahluk lainnya. Dalam Hindu terdapat konsep Tri

Pramana, yang terdiri dari Bayu, Sabda , Idep. Tumbuhan hanya memiliki

bayu atau tenaga untuk tumbuh, sedangkan binatang memiliki bayu dan sabda

dimana binatang memiliki tenaga untuk bertumbuh, berkembang dan

mengeluarkan suara, sedangkan manusia memiliki ketiganya. Pikiran hanya

dimiliki oleh manusia yang telah dibekali sejak dilahirkan. Dengan memiliki

pikiran maka diharapkan manusia mempunyai wiweka mampu membedakan

mana yang baik dan buruk. Pikiran dipakai berpikir terlebih dahulu sebelum

24
melakukan tindakan. Manusia juga dengan pikirannya diharapkan mengetahui

asal, tujuan dan tugas serta kewajibannya. Dengan mengetahui hal ini maka

pola hidup serta cara pandangnya terhadap kehidupan akan mampu

mengilhami setiap tindakannya sehingga tetap berada pada jalur yang benar,

sesuai etika dan ajaran-ajaran dharma yang telah diungkapkan dalam ajaran

agama. Namun manusia juga termasuk makhluk yang lemah, karena tidak

seperti binatang yang lahir begitu saja langsung bisa berdiri, terbang, berjalan

tanpa memerlukan bantuan dari yang lain. Maka hendaknya ini dipahami

terlebih dahulu untuk mengetahui dan dapat memisahkan esensi dari raga ini

yang terpisah dengan atman yang sejati (Olson, 2016).

4. Manusia dalam perspektif agama Buddha

Hidup ini mudah bagi orang yang tidak tahu malu, yang suka menonjolkan

diri seperti seekor burung gagak, suka menfitnah, tidak tahu sopan santun,

pongah, dan menjalankan hidup kotor. Hidup ini sukar bagi orang yang tahu

malu, yang senantiasa mengejar kesucian, yang bebas dari kemelekatan,

rendah hati, menjalankan hidup bersih dan penuh perhatian. (Dhammapada

Mala Vagga syair 244-245).

25
Mungkin kita pernah merenungkan mengapa kita terlahir sebagai

manusia? Untuk apa kita terlahir sebagai manusia? Dari mana kita sebelumnya

dan hendak kemana setelahnya? Renungan ini sangat membantu kita dalam

memaknai arti kehidupan kita di dunia.

Dalam pandangan agama Buddha, terlahir sebagai manusia adalah sulit

dan merupakan kesempatan yang sangat berharga. Hal demikian ditulis dalam

Dhammapada Buddha Vagga syair 182 dan juga dalam Nakhasikha Sutta

kitab Samyutta Nikaya 13:1. Dikatakan sulit terlahir sebagai manusia karena

kualitas karma baik yang mendorong lahir ke alam manusia adalah sila

(moralitas) yang sangat baik. Dan dikatakan sangat berharga karena di alam

manusialah kita akan melihat dengan jelas penderitaan (samsara) sehingga

kemungkinan greget untuk membebaskan diri dari penderitaan lebih besar.

Secara kosmologi Buddhis, alam manusia (manussa) adalah alam tengah

antara alam menderita (alam apaya) dan alam bahagia (suggati). Hal ini amat

memungkinkan manusia merasakan secara silih berganti penderitaan dan

kebahagiaan. Kadang bahagia kadang menderita. Ada yang banyak bahagia

sedikit menderita, ada pula yang sebaliknya sedikit bahagia banyak menderita.

Berbeda dengan alam apaya dimana makhluknya lebih banyak merasakan

26
penderitaan dan sebaliknya makhluk di alam surga lebih banyak merasakan

kebahagiaan. 

Bagi mereka yang tidak menyadari, tidak mensyukuri arti kehidupan ini

maka ia menjalani hidup dengan seenaknya, yang dicari hanyalah kesenangan.

Asalkan dia merasakan kesenangan, dia mencarinya, tidak peduli bagaimana

caranya yang penting senang. Tetapi bagi mereka yang mengenal ajaran

kebenaran Dhamma, hidup bukan hanya soal mencari kesenangan saja. Hidup

mesti bermakna. Hidup untuk apa, ke mana dan bagaimana menjalaninya?

Lahir dan hidup sebagai manusia adalah untuk menghentikan penderitaan.

Dengan pengertian ini kita akan menjalani hidup dengan hati-hati, jangan

sampai apa yang kita lakukan makin menambah penderitaan baik penderitaan

diri maupun makhluk lain. 

Hidup ini mudah saja bagi yang tidak punya kesadaran diri. Karena tidak

sadar bahaya-bahaya dalam kehidupan, dia berbuat sekadar mencari

kesenangan, asal bisa makan, asal bisa hidup enak, asal tercapai apa yang

diinginkan. Tetapi bagi mereka yang punya kesadaran diri, mawas diri dan

kejernihan batin hidup adalah sulit. Tidak mudah. Tidak segampang yang

dipikirkan. Mereka mesti berpegang pada prinsip moral yang baik dalam

27
mencapai tujuan hidup. Mereka mesti berpikir bagaimana supaya hidup bukan

hanya untuk diri sendiri tetapi juga berarti dan bermakna bagi sesamanya. 

Hidup itu mudah namun cara untuk memaknai dan mensyukuri hidup

bukanlah perkara yang mudah. Nasihat terakhir Sang Buddha dalam

Mahaparinibbana Sutta Digan Nikaya, 16 “Handadani bhikkhave amantayami:

vayadhamma sankhara, appamadena sampadetha’ti, ayam Tathagatassa

pacchima vaca.” “Kini, para bhikkhu, Kusabdakan padamu: segala yang

berbentuk akan lenyap kembali, berjuanglah dengan tekun (mencapai

pembebasan), inilah sabda Sang Tathagata yang terakhir.” (Wacana, 2021)

B. Pengertian Penderitaan

Penderitaan atau rasa sakit dalam arti luas dapat menjadi pengalaman

ketidaknyamanan dan kebencian terkait dengan persepsi bahaya atau ancaman

bahaya di suatu individu Penderitaan adalah elemen dasar yang membentuk

valensi negatif dari afektif fenomena. Kebalikan dari penderitaan adalah

kesenangan atau kebahagiaan.

Penderitaan ini sering dikategorikan sebagai fisik atau mental. Hal ini

dapat datang dalam berbagai tingkat intensitas, dari yang ringan sampai yang

tak tertahankan. Faktor-faktor dari durasi dan frekuensi terjadinya biasanya

28
senyawa yang intensitas. Sikap terhadap penderitaan dapat bervariasi secara

luas, pada penderita atau orang lain, menurut berapa banyak hal ini dianggap

sebagai dapat dihindari atau tidak dapat dihindari, berguna atau tidak berguna,

pantas atau tidak layak.

Penderitaan terjadi dalam setiap kehidupan makhluk dalam banyak cara,

sering kali secara dramatis. Akibatnya, banyak bidang kegiatan manusia yang

berkaitan dengan beberapa aspek dari penderitaan. Aspek-aspek tersebut dapat

meliputi sifat penderitaan, proses, asal-usul dan penyebab, arti dan makna,

berkaitan dengan pribadi, sosial, dan budaya perilaku, obat, manajemen, dan

menggunakan.

Kata penderitaan kadang-kadang digunakan dalam arti sempit dari rasa

sakit fisik, tapi lebih sering hal ini mengacu pada rasa sakit mental, atau lebih

sering namun hal ini mengacu pada rasa sakit dalam arti luas, yaitu untuk

menyenangkan perasaan, emosi atau sensasi. Kata sakit biasanya merujuk

kepada rasa sakit fisik, sinonimnya dari kata penderitaan. Kata-kata rasa

sakit dan penderitaan yang sering digunakan dalam arti yang sama namun

dalam pengertian yang berbeda. Misalnya, mereka dapat digunakan sebagai

sebuah sinonim. Atau kedua kata tersebut dapat digunakan secara

29
'bertentangan' satu sama lain, seperti dalam "rasa sakit fisik, penderitaan

mental", atau "rasa sakit tidak bisa dihindari, sedangkan penderitaan adalah

sebuah pilihan". Atau mereka dapat digunakan untuk menentukan satu sama

lain, seperti dalam "rasa sakit adalah penderitaan fisik", atau "penderitaan fisik

yang parah atau sakit mental".

Kualifikasi, seperti fisik, mental, emosional, dan psikologis, yang sering

digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis rasa sakit atau penderitaan.

Secara khusus, sakit mental (atau penderitaan) dapat digunakan dalam

hubungan rasa sakit fisik (atau penderitaan) untuk membedakan antara dua

macam kategori dari rasa sakit atau penderitaan. Pertama, perbedaan tersebut

adalah bahwa ia menggunakan rasa sakit fisik dalam arti yang biasanya

mencakup tidak hanya yang 'khas pengalaman sensorik dari rasa sakit fisik'

tetapi juga yang tidak menyenangkan lainnya pengalaman tubuh

termasuk udara kelaparan, kelaparan, gangguan pada sistem vestibular, mual,

kurang tidur, dan gatal-gatal. Perbedaan kedua adalah bahwa syarat-

syarat fisik atau mental tidak harus diambil terlalu harfiah: fisik rasa sakit atau

penderitaan, sebagai soal fakta, yang terjadi melalui pikiran sadar dan

melibatkan aspek emosional, sementara mental rasa sakit atau penderitaan

30
yang terjadi melalui fisik otak dan, menjadi emosi, melibatkan aspek penting

fisiologis.

Kata ketidaknyamanan, yang beberapa orang menggunakan secara

sinonim dari penderitaan atau rasa sakit dalam arti luas, dapat digunakan

untuk merujuk kepada dasar dimensi afektif dari nyeri (penderitaan aspek),

biasanya dalam kontras dengan sensorik dimensi, seperti misalnya dalam

kalimat ini: "rasa Sakit ketidaknyamanan sering, meskipun tidak selalu,

berhubungan erat dengan intensitas dan kualitas yang unik dari sensasi yang

menyakitkan.Beberapa kata yang memiliki definisi sejenis

dengan penderitaan adalah kesedihan, kesengsaraan atau sengsara, sakit,

ketidaknyamanan, ketidaksenangan, ketidaksetujuan.

Penderitaan adalah menanggung atau menjalani sesuatu yang sangat

tidak menyenangkan yang dapat dirasakan oleh manusia. Setiap manusia

pasti pernah mengalami penderitaan baik secara fisik maupun batin.

Penderitaan juga termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas

penderitaan manusia bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang

ringan. Namun, peranan individu juga menentukan berat tidaknya suatu

intensitas penderitaan.

31
Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum

tentu merupakan suatu penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu

penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai

langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.

Memang harus diakui, di antara kita dan dalam masyarakat masih

terdapat banyak orang yang sungguh-sungguh berkehendak baik, yaitu

manusia yang merasa prihatin atas aneka tindakan kejam yang ditujukan

kepada sesama manusia yang tidak saja prihatin, melainkan berperan serta

mengurangi penderitaan sesamanya, bahkan juga berusaha untuk mencegah

penderitaan atau paling tidak menguranginya, serta manusia yang berusaha

keras tanpa pamrih untuk melindungi, memelihara dan mengembangkan

lingkungan alam ciptaan secara berkelanjutan. Ada keinginan alamiah

manusia untuk menghindari penderitaan. Tetapi justru penderitaan itu

merupakan bagian yang terkandung dalam kemanusiaannya. (RIZQI, 2016)

Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa

sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya

menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan

itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin.

32
Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas

penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat ada juga yang ringan. Namun

peranan individu juga menentukan berat-tidalmya intensitas penderitaan.

Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu

merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan

merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal

untuk mencapai kenilcmatan dan kebahagiaan.

Penderitaan akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan

"risiko" hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada

umatnya, tetapi juga memberikan penderitaan atau kesedihan yang kadang-

kadang bennakna agar manusia sadar untuk tidak memalingkan dariNya.

Untuk itu pada umumnya manusia telah diberikan tanda atau wangsit

sebelumnya, hanya saja mampukah manusia menangkap atau tanggap

terhadap peringatan yang diberikanNya? . Tanda atau wangsit demikian dapat

berupa mimpi sebagai pemunculan rasa tidak sadar dari manusia waktu tidur,

atau mengetahui melalui membaca koran tentang terjadinya penderitaan.

Kepada manusia sebagai homo religius Tuhan telah memberikannya banyak

kelebihan dibandingkan dengan mahlulc ciptaannya yang lain, tetapi

mampukah manusia mengendalikan diri untuk melupakannya ? Bagi manusia

33
yang tebal imannya musibah yang dialaminya akan cepat dapat menyadarkan

dirinya untuk bertobat kepadaNya clan bersikap pasrah akan nasib yang

ditentukan Tuhan atas dirinya. Kepasrahan karena yakin bahwa kekuasaan

Tuhan memang jauh lebih besar dan dirinya, akan membuat manusia

merasakan dirinya kecil dan menerima takdir. Dalam kepasrahan demikianlah

akan diperoleh suatu kedamaian dalam hatinya, sehingga secara berangsur

akan berkurang penderitaan yang dialaminya, untuk akhimya masih dapat

bersyukur bahwa Tuhan tidak memberikan cobaan yang lebih berat dari yang

dialaminya.

Baik dalam Al Quran maupun kitab suci agama lain banyak surat dan

ayat yang menguraikan tentang penderitaan yang dialami oleh manusia atau

berisi peringatan bagi manusia akan adanya penderitaan. Tetapi umunya

manusia kurang mempethatikan peringatan tersebut, sehingga manusia

mengalami penderitaan.

Hal itu misalnya dalam surat Al.Insyiqoq:6 (q) dinyatakan "manusia

ialah mahluk yang hidupnya penuh perjuangan. Ayat tersebut harus diartikan,

bahwa manusia hams bekerja keras untuk dapat melangsungkan hidupnya.

Untuk kelangsungan hidup ini manusia harus menghadapi alam (menaklukan

alam), menghadapi masyarakat sekelilingnya, dan tidak bole h lupa untuk

34
taqwa terhadap Tuhan. Apabila manusia melalaikan salah satu darinya, atau

kurang sungguh-sungguh menghadapinya, maka akibatnya manusia akan

menderita. Bila manusia itu sudah berkeluarga, maka penderitaan juga dialami

oleh keluarganya. Penderitaan semacam itu karena kesalahaunya sendiri.

Berbagai kasus penderitaan terdapat dalam kehidupan. Banyaknya

macam kasus penderitaan sesuai dengan liku-liku kehidupan manusia.

Bagaimana manusia menghadapi penderitaan dalam hidupnya ? Penderitaan

fisik yang dialami manusia tentulah diatasi secara medis untuk mengurangi

atau menyembuhkannya. Sedangkan penderitaan psikis, penyembuhannya

terletak pada kemampuan si penderita dalarn menyelesaikan soal-soal psikis

yang dihadapinya. Para ahli lebih banyak membantu saja. Sekali lagi

semuanya itu merupakan "resiko" karena seseorang mau'hidup. Sehingga enak

atau tidak enak, bahagia atau sengsara merupakan dua sisi atau masalah yang

wajib diatasi. (antonius, 2020)

Sejak kelahirannya dari rahim ibu ke dunia, manusia sudah

membawa pada dirinya keinginan. Jika keinginannya itu tidak terpenuhi ia

akan menangis dan meronta-ronta. Bersama keinginan itu pada dirinya juga

terdapat ketidakinginan. Ia menginginkan susu sekaligus tidak

menginginkan tidak ada susu. Sebagai reaksinya, ia akan tenang kalau ada

35
susu masuk ke tenggorokannya, sebaliknya ia akan menangis jika tidak ada

susu yang memasuki tenggorokannya.

Namun keinginan dan ketidakinginan itu berada pada satu naungan,

yaitu adanya 'kesadaran akan realitas'. Realitas itu lah yang akan terus ia

kejar atau hindari.

Bersama dengan waktu, ia tumbuh dan berkembang. Dari bayi

menuju balita, dari balita menuju anak-anak, hingga remaja, tua, dan mati.

Bersamaan dengan itu, keinginan dan ketidak inginannya tetap hadir

menemani perjalanan hidupnya. Dengan apapun keinginan itu diistilahkan.

Apakah itu naluri, insting, fitrah, dan sebagainya yang jelas itu ada sebagai

sesuatu yang manusia alami, sadari, dan rasakan. (Alamsyah, 2020)

Manusia adalah makhluk pencinta dan pencari akan makna hidupnya.

Dalam pencarian manusia mengarahkan seluruh eksistensi dirinya untuk

mencapai makna hidup yang dapat menghidupkan dirinya dalam

keberadaannya sebagai “ada” di dunia. Manusia terus digerakkan oleh

keingingan dan kehendaknya untuk menghendaki apa yang ia inginkan yaitu

makna hidup.

36
Makna hidup yang ingin dicapai oleh manusia adalah hidup yang

bahagia. Namun hidup bahagia itu tidak sepenuhnya dicapai oleh manusia

karena keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki ini. Tetapi manusia tidak

berhenti dari pencarian akan kepenuhan makna hidupnya, dengan segala

upaya manusia terus berusaha untuk mewujudkan kehendaknya untuk hidup

dan bahagia. Dalam pencarian akan makna hidup yakni untuk menemukan

kebahagiaan, manusia tidak terlepas dari penderitaan. Penderitaan ini

mengakibatkan manusia tak mampu mencapai kebahagiaan. Sebab

penderitaan merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri. Penderitaan selalu

ada dalam kehidupan manusia setiap harinya. Terdapat dua bentuk penderitaan

yang dialami oleh manusia yaitu eksternal dan internal.

Secara eksternal, penderitaan itu hadir diakibatkan oleh alam, seperti:

tanah longsor, gempa, bumi, banjir dan lain sebagainya. Sedangkan, secara

internal, penderitaan yang diakibatkan oleh manusia itu sendiri. Artinya,

bahwa orang menderita karena perbuatannya atau sebagai akibat tindakannya

yang mengecewakan dirinya. Berkaitan dengan penderitaan internal, hal itu

terealisasi dalam bentuk psikis dan mental. Misalnya, seorang yang berada di

bawah tekanan, tidak terpenuhinya cita-cita kehidupan, atau yang dianggap

sebagai hak dan kewajiban, kegagalan dalam mencapai tujuan, berpisah

37
dengan orang yang dicintai, kehilangan orang-orang yang dikasihi, bangkrut

dalam usaha.

Jika peristiwa ini tidak disikapi dengan bijaksana maka dapat

menyebabkan stress, kecewa, trauma, cemas, marah, dan bahkan berujung

pada kematian. Arthur Schopenhauer mengatakan bahwa: Hidup adalah

penderitaan, dan makhluk yang paling menderita adalah manusia. Manusia

menderita karena pertama-tama ia mau hidup. Manusia ketika menyatakan

siap untuk terus menjalani hidupnya, itu berarti ia siap untuk menderita pula.

Manusia bertumbuh dan berkembang, dan semua proses kehidupan itu tanpa

manusia sadari berasal dari satu hal yang tunggal yakni kehendaknya sendiri.

Kehendak manusialah yang mendorong dia untuk hidup dan mengalami

penderitaan. Dengan ini semakin jelas bahwa sumber penderitaan manusia

adalah kehendak manusia itu sendiri.

Kehendak sifatnya tak terbatas, kehendak itu bergerak secara bebas,

akan tetapi pemenuhan akan kehendak itu terbatas adanya. Manusia akan

mengalami kebosanan, jika sampai pada apa yang dikehendaki. Jika manusia

tidak sampai, maka manusia akan mengalami kekecewaan. Di sini dapat

dilihat bahwa sebenarnya manusia hidup di antara ketidak pastian, ketidak

tersampaian, dan ketidak puasan hidup. Manusia merasa hidup di awang-

38
awang, di mana manusia tidak sampai menyentuh langit dan menginjak tanah.

Kehidupan seperti inilah yang banyak menjadi pilihan manusia zaman modern

ini.

Di mana manusia berlomba-lomba untuk menjawabi kebutuhan

kehendak dan mengesampingkan kebutuhan inteleknya. Bagi Schopenhauer

kehendak adalah essensi manusia. Akan tetapi ia tidak menyangkal bahwa

kadang-kadang kehendak dikendalikan oleh intelek. Kehendak dan intelek

adalah dua substansi yang berbeda, namun ada hubungannya. Intelek lebih

dipandang sebagai pembantu dari kehendak. Intelek bisa letih, kehendak selalu

terjaga. Intelek perlu tidur, kehendak bekerja dalam tidur. Di sini berarti

kehendak itu selalu ada dan sifatnya tanpa pamrih. Dengan sifat kehendak

seperti ini semakin memperjelas bahwa seluruh hidup manusia adalah

menderita.

Penderitaan hidup manusia diakibatkan akan keinginan yang

melampaui kemampuan manusia, badan merasa lelah, jiwa merasa lelah dan

akal budi merasa lelah namun kehendak manusia takkan perna lelah, kehendak

terus mendorong manusia untuk mencari dan mendapatkan demi memenuhi

keinginan yang takterpuaskan itu.

39
Schopenhauer melihat hidup sebagai penderitaan karena merupkan

rangkaian kehendak yang tidak pernah berhenti terpuaskan. Kebahagian

kemudian dipahaminya sebagai ketiadaan sementaran penderitaan atau dengan

kata lain moment penantian penderitan yang lain.

Penderitaan manusia merupakan realitas hidup manusia. Manusia bisa

menjumpai beragam bentuk penderitaan di tengah kehidupan manusia.

Penderitaaan manusia sangat subjektif. Pensikapan manusia akan persoalan ini

pun beragam. Salah satu sikap yang menonjol adalah penolakan dan

penghindaran diri. Berangkat dari respon dan pensikapan manusia atas

penderitaan, upaya menggali hakikat penderitaan menjadi sangat penting agar

manusia bisa mensikapi persoalan penderitaan dengan lebih proporsional.

Penelitian ini berbentuk kajian pustaka (library research). Judul dari penelitian

ini adalah Penderitaan Manusia dalam Perspektif Fenomenologi Edmund

Husserl.

Penderitaan manusia dalam orientasi fenomenologis dimaknai sebagai

bagian dari kesadaran transenden. Penderitaan manusia dianggap ada

sepanjang berhadapan dengan kesadaran manusia. Realitas penderitaan yang

menggejala dan menampakkan diri pada kesadaran diintensionalisasi oleh

kesadaran. Melalui serangkaian prosedur intensional, konstitusi dan reduksi

40
diperoleh kenyataan aku yang berkesadaran transenden. Penderitaan manusia

dalam perspektif fenomenologi bermuara pada basis ontologis aku yang

transenden. Selanjutnya, penderitaan manusia dalam realitas mempunyai

serangkaian makna yang menunjukkan keterkaitan penderitaan manusia

dengan eksistensi manus ia. Adapun makna penderitaan manusia adalah

makna profetik dan makna perlawanan atau pemberontakan.

C. Hubungan Manusia dan penderitaan

Setiap manusia pasti mengalami penderitaan. Penderitaan adalah bagian

kehidupan manusia yang kodrati. Karena itu terserah kepada manusia itu

sendiri unruk berusaha mengurangi penderitaannya. Manusia adalah makhluk

berbudaya, dangan budayanya itu ia berusaha mengatasi penderiaannya.

Penderitaan dikataka kodrati karena sudah menjadi konsekwensi manusia

41
hidup, bahwa manusia ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia, melainkan

juga menderita.

Manusia harus berjuang keluar dari penderitaannya karena pembebasan

dari penderitaan pada hakekatnya meneruskan kelangsungan hidup. Jadi,

manusia tidak ditakdirkan hanya untuk bahagia melainkan juga untuk

menderita. Manusia lah yang dapat mengubah penderitaannya sendiri agar

menjadi kebahagiaan. Manusia dan penderitaan tidak akan terpisahkan dan

akan terus menjadi ujian yang membentuk karakter dari individu.

Mahluk bernyawa memiliki sifat ingin tepenuhi segala hasrat dan

keinginannya. Perlu di pahami mahluk hidup selalu membutuhkan

pembaharuan dalam diri, seperti memerlukan bahan pangan untuk

kelangsungan hidup, membutuh air dan udara. Dan membutuhkan penyegaran

rohani berupa ketenangan. Apa bila tidak terpenuhi manusia akan mengalami

penderitaan. Dan bila sengaja tidak di penuhi manusia telah melakukang

penganiayaan. Namun bila hasrat menjadi patokan untuk selalu di penuhi akan

membawa pada kesesatan yang berujung pada penderitaan kekal di akhirat.

Manusia sebagai mahluk yang berakal dan berfikir, tidak hanya

menggunakan insting namun juga pemikirannya dan perasaanya. Tidak hanya

naluri namun juga nurani.

42
Manusia diciptakan sebagai mahluk yang paling mulia namun manusia

tidak dapat berdiri sendiri secara mutlah. Manusia perlu menjaga dirinya dan

selalu mengharapkan perlindungan kepada penciptanya. Manusia kadang kala

mengalami kesusahan dalam penghidupanya, dan terkadang sakit jasmaninya

akibat tidak dapat memenuhi penghidupanya.

Manusia memerlukan rasa aman agar dirinya terhidar dari penyiksaan.

Karena bila tidak dapat memenuhi rasa aman manusia akan mengalami rasa

sakit. Manusia selau berusaha memahami kehendak Allah, karena bila hanya

memenuhi kehendak untuk mencapai hasrat, walau tidak menderita didunia,

namun sikap memenuhi kehendak hanya akan membawa pada pintu-pintu

kesesatan dan membawa pada penyiksaan didalam neraka.

Manusia didunia melakukan kenikmatan berlebihan akan membawa pada

penderitaan dan rasa sakit. Muncul penyakit jasmani juga terkadang muncul

dari penyakit rohani. Manusia mendapat penyiksaan di dunia agar kembali

pada jalan Allah dan menyadari kesalahanya. Namun bila manusia tidak

menyadari malah semakin menjauhkan diri maka akan membawa pada

pederitaan di akhirat.

43
Manusia didunia melakukan kenikmatan berlebihan akan membawa pada

penderitaan dan rasa sakit. Muncul penyakit jasmani juga terkadang muncul

dari penyakit rohani. Manusia mendapat penyiksaan di dunia agar kembali

pada jalan Allah dan menyadari kesalahanya. Namun bila manusia tidak

menyadari malah semakin menjauhkan diri maka akan membawa pada

pederitaan di akhirat.

Banyak yang salah kaprah dalam menyikapi penderitaan. Ada yang

menganggap sebagai menikmati rasa sakit sehingga tidak beranjak dari

kesesatan. Sangat terlihat penderitaan memiliki kaitan dengan kehidupan

manusia berupa siksaan, kemudian rasa sakit, yang terkadang membuat

manusia mengalami kekalutan mental. Apa bila manusia tidak mampu

melewati proses tersebut dengan ketabahan, di akherat kelak dapat menggiring

manusia pada penyiksaan yang pedih di dalam neraka. (Isfanurjaman, 2016)

Allah SWT adalah pencipta segala sesuatu yang ada di alam semesta ini.

Dialah yang maha kuasa atas segala yang ada isi jagad raya ini. Beliau

menciptakan mahluk yang bernyawa dan tak bernyawa. Allah tetap kekal dan

tak pernah terikat dengan penderitaan.

44
Mahluk bernyawa memiliki sifat ingin tepenuhi segala hasrat dan

keinginannya. Perlu di pahami mahluk hidup selalu membutuhkan

pembaharuan dalam diri, seperti memerlukan bahan pangan untuk

kelangsungan hidup, membutuh air dan udara. Dan membutuhkan penyegaran

rohani berupa ketenangan. Apa bila tidak terpenuhi manusia akan mengalami

penderitaan. Dan bila sengaja tidak di penuhi manusia telah melakukang

penganiayaan. Namun bila hasrat menjadi patokan untuk selalu di penuhi akan

membawa pada kesesatan yang berujung pada penderitaan kekal di akhirat.

Manusia sebagai mahluk yang berakal dan berfikir, tidak hanya menggunakan

insting namun juga pemikirannya dan perasaanya. Tidak hanya naluri namun

juga nurani.

Manusia diciptakan sebagai mahluk yang paling mulia namun manusia

tidak dapat berdiri sendiri secara mutlah. Manusia perlu menjaga dirinya dan

selalu mengharapkan perlindungan kepada penciptanya. Manusia kadang kala

mengalami kesusahan dalam penghidupanya, dan terkadang sakit jasmaninya

akibat tidak dapat memenuhi penghidupanya.

Manusia memerlukan rasa aman agar dirinya terhidar dari penyiksaan.

Karena bila tidak dapat memenuhi rasa aman manusia akan mengalami rasa

45
sakit. Manusia selau berusaha memahami kehendak Allah, karena bila hanya

memenuhi kehendak untuk mencapai hasrat, walau tidak menderita didunia,

namun sikap memenuhi kehendak hanya akan membawa pada pintu-pintu

kesesatan dan membawa pada penyiksaan didalam neraka.

Manusia didunia melakukan kenikmatan berlebihan akan membawa pada

penderitaan dan rasa sakit. Muncul penyakit jasmani juga terkadang muncul

dari penyakit rohani. Manusia mendapat penyiksaan di dunia agar kembali

pada jalan Allah dan menyadari kesalahanya. Namun bila manusia tidak

menyadari malah semakin menjauhkan diri maka akan membawa pada

pederitaan di akhirat.

Banyak yang salah kaprah dalam menyikapi penderitaan. Ada yang

menganhap sebagai menikmati rasa sakit sehingga tidak beranjak dari

kesesatan. Sangat terlihat penderitaan memiliki kaitan dengan kehidupan

manusia berupa siksaan, kemudian rasa sakit, yang terkadang membuat

manusia mengalami kekalutan mental. Apa bila manusia tidak mampu

melewati proses tersebut dengan ketabahan, di akherat kelak dapat menggiring

manusia pada penyiksaan yang pedih di dalam neraka. (naufal, 2016)

D. Cara Manusia Menghadapi Penderitaan

46
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada hakekatnya penderitaan dan manusia itu berdampingan . karena

penderitaan merupakain rangkaian dari kehidupan. Setiap orang pasti pernah

mengalami penderitaan. Penderitaan itu dapat teratasi tergantung bagaiaman

seseorang menyikapi penderitaan tersebut.

Banyak hikmah dan pelajaran yang dapat diambil dari penderitaan Tidak

semua penderitaan yang dialami oleh seseorang membawa pengaruh buruk

bagi orang yang mengalaminya. Melainkan dengan penderitaan kita dapat

mengetahui kesalahan apa yang telah kita perbuat. Karena penderitaan tidak

akan muncul jika tidak ada penyebabnya.

Agar manusia tidak mengalami penderitaan yang berat untuk itu manusia

harus bisa menjaga sikap dan kelakuannya baik kepada sesama manusia, alam

sekitar ,maupun kepada Tuhan Yang Maha Esa. Yakin dan percaya bahwa

Tuhan tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan umatnya.

B. Saran

47
Penulis bersedia menerima kritik dan saran yang positif dari pembaca.

Penulis akan menerima kritik dan saran tersebut sebagai bahan pertimbangan

yang memperbaiki makalah ini di kemudian hari. Semoga makalah berikutnya

dapat penulis selesaikan dengan hasil yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

48
Alamsyah, D. (2020, Mei 5). Filsafat Penderitaan: Dari Kesengsaraan Menuju Harapan.
Retrieved from filsafat-penderitaan-dari-kesengsaraan-menuju-harapan:
https://www.kompasiana.com/dedealamsyah1335/5eafa762d541df08e4693f73
/filsafat-penderitaan-dari-kesengsaraan-menuju-harapan

antonius. (2020, Juni 22). MANUSIADAN PENDERITAAN. Retrieved from senen-22-juni-


jam-09-budaya-dasar-antonius:
https://stie-igi.ac.id/wp-content/uploads/2020/06/senen-22-juni-jam-09-
budaya-dasar-antonius.pdf

Aryati, A. (2018, Juli 11). MEMAHAMI MANUSIA MELALUI DIMENSI FILSAFAT. Retrieved
from https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/elafkar/article/download/
1602/1377:
https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/elafkar/article/download/
1602/1377

Dr. HM. Zainuddin, M. (2013, November 11). MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT.
Retrieved from manusia-dalam-perspektif-filsafat: https://www.uin-
malang.ac.id/r/131101/manusia-dalam-perspektif-filsafat.html

FAUSTA, H. (2020, 4 29). MANUSIA DAN ALAM SEMESTA DARI PANDANGAN AGAMA
KRISTEN. Retrieved from manusia-dan-alam-semesta-dari-pandangan-agama-
kristen: https://binus.ac.id/character-building/2020/04/manusia-dan-alam-
semesta-dari-pandangan-agama-kristen/#:~:text=MANUSIA%20DAN%20ALAM
%20SEMESTA%20DARI%20PANDANGAN%20AGAMA%20KRISTEN,-29%20Apr
%202020&text=Manusia%20merupakan%20satu%2Dsatunya%20makhluk
%20ciptaa

Mulyadi. (2017, Mei 10). HAKIKAT MANUSIA DALAM PANDANGAN ISLAM. Retrieved
from jurnal/index.php/attaujih/article/view/539:
https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/attaujih/article/view/539

Olson, V. (2016, Mei 18). MANUSIA PERSPEKTIF HINDU. Retrieved from manusia-
perspektif-hindu:
http://trisnadeviberbagiilmupengetahuan.blogspot.com/2016/05/manusia-
perspektif-hindu.html

Om.makplus. (2015, Desember 31). Pengertian Manusia Serta Definisi Manusia Menurut
Para Ahli. Retrieved from pengertian-manusia-definisi-menurut-ahli:
http://www.definisi-pengertian.com/2015/12/pengertian-manusia-definisi-
menurut-ahli.html

Pangestu, W. A. (2019, Juli 6). MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR“Manusia Dan
Penderitaan”. Retrieved from Manusia-Dan-Penderitaandocx:
https://www.coursehero.com/file/51348055/Manusia-Dan-Penderitaandocx/

49
RIZQI, A. F. (2016, April 10). MAKALAH MANUSIA DAN PENDERITAAN. Retrieved from
makalah-manusia-penderitaan:
http://myfatihurrizqi.blogspot.com/2016/04/makalah-manusia-
penderitaan.html

Sada, H. J. (2016, 5 7). MANUSIA DALAM PERSPSEKTIF AGAMA ISLAM. Retrieved from
media.neliti: https://media.neliti.com/media/publications/56722-ID-none.pdf

Wacana, T. B. (2021, Juli 7). Hidup Itu Mudah, yang Sulit Caranya. Retrieved from hidup-
itu-mudah-yang-sulit-caranya: https://kemenag.go.id/read/hidup-itu-mudah-
yang-sulit-caranya-n3br2

wikipedia. (2021, Desember 7). Manusia. Retrieved from Manusia:


https://id.wikipedia.org/wiki/Manusia

50

Anda mungkin juga menyukai