Anda di halaman 1dari 5

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus Yang Berkaitan Dengan Geopolitik dan Geostrategi di Indonesia

3.1.1 Sengketa Indonesia-Filipina Mengenai Pulau Miangas

Sebagai gambaran jarak Pulau Miangas dengan Kecamatan Nanusa adalah sekitar 145
mil, sedangkan jarak ke Filipina hanya 48 mil. Penduduk di pulau itu yang mencapai 678
jiwa, berasal dari suku Talaud juga telah melakukan kawin mawin dengan warga Filipina
karena kedekatan jarak tersebut. Bahkan mata uang yang digunakan di pulau tersebut
sebagian mata uang Filipina yakni Peso

Sengketa perebutan Pulau Miangas antara Indonesia dengan Filipina telah ada pada
tahun 1979. Akan tetapi sesungguhnya, perebutan wilayah Pulau Miangas sudah ada sejak
sebelum adanya Indonesia dengan Filipina. Sengketa Indonesia dengan Filipina adalah
perairan laut antara Pulau Miangas (Indonesia) dengan pantai Mindanao (Filipina).
Disamping itu letak Pulau Miangas (Indonesia) di dekat perairan Filipina, dimana
kepemilikan Pulau Miangas oleh Indonesia berdasarkan perundingan anatara Amreika Serikat
dan Hindia Belanda diatas kapal Greenphil tanggal 4 April 1928 berkat keputusan arbiter
internasional yang bernama DR. Max Huber, memutuskan pulau Miangas masuk ke wilayah
kekuasan Hindia Belanda karena persamaan budaya dengan masyarakat Taulud. Semakin
dipertegas diresmikannya tugu perbatasan antara Indonesia dengan Filipina di tahun 1955,
dimana Miangas berada di wilayah Indonesia.

Secara historis, penentuan batas Filipina dan Indonesia pernah melalui perundingan
yang alot. Sekedar diketahui, pada awalnya, Pulau Miangas yang masuk dalam kecamatan
Nanusa, Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara diklaim pemerintah Filipina sebagai milik
mereka atas dasar ketentuan konstitusi Filipina yang ketika itu mengacu pada Perjanjian Paria
(Treaty of Paris 1898). Sementara Indonesia juga mengklaim hak yang sama berdasarkan
prinsip (the archipelagic principles) sesuai Konvensi PBB tentang hukum laut UNCLOS
1982.

Dalam beberapa kesempatan perundingan bilateral Indonesia-Filipina sering muncul


argumentasi yang mempertanyakan kembali status Pulau Miangas. Filipina masih
menggunakan dalil bahwa La Palmas, masuk dalam posisi kotak berdasarkan Traktat Paris
1898 dan hal ini dikuatkan dengan ditemukannya Pardao (tugu peringatan) pendaratan
Magelhaens di pulu pada tahun 1512. Di samping itu, konstitusi Filipina masih menyebutkan
Las Palmas dalam yuridiksi dan kedaulatannya. Argumentasi di atas dapat ditepis pemerintah
RI berdasarkan penetapan batas wilayah “Kerajaan Kepulauan Talaud” yang menjadi bagian
dan tradisi masyarakat setempat. Secara historis, pengakuan batas wilayah Kerajaan Talaud
telah terjadi sejak kepulauan Talaud dan Filipina bagian selatan berada di bawah pengaruh
dari Kerajaan Tidore.

Bersamaan argumen di atas, langkah pemindahan sebagian penduduk dan dilanjutkan


dengan pembangunan gereja serta pendirian Jemaat Kristen Protestan sebagai bagian dari
GMIST (Gereja Masehi Injili Sangihe dan Talaud) merupakan hal yang berguna bagi status
Pulau Miangas. Karena ini dianggap sebagai tindakan aktif yang menghadirkan institusi
gereja di pulau ini. Bahkan tercatat wilayah pelayanan gereja (GMIST) mencakup Filipina
bagian selatan. Klaim politis atas Pulau Miangas, Marore dan Marampit Secara geografis,
letak Miangas dan beberapa pulau lainnya di Sangihe Talaud seperti Kawio, Marampit dan
Marore memang jauh dari pusat pemerintahan RI dan lebih dekat dengan Filipina. Karena itu,
tak mengherankan jika penduduk Miangas lebih intens berhubungan dengan masyarakat
Filipina. Apalagi sebagian kebutuhan masyarakat didatangkan dari Filipina.

Pada dekade 1960 hingga 1970-an, hubungan antara Miangas dan Filipina semakin
intens seiring dengan adanya kesepakatan tentang batas antara kedua negara. Ironisnya,
intensitas hubungan kedua negara tidak mempengaruhi kesadaran nasional warga kepulauan
tersebut. Masyarakat setempat lebih mengenal pejabat Filipina ketimbang Indonesia. Hal ini
terungkap ketika pada awal 1970-an sejumlah pejabat pemerintah pusat yang menyertai
kunjungan Wakil Presiden Sri Sultan Hamengku Buwono IX ke wilayah perbatasan, melihat
potret Presiden Filipina Ferdinand Marcos menghiasi rumah penduduk. Mulai saat itu pula,
kehidupan masyarakat perbatasan di Kabupaten Sangihe-Talaud mendapat perhatian lebih
dari pemerintah, antara lain dengan membuka jaringan pelayaran perintis ke pulau-pulau
terpencil. Betapapun keterpencilan membuahkan penderitaan bagi masyarakat pulau-pulau
perbatasan namun mereka tetap merasa sebagai bagian dari bangsa Indonesia, setidaknya
dalam pendidikan mereka konsisten berkiblat ke Indonesia. Fenomena ini tentu positif bagi
keutuhan bangsa dan negara RI.

Menurut catatan, pada tanggal 4 April 1928 di atas kapal putih Greenphil perundingan
antara pemerintah Amerika dan Hindia Belanda telah memutuskan Pulau Miangas termasuk
dalam wilayah kepulauan Nusantara Indonesia sebab ciri budayanya sama dengan masyarakat
Talaud. Setelah proklamasi Negara Kesatuan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus secara
tegas dinyatakan bahwa NKRI adalah dari Pulau Sabang sampai Merauke dan dari Pulau
Miangas sampai Timur-Kupang. Hal itu lebih dipertegas lagi dengan diresmikannya tugu
perbatasan antara Indonesia dengan Filipina pada tahun 1955 di Pulau Miangas, dimana
Miangas tetap berada dalam wilayah Indonesia.

3.1.2 Strategi Pemerintah Indonesia mempertahankan Pulau Miangas

1. Pemerintah telah menetapkan Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 tentang


Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar. Adapun prinsip pengelolaan pulau-pulau
kecil terluar adalah, wawasan nusantara, berkelanjutan dan berbasis masyarakat.
(Widiyanta, Danar.2007.Upaya Mempertahankan dan Memberdayakan Pulau-pulau
Terluar di Indonesia Pasca Lepasnya Sipadan dan Ligitan(2002-2007), halaman 10)
2. Dalam rangka memberdayakan pulau-pulau terluar Indonesia, pemerintah telah
mengambil langkah-langkah taktis meliputi tiga aspek yaitu aspek kelembagaan,
aspek yuridis dan aspek program. Untuk menangani masalah-masalah perbatasan
umumnya dan pulau-pulau terluar khususnya agar lebih efektif dan optimal
pemerintah telah membentuk Tim Koordinasi Pengelolaan Pulau-pulau Kecil Terluar.
Tim Koordinasi mempunyai tugas untuk mengkoordinasikan dan merekomendasikan
penetapan rencana dan pelaksanaan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar. Tim juga
bertugas melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan pulau-pulau
kecil terluar. (Widiyanta, Danar. 2007. Upaya Mempertahankan dan Memberdayakan
Pulau-pulau Terluar di Indonesia Pasca Lepasnya Sipadan dan Ligitan (2002-2007),
halaman 13)
3. Menanggapi gencarnya ungkapan kekhawatiran masyarakat, beberapa instansi
pemerintah terkait berupaya meredam kemungkinan meluasnya dampak berlebihan
tersebut dan meyakinkan masyarakat bahwa “Effective Occupation” telah dilakukan
di Pulau Miangas. Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Agustadi Sasongko
menyatakan bahwa TNI telah melakukan beberapa pembangunan pos dan fasilitas
pengamanan di Pulau Miangas.
4. Sementara itu, Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil telah
mengupayakan pengembangan infrastruktur pulau tersebut, seperti pembangunan
lapangan terbang, dan mengupayakan pelayaran yang dilakukan oleh PT. Pelni secara
rutin.
5. Dinyatakan lebih lanjut dalam protocol perjanjian ekstradisi Indonesia–Filipina
mengenai defisi wilayah Indonesia yang menegaskan Pulau Miangas adalah Milik
Indonesia atas dasar putusan Mahkamah Arbitrase Internasional 4 April 1928
6. Pemerintah Indonesia perlu menegaskan dan merealisasikan komitmen untuk
mempercepat pengembangan pulau-pulau terluarnya secara komprehensif, melalui
berbagai pembangunan fisik dan non fisik, perbaikan infrastruktur dan mennjadikan
pulau-pulau terluar sebagai beranda nusantara. Kebijakan Pemerintah Indonesia
dalam memberikan jaminan kehidupan yang lebih baik kepada penduduk Miangas,
akan semakin menegaskan dan mengokohkan klaim atau okupasi kedaulatan negara
Indonesia atas Pulau Miangas.
SUMBER :

Putri, Rischa. 20 November 2016. Sengketa Indonesia-Filipina mengenai Pulau Miangas.


https://rischaandriani.wordpress.com/2016/11/20/sengketa-indonesia-filipina-
mengenai-pulau-miangas/

Anda mungkin juga menyukai