Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

PEMBAHASAN

Pendidikan kewarganegaran (Civiceducation) merupakan konsep yang mengglobal,dalam


arti setiap negara memikirkan,melaksanakan dan mengevaluasi. Target pertama dan utama dalam
upaya menyelenggarakan pendidikan kewarganegaraan adalah warga negara yang tahu persis
dan paham jati diri masyarakat,bangsa, dan negaranya. Dalam rangka memperoleh pemahaman
ini, Masing-masing individu warga negara harus mempunyai pengetahuan yang luas. Orang bijak
bilang, ilmu pengetahuan lebih penting dari harta. Ilmu pengetahuan tidak akan bisa habis, kalau
harta itu bisa habis, maka dari itu warisilah generasi kita dengan ilmu pengetahuan yang
bermanfaat. Dengan ilmu pengetahuan diharapkan akan mempermudah kita dalam menjalani
kehidupan.Pengetahuan yang diperoleh dari dalam masyarakat, bangsa dan negaranya sendiri
maupun dari masyarakat, bangsa dan negara lain. Pengetahuan dari dalam diri kehidupannya
untuk menemukan jati diri yang sebenarnya, Ilmu pengetahuan sangat penting dalam kehidupan
manusia. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan ini tanpa ilmu pengetahuan.
Tanpa ilmu pengetahuan, kita ibarat orang buta tanpa tongkat. Dengan ilmu pengetahuan yang
kita miliki sekarang saja kita masih sering jatuh bangun dalam menjalani kehidupan ini. Ilmu
pengetahuan dewasa ini perkembangannya sangat pesat karena terbawa oleh pengaruh
globalisasi. Maka dari itu ilmu pengetahuan yang kita miliki harus selalu ditingkatkan.
Belajar merupakan suatu kewajiban dan tanggung jawab kita sebagai seorang pelajar/
mahasiswa. Mempunyai tekad dan niat untuk belajar kita dapat membawa perubahan pada diri
kita masing masing. Perubahan itu terjadi apabila kita mau melakukan suatu usaha (berusaha).
Memiliki keinginan dan semangat yang kuat untuk belajar dapat membuat kita menjadi lebih tau
dan faham dari apa yang belum kita fahami. Jika kita bermalas malasan terhadap sesuatu maka
yang didapatkan tidak akan menjadi maksimal bahkan tidak menghasilkan. Belajar akan
menjadi sulit jika tidak ada niat dari hati masing”. Kesulitan belajar dapat dibagi menjadi tiga
kelompok menurut Amri dan Ahmadi (2010:84) menyatakan bahwa: kesulitan belajar ringan
biasanya dijumpai pada peserta didik yang kurang perhatian di saat mengikuti pembelajaran,
kesulitan belajarsedang dijumpai pada peserta didik yang mengalami gangguan belajar yang
berasal dari luar diri peserta didik, misalnya faktor keluarga, lingkungan tempat tinggal, dan
pergaulan, dan kesulitan belajar berat dijumpai pada peserta didik yang mengalami ketunaan
pada diri mereka, misalnya tuna rungu, tuna netra, dan tuna daksa. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan kesulitan untuk belajar diantaranya:
1. Faktor Intern (faktor dari dalam diri kita sendiri) contoh : faktor psikologis dan faktor
fisiologis
2. Faktor Ekstern (faktor dari luar manusia) contoh : faktor faktor noon sosial dan faktor
faktor sosial
Kesulitan belajar tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi yang rendah (kelainan mental),
akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non intelegensi.Menurut Ahmadi dan
Supriyono (2001:75) mengemukakan macam-macam kesulitan belajar dapat dikelompokkan
menjadi empat macam:
a) Dilihat dari jenis kesulitan belajar:
1) Ada yang berat
2) Ada yang ringan
b) Dilihat dari bidang studi yang pelajari
1) Ada yang sebagian bidang studi.
2) Ada yang keseluruhan bidang studi
c) Dilihat dari sifat kesulitannya:
1) Dilihat dari segi sifatnya permanen atau menetap,
2) Ada yang sifatnya hanya sementara
d) d. Dilihat dari segi faktor penyebabnya :
1) Ada yang karena faktor intelegensi,
2) Ada yang karena faktor non intelegensi.

Terjadinya kesulitan belajar juga terjadi karena kita tidak mampu/ faham mengaitkan
pengetahuan baru dengan pengetahuan lama. Sehingga hasil yang dicapai tidak seimbang dengan
usaha yang dilakukan. Siswa yang mengalami kesulitan belajar memiliki hambatan-hambatan
sehingga menampakkan gejala-gejala yang bisa diamati oleh guru. Beberapa gejala sebagai
pertanda adanya kesulitan belajar yaitu antara lain: hasil yang dicapai tidak seimbang dengan
usaha dilakukan, lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar, menunjukan sikap yang kurang
wajar seperti: acuh tak acuh, berpura-pura, membolos dalam satu hari dan datang terlambat ke
sekolah. Hal ini bisa teratasi melalui layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di
sekolah untuk siswa.
Bimbingan dan konseling merupakan serangkaian program layanan yang diberikan
kepada siswa agar mereka mampu berkembang lebih baik dan bantuan yang dapat diberikan
kepada peserta didik agar mampu berubah kearah yang lebih baik, mampu bersikap sesuai
dengan identitas yang sebenarnya. Selain itu tujuan bimbingan agar individu mampu
memecahkan masalah yang dihadapinya. Bimbingan dan konseling diselenggarakan di sekolah-
sekolah mulai dari tingkat dasar sampai tingkat tinggi. Asosiasi Bimbingan Dan Konseling
Indonesia (2013: 9) menyatakan bahwa: bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan adalah
pelayanan bantuan profesional, kelompok maupun klasikal, agar peserta didik mampu
mengarahkan diri dan berkembang secara optimal dalam bidang pengembangan kehidupan
pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis
layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku, melalui proses
pembelajaran.Tujuan umum pelayanan bimbingan dan konseling pada dasarnya sejalan dengan
tujuan pendidikan itu sendiri karena bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari
system pendidikan.
Tujuan pendidikan adalah terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang
beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekrti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakat dan kebangsaan. Dan salah satu tujuan dari
kegiatan bimbingan disekolah supaya siwa dapat mengembangkan kemampuan, memecahkan
masalah ataupun hambatan. Dukungan dari orangtua juga sangatlah penting, maka dari itu
orangtua harus lebih dalam memberikan motivasi belajar untuk anaknya, mendukung anaknya
dalam proses belajar. Sehingga anak mempunyai tekad untuk menunjukkan bahwa mereka bisa.
DAFTAR PUSTAKA

References
Salahudin, A. (2010). Bimbingan dan konseling.

Sukardi, D. K. (1983). Dasar dasar bimbingan dan penyuluhan di sekolah.

Yusmiati. (2016). STUDI KASUS KESULITAN BELAJAR SISWA YANG TINGGAL KELAS.

Anda mungkin juga menyukai