Anda di halaman 1dari 10

MATERI KE-

KEPEMIMPINAN

Tujuan:

Kader mampu memiliki jiwa kepemimpinan yang ideal

Target:

- Kader mampu memahami konsep kepemimpinan

- Kader mampu menentukan tipe kepemimpinan yang ideal

- Kader mampu memanifestasikan kapasitas seorang pemimpin yang


ideal

- Kader mampu memiliki jiwa militan


KEPEMIMPINAN
"Jadilah orang yang bermartabat, jujur, dan selalu menyampaikan kebenaran."
-Ali bin Abi Thalib -

Manusia merupakan makhluk tuhan yang dikaruniai keistimewaan dengan


akal yang dimilikinya. Senada dengan apa yang difirmankan oleh Allah SWT
dalam firman-Nya pada surat At-Tiin ayat 4 “Sungguh, Kami telah menciptakan
manusia dalam bentuk fisik yang sebaik-baiknya.” Manusia dibekali dengan akal
dan sifat-sifat yang unggul. Dengan kelebihan-kelebihan itulah manusia
diamanahi sebagai khalifah di bumi. Dengan kelebihan yang dimiliki tersebut,
manusia kemudian diamahkan oleh Allah SWT menjadi pemimpin di muka bumi
ini. Eksistensi daripada manusia sebagai pemimpin di muka bumi ini adalah
salah satu manifestasi perwujudan Islam yang rahmatan lil-alamin.
Pempimpin diibaratkan sebagai seorang nahkoda yang mengomandu
sebuah kapal yang berlayar diatas luasnya hamparan samudera, di mana
berbagai rintangan dan dinamika silih berganti menghampiri. Sama halnya
dengan kondisi dan dinamika yang ada pada sosial masyarakat saat ini yang
semakin kompleks, pemimpin dinilai memiliki peran yang krusial dalam
menentukan arah gerak dan keberhasilan suatu usaha baik dalam ruang lingkup
individu maupun kelompok. Oleh karena itu, sebagai seorang kader PMII, kita
harus dapat menjalankan peran dan fungsi secara utuh sebagai seorang khalifah
fil ard baik bagi diri kita sendiri, masyarakat, maupun organisasi.

A. DEFINISI KEPEMIMPINAN
Secara bahasa kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” yang berarti
tuntun, bina, bimbing, mengetuai atau mengepalai. Kepemimpinan dapat
pula di definisikan sebagai seni mempengaruhi dan mengarahkan orang
dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan, dan kerjasama yang
bersemangat dalam mencapai tujuan bersama.1
Secara terminologis, beberapa ahli berpendapat mengenai pendefinisian
kepemimpinan diantaranya:
1. George R. Terry (1972), Kepemimpinan merupakan aktivitas
mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan
organisasi.2
2. Sarros dan Butchatsky (1996), Kepemimpinan merupakan suatu
perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para
anggota kelompok dalam rangka mencapai tujuan bersama yang
dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. 3

1
Rivai, Kepemimpinan Pendidikan (Jakarta: Cahaya Ilmu, 2003), hlm. 3.
2
Nur Sayyid Santoso Kristeva. Buku Panduan Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa & Pendidikan Politik
(Cilacap-Yogyakarta, 2016), hlm. 20.
3
Dubrin, J Andrew. The Complete Ideal’s Guides Leadership second edition (Jakarta, Prenada, 2010). hlm. 9.
4
Aspizain Chaniago. Pemimpin & Kepemimpinan : Pendekatan Teori & Studi Kasus (Jakarta Pusat, 2016 :
Lentera Ilmu Cendekia), hlm. 37.
2

3
3. Theo Haiman dan William G. Scott dalam Sutarto (1998),
Kepemimpinan adalah proses orang-orang diarahkan, dipimpin dan
dipengaruhi dalam pemilihan dan pencapaian tujuan.4
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan
seseorang untuk memengaruhi diri sendiri maupun orang lain dalam rangka
mencapai tujuan bersama demi kebermanfaatan bagi individu dan
organisasi.
Kepemimpinan juga dapat dipahami dalam dua prespektif ruang
lingkup yang berbeda, yaitu kepemimpinan dalam individu dan
kepemimpinan dalam kelompok. Dalam kedua prespektif ini, artinya,
kepemimpinan dapat dipahami sebagai skill yang dimilki setiap manusia
sebagai anugrah Yang Maha Kuasa, bisa dalam lingkup kecil, menengah dan
luas, sebagai pribadi, keluarga, atau masyarakat dalam lingkup kecil dan
luas5. Dalam ruang lingkup kepemimpinan tersebut, terdapat tiga unsur
yang saling berkaitan satu sama lain dan akan menjadi determinan dalam
kesuksesan seorang pemimpin yaitu pemimpin, objek yang dipimpin, dan
situasi.
Pemimpin didefinisikan sebagai seseorang yang dapat mempengaruhi
orang lain atau kelompok untuk melakukan unjuk kerja maksimum yang
telah ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi. 6 Secara definisi, pemimpin
berbeda dengan pimpinan yang merupakan jabatan atau posisi seseorang
di dalam sebuah organisasi. Adapun objek yang dipimpin adalah seorang
atau sekelompok orang yang merupakan anggota dari suatu perkumpulan
atau pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas yang
telah disepakati bersama guna mencapai tujuan 7. Sedangkan situasi
menurut Hersey dan Blanchard adalah suatu keadaan yang kondusif, di
mana seorang pemimpin berusaha pada saat-saat tertentu mempengaruhi
perilaku orang lain agar dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka
mencapai tujuan bersama.8

B. TEORI KEPEMIMPINAN
Pada dasarnya pemimpin mempunyai sumber kemampuan dalam
menjalani kepemimpinan yang berbeda-beda, sehingga timbul beberapa
teori kepemimpinan.9
1. Teori genetis (keturunan)

53
Nur Sayyid Santoso Kristeva. Buku Panduan Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa & Pendidikan Politik.
(Cilacap-Yogyakarta, 2016), hlm. 12.
6
op cit. hlm. 9
7
ibid.
8
ibid. hlm. 10

9
Teori ini mengatakan, “Leader are born and not made”. Seorang
pemimpin akan menjadi pemimpin karena telah dilahirkan dengan
bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang
ditempatkan karena telah ditakdirkan menjadi pemimpin.
2. Teori Sosial
Teori ini mengatakan, “Leader are made and not born”. Jadi teori ini
merupakan kebalikan inti teori genetika. Teori ini berpandangan bahwa
setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan
pengalaman yang cukup.
3. Teori Ekologis
Teori ini berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi
pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan.
Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang
teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan
lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori
terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang lebih ideal.

Dari ketiga teori diatas, maka seyogyanya jiwa kepemimpinan hadir


karena sebuah bakat secara lahiriyah serta didukung melalui pengalaman
selama hidupnya. Bakat kepemimpinan yang muncul sejak lahirpun tidak
akan maksimal ketika tidak didukung dengan pengalaman atau pendidikan
yang dilakukan secara teratur. Maka dari itu perlu adanya pendalaman
terkait bakat tersebut yaitu dengan menambah wawasan keilmuan dan
pengalaman supaya terbentuk jiwa kepemimpinan yang ideal.

C. FUNGSI PEMIMPIN
Pemimpin mempunyai empat fungsi, yaitu planing, organizing, leading,
dan controling. Fungsi pemimpin tersebut tidak hanya dimiliki oleh
pemimpin dalam hal memimpin orang banyak, tetapi juga dalam memimpin
diri sendiri. Jadi, diharapkan setiap individu juga memiliki keempat fungsi
tersebut.
1. Planing (Perencanaan)
Fungsi perencanaan bagi pemimpin yaitu sebagai suatu proses
menelaah apa yang akan dilakukan, kapan dan dimana melakukannya,
bagaimana cara melakukannya dan oleh siapa yang melakukan.
Perencanaan disini juga mencakup penentuan semua misi, identifikasi,
menyusun program dan prosedur untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Organizing (Pengorganisasian)
Fungsi pengorganisasian yaitu sebagai proses menetapkan dan
mengelompokkan pekerjaan yang akan dilakukan, merumuskan dan
melimpahkan tanggung jawab dan wewenang, serta menjalin
hubungan-hubungan agar dapat bekerja sama efektif dalam mencapai
tujuan.
3. Leading (Kepemimpinan)
Fungsi kepemimpinan disini adalah implementasi aransemen yang
sudah disusun pemimpin dengan dukungan orang lain. Kepemimpinan
menyangkut pengelolaan hubunga atau proses seseorang dalam
memimpin.
4. Controling (Pengawasan)
Fungsi pengendalian disini yaitu suatu proses rangkaian tindakan
pengamatan, pengecekan, penilaian, dan penyelesaian suatu proses
yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
serta untuk mengetahui proses tersebut sesuai dengan rencana yang
teah ditentukan atau tidak. 10

D. TIPE KEPEMIMPINAN
Setiap pemimpin mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, seperti
latar belakang pendidikan, pengalaman, usia, wawasan, dan pembawaan
diri. Hal tersebut akan mempengaruhi karakteristik pemimpin dalam
memimpin. Maka dari itu, timbul beberapa tipe kepemimpinan, yaitu tipe
otokratis, paternalistis, karismatik, dan demokratis.
1. Tipe Otokratis
Pemimpin dengan tipe otokratis cenderung menempatkan
kekuasan di tangan satu orang sebagai penguasa tunggal. Ciri lainnya,
yaitu menganggap organisasi sebagai milik pribadi, mencampurkan
tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, tidak mau menerima kritik,
terdapat unsur paksaan, dan bersifat menghukum.11 Kelebihan dari tipe
ini, yaitu kedisiplinan yang optimal serta komunikasi struktural lebih
teratur. Sedangkan kelemahannya, yaitu mematikan kreativitas dan
inovasi dari sekelompok orang yang dipimpin, serta pemimpin hanya
menjadikan orang yang dipimpin sebagai alat untuk mencapai tujuan.
2. Tipe Paternalistis
Pemimpin dengan tipe paternalistik cenderung bertindak layaknya
sebagai orang tua yang mengayomi dan menggurui. Ciri lainnya, yaitu
bersikap terlalu melindungi (over protective) dan maha tahu serta
pemberdayaan dalam proses pengambilan keputusan orang yang
dipimpin rendah.12 Kelebihan dari tipe ini, yaitu komunikasi berjalan
dua arah, pemimpin memberikan contoh, motivasi, dan evaluasi kepada
orang yang dipimpin. Sedangkan kelemahannya, yaitu daya kreativitas
dan inovasi dari orang yang dipimpin rendah serta pemimpin
menempatkan orang yang dipimpin sebagai individdu yang belum
dewasa sehingga perlu dipimpin terus-menerus.
3. Tipe Karismatik
Pemimpin dengan tipe karismatik ini dinilai memiliki bakat dalam
memimpin sehingga mampu menumbuhkan keseganan dari orang yang
dipimpin. Ciri lainnya, yaitu percaya diri yang besar, komunikatif, serta
bersedia membuat pengorbanan diri dengan mengambil resiko pribadi.
Kelebihan dari tipe ini, yaitu kepemimpinannya tidak berorientasi untuk
pribadi, loyalitas sudah terbentuk dari diri pemimpin, serta informasi

10
Aspizain Chaniago. Pemimpin & Kepemimpinan : Pendekatan Teori & Studi Kasus. (Jakarta Pusat, 2016 :
Lentera Ilmu Cendekia), hlm. 3.
11
Nur Sayyid Santoso Kristeva. Buku Panduan Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa & Pendidikan Politik.
(Cilacap-Yogyakarta, 2016), hlm. 27.
12
Ibid.
dan partisipasi orang yang dipimpin dapat secara maksimal. Sedangkan
kelemahannya, yaitu cenderung self-centered, rentan semena-mena, dan
cenderung kaku.13
4. Tipe Demokratis
Pemimpin dengan tipe demokratis merupakan tipe yang sesuai
dengan sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, tipe ini dianggap
sebagai tipe yang ideal dan efektif. Kepemimpinan demokratis
berorientasi pada manusia dan membiarkan bimbingan yang efisien
kepada anggotanya. Kekuatan kepemimpinan demokratis tidak hanya
terletak pada pimpinanya namun juga partisipasi aktif dari anggota. Ciri
lainnya, yaitu dalam proses pengambilan keputusan dilakukan
musyawarah dan voting, tujuan organisasi ditentukan bersama, dan
pemberdayaan orang yang dipimpin tinggi. Kelebihan dari tipe ini, yaitu
partisipasi aktif, kretivitas, dan inisiatif tinggi dari orang yang dipimpin,
tujuan organisasi merupakan tujuan bersama, dan ikhlas dalam
mencapai visi, misi, dan tujuan organisasi. Sedangkan kelemahannya,
yaitu sulit mencapai kata mufakat karena pendapat setiap orang
berbeda-beda, dan waktu pengambilan keputusan yang relatif lama.14

Dari tipe-tipe kepemimpinan tersebut, tentunya nanti kader harus bisa


memposisikan diri kapan dan dimana harus menggunakan tipe
kepemimpinan tersebut. Walaupun secara latar belakang pendidikan,
pengalaman, usia, wawasan, dan pembawaan diri itu nanti passtinya akan
membentuk satu karakteristik tipe kepemimpinan, tetapi kader harus bisa
juga menempatkan tipe kepemimpinan lainnya menyesuaikan dengan
kondisi yang ada. Jadi tipe kepemimpinan disini maksudnya bukanlah hal
yang tidak bisa dirubah, tetapi menjadi tipe-tipe keoemimpinan yang bisa
dipilih sesuai dengan kondisi yang ada.

E. KAPABILITAS YANG HARUS DIMILIKI PEMIMPIN


Dalam agama Islam, kita dikenal dengan adanya istilah Uswatun
Hasanah (Teladan yang baik) suri teladan dan konsep moralitas seorang
pemimpin yang paling sempurna terdapat pada diri Nabi Muhammad saw,
seorang yang mempunyai sifat-sifat yang selalu terjaga dan dijaga oleh Allah
SWT. Allah berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 21, yang artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bag orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. Sifat yang dimaksud dikenal
dengan sebutan sifat wajib Rasul. Sifat Rasul merupakan pencerminan
karakter Nabi Muhammad saw dalam menjalankan tugasnya sebagai
pemimpin umat. Kita selaku umat Nabi Muhammad saw sebaiknya
membumikan sifat-sifat tersebut dalam kepemimpinan.

1. Shiddiq
13
Ibid
14
Nur Sayyid Santoso Kristeva. Buku Panduan Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa & Pendidikan Politik.
(Cilacap-Yogyakarta, 2016), hlm. 27.
Shiddiq berarti jujur dalam perkataan dan perbuatan terhadap diri
sendiri (Integrity) maupun kepada orang lain. Dalam hal kejujuran
pastinya ada khabar yang menjelaskan tentang seruan Nabi Muhammad
saw kepada umatnya untuk berlaku jujur di setiap keadaan, dimanapun
dan kapanpun itu. Ubaidillah Ibnush shamit r.a. menuturkan bahwa,
Rasulullah saw bersabda, “Jamin untukku enam perkara dari kalian, aku
menjamin untuk kalian surga, enam perkara ini adalah: bila berbicara
jujurlah, tepatilah janji apabila kalian berjanji, apabila kalian dipercayai,
tunaikanlah amanah, jagalah kemaluan kalian (dari kemaksiatan),
palingkan pandangan kalian (dari segala yang diharamkan melihatnya)
dan tahanlah tangan kalian (dari mengambil yang haram)”. (HR. Imam
Ahmad). Berdasarkan hadits di atas, sebagai seorang pemimpin ia mesti
melakukan upaya-upaya Good Governance seperti transparansi,
akuntabilitas, dan responsibilitas atas aktivitas organisasi yang
dipimpinnya.

2. Amanah

Karakter yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin


sebagaimana karakter yang dimiliki Rasul yaitu sifat dapat dipercaya
atau bertanggung jawab. Beliau jauh sebelum menjadi Rasul pun sudah
diberi gelar Al-Amin (yang dapat dipercaya). Sifat amanah inilah yang
dapat mengangkat posisi Nabi di atas pemimpin umat atau Nabi-Nabi
terdahulu. Pemimpin yang amanah yakni pemimpin yang benar-benar
bertanggungjawab pada amanah, tugas dan kepercayaan yang diberikan
Allah SWT. Yang dimaksud amanah dalam hal ini adalah apapun yang
dipercayakan kepada Rasulullah saw meliputi segala aspek kehidupan.

Dengan memiliki sifat amanah, pemimpin akan senantiasa menjaga


kepercayaan masyarakat yang telah diserahkan di atas pundaknya.
Kepercayaan masyarakat berupa penyerahan segala macam urusan
kepada pemimpin agar dikelola dengan baik dan untuk kemaslahatan
umat. Dalam menanggung amanah kepemimpinan, Rasulullah saw juga
sangat melarang kepada semua pemimpin untuk mengambil segala
sesuatu yang bukan haknya.

3. Tabligh

Tabligh merupakan sifat Rasul yang ketiga. Pada saat itu sasaran
pertama adalah keluarga beliau, lalu berdakwah ke berbagai penjuru.
Sebelum mengajarkan sesuatu, beliau yang terlebih dahulu
melakukannya. Sifat Ini adalah sebuah sifat Rasul untuk tidak
menyembunyikan informasi yang datang langsung dari Allah SWT atau
lainnya demi kepentingan umat dan agama. Bahkan beliau tidak pernah
sekalipun menyimpan informasi berharga hanya untuk dirinya sendiri.
Akuntabilitas berkaitan dengan sikap keterbukaan (transparansi)
dalam kaitannya dengan cara kita mempertanggungjawabkan sesuatu di
hadapan orang lain. Salah satu ciri kekuatan komunikasi seorang
pemimpin adalah keberaniannya menyatakan kebenaran meskipun
konsekuensinya berat. Beliau sangat tegas pada orang yang melanggar
hukum Allah, namun sangat lembut dan memaafkan bila ada kesalahan
yang menyangkut dirinya sendiri. Dalam istilah Arab dikenal ungkapan
“kul al-haq walau kaana murran” katakanlah atau sampaikanlah
kebenaran meskipun pahit rasanya.

4. Fathanah

Seorang pemimpin harus memahami sifat pekerjaan atau tugas


yang diemban oleh dirinya, serta mampu memberikan keputusan secara
tepat dan benar. Menurut Marshall G. Hodgson, ahli sejarah
(konsentrasi) peradaban Islam, sebagaimana yang dikutip Dr.
Nurkholish Madjid dalam salah satu tulisannya bahwa kesuksesan
kepemimpinan Nabi Muhammad saw dalam menaklukkan manusia
adalah demi membebaskan mereka dari belenggu ketidaktahuan dan
kegelapan dengan landasan cinta kasih, keimanan, dan niat tulus.

Selain kapabilitas yang telah dikemukakan diatas, maka alangkah


lebiknya pemimpin juga mempunyai ketiga kemampuan, yaitu kapasitas,
integritas, dan kredibilitas.

a. Kapasitas adalah totalitas kekuatan yang dimiliki seseorang untuk


melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan. Misalnya memiliki
kecerdasan, kemampuan komunikasi, kemampuan fisik, dan
kemampuan psikis, dan berani mengambil keputusan.

b. Integritas adalah merupakan kesatuan dari perkataan dengan


perbuatan, dengan kata lain bukan apa diri kita, tetapi siapa diri kita,
karena dengan integritas kita dapat membangun kepercayaan (jujur).

c. Kredibilitas adalah kemampuan seseorang mendapatkan kepercayaan


dan keyakinan yang berakar dari masa lalu dan berhubungan dengan
reputasi, karena kepercayaan merupakan fondasi dari kepemimpinan.
Sedangkan yang dimaksud reputasi yaitu jaminan manusia karena masa
lalunya yang baik.

Jika ketiga kemampuan diterapkan dalam memilih atau mengangkat


para pemimpin, maka dapat membantu dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya sebagai pemimpin. Jadi pemimpin yang ideal adalah I = KIK
(I=Ideal dan KIK=Kapasitas, Integritas, dan Kredibilitas).
REKOMENDASI BACAAN LANJUTAN

◙ Dubrin, J. Andrewa. 2010. The Complete Ideal’s Guides Leadrship. Jakarta:


Prenada.

◙ Aunur Rohim Fakih dan Wijayanto. 2001. Kepemimpinan Islam. Yogyakarta: UII
Press.

◙ Nur Sayyid Santoso Kristeva. 2016. Buku Panduan Pelatihan Kepemimpinan


Mahasiswa & Pendidikan Politik. Yogyakarta: Cilacap.
MIND MAP

Anda mungkin juga menyukai