SKRIPSI
Oleh
Daru Lestariningsih
3351403050
Akuntansi S1
FAKULTAS EKONOMI
2007
i
BAB I
PENDAHULUAN
suatu Negara. Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana alternatif
pasar modal sudah dapat berjalan dengan baik, maka dana pembangunan
yang bersumber dari luar negeri makin lama makin dikurangi. (Anaroga dan
pengukur kualitas manajemen, jika pasar modal sifatnya efisien harga dari
laba perusahaan di masa yang akan datang. Pasar modal mempunyai fungsi
sebagai alokasi dana yang produktif untuk memindahkan dana dari pemberi
dan oleh karenanya kualitas dari komiditi ini yaitu saham dan atau obligasi
quarantor, penilai, dan wali amanat adalah amat diperlukan. Pada awal
akhir instrumen pasar modal yang akan dikeluarkan. (Anaroga dan pakarti
2001: 6).
analisis yang cermat, teliti dan didukung dengan data-data yang akurat.
Teknik yang benar dalam analisis akan mengurangi risiko bagi investor
dan jika ada risiko, risikonya lebih kecil dibandingkan dengan kemungkinan
yang dapat diraih. Secara umum ada banyak teknik analisis dalam
ekonomi, dan analisis rasio keuangan. (Anaroga dan pakarti 2001: 108).
Penelitian ini menggunakan analisis fundamental dengan
pasar saham dengan laba per lembar saham, pendekatan ini sering
digunakan oleh para analis sekuritas untuk menilai harga saham karena
rasio dari harga saham terhadap tingkat earning. Rasio ini menunjukkan
seberapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari
earnings. Misalnya nilai PER adalah 5, maka ini menunjukkan bahwa harga
pendekatan PER. Selain itu PER juga memberikan standar yang baik dalam
membandingkan harga saham untuk laba per lembar saham yang berbeda
PER dari saham suatu perusahaan. Bagi investor PER yang rendah akan
gain juga semakin besar sehingga investor dapat memiliki banyak saham
PER yang tinggi pada waktu go public untuk menunjukkan bahwa kinerja
perusahaan cukup baik dengan harapan agar harga saham akan tinggi pula.
623) Dividend pay out ratio merupakan perbandingan antara dividend per
share (DPS) dengan earning per share (EPS). Current ratio merupakan
Likuiditas juga bisa berarti mudah tidaknya suatu jenis investasi dicairkan
kelompok lainnya, dan terdiri dari banyak jenis pilihan untuk berinvestasi,
baik.
berani membeli saham dengan harga yang relatif tinggi yang berarti PER
saham tersebut dijual dengan harga yang tinggi ketika pasar lagi turun dan
berarti PER saham tersebut tinggi. (oleh Antony Japari, MBA, CLU, Ch
FC, RFP-I dalam Investor edisi 133 tanggal 11 Oktober 2005). Di sisi lain
BUMN padahal ideal dividen pada tahun ini adalah 25 – 30 persen, dalam
hal ini dividen pay out ratio berhubungan positif dengan PER. Hal ini
baik adalah PER yang rendah karena harganya murah sehingga dapat
dalam negeri juga dapat berimbas pada perdagangan saham di bursa, karena
hal ini teknik analisis yang bersifat fundamental dengan pendekatan PER.
investasi yang tepat. Dalam penelitian ini diambil tiga variabel yang
mungkin mempengaruhi PER yaitu Dividend pay out ratio, current ratio
tersebut guna memilah milah saham mana yang nantinya dapat memberikan
PER yang rendah. Dari segi Investor, PER yang terlalu tinggi barangkali
tidak menarik karena harga saham tidak akan naik lagi, yang berarti
risiko. Hasil penelitian ini adalah ada pengaruh positif antara dividend pay
out ratio dan risiko terhadap PER. Dan pertumbuhan laba (growth)
sedangkan variabel earning growth dan VEG tidak semua dalam periode
Fundamental atau pendekatan lain tidak akan lepas dari kesalahan (error) “
growth and country risk terhadap price earning ratio”. Sebagai variabel
size, earning growth dan country risk terhadap price earning ratio tersebut
memberikan hasil yang bervariasi pada jenis industri yang berbeda. Faktor
positif pada industri metal and cable. Faktor size mempengaruhi PER
industri food and beverage dan paper. Faktor country risk mempengaruhi
PER secara siqnifikan positif pada industri cable dan pharmacy. Sedangkan
diambil di Bursa Efek Jakarta dan ada variabel yang pernah diteliti kembali
untuk membuktikan kebenaran teori tersebut apa masih layak atau tidak.
adalah:
1. Apakah secara simultan Dividend pay out ratio, current ratio, variance
Ratio (PER) ?
2. Apakah secara parsial Dividend pay out ratio, current ratio, variance of
(PER)
secara simultan
1. Kegunaan Teoritis
dalam kajian berikutnya bagi para peneliti yang berminat dalam pasar
modal.
2. Kegunaan Empirik
emiten
Dividend pay out ratio yaitu prosentase dividen yang dibagikan kepada
pemegang saham dari laba bersih setelah pajak. Dividen pay out ratio
Price earning ratio (PER) dalam penelitian ini sebagai variabel dependen.
Price earning ratio adalah perbandingan antara harga pasar saham dengan
LANDASAN TEORI
pasar atau saham (market price) dengan earning per share dari saham
yang bersangkutan. PER merupakan suatu ukuran yang penting bagi para
Rasio harga laba umumnya digunakan sebagai indikator dari nilai relatif
bagi berbagai saham biasa. Rasio harga laba hanya menyediakan indikasi
kasar dari hasil investasi relatif, dan harus digunakan dengan sangat hati-
hati. Namun, rasio harga laba ini rutin menyediakan indikasi mengenai
harapan pasar jika laba disesuaikan dengan benar pada saat perhitungan
dan semakin rendah tingkat perubahan laba, maka akan semakin tinggi
(return) yang layak dari suatu investasi saham. Semakin besar PER suatu
PER 5 kali, berarti harga saham tersebut 5 kali lipat terhadap EPSnya.
Saham yang memiliki PER yang semakin kecil bagi pemodal akan
murah. PER merupakan salah satu segi untuk memandang kinerja harga
dapat diketahui berapa lama investasi dalam suatu saham akan kembali.
PS/MP
PER =
EPS
PS : Price share
bersih setelah pajak pada suatu tahun buku dengan jumlah saham yang
ditanamkan pada perusahaan. Semakin tinggi nilai earning per share nya
tentu saja menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba
earning per share menurun berarti penjualan/ laba biaya yang terlalu
besar sehingga laba yang diperoleh juga rendah. Ang (1997: 6.22)
akan semakin kecil atau net income after tax kecil maka akan semakin
naik pula EPS. Komponen dividen yang terdapat pada rumus EPS tersebut
hanya berlaku untuk saham preferen, tidak berlaku untuk saham biasa.
diperoleh dari pasar modal) dan laba per lembar saham yang diperoleh
mengukur harga saham biasa dengan laba per lembar saham. Indonesian
rendah. Dari segi investor, PER yang terlalu tinggi barangkali tidak
menarik karena harga saham barang kali tidak naik lagi, yang berarti
Menurut Drs. Dwi Prastowo D., M.M., dan Rifka Juliaty, S.E
(2002: 96) oleh para investor, angka ratio PER ini digunakan untuk
Semakin besar price earning ratio berarti harga pasar dari setiap
lembar saham akan semakin baik. Tetapi semakin rendah price earning
ratio maka semakin besar daya tarik saham sebagai suatu investasi. Juga
harga pasar saham tersebut 10 kali lipat terhadap EPS-nya. Rasio pasar
pasar suatu saham (market price) dengan laba per lembar saham. Price
dalam earning per share. Saham dengan price earning ratio yang
semakin kecil akan semakin bagus yang artinya saham tersebut semakin
murah. Bagi investor price earning ratio yang terlalu tinggi justru tidak
menarik karena harga saham mungkin tidak akan naik lagi dan
kemungkinan return yang diperoleh lebih kecil. (Robert ang 1997: 6.24).
perbandingan antara harga saham per lembar (closing price) dengan laba
per lembar saham (Earning per share). PER yang bagus adalah PER yang
berwujud grafik.
2. The Firm Foundation Theory (Analisis Fundamental)
dan prospek pertumbuhan dari masa yang akan datang, maka akan
per lembar saham lebih rendah dari yang lain, maka analisis
hanya nilai suatu saat tapi juga harapan akan kemampuan suatu
tersebut.
asset (leverage)
lancar
industri.
Analisis sekuritas kadang-kadang menyukai penggunaan
pertumbuhan dividen.
earning per share (EPS). Sedangkan menurut Suad Husnan (2001 : 316)
perusahaan mampu menghasilkan laba yang semakin besar, jika laba yang
yang makin besar karena hal ini berarti perusahaan akan membagikan
modal sendiri.
tinggi dividend pay out ratio akan menguntungkan para investor tetapi
membayar dividend pay out ratio lebih kecil supaya nanti tidak memotong
dividen jika laba yang diperoleh turun. Untuk perusahaan yang berisiko
(Jogiyanto 2003:280).
dividen atau dividend pay out ratio melihat bagian earning (pendapatan)
yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Bagian lain yang tidak
dengan EPS, jadi perspektif yang dilihat adalah pertumbuhan dividend per
komponen DPS terkandung unsur dividen, jadi jika semakin besar dividen
yang dibagikan maka akan semakin besar dividend pay out rationya. Pada
tahunnya dengan DPR antara 0%- 25%, tetapi ada yang menggunakan
tarif proyektif. Dividen yang terlalu besar bukan tidak diinginkan oleh
investor, tetapi jika DPR lebih besar dari 25%, dikuatirkan akan terjadi
menyukai dividen, ingin angka ratio ini yang tinggi. Banyak perusahaan
menurun), karena hal ini justru akan berpengaruh negatif terhadap harga
saham. (Drs. Dwi Prastowo D., M.M., dan Rifka Juliaty, S.E 2002: 98).
pay out ratio yang ditetapkan oleh suatu perusahaan, makin kecil dana
dividen di satu pihak dan untuk laba di tahan di lain pihak, di mana
kepada para pemegang saham di lain pihak, tetapi kedua tujuan tersebut
dibayarkan, berarti makin sedikit laba yang dapat ditahan, dan sebagai
artinya jumlah dividen per lembar saham yang akan dibayarkan setiap
saja.
c. Kebijakan yang konstan
tahunnya.
Penetapan dividen pay out ratio yang fleksibel, yang besarnya setiap
ada pengaruh positif antara dividend pay out ratio dan risiko terhadap
perbadingan antara dividen per share dengan earning per share. DPR bila
diperhitungkan.
suatu jenis investasi dicairkan menjadi uang kas (Anaroga 2001 : 79).
Dalam Wachowic dan van horne (2005: 205) rasio likuiditas dapat
kewajiban jangka pendek yang bisa dicari dengan current ratio, quick
ratio dan net working ratio. Dalam penelitian ini menggunakan current
ratio sebagai salah satu variabel bebas. Dapat dicari dengan rumus :
Aktiva lancar
Current ratio =
Kewajiban lancar
Drs. Dwi Prastowo D., M.M., dan Rifka Juliaty, S.E (2002: 79)
meskipun tidak ada standar yang pasti untuk penentuan rasio lancar yang
return yang lebih rendah dibandingkan dengan aktiva tetap. (Abdul Halim
dengan risiko. Dengan kata lain semakin tinggi current ratio likuiditas
sudah memuaskan bagi suatu perusahaan, tetapi jumlah modal kerja dan
besarnya ratio tergantung pada beberapa faktor, suatu standar atau rasio
karena sebagian besar danaya tertanam dalam aktiva tetap dan modal
kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas keseluruhan akan
banyak diinvestasikan pada aktiva tetap dan aktiva lancar yang permanen.
variabel bebas current ratio, total asset turnover dan leverage. Kerangka
terhadap harga saham perusahaan dalam hal ini diukur dengan PER,
PER.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa current ratio adalah
diperhitungkan. Return dan risiko merupakan dua hal yang tidak terpisah,
faktor ini. Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin
besar risiko yang harus ditanggung, semakin besar return yang harus
seorang pun yang terbebas dari risiko. Analisis risiko dalam statistik
ratio.
(VEG) awalnya dicari melalui earning per share (EPS) atau laba per
pertumbuhan dari laba per lembar saham. Dari laba per lembar saham itu
baru dicari varian dari pertumbuhan laba. VEG mengukur seberapa besar
tiap saham.
positif dengan tingkat keuntungan. Semakin tinggi suatu risiko maka akan
keuntungan yang paling besar dengan risiko yang paling kecil. Variabel
∑ ( gt − g )
t =1
2
σg :
n −1
g t : pertumbuhan laba.
sedangkan variabel earning growth dan VEG tidak semua dalam periode
dalam jangka panjang yang bias diperjualbelikan. Pasar modal pada era
pasar modal itu. Di sini terlihat bahwa peranan akuntan public selalu
diperlukan dari rencana emisi, proses awal, dan berikutnya pada proses
b. Bagi Investor
2.7 Saham
Manfaat dari kepemilikan saham yaitu (Anaroga dan pakarti 2001: 59):
saham
b. Capital gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual
a. Saham biasa
b. Saham preferen
2. Berdasarkan Fungsinya
Menurut Anaroga (2001 : 100) nilai suatu saham dibagi atas tiga jenis
yaitu :
a. Par Value (nilai nominal)
pasar ini menyatakan naik turunnya suatu saham dan setiap hari
nilai pasar yaitu harga pasar dikalikan dengan total saham yang
2.8 Dividen
perusahaan.
Jika dividen lebih rendah dari yang diharapkan investor dapat menjual
Jika dividen lebih tinggi dari harapan investor dapat menerima dividen
DPR rendah, karena investor lebih suka menerima deviden dari pada
Terdapat bukti empiric bahwa jika ada kenaikan dividen sering diikuti
pay out ratio yang tinggi akan memancing kenaikan investor dalam
membeli saham emiten. Adanya harga saham yang tinggi diharapkan juga
menunjang operasi perusahaan akan lebih baik dan pada akhirnya akan
maupun negatif. Dividend pay out ratio selalu berpengaruh positif dengan
PER, karena DPR dan PER mempunyai salah satu indikator yang sama
yaitu earning per share, sehingga apabila DPR naik maka PER juga akan
naik pula. Perusahaan akan selalu dinilai dari likuiditas perusahaan, jika
nilai likuiditasnya baik maka dapat dianggap nilai perusahaan itu baik,
tetapi jika nilai likuiditasnya turun atau kurang maka perusahaan itu bisa
dengan risiko. Hal ini akan berhubungan negatif dengan PER, karena PER
Adanya harga saham yang tinggi diharapkan juga price earning ratio
akan naik. VEG dikaitkan dengan price earning ratio. Price earning ratio
dianggap sebagai risiko yang akan terjadi dan usaha tidak akan pernah
lepas dari risiko. Risiko suatu saham berbeda-beda, ada yang tinggi dan
ada yang rendah. Suatu saham yang mempunyai risiko yang tinggi tidak
mengambil risiko yang besar. Sehingga hal ini mengakibatkan PER naik.
Karena PER yang disukai investor adalah PER yang rendah yang berarti
harga suatu saham tersebut adalah murah dan berisiko rendah. Variance of
investor.
out ratio, current ratio, dan VEG baik secara simultan maupun parsial
Gambar 1
Kerangka berpikir
Tinggi
DPR
Rendah
Tinggi
Tinggi
PER
CR
Rendah
Rendah
Tinggi
VEG
Rendah
Keterangan :
2.10 Hipotesis
H2 Dividend pay out ratio, current ratio, resiko/ VEG berpengaruh signifikan
METODE PENELITIAN
1. Variabel Terikat
ini adalah price earning ratio yang diberi dengan symbol ‘y’ dengan
PS/MP
PER =
EPS
PS : Price stock
EPS : Earning per share
(Anaroga dan Pakarti 2001 : 64)
2. Variabel Bebas
2. Current Ratio
Aktiva lancar
Current Ratio =
Kewajiban lancar
3. Risiko / VEG
pertumbuhan laba
∑ ( gt − g )
t =1
2
σg:
n −1
g t : pertumbuhan laba
g : rata-rata pertumbuhan laba
n : banyaknya pengamatan dalam satu sampel
Perbadingan
Dividend Pay
dividen per lembar DPS
2 Out Ratio Independen DPR = Rasio
(DPR) saham dengan EPS
earning per share
Perbandingan CA
Current antara aktiva lancar CR =
3 Ratio (CR) Independen CL Rasio
dengan hutang
lancar
Varian n
Varian of
Earning
pertumbuhan laba ∑ ( gt − g )
t =1
2
3.3.1 Populasi
anggota kumpulan lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifatnya. Dalam
setiap penelitian ilmiah selalu dihadapkan pada masalah populasi dan
Pelanggaran
No Kriteria Akumulasi
Kriteria
Perusahaan manufaktur yang
1 listing di BEJ sampai tahun 146
2005
Perusahaan manufaktur yang
membuat laporan keuangan
yang di publikasikan secara luas
2 -4 138
pada saat periode penelitian
selama tiga tahun berturut-turut
yaitu tahun 2003, 2004, 2005.
Perusahaan manufaktur yang
membagikan dividen selama
3 -99 39
tiga tahun berturut-turut yaitu
tahun 2003, 2004, 2005.
Jumlah populasi sasaran total
117
selama periode penelitian
penelitian di BEJ. Data aktiva lancar dan hutang lancar untuk menghitung
current ratio. Data dividen per share dan earning per share untuk
yang kemudian dicari variannya untuk menghitung VEG. Data price stock
1.Analisis Diskriptif
yang lebih jelas tentang sekumpulan data yang diperoleh baik mengenai
regresi berganda.
Y = a + b 1 x 1 +b 2 X 2 + b 3 X 3 + e
a : Konstanta
b 1 b 2 b 3 : Koefisien X 1 X 2 X 3
X2 : Likuiditas
X3 : VEG
e : Faktor gangguan
sebagai berikut:
1) Analisis Data
terikat.
c. Koefisien determinasi
estimator linier yang baik dan tidak bias. Kondisi ini akan terjadi
normalitas
a. Uji Multikolinieritas
terjadi heteroskedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
(data time series) atau ruang (data cross section) dalam suatu
mengandung autokorelasi
d. Uji Normalitas
yang go public di Bursa Efek Jakarta sampai tahun 2005. Akhir tahun
Tabel 4.1
Perusahaan Manufaktur di BEJ tahun 2005
Tabel 4.2
Perusahaan manufaktur yang menjadi populasi sasaran
Tabel 4.3
Distribusi Tahun Berdiri Perusahaan
berdiri antara tahun 1963 – 1972, sebesar 12.82 % berdiri antara tahun
1993 – 2002, sebesar 7.69 % berdiri tahun 1953 – 1962, sebesar 5.13 %
berdiri antara tahun 1933 – 1942, sebesar 2.56 % berdiri antara tahun
1913 – 1922.
Tabel 4.4
Status perusahaan
Tabel 4.5
Jenis usaha
share).
rata-rata closing price sebesar 4.490, pada tahun 2004 rata-rata closing
price sebesar 5.197, dan pada tahun 2005 rata-rata closing price sebesar
per share tahun 2003 sebesar 540, tahun 2004 sebesar 618, dan tahun
2005 sebesar 624. Untuk rata-rata earning per share tertinggi sebesar
Tbk.
berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003 rata-rata PER sebesar
11.76, tahun 2004 rata-rata PER sebesar 12.27, dan tahun 2005 rata-rata
sebesar 12.62. Selama tiga tahun berturut-turut terlihat bahwa nilai rata-
rata PER tertinggi pada perusahaan Indofood Sukses Makmur Tbk yaitu
mencapai 33.78, sedangkan nilai rata-rata PER terendah sebesar 3.46 pada
DATA PER
40.00
35.00
30.00
RATA-RATA
25.00
20.00 Series1
15.00
10.00
5.00
0.00
I
F
TR
PC
N
AR
A
LP
AD
A
LA
A
D
TB
A
EX
N
U
IN
N
TS
IN
C
TB
IG
AC
EK
AR
AQ
U
H
KODE PERUSAHAAN
dengan laba per lembar saham. Dari data Dividend per share (lampiran 3)
2004 sebesar 172.31, dan tahun 2005 sebesar 167.75. Sedangkan rata-rata
Perusahaan Merk Indonesia Tbk dan rata-rata DPS terendah sebesar 3.33
lampiran 3) dengan EPS (pada lampiran 2). Maka hasil dari perhitungan
Tabel 4.7
DPR Perusahaan manufaktur periode 2003-2005
(dalam persen)
max 74.36
min 0.16
Hasil data yang sudah diolah (pengolahan ada di lampiran)
penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003 rata-rata DPR sebesar
rata-rata DPR turun menjadi 16.82. Rata-rata DPR untuk tiga tahun
bahwa nilai rata-rata DPR yang tertinggi sebesar 74.36 pada perusahaan
DATA DPR
80.00
70.00
60.00
RATA-RATA
50.00
40.00 Series1
30.00
20.00
10.00
-
F
EK I
TR
PC
N
AR
A
AD
LP
A
A
LA
D
TB
A
EX
N
U
IN
N
TS
IN
C
TB
IG
AC
AR
AQ
U
H
KODE PERUSAHAAN
Garam Tbk, dan nilai rata-rata current ratio terendah pada perusahaan
lancar (pada lampiran 4) dan hutang lancar (pada lampiran 5). Sehingga
Tabel 4.8
Current ratio Perusahaan manufaktur tahun 2003-2005
CR RATA-
NO KODE NAMA PERUSAHAAN
RATA
2003 2004 2005
CR RATA-
NO KODE NAMA PERUSAHAAN
RATA
2003 2004 2005
18 AMFG Asahimas Flat Glass Co Ltd Tbk 1.68 1.89 3.23 2.27
CR RATA-
NO KODE NAMA PERUSAHAAN
RATA
2003 2004 2005
maximum 6.42
minimum 0.88
Hasil data yang sudah diolah (Pengolahan ada di lampiran)
current ratio sebesar 3.00, tahun 2004 rata-rata current ratio sebesar 2.70,
dan pada tahun 2005 rata-rata current ratio sebesar 2.68. Rata-rata current
ratio selama tiga tahun sebesar 2.79. Selama tiga tahun tersebut dapat
dilihat rata-rata current ratio tertinggi sebesar 6.42 pada perusahaan Lion
bawah ini:
7.00
6.00
5.00
RATA-RATA
4.00
Series1
3.00
2.00
1.00
TR
R
F
C
EK I
N
AR
A
AD
LP
A
A
LA
D
SP
TB
X
N
U
IN
N
IN
TB
IG
E
AC
AR
AQ
T
H
KODE PERUSAHAAN
VEG awalnya dicari melalui earning per share (EPS) atau laba
pertumbuhan dari laba per lembar saham. Dari pertumbuhan laba per
lembar saham itu baru dicari varian dari pertumbuhan laba. Data EPS
data EPS tahun 2002 karena untuk mencari pertumbuhan laba, sehingga
data historis tahun 2002 diperlukan. Data EPS diperoleh dari laporan
1 AQUA 5,023 4,805 6,958 4,889 -0.0434 0.4481 -0.2974 0.04 0.1436
2 DLTA 2,352 2,352 2,417 3,522 0.0000 0.0276 0.4572 0.16 0.0657
8 GGRM 1,085 956 930 982 -0.1189 -0.0272 0.0559 (0.03) 0.0076
9 HMSP 371 313 454 544 -0.1563 0.4505 0.1982 0.16 0.0929
12 BATA 3,720 2,764 2,716 1,930 -0.2570 -0.0174 -0.2894 (0.19) 0.0221
14 SOBI 145 184 197 198 0.2690 0.0707 0.0051 0.11 0.0189
15 UNIC 209 164 427 127 -0.2153 1.6037 -0.7026 0.23 1.4775
18 AMFG 476 376 476 490 -0.2101 0.2660 0.0294 0.03 0.0567
21 SMGR 331 628 858 1,724 0.8973 0.3662 1.0093 0.76 0.1180
22 CTBN 149 180 172 919 0.2081 -0.0444 4.3430 1.50 6.0686
23 LMSH 154 168 573 428 0.0909 2.4107 -0.2531 0.75 2.0992
24 LION 228 236 453 366 0.0351 0.9195 -0.1921 0.25 0.3449
26 TOTO 1,390 640 522 1,269 -0.5396 -0.1844 1.4310 0.24 1.1032
29 ASII 1,394 1,096 1,335 1,348 -0.2138 0.2181 0.0097 0.00 0.0466
30 AUTO 343 273 291 362 -0.2041 0.0659 0.2440 0.04 0.0509
31 HEXA 232 253 109 116 0.0905 -0.5692 0.0642 (0.14) 0.1395
34 UNTR 194 218 386 369 0.1237 0.7706 -0.0440 0.28 0.1851
36 MERK 1,671 2,258 2,555 2,576 0.3513 0.1315 0.0082 0.16 0.0302
37 TSPC 703 717 718 660 0.0199 0.0014 -0.0808 (0.02) 0.0029
38 TCID 372 396 529 595 0.0645 0.3359 0.1248 0.18 0.0203
-
39 UNVR 1,282 170 192 189 0.8674 0.1294 -0.0156 (0.25) 0.2900
Tbk sebesar -0.55. Untuk nilai risiko investasi tertinggi selama periode
sific Tbk sebesar 0.0029. Data VEG dapat dilihat dari grafik.4 sebagai
berikut:
DATA V EG
7.0000
RATA-RATA 6.0000
5.0000
4.0000
Series1
3.0000
2.0000
1.0000
0.0000
F
EK I
R
TR
PC
AR N
AR
A
AD
LP
A
LA
A
D
TB
A
EX
N
U
IN
N
TS
IN
C
TB
IG
AC
AQ
U
H
KODE PERUSAHAAN
12.00 for windows dengan analisis regresi berganda diperoleh output data
Tabel 4.10
Model regresi berganda
Coefficients
Model
(constant) DPR CR VEG
Unstandardized
11.617 .101 -.722 3.147
Coefficients
t 4.660 1.572 -1.027 2.668
Sig. .000 .125 .311 .011
Correlation Partial .257 -.171 .411
VIF 1.10 1.042 1.068
Model Summary
Model
R .445
a
R Square .198
Durbin Weston 1.841
Hasil regresi dengan SPSS.12 ada di lampiran 6
Berdasarkan hasil analisis regresi ganda diperoleh koefisien
dan variabel VEG (X 3 ) 3.147. Konstanta sebesar 11. 617. Dari hasil
akan diikuti kenaikan PER sebesar 0.101 kali. Jika current ratio naik
penurunan PER sebesar 0.722 kali. Dan jika terjadi kenaikan 1 % VEG
dan variabel yang lain dianggap konstan maka akan diikuti kenaikan PER
dan uji parsial. Uji simultan untuk menguji hipotesis bahwa ada pengaruh
secara bersama variabel bebas (DPR, CR, dan VEG) terhadap PER
menggunakan uji t.
4.1.4.2.1 Uji F
sebagai berikut:
Tabel 4.11
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 449.223 3 149.741 2.877 .050a
Residual 1821.834 35 52.052
Total 2271.057 38
a. Predictors: (Constant), VEG, CR, DPR
b. Dependent Variable: PER
hasil uji simultan pada tabel di atas diperoleh siqnifikansi F sebesar 0.050
bahwa secara simultan variabel bebas (DPR, CR, dan VEG) berpengaruh
sebesar 0.125 > 0.05 sehingga terbukti bahwa variabel DPR tidak
terhadap PER dapat dilihat dari nilai R-square pada tabel 4.15 yaitu
tampak bahwa sumbangan variabel VEG lebih besar dari pada CR dan
DPR.
4.1.4.3 Uji Asumsi Klasik
DPR, CR dan VEG terhadap PER apabila variabel tersebut bebas dari uji
memiliki hubungan yang sempurna. Bila terjadi maka antar variabel bebas
inflation factor (VIF) berada di sekitar nilai 1 dan kurang dari 10. Hasil
terjadi multikolinieritas.
3
Regression Studentized Residual
-1
-2
-3
-2 -1 0 1 2 3 4 5
Regression Standardized Predicted Value
dan menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka dapat
diperoleh 4-dU = 2,26 dan 4-dL = 2,39. Berdasarkan nilai kritik tersebut,
Watson berada pada daerah 1,74 sampai dengan 2,26. Dari hasil analisis
daerah 1,74 sampai dengan 2,26 yang berarti bahwa model regresi tidak
mengandung autokorelasi.
Tabel 4.12
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 39
Normal Parameters a,b Mean .0000000
Std. Deviation 6.92408925
Most Extreme Absolute .117
Differences Positive .116
Negative -.117
Kolmogorov-Smirnov Z .729
Asymp. Sig. (2-tailed) .662
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Dari tabel one-sample kolmogorov-smirnov test dapat
pengaruh antara dividend pay out ratio, current ratio, dan varian of
simultan ada pengaruh antara variabel bebas Dividend pay out ratio,
kontribusi dividend pay out ratio, current ratio, dan varian earning
growth (VEG) terhadap price earning ratio sebesar 19.8 % dan sisanya
ditunjukkan dengan siqnifikannsi t sebesar 0.125 > 0.05. Hal ini berarti
dividend pay out ratio tidak mempunyai pengaruh terhadap price earning
ratio.
capital gain karena dapat menunda pembayaran pajak. Penelitian ini tidak
mendukung teori kebijakan dividen “The Bird in the Hand” oleh Goeden
dividen pay out ratio yang ditetapkan oleh suatu perusahaan, semakin
keuntungan perusahaan.
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Marwan Asri
dividend payout, size, earning growth dan country risk terhadap price
ratio yang dimiliki oleh perusahaan. Karena rasio ini hanya menunjukkan
bisa saja membayarkan dividen, agar dapat menarik para investor dan
variabel bebas current ratio, total asset turnover dan leverage. Temuan
ditunjukkan dengan nilai t hitung 2.668 dengan siqnifikansi 0.011 < 0.05.
terhadap PER.
yang hasil penelitiannya ada pengaruh positif antara dividend pay out
simultan variabel bebas (dividend pay out ratio, current ratio, varain of
adalah varian of earning growth (VEG), untuk variabel DPR dan current
PENUTUP
5.1 Simpulan
berikut:
1. Secara simultan ada pengaruh antara dividend pay out ratio, current
ratio, dan varian of earning growth terhadap price earning ratio pada
2003-2005
out ratio dan current ratio tidah berpengaruh terhadap price earning
5.2 Saran
3. Bagi peneliti selanjutnya dapat menguji ulang penelitian ini dan dapat