Anda di halaman 1dari 2

Babak Baru Sri Mulyani Vs Anak Soeharto

Usai Putusan MA
Achmad Dwi Afriyadi
3 minutes

Jakarta -

Perkara utang SEA Games 1997 yang menyeret putra Presiden ke-2 RI Soeharto, Bambang
Trihatmodjo terus bergulir. Usai kasasinya ditolak Mahkamah Agung (MA), pihak
Bambang menyebut jika penagihan tersebut keliru.

Dalam keterangan yang diterima detikcom, pihak Bambang menyatakan, menghormati


putusan MA. Hal tersebut dianggap bagian dari proses mencari keadilan secara komprehensif
dengan melihat sisi yuridis, sosiologis dan filosfis, obyektif, dan bijaksana.

Kuasa Hukum Bambang Trihatmodjo, Prisma Wardhana Sasmita mengatakan Keputusan


Menteri Keuangan No.108/KM.6/2020 Tanggal 27 Mei 2020 tentang Penetapan
Perpanjangan Pencegahan Bepergian Ke Luar Wilayah Republik Indonesia Terhadap
Bambang Trihatmodjo sebagai Ketua Konsorsium Mitra Penyelenggara Sea Games XIX
Tahun 1997 dalam Rangka Pengurusan Piutang Negara memang sudah tidak berlaku.

Hal ini dipertegas oleh majelis hakim telah menyatakan obyek sengketa sudah tidak berlaku
sehingga telah batal demi hukum, dan tidak memiliki daya mengikat.

Selain itu, pihak yang harus bertanggungjawab atas piutang SEA Games ini adalah PT Tata
Insani Mukti (PT TIM) sebagai badan hukum pelaksana Konsorsium Mitra Penyelenggara
(KMP) SEA Games dan bukan Bambang Trihatmodjo.

"KMP SEA Games XIX tahun 1997, tidak secara langsung berhubungan dengan Bambang
Trihatmodjo," ujar Prisma dalam keterangan tertulis, Senin (21/2/2022).

Kedudukan Bambang Trihatmodjo di PT TIM sebagai presiden komisaris dan bukan


pemegang saham. Hal ini diperkuat Akta Notaris No 19 tertanggal 2 Maret 1998 yang dibuat
oleh notaris di Jakarta, P Sutrisno A Tampubolon, SH mengenai berita acara rapat PT TIM.

Oleh karena itu, meminta pertanggungjawaban Bambang Trihatmodjo secara hukum jelas
keliru.

"Adapun PT TIM sebagai KMP SEA Games XIX tahun 1997 di Jakarta sahamnya dimiliki
oleh PT Perwira Swadayatama milik Bambang R Soegomo dan PT Suryabina Agung milik
Enggartiasto Lukita," jelasnya.

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) pun merespons hal tersebut. Kemenkeu menyatakan


sudah ada putusan hukum tetap dan menghormati putusan pengadilan.
"Sudah ada putusan yang berkekuatan hukum tetap dan Kemenkeu menghormati putusan
lembaga pengadilan," kata Direktur Hukum dan Humas Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
(DJKN) Kemenkeu Tri Wahyuningsih Retno Mulyani.

Bambang Mau Bayar Utang? Cek halaman berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai