Anda di halaman 1dari 4

Nama : Anas Nasrullah

NIM : 201110123

Kelas : HKI/3/D

1. Salam dan istishna merupakan suatu akad yang berbeda jelaskan perbedaan
tersebut !
Jawab :
Salam adalah menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda, pembayaran modal
lebih awal. Rukun dan syarat jual beli as-salam yaitu Mu’aqidain yang meliputi Pembeli
dan penjual, Obyek transaksi, Sighat ‘ijab qabul, dan alat tukar. Al-Istishna’ adalah akad
jual beli pesanan dimana bahan baku dan biaya produksi menjadi tanggungjawab pihak
produsen sedangkan sistem pembayaran bisa dilakukan di muka, tengah atau akhir.
Rukun dan syarat istishna’ mengikuti bai’ as-salam. Hanya saja pada bai’ al-istishna’
pembayaran tidak dilakukan secara kontan dan tidak adanya penentuan waktu tertentu
penyerahan barang, tetapi tergantung selesainya barang pada umumnya. Adapun
perbedaan salam dan istishna’ adalah cara penyelesaian pembayaran salam dilakukan
diawal saat kontrak secara tunai dan cara pembayaran istishna’ tidak secara kontan bisa
dilakukan di awal, tengah atau akhir. Secara lebih rinci salam di definisikan dengan
bentuk jual beli dengan pembayaran dimuka dan penyerahan barang di kemudian hari
(advanced payment atau forward buying atau future sale) dengan harga, spesifikasi,
jumlah, kualitas, tanggal dan tempat penyerahan yang jelas, serta di sepakati sebelumnya
dalam perjanjian.
2. Segala sesuatu yang berkaitan dengan harta benda boleh di akadkan ijaroh akan
tetapi harus memenuhi persyaratan. Jelaskan persyaratan tersebut !
Jawab :
Syarat ijaroh
a. Aqid, zat dan tempat akad
Ada tiga hal mendasar yang wajib hukumnya untuk diketahui pihak-pihak yang
melakukan akad ijarah. Ketiga hal itu berkaitan dengan aqid, zat dan tempat akad.
Aqid sebaiknya Baligh yang berarti berakal dan mampu mengatur hartanya. Antar
kedua pihak pun perlu saling mengizinkan.
b. Kepemilikan
Akad ijarah tidak akan sah jika barang yang disewa tidak dimiliki secara penuh.
Itulah sebabnya sebelum ijarah, pihak penyewa perlu mengetahui status kepemilikan
dengan jelas.
c. Manfaat yang jelas
Untuk menetapkan kesahan ijarah, ada hal lain yang perlu diperhatikan. Selain barang
yang menjadi objek harus memiliki manfaat yang jelas, antar pihak yang melakukan
perjanjian pun perlu menyetujui dengan ikhlas perjanjian yang akan dilaksanakan.
d. Kelaziman Ijarah
Selain berbagai rukun dan syarat ijarah di atas, ada syarat kelaziman lain yang perlu
diperhatikan. Diantaranya, barang yang menjadi objek sewa terhindar dari cacat dan
tidak ada hal lain yang dapat menyebabkan kerugian baru atau mudharat."
3. Barang gadai yang tidak di tebus atau di bayar kembali oleh pemiliknya seringkali
di jual atau di lelang oleh pihak rahin, bagaimana jika barang gadai tersebut
mempunyai nilai bertambah seperti emas? Apakah rahin wajib menyerahkan
kelebihan harga barang gadai tersebut? Jelaskan!
Jawab :
Harus kita ketahui terlebih dahulu bahwa hukum gadai dalam agam islam adalah mubah.
Akan tetapi dalam praktik pegadaian banyak menimbulkan berbagai macam hukum.
Salah satunya haram bagi pegadaian yang menjual barang gadaian seseorang tanpa
adanya izin terlebih dahulu oleh pemilik barang tersebut. Ketika sudah sampai pada batas
waktu atau durasi yang diberikan oleh pihak pegadai kepada orang yang menggadaikan
maka sudah sepatutnya pihak pegadaian memberikan informasi bagi pemilik barangnya
apakah akan di lunasi secara tunai atau menjual barang gadai tersebut yang nantinya di
gunakan untuk melunasi uang pinjaman yang di berikan. Berbicara penggadaian barang
yang memiliki nilai tambah atau kurang seperti emas. Perlu kita ketahui rukun dan syarat
ketentuan yang berlaku pada prakitk pegadaian. Sebagaimana ketentuan yang berlaku
jika seseorang yang menggadaikan emas misalnya kemudian jatuh tempo sesuai dengan
kesepekatan dan pihak pegadaian misalnya memberikan informasi kepada peminjam
terkait dengan sudah jatuh tempo dan bagaimana proses pelunasannya. Sudah menjadi
tanggung jawab si peminjam untuk mengembalikan pinjamannya. Adapun jikalau si
peminjam tidak bisa membayar pinjamannya dan si peminjam sudah memberikan izin
kepada pihak pegadai untuk menjual emas yang di gadainya maka sudah ada kewenangan
dari pihak pegadai untuk menjualnya dan hasil dari penjualannya itu untuk melunasi
pinjaman orang yang memiliki emas tersebut. Jika kemudian di ketemukan kelebihan
pada hasila penjualan emas milik si peminjam maka kelebihan tersebut di kembalikan
kepada si pemilik barang tersebut.
4. Jelaskan aplikasi atau contoh dari syirkah mufawadah? Mengapa syirkah
mufawadhoh tidak sah dilakukan antara muslim dan non muslim?
Jawab :
Contoh Syirkah mufawadhah : udin adalah pemodal, berkontribusi modal kepada ziyad
dan irsyad. Setelah itu, ziyad dan irsyad juga sepakat untuk berkontribusi modal untuk
membeli barang secara kredit atas dasar kepercayaan pedagang kepada ziyad dan irsyad.
Dalam hal ini, pada awalnya yang terjadi adalah syirkah ‘abdan, yaitu ketika ziyad dan
irsyad sepakat masing-masing bersyirkah dengan memberikan kontribusi kerja saja.
Namun, ketika udin memberikan modal kepada ziayad dan irsyad, berarti di antara
mereka bertiga terwujud mudharabah. Dalam hal ini, udin sebagai pemodal, sedangkan
ziyad dan irsyad sebagai pengelola. Perlu kita ketahui bersama bahwa ajaran agama islam
sangatlah menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi. Islam tidak melarang kita bermuamalah
atau berbisnis dengan orang-orang non muslim. Islam hanya membatasi sampai dimana
dan bagaimana kita di perbolehkan bermuamalah dengan orang-orang non muslim.
Syirkah merupakan bagian daripada bentuk muamalah dalam ajaran islam guna
menunjang ekonomi ummat. Kita dilarang oleh agama islam untuk malakukan muamalah
pada hal-hal yang di haramkan oleh Allah Swt. seperti berbisnis dengan jalan menipu,
kerjasama membangun pabrik narkoba atau minuman keras dan sebagainya. syirkah pada
dasarnya merupakan perserikatan dalam bekerja dan hal ini di perbolehkan dalam ajaran
islam selagi masih dalam jalan yang lurus. Terkait dengan syirkah mufawadhah memang
tidak sah dilakukan oleh seseorang yang berbeda agama mislanya islam dengan non islam
karena dalam hal ini cakupannya memiliki keterampilan yang sama supaya tidak ada
yang merasa di rugikan, misalnya yang dewasa dengan yang dewasa, tidak sah antara
yang dewasa dengan anak-anak. Karena pada dasarnya syarat syarat dalam syirkah
mufawadhah beerhubungan dengan modal, keterampilan usaha, agama yang sama, modal
usaha dengan jumlah yang sama serta berkuasa penuh untuk melakukan usaha dan dapat
di pertanggung jawabkan.
5. Istilah mudharabah dan qiradh mempunyai maksud yang sama hanya beda dalam
penyebutan oleh orang irak dan orang hijaz. Jelaskan maksud dari istilah
mudharabah atau qiradh tersebut ? mengapa baru terkait definisi konsensus ulama
fiqih terjadi perbedaan pendapat?
Jawab :
istilah mudharabah adalah bahasa yang digunakan oleh penduduk Irak, sedangkan
penduduk Hijaz menyebut mudharabah dengan istilah qiradh, sehingga dalam
perkembangan lebih lanjut mudharabah dan qiradh juga mengacu pada makna yang sama.
Menurut wahbah az-zuhaily yang di maksud dengan mudhorobah adalah Akad
didalamnya pemilik modal memberikan modal (harta) pada ‘amil (pengelola) untuk
mengelolanya, dan keuntungannya menjadi milik bersama sesuai dengan apa yang
mereka sepakati. Sedangkan, kerugiannya hanyamenjadi tanggungan pemilik modal saja,
‘amil tidak menanggung kerugian apa pun kecuali usaha dan kerjanya saja”. Secara
istilahi mudharabah adalah menyerahkan modal kepada orang yang berniaga sehingga ia
mendapatkan prosentase keuntungan. Qiradh sama halnya dengan mudharabah yakni
pemberian modal dari seseorang kepada orang lain untuk di jadikan modal usaha, dengan
harapan bisa memperoleh keuntungan yang akan di bagi sesuai dengan adanya perjanjian
di awal. Biasanya qiradh dilakukan oleh pemilik modal dengan pihak lain yang memilki
kemampuan untuk menjalankan suatu bidang usaha.
Terkait dengan perbedaan definisi mudharabah dikalangan para fuqaha karena
perebedaan tempat dan daerah serta bahasa yang mereka pakai dalam kehidupannya.
Meskipun demikian pada intinya diantara perbedaan tersebut merujuk pada satu hal yang
sama. Di sisi lain ketika mereka memberikan definisi mereka tidak melihat dari satu arah
saja melainkan dari berbagai arah dan kondisi yang memungkinkan. Perbedaan pendapat
di kalangan para fuqaha bisa di ibaratkan taman yang penuh dengan berbagai banyak
bunga dan tanaman yang mana memiliki nilai estetika sehingga membuat enak untuk di
pandang. Sangat berbeda halnya dengan satu bunga yang ada di taman yang membuat
kita seakan kaku, monoton bahkan bisa di nilai tidak memiliki unsur estetika. Itulah
fungsinya perbedaan pendapat. Di sisi lain ada firman Allah Swt yang menjelaskan
terkait dengan perbedaan – perbedaan yang ada pada diri manusia. Qs. Al-maidah ayat 48

ِ ‫ست َ ِبقُوا ا ْل َخ ْي َرا‬


‫ث‬ ِ ‫َّللاُ لَ َج َعلَ ُك ْم أ ُ همتً َو‬
ْ ‫اح َدةً َولَ ِك ْن ِل َي ْبلُ َو ُك ْم ِفي َما آتَا ُك ْم فَا‬ ‫َولَ ْو شَا َء ه‬
Artinya: “Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja),
tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya
kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.”
Seorang ulama bermazhab Syafi’i bernama Muhammad bin Abdul Rahman al-Dimasyqi
al-Syafi’i menegaskan bahwa perbedaan pendapat ulama merupakan rahmat bagi umat.
Sebab, mereka telah berijtihad dengan mengerahkan sekuat tenaga guna mencari
kebenaran.

Anda mungkin juga menyukai