Mata Kuliah : Pengembangan Kurikulum PAI berbasis Literasi
Dosen Pengampu : Helnanelis, M.Pd.,
Jawaban UTS
1. Kurikulum memiliki berbagai fungsi dalam pencapaian tujuan pendidikan. Fungsi
kurikulum diantaranya adalah Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function) dan fungsi persiapan (the propaedeutic function), fungsi pemilihan (the selective function), fungsi diagnostik (the diagnostic function), fungsi integrasi (the integrating function), fungsi diferensiasi (the differentiating function). Jelaskan dan beri contoh dari masing-masing fungsi tersebut! JAWAB : a. Fungsi penyesuaian Fungsi Penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan itu sendiri senantiasa mengalami perubahan dan bersifat dinamis. Karena itu, siswa pun harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya. b. fungsi persiapan (the propaedeutic function). Fungsi Persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya. Selain itu, kurikulum juga diharapkan dapat mempersiapkan siswa untuk dapat hidup dalam masyarakat seandainya karena sesuatu hal, tidak dapat melanjutkan pendidikannya. c. fungsi pemilihan (the selective function) Fungsi Pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilihmprogram- program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Fungsi pemilihan ini sangat erat hubungannya dengan fungsi diferensiasi, karena pengakuan atas adanya perbedaan individual siswa berarti pula diberinya kesempatan bagi siswa tersebut untuk memilih apa yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Untuk mewujudkan kedua fungsi tersebut, kurikulum perlu disusun secara lebih luas dan bersifat fleksibel. d. fungsi diagnostik (the diagnostic function) Fungsi Diagnosti mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang dimilikinya. Jika siswa sudah mampu memahami kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan sendiri potensi kekuatan yang dimilikinya atau memperbaiki kelemahan-kelemahannya. e. fungsi integrasi (the integrating function) Fungsi Integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakatnya. f. fungsi diferensiasi (the differentiating function)\ Fungsi Diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa. Setiap siswa memiliki perbedaan, baik dari aspek fisik maupun psikis, yang harus dihargai dan dilayani dengan baik. 2. Jelaskan pertanyaan berikut! a. Apa yang dimaksud dengan Azaz filosofis dalam pengembangan kurikulum? JAWAB : Azaz filosofis dalam pengembangan kurikulum merupakan rumusan yang di dapatkan dari hasil pemikiran manusia secara mendalam dengan menggunakan analisis, logis, sistematis dalam merencanakan sesuatu, melaksanakan dan membina sekaligus mengembangkan kurikulum sebagai suatu rencana yang di nilai terstruktur khususnya dalam lembaga pendidikan formal. Dalam azas kurikulum di negara indonesia ada tiga macam yakni falsafah bangsa yaitu pancasila, falsafah lembaga pendidikan, dan falsafaah pendidik. b. Berikan contoh beserta penjelasan anda tentang azaz filosofis tersebut! JAWAB : "Sebagai contoh pada waktu bangsa Indonesia dijajah Jepang, maka kurikulum yang dianut pada masa itu disesuaikan dengan kepentingan dan sistem nilai yang dianut oleh Jepang. Setelah Indonesia mencapai kemerdekaan, secara utuh bangsa Indonesia menggunakan Pancasila sebagai dasar dan falsafah hidup dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, maka kurikulum pendidikan pun disesuaikan dengan nilai- nilai Pancasila itu sendiri". Di lihat dari contoh yang telah di sebutkan bahwa azaz filosofis itu akan berjalan mengikuti perkembangan zaman. Sebelum indonesia merdeka sewaktu penjajahan jepang tentu segala halnya akan di putuskan sesuai dengan keinginan orang-orang jepang. Adanya azaz filosofis ini tentu menjadi dasar adanya kurikulum seiring perkembangan dari masa ke masa hingga saat ini dan kedepan. 3. Pendekatan pengembangan kurikulum merupakan cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang sitematis agar memperoleh kurikulum yang lebih baik. Salah satu pendekatan dalam pengembangan kurikulum adalah pendekatan Rekonstruksionisme. Jelaskan dan beri contoh cara kerja pengembangan kurikulum dengan menggunakan pendekatan tersebut! JAWAB : Pendekatan rekonstruksionisme lebih memfokuskan kurikulum pada masalah-masalah penting yang dihadapi dalam masyarakat, seperti polusi, ledakan penduduk dan lain-lain. Dalam gerakan rekonstruksionisme ini terdapat dua kelompok utama yang sangat berbeda pandangannya tentang kurikulum, yaitu: a) Rekonstruksionisme konservatif. Aliran ini menginginkan agar pendidikan ditujukan pada peningkatan mutu kehidupan individu maupun masyarakat dengan mencari penyelesaian masalah masalah yang paling mendesak yang dihadapi masyarakat. Peranan guru ialah sebagai orang yang menganjurkan perubahan (agent of change) mendorong siswa menjadi partisipan aktif dalam masyarakat. Pendekatan kurikulum ini konsisten dengan falsafah pragmatisme. b) Rekonstruksionisme Radikal. Aliran ini berpendapat, banyak negara mengadakan pembangunan dengan merugikan rakyat kecil yang miskin yang merupakan mayoritas masyarakat. Golongan ini menganjurkan agar pendidik formal maupun non-formal mengabdikan diri demi tercapainya orde sosial baru berdasarkan pembagian kekuasaan dan kekayaan yang lebih adil dan merata. Kedua pendirian dari gerakan ini saling bertentangan tetapi mempunyai persamaan yakni untuk mengubah dan memperbaiki masyarakat. Perbedaannnya terletak pada definisi (tafsiran) masing-masing tentang „perbaikan‟ dan cara pendekatan terhadap masalah. 4. Jelaskan pertanyaan berikut! a. Sebutkan apa saja yang termasuk dalam prinsip-prinsip umum dan prinsip-prinsip khusus tersebut! JAWAB : Prinsip umum pengembangan kurikulum : 1) Prinsip relevansi 2) Prinsip fleksibilitas 3) Prinsip kontinuitas 4) Prinsip efisiensi 5) Prinsip efektivitas
Prinsip khusus pengembangan kurikulum :
1) Prinsip penentuan tujuan pendidikan
2) Prinsip penilaian isi pendidikan 3) Prinsip pemilihan proses belajar mengajar 4) Prinsip pemiihan media dan alat pengajaran 5) Prinsip berkenaan dengan penilaian b. Jelaskan dan beri contoh konkrit tentang prinsip kontinuitas dalam pengembangan kurikulum! JAWAB : Prinsip kontinuitas merupakan prinsip yang memiliki makna berkesinambungan dalam kurikulum baik itu secara vertikal maupun secara horizontal. Makna kontinuitas yang di maksud berkesinambungan atau berhubungan itu merupakan penjabaran dari adanya nilai keterkaitan antara kurikulum dari berbagai tingkat pendidikan. Sehingga tidak terjadi pengulangan atau dishamonisasi bahan pembelajaran yang berakibat jenuh atau membosankan baik yang mengajar maupun yang belajar. Contoh terwujudnya sistem pembelajaran yang bervariasi dan tidak monotonmerupakan buah dari adanya prinsip kontinuitas. 5. Sebagai suatu landasan yang fundamental, filsafat pendidikan memegang peranan penting dalam proses perencanaan, implementasi dan pengembangan kurikulum. Salah satu filsafat pendidikan adalah Progresivisme. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang filsafat Progresivisme. Apa ciri-ciri filsafat Progresivisme?, jika filsafat Progresivisme dipakai dalam pendidikan bagaimana bentuk pendidikan dan kurikulum yang dikembangkan? JAWAB : Pada dasarnya aliran ini memandang bahwa pendidikan adalah sebagai wadah untuk menjadikan anak didik yang memiliki kualitas dan terus maju (progress) sebagai generasi yang akan menjawab tantangan zaman peradaban baru. Melalui pandangannya “the liberal road culture”, maksudnya ialah pandangan hidup yang mempunyai sifat-sifat fleksibel, curious, toleran dan open-minded, serta menolak segala otoritarisme dan absolutism seperti yang terdapat dalam agama, politik, etika dan epistimologi. Dan pandangannya tentang menaruh kepercayaan terhadap kekuatan alamiah dari manusia yang diwarisi sejak lahir, sehingga manusia merupakan makhluk biologis yang utuh dan menghormati harkat dan martabat manusia sebagai pelaku/subjek di dalam hidupnya. Dengan pandangan pandangannya tersebut, aliran progresivisme memiliki kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, yang memliputi: ilmu hayat (manusia untuk mengetahui semua masalah kehidupan), antropoli (manusia mempunyai pengalaman, pencipta budaya, dengan demikian, dapat mencari hal baru), psikologi (manusia akan berpikir tentang dirinya sendiri, lingkungan dan pengalaman-pengalamannya, dan dapat mengusai serta mengatur sifat-sifat alam). Aliran mempengaruhi pembinaan kepribadian. Aliran progresivisme memiliki kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan meliputi ilmu hayat, antropologi, dan juga psikologi. Sikap progresivisme, yang memandang segala sesuatu berasaskan fleksibilitas, dinamika dan sifat-sifat lain yang sejenis, tercermin dalam pandangannya mengenai kurikulum sebagai pengalaman yang edukatif, bersifat eksperimental dan adanya rencana dan susunan yang teratur. Landasan pikiran ini akan diuraikan serba singkat. Yang dimaksud dengan pengalaman yang edukatif adalah peng alaman apa saja yang serasi tujuan menurut prinsip-prinsip yang digariskan dalam pendidikan, yang setiap proses belajar yang ada membantu pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Oleh karena tiada standar yang universal, maka terhadap kurikulum haruslah terbuka kemungkinan akan adanya peninjauan dan penyempurnaan. Fleksibilitas ini dapat membuka kemungkinan bagi pendidikan untuk memperhatikan tiap anak didik dengan sifat-sifat dan kebutuhannya masing-masing. Selain ini semuanya diharapkan dapat sesuai dengan keadaan dan kebutuhan setempat. Kurikulum disusun sekitar pengalaman siswa baik pengalaman pribadi maupun pengalaman social. Sains social sering dijadikan pusat pembelajaran yang digunakan dengan pengalaman- pengalaman siswa, dan dalam pemecahan masalah serta dalam kegiatan proyek. Pemecahan masalah akan mengakibatkan kemampuan berkomunikasi, proses matematis dan penelitan ilmiah oleh kerena itu, kurikulum seharusnya menggunakan pendekatan interdisipliner. Buku merupakan alat dalam proses belajar, bukan sumber pengetahuan. Metode yang dipergunakan addalah metode ilmiah dalam inkuiri dan metode problem solfing. Peran guru adalah membimbing siswa-siswi dalam kegiatan pemecahan masalah, dalam kegiatan proyek mungkin akan banyak guru yang kurang senang terhadap peran ini karena didasarkan atas sesuatu anggapan bahwa siswa mampu berpikir dan mengadakan penjelajahan terhadap kebutuhan dan minat sendiri.