Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH FIKIH

MENJELASKAN TENTANG NAHI


Guru Pengampu : Drs. Ali Mursidi

NAMA KELOMPOK 2 :

1. Ahmad Hakim Ubaidurrouf (2)


2. Asnalana Nurussufiyah (5)
3. Era Auliyatul Faiza (7)
4. Mohamad Naufal Musyaffa’ (24)
5. Muhammad Harun Ar Rasyid (25)
6. Nur Auva Naharin (27)
7. Wafiq Alviana Azizah (34)

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA KEDIRI


Sekretariat : Jln. Sunan Ampel-Ngronggo

Telp.(0354)685322 Kediri 64127


NAHI
1. Pengertian Nahi
Menurut bahasa nahi artinya ‘larangan’. Menurut istilah nahi adalah:

‫طلب الترك من األعلى إلى األدنى‬

Tuntutan meninggalkan perbuatan dari yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah (kedudukannya).

Yang lebih tinggi kedudukannya dalam hal ini adalah Allah Swt. dan yang lebih rendah adalah manusia
(mukallaf).

Jadi nahi itu adalah larangan Allah Swt. yang harus ditinggalkan oleh mukallaf. Larangan-larangan Allah
Swt. itu terdapat dalam Al-Qur’an dan al-Hadis.

2. Bentuk Sighat (Lafadz Nahi)


a. F’il mudhori’ yang didahului oleh ‫ ال‬nahi, contohnya lafadz ‫وال تقربوا‬ pada firman Allah
swt.

‫وال تقربوا آلزنى انه كان فحشة وسآء سبيال‬

“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan
suatu jalan yang buruk”. (QS. Al-Isra’ : 32)

b. Fi’il mudhori’ yang didahului oleh ‫ ال‬nafi, contohnya lafadz ‫ ال يمسه‬pada firman Allah
swt.

‫ال يمسه اال المطهرون‬

“Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan”. (QS. Al-Waqi’ah : 79)

c. Lafadz-lafadz yang memberi pengertian haram atau perintah meninggalkan sesuatu


perbuatan, contohnya lafadz ‫ حرمت‬pada firman Allah swt.

‫حرمت عليكم امهاتكم‬

“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu”. (QS. An-Nisa’ : 23)

3. Kaidah Nahi
Kaidah pertama, pada asalnya nahi itu menunjukkan pada haram.

Maksud dari kaidah ini adalah apabila dalil itu isinya larangan, maka dalil tersebut menunjukkan
keharaman. Contoh, pada firman Allah swt.
‫ال تفسدوآ فى األرض‬

"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". (QS. Al-Baqarah : 11)

Sighat (lafadz) nahi selain untuk haram, sesuai dengan qarinahnya terpakai juga untuk beberapa makna,
di antaranya sebagai berikut:

a. Karahah, artinya makruh


b. Tahkir, artinya meremehkan
c. Bayanul Aqibah, artinya menerangkan akibat
d. Irsyad, artinya petunjuk
e. Do’a, artinya do’a
f. Ta’yis, artinya membuat putus asa
g. I’tinas, artinya menerangkan

Kaidah kedua, Pada asalnya nahi itu akan mengakibatkan kerusakan secara mutlak.

Maksud dari kaidah ini adalah bahwa larangan itu mengandung unsur kerusakan yang mutlak, yaitu
apabila larangan dilakukan oleh seseorang maka akan membahayakan bagi dirinya dan orang lain.
Contoh, pada sabda Nabi Muhammad Saw.

‫كل امرليس عليه امرنا رد‬

Setiap perkara yang tidak ada perintah kami, maka tertolak.

Kaidah ketiga, Pada asalnya nahi itu menghendaki adanya pengulangan sepanjang masa secara mutlak.

Maksud kaidah ini adalah bahwa suatu larangan itu bersifat kelanjutan. Larangan itu harus ditinggalkan
untuk selama-lamanya. Contoh, pada firman Allah Swt.

‫يأيها الذين ءامنوا التقربوا آلصلوة وأنتم سكرى‬

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk. (QS. An-
Nisa’ : 43)

Kaidah keempat, Larangan terhadap sesuatu itu berarti perintah kebalikannya.

Maksudnya kaidah ini ialah apabila seseorang dilarang untuk mengerjakan, berarti berlaku perintah
untuk mengerjakan kebalikannya. Contoh, pada firman Allah swt.

‫وإذ قال لقمان البنه وهو يعظه يبني ال تشرك باهلل إن الشرك لظلم عظيم‬

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai
anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Luqman : 13)
Ayat tersebut di atas mengandung perintah mentauhidkan Allah Swt, karena kebalikan dari
mempersekutukan adalah mentahuhidkan.

Anda mungkin juga menyukai