NAHI
NAHI
NAMA KELOMPOK 2 :
Tuntutan meninggalkan perbuatan dari yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah (kedudukannya).
Yang lebih tinggi kedudukannya dalam hal ini adalah Allah Swt. dan yang lebih rendah adalah manusia
(mukallaf).
Jadi nahi itu adalah larangan Allah Swt. yang harus ditinggalkan oleh mukallaf. Larangan-larangan Allah
Swt. itu terdapat dalam Al-Qur’an dan al-Hadis.
“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan
suatu jalan yang buruk”. (QS. Al-Isra’ : 32)
b. Fi’il mudhori’ yang didahului oleh الnafi, contohnya lafadz ال يمسهpada firman Allah
swt.
3. Kaidah Nahi
Kaidah pertama, pada asalnya nahi itu menunjukkan pada haram.
Maksud dari kaidah ini adalah apabila dalil itu isinya larangan, maka dalil tersebut menunjukkan
keharaman. Contoh, pada firman Allah swt.
ال تفسدوآ فى األرض
Sighat (lafadz) nahi selain untuk haram, sesuai dengan qarinahnya terpakai juga untuk beberapa makna,
di antaranya sebagai berikut:
Kaidah kedua, Pada asalnya nahi itu akan mengakibatkan kerusakan secara mutlak.
Maksud dari kaidah ini adalah bahwa larangan itu mengandung unsur kerusakan yang mutlak, yaitu
apabila larangan dilakukan oleh seseorang maka akan membahayakan bagi dirinya dan orang lain.
Contoh, pada sabda Nabi Muhammad Saw.
Kaidah ketiga, Pada asalnya nahi itu menghendaki adanya pengulangan sepanjang masa secara mutlak.
Maksud kaidah ini adalah bahwa suatu larangan itu bersifat kelanjutan. Larangan itu harus ditinggalkan
untuk selama-lamanya. Contoh, pada firman Allah Swt.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk. (QS. An-
Nisa’ : 43)
Maksudnya kaidah ini ialah apabila seseorang dilarang untuk mengerjakan, berarti berlaku perintah
untuk mengerjakan kebalikannya. Contoh, pada firman Allah swt.
وإذ قال لقمان البنه وهو يعظه يبني ال تشرك باهلل إن الشرك لظلم عظيم
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai
anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Luqman : 13)
Ayat tersebut di atas mengandung perintah mentauhidkan Allah Swt, karena kebalikan dari
mempersekutukan adalah mentahuhidkan.