Anda di halaman 1dari 28

KONSEP DASAR AKUNTANSI PEMERINTAH

1. AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH (DAERAH)

 Akuntansi Keuangan Pemerintah (daerah) adalah :


 Proses Pengidentifikasian,
 Pengukuran, Pencatatan, dan Pelaporan
 Transaksi keuangan dari entitas pemda dalam rangka
pengambilan keputusan ekonomi yg diperlukan pihak
eksternal (Halim, 2007) antara lain:
DPRD, BPK, Investor, Kreditur, Donatur, Analisis
ekonomi, Rakyat dan pemerintah pusat
2. KEDUDUKAN AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

AKUNTANSI

Akuntansi Akuntansi
Komersial Sektor Publik

Akuntansi Akuntansi
Pemerintahan Non Pemerintahan

Akuntansi Akuntansi
Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah
3. PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN

Informasi keuangan berupa Pertanggungjawaban keuangan


daerah diperlukan oleh :

a. Masyarakat , untuk menilai transparansi dan akuntabilitas


pengelolaan dana yg berasal dari pajak dan retribusi yang
dibayar oleh rakyat,

b. Para Wakil Rakyat (DPR/D), untuk mengawasi terhadap


kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan,
... Lanjutan Pengguna Laporan Keuangan

c. Lembaga Pemeriksa, untuk memeriksa apakah pemda dlm


mengelola keuangan sudah sesuai peraturan perundang2an

d. Analisis dan Peneliti, untuk membuat analisis dan riset


terkait dengan kemampuan ekonomi suatu pemda.

e. Pihak pemberi Donasi, Investasi dan Kreditur :


1). Pemberi Donasi, untuk mengetahui penggunaan Donasi
apa sesuai peruntukan,
... Lanjutan Pengguna Laporan Keuangan
2). Investor, untuk pengambilan keputusan terkait Investasi
yang telah atau akan dilakutan,
3). Kreditur, untuk mengetahui apakah Pemda mempunyai
kapabilitas ekonomi utk mengembalikan pinjaman.

f. Pemerintah Pusat, untuk mengevaluasi pertanggungjawaban


kepala daerah karena adanya desentralisasi pengelolaan
keuangan yg diserahkan ke Pemda – dari dana APBN.

g. Pemda lainnya, untuk mengetahui transfer pendapatan antar


pemerintah, pinjaman antar daerah.
4. PELAKU SISTEM AKUNTANSI

a. ENTITAS AKUNTANSI
Unit Pemerintahan Pengguna Anggaran /Pengguna Barang
dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan
menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada
Entitas Pelaporan.

Contoh Entitas Akuntansi :


1.) Kementerian dan Lembaga Negara  Pemerintah Pusat
2.) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD/OPD)  untuk
Pemerintah Daerah (Provinsi, Kabupaten, Kota)
.... Lanjutan Pelaku Sistem Akuntansi

b. ENTITAS PELAPORAN

Unit Pemerintahan yang terdiri atas satu atau lebih Entitas


Akuntansi yang menurut ketentuan perundang - undangan
wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban anggaran
berupa laporan keuangan.

1). Pemerintah Pusat  Presiden

2). Pemerintah Daerah (Provinsi (Gubenur), Kabupaten


(Bupati) dan Kota (Wali kota))
5. ASUMSI DASAR

Asumsi Dasar adalah anggapan yang diterima sebagai suatu


kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar standar akuntansi dpt
diterapkan.
a. Asumsi Kemandirian Entitas
Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi dianggap sebagai
unit yg mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan
laporan keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antar
unit pemerintah daerah dalam pelaporan keuangan.

CONTOH : Adanya kewenangan entitas untuk menyusun


anggaran, melaksanakannya dan bertanggungjawab atas
pengelolaan dananya.
... Lanjutan Asumsi Dasar

b. Asumsi Kesinambungan Entitas (Going Concern)


Laporan keuangan disusun dengan asumsi entitas
pelaporan akan berlanjut keberadaannya dan tidak
bermaksud untuk melakukan likuidasi atas entitas pelaporan
dalam jangka pendek.

c. Asumsi Keterukuran Dalam Satuan Uang


Laporan keuangan entitas pelaporan menyajikan kegiatan
yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang,
sehingga memungkinkan dilakukannya analisis dan
pengukuran dalam akuntansi.
PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN DAERAH
(PP NO. 71 TAHUN 2010)

1. BASIS AKUNTANSI
2. NILAI HISTORIS
3. REALISASI
4. SUBSTANSI MENGUNGGULI BENTUK FORMAL
5. PERIODISITAS
6. KONSISTENSI
7. PENGUNGKAPAN LENGKAP
8. PENYAJIAN WAJAR
1. BASIS AKUNTANSI

PERKEMBANGAN AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

a. REFORMASI AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DI INDONESIA

1). TAHAP PERTAMA


Periode Mulai Tahun 1974 Sampai Dengan Tahun 1999
(Periode Pra Reformasi) Yang Dikenal Sebagai Akuntansi
Tradisional.
Penerapan Akuntansi Pemerintahan Berbasis Kas (Cash
Basis)
Sistem Pencatatan Single Entry (Tata buku Tunggal)

Regulasi Yang Menjadi Acuan UU No 5 Tahun 1974 tentang


Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, PP NO 5 dan 6 TH 1975.
2). TAHAP KEDUA

Periode Mulai Tahun 2000 Sampai Dengan Tahun 2005


Yang Merupakan Reformasi Akuntansi Tahap Pertama
Pada Era Reformasi.
Penerapan Akuntansi Pemerintahan Berbasis Kas
menuju Akrual (Cash Toward Accruals)
Sistem Pencatatan Double Entry ( Berpasangan)

Regulasi yang menjadi acuan UU No 22 Dan 25 Tahun


1999.
Implementasi Akuntansi Pemerintahan PP 105 Tahun
2000 Dan KEPMENGARI 29 Tahun 2002
.
3). TAHAP KETIGA

Tahap Reformasi Akuntansi Lanjutan (Kedua) Yang


Dimulai Tahun 2005 Sampai Dengan Tahun 2010
Penerapan Akuntansi Pemerintahan Berbasis Kas
menuju Akrual (Cash Toward Accruals)
Sistem Pencatatan Double Entry ( Berpasangan)

Regulasi yang menjadi acuan PP 24 Tahun 2005 (Standar


Akuntansi Pemerintahan (SAP)) dan PP No 58 Tahun 2005
Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
4). TAHAP KEEMPAT

Periode Mulai Tahun 2010 Sampai Dengan Sekarang.


Penerapan Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual
(Accruals)
Sistem Pencatatan Double Entry ( Berpasangan)

Regulasi yang menjadi acuan


 PP No 71 Tahun 2010 tentang :
(Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP))
 Permendagri 64 Tahun 2013 Tentang Penerapan
Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual
Pada Pemerintah Daerah
b. SISTEM PENCATATAN SINGLE ENTRY (Tata buku
Tunggal)

Pada sistem ini, pencatatan transaksi ekonomi dicatat satu


kali yaitu :
a. Transaksi yang berakibat bertambahnya kas dicatat pada
sisi penerimaan
b. Transaksi yang berakibat berkurangnya kas dicatat pada
sisi pengeluaran
c. Laporan yang dihasilkan hanya laporan perhitungan
anggaran
d. Tidak ada Neraca yang menggambarkan posisi keuangan
seperti Piutang, Aset Tetap, Utang Dan Ekuitas
c. SISTEM PENCATATAN DOUBLE ENTRY
(Sistem Tata Buku Berpasangan)
Pada sistem ini, pencatatan transaksi ekonomi dicatat dua
kali pada sisi Debit dan sisi Kredit
Laporan yang dihasilkan :
a. Pada SAP Nomor 24 tahun 2005
1). Laporan Ralisasi Anggaran, 2). Neraca, 3). Laporan
Arus Kas dan, 4). Catatan Atas Laporan Keuangan
b. Pada SAP Nomor 71 tahun 2010
1). Laporan Ralisasi Anggaran (LRA), 2). Laporan
Operasional (LO), 3). Neraca, 4). Laporan Arus Kas, 5).
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL), 6).
Laporan Perubahan Ekuitas dan, 7). Catatan Atas
Laporan Keuangan (CALK)
d. BASIS AKUNTANSI
Basis akuntansi merupakan prinsip akuntansi yang menentukan
kapan pengaruh atas transaksi atau kejadian diakui utk tujuan
pelaporan keuangan.

1). Basis kas (cash basis)


Pengakuan/pencatatan transaksi keuangan hanya dilakukan jika
transaksi tersebut menimbulkan perubahan kas (menaikkan kas
atau menurunkan kas).

2). Basis Kas menuju Akrual (Cash Toward Accrual )


Transaksi penerimaan atau pengeluaran dicatat pada saat kas
diterima atau dibayar (dasar kas).
Pada akhir periode dilakukan penyesuaian utk mengakui
transaksi dlm periode berjalan (dasar akrual)
3). Basis akrual (accrual basis)
Pengakuan/pencatatan transaksi keuangan dilakukan pada
saat transaksi tersebut terjadi (bukan hanya pada saat kas
atau setara kas diterima atau dibayar)

Contoh :
1. Anggaran pendapatan pajak tahun 2019 sebesar Rp. 200jt
2. Pendapatan pajak yang diterima pada tahun 2019 sebesar
Rp.180 jt (kas masuk)
3. Akhir tahun anggaran 31/12/19, tagihan pajak Rp. 20 jt

BASIS KAS (CASH BASIS)

JURNAL
Debit Kredit
Kas Di Kas Daerah 180.000 -
Pendapatan Pajak - 180.000
CONTOH.
1. Anggaran pendapatan pajak tahun 2019 sebesar Rp. 200jt
2. Pendapatan pajak yang diterima pada tahun 2019 sebesar
Rp.180 jt (Kas masuk)
3. Akhir tahun anggaran 31/12/19, tagihan pajak Rp. 20 jt
BASIS KAS MENUJU AKRUAL ( CASH TOWARD ACCRUALS
BASIS)

Debit Kredit
Kas Di Kas Daerah 180.000 -
Pendapatan Pajak - 180.000

(Untuk mencatat Realisasi Anggaran )

Debit Kredit
Piutang Pajak 20.000 -
Cadangan piutang - 20.000

(Untuk mencatat tagihan pajak  Neraca – Ekuitas Dana Lancar)


CONTOH.
1. Anggaran pendapatan pajak tahun 2019 sebesar Rp. 200jt
2. Pendapatan pajak yg diterima pada tahun 2019 sebesar Rp.180 jt (uang)
3. Akhir tahun anggaran 31/12/19, tagihan pajak Rp. 20 jt

BASIS AKRUAL (ACCRUALS BASIS)

1. Jurnal Financial
Debit Kredit
Kas Di Kas Daerah 180.000 -
Pendapatan Pajak - LO - 180.000

2. Jurnal Anggaran
Debit Kredit
Estimasi Perubahan SAL 180.000 -
Pendapatan Pajak - LRA - 180.000

3. Akhir tahun anggaran – jurnal Adjustment


Debit Kredit
Piutang Pajak 20.000 -
Pendapatan Pajak - LO - 20.000
(Jumlah pendapatan yg diakui – LO = 180 + 20 = 200jt)
BASIS AKUNTANSI ( PP No 71 Tahun 2010 tentang SAP
Basis Akuntansi dalam laporan keuangan pemerintah adalah :

1. BASIS AKRUAL
Digunakan untuk mengakui
 Pendapatan dalam Laporan Operasional (Pendapatan - LO),
 Beban dalam Laporan Operasional
 Aset, Kewajiban dan Ekuitas dalam Neraca
pada saat terjadinya transaksi, tanpa memperhatikan
saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.
BASIS AKUNTANSI ( PP No 71 Tahun 2010 tentang SAP
Basis Akuntansi dalam laporan keuangan pemerintah adalah :

2. BASIS KAS
Digunakan untuk mengakui :
 Pendapatan dalam Laporan Realisasi Anggaran (
Pendapatan - LRA) pada saat kas diterima di
Rekening Kas Umum.
 Penerimaan pembiayaan (pinjaman kpd pihak lain) pada
saat kas diterima di Rekening Kas Umum.
 Mengakui Belanja, Transfer, Pengeluaran Pembiayaan
pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Um
um
PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN DAERAH

2. NILAI HISTORIS (HISTORICAL COST)

 ASET  diakui dan dicatat sebesar pengeluaran kas dan


setara kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar untuk
memperoleh aset tsb pada saat perolehan.

 KEWAJIBAN  diakui dan dicatat sebesar jumlah kas dan


setara kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk
memenuhi kewajiban di masa yang akan datang dalam
pelaksanaan kegiatan pemerintah

 NILAI HISTORIS lebih dapat diandalkan daripada penilaian


lain karena lebih obyektif dan dapat diverifikasi
PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN DAERAH

3. REALISASI (REALIZATION)

 Pendapatan yang tersedia yg diotrisasi melalui APBD,


digunakan untuk membiayai belanja membayar hutang
pada periode tersebut

 Matching-cost Against Revenue Principle (Prinsip layak


temu biaya-pendapatan) tidak mendapat penekanan
dalam praktek akuntansi pemerintahan, tidak seperti
akuntansi komersial.  tdk ada perhitungan Laba atau
Rugi
PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN DAERAH

4. SUBSTANSI MENGUNGGULI BENTUK FORMALITAS

– Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar


transaksi serta peristiwa yang seharusnya dicatat dan
disajikan sesuai substansi dan realitas ekonomi bukan
aspek formalitasnya.

– Jika substansi transaksi atau peristiwa lain berbeda atau


tidak konsisten dengan aspek formalitasnya , maka
harus diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan
Keuangan (CALK)
PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN DAERAH

5. PERIODISITAS

– Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan dibagi


menjadi periode-periode pelaporan sehinnga kinerja
pemerintah dapat diukur dan posisi sumber daya yang
dimiliki dapat ditentukan
Periode pelaporan keuangan adalah tahunan dan
semesteran sesuai ketentuan yg berlaku.

- Laporan semester pertama tanggal 30 Juni dan laporan


semester kedua dan tahunan tanggal 31 Desember
PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN DAERAH

6. KONSISTENSI (CONSISTENCY)
 Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan secara sama dari
periode ke periode. Misal penerapan metode akuntansi.
 Penerapan metode akuntansi dapat dirubah dengan syarat metode
yang baru mampu memberikan informasi yang lebih baik
dibandingkan metode yang lama, diungkap dalam (CALK)

7. PENGUNGKAPAN LENGKAP (FULL DISCLOSURE)


 Laporan keuangan pemerintah harus menyajikan secara lengkap
informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan.
 Informasi dapat ditempatkan pada lembar muka laporan keuangan
atau catatan atas laporan keuangan (CALK).
PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN DAERAH

8. PENYAJIAN WAJAR (FAIR PRESENTATION)

• Laporan keuangan menyajikan dengan wajar :


Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih (LPSAL), Laporan Operasional (LO), Laporan
Perubahan Ekuitas (LPE), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), dan
Catatan atas Laporan Keuangan (CALK).
• Misal :
Sengaja menetapkan ASET atau PENDAPATAN yang
terlampau rendah, Sengaja mencatat KEWAJIBAN atau
BELANJA yang terlampau tinggi, sehingga laporan
keuangan menjadi tidak netral dan tidak andal.

Anda mungkin juga menyukai