Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL

Oleh :

ADITYA YUDHA PRADHANA

2141312056

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2021
LAPORAN PENDAHULUAN ANTENATAL

A. Definisi
Antenatal care atau ANC merupakan perawatan fisik dan mental pada masa
kehamilan atau sebleum terjadinya proses persalinan (Irfan Rahmatullah, 2016). ANC
merupakan perawatan preventif yang bertujuan untuk mencegah hal-hal yang kurang baik
pada ibu dan anak (Purwaningsih & Fatmawati, 2010). Antenatal care merupakan suatu
pelayanan yang diberikan perawat kepada ibu hamil seperti, pemantauan kesehatan
secara fisik, psikologis, termasuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta
mempersiapkan proses persalinan dan kelahiran (Wagiyo & Putrono, 2016). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa ANC merupaka perawatan yang diberikan terhadap ibu hamil
baik berupa pemantuan kesehatan melalui pemeriksaan fisik, psikologis terhadap ibu
hamil, pemantuan tumbuh kembang janin serta persiapan proses kelahiran.

B. Proses Kehamilan
Kehamilan merupakan proses fisiologis normal yang terjadi pada setiap wanita
yang mana organ reproduksinya telah berfungsi secara matang sebagai proses tumbuh
dan berkembangnya hasil konsepsi yang dapat hodup pada tubuh seorang wanita (Sari,
2018). Kehamilan dapat terjadi akibat pembuahan ovum atau sel telur yang telah matang
oleh sperma yang telah matang melalui proses (spermatogenesis) didalam tubulus
seminiferous testis. Dimana setiap bulannya seorang wanita selalu menghasilkan1-2
ovum yang dilepaskan oleh indung telur melalui peristiwa ovulasi (Wagiyo & Putrono,
2016).
Sel telur memiliki lapisan pelindung berupa sel-sel granulose dan zona pellusida
yang harus ditembus oleh sperma agar terjadi kehamilan. Ovum yang sudah matang akan
dilepaskan masuk kedalam uterus (tuba fallopi) dibantu oleh rumbai-rumbai
(microfillamen fimbria) yang mendorong masuk hingga ke tuba. Ovum akan siap dibuahi
setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam (Sunarti, 2013). Apabila terjadi coitus dan
sperma masuk kedalam uterus, kemudian berenang, menuju tuba fallopi maka akan
terjadi proses pembuahan.
Setiap kali melakukan coitus, sebagian dari sperma yang masuk kedalam servix
dan berenang kedalam tuba fallopi akan mati dan sisanya dapat bertahan hidup antara 24
hingga 72 jam didalam uterus. Apabila terdapat satu sel sperma yang berhasil melakukan
penetrasi pada corona radiata dan kemudian menembus zona pelusida dari sel ovum maka
hal ini dikenal dengan proses pembuahan. Setelah spema berhasil menembus kedua
lapisan pelindung ovum tersebut, maka muatan DNA yang dibawa oleh sperma akan
membelah dan menggabungkan diri dengan DNA yang terdapat di dalam ovum yang
dikenal yang istilah fertilisasi . hasil dari proses fertilisasi yang akan berkembang
menjadi janin yang dikenal dikenal dengan istilah zygot (Sari, 2018).
Perkembangan janin selama kehamilan dihitung dalam jumlah minggu setelah
pembuahan yang terdapat tiga tahap perkembangan janin selama kehamilan yaitu tahap
praembrionik: pembuahan sampai minggu kedua, tahap embrio: akhir minggu kedua
sampai minggu kedelapan dan tahap janin: akhir minggu kedelapan sampai kelahiran
Sirkulasi janin merupakan aspek penting dari perkembangan janin yang mencakup ketiga
tahap. Dimana, durasi kehamilan adalah sekitar 40 minggu dari saat pembuahan. Ini
setara dengan 9 bulan kalender atau sekitar 266 hingga 280 hari kalender.
1) Tahap praembrionik
Ricci et al., (2013) tahapan ini dimulai pembuahan yang dikenal dengan konsepsi.
Sementara itu, fertilisasi merupakan penyatuan sel telur dan sperma yang membutuhkan
interaksi persiapan hormonal dalam jumlah besar yang merupakan titik awal kehamilan.
Fertilisasi biasanya terjadi sekitar 2 minggu setelah periode menstruasi normal terakhir
dalam siklus 28 hari.
Sebelum pembuahan, ovum dan spermatozoa mengalami proses meiosis. Oosit
primer melakukan pembelahan meiosis pertamanya sebelum terjadinya ovulasi.
Kemudian oosit sekunder memulai pembelahan meiosis kedua tepat sebelum ovulasi.
Sementara itu, spermatosit primer dan sekunder mengalami pembelahan meiosis saat
masih berada di dalam testis. Meskipun lebih dari 200 juta sperma/mL yang terdapat
didalam air mani yang yang dikeluarkan, hanya satu sel sperma yang mampu memasuki
sel telur untuk membuahinya. Sementara sel sperma yang lainnya terhalang oleh lapisan
protein bening yang disebut zona pelusida. Setelah sperma mencapai membran plasma,
ovum melanjutkan meiosis dan membentuk nukleus dengan setengah jumlah kromosom.
Kemudian nukleus dari ovum dan nukleus sperma melakukan kontak dan
menggabungkan kromosom ibu dan ayah. Karena setiap nukleus mengandung sejumlah
kromosom haploid (23), penyatuan ini mengembalikan kromosom menjadi diploid (46).
Pada saat inilah, zigot akan terbentuk dan memulai proses kehidupan baru. Informasi
genetik dari sel telur dan sperma membentuk karakteristik fisik yang unik dari
setiapindividu. Penentuan jenis kelamin juga ditentukan pada saat pembuahan dan
tergantung pada apakah sel telur dibuahi oleh sperma yang mengandung kromosom Y
atau sperma yang mengandung kromosom X. Zigot XX akan menjadi janin dengan jenis
kelamin wanita dan zigot XY akan menjadi janin dengan jenis kelamain laki-laki.
Sementara itu, fertilisasi terjadi di sepertiga bagian luar ampula tuba fallopi yang
mana ketika sel telur dibuahi oleh sperma (sekarang disebut zigot), banyak aktivitas
yang akan terjadi. Mitosis, atau pembelahan, terjadi saat zigot secara perlahan diangkat
ke dalam rongga rahim oleh gerakan otot tuba. Setelah serangkaian empat pembelahan,
maka terbentuklah 16 sel sebagai bola sel padat yang dikenal dengan morula. Morula
mencapai rongga rahim sekitar 72 jam setelah pembuahan dengan pembelahan sel
tambahan, morula membelah menjadi sel-sel khusus yang nantinya akan membentuk
struktur janin. Di dalam morula, muncul ruang kosong berisi cairan yang akan berubah
menjadi bola sel berongga yang disebut blastokista. Permukaan bagian dalam
blastokista akan membentuk embrio dan amnion. Lapisan luar sel yang mengelilingi
rongga blastokista disebut dengan trofoblas yang akan berkembang menjadi salah satu
membran embrio, korion, dan membantu membentuk plasenta.Pada saat ini, blastokista
yang sedang berkembang membutuhkan lebih banyak makanan dan oksigen untuk terus
tumbuh. Trofoblas yang menempel pada permukaan endometrium berfungsi untuk
memberi nutrisi lebih lanjut.
Proses implantasi terjadi di rahim bagian atas (fundus) di mana suplai darah yang
kaya tersedia. Daerah ini juga mengandung serat otot yang kuat, yang menekan
pembuluh darah setelah plasenta terlepas dari dinding Rahim bagian dalam. Bersamaan
dengan perkembangan trofoblas dan implantasi, diferensiasi lebih lanjut dari massa sel
dalam juga terjadi. Dimana, beberapa sel menjadi embrio itu sendiri dan yang lainnya
akan berubah menjadi membran yang mengelilingi dan melindunginya. Tiga lapisan sel
embrio yang terbentuk adalah:
 Ektoderm guna membentuk sistem saraf pusat, indera khusus, kulit, dan
kelenjar
 Mesoderm guna membentuk organ rangka, saluran kemih, peredaran
darah, dan reproduksi
 Endoderm guna membentuk sistem pernapasan, hati, pankreas, dan sistem
pencernaan Ketiga lapisan ini terbentuk bersamaan dengan membran
embrionik, dan semua jaringan, organ, dan sistem organ berkembang dari
ketiga lapisan sel germinal primer ini.
2) Tahap Embrio

Tahap perkembangan embrio dimulai pada hari ke 15 setelah pembuahan dan


berlanjut hgingga minggu ke-8. Struktur dasar dari semua organ tubuh utama dan fitur
eksternal utama diselesaikan selama periode waktu ini. pada tahap ini terdapat korion
yang terdiri dari sel trofoblas dan lapisan mesodermal yang disebut vili korionik.
Amnion merupakan selaput pelindung tipis yang berisi cairan ketuban yang berasal
dari lapisan germinal ektoderm selama tahap awal perkembangan embrio. Pada saat
embrio tumbuh, amnion mengembang hingga menyentuh korion. Kedua selaput janin
ini membentuk kantung ketuban berisi cairan atau kantong berisi air yang melindungi
embrio. Cairan ketuban mengelilingi embrio dan volumenya meningkat seiring
dengan perkembangan kehamilan, hingga satu liter pada saat aterm.

Cairan ketubandapat berasal dari dua sumber: cairan yang diangkut dari darah ibu
melintasi amnion dan urin janin. Dimana, volumenya berubah secara konstan saat
janin menelan dan berkemih. Jumlah cairan ketuban yang cukup membantu
mempertahankan suhu tubuh yang konstan untuk proses pertumbuhan dan
perkembangan janin, melindungi janin dari trauma, dan mendorong gerakan janin
untuk meningkatkan perkembangan muskuloskeletal. Cairan ketuban terdiri dari 98%
air dan 2% bahan organic, albumin, urea, asam urat, kreatinin, bilirubin, lesitin,
sfingomielin, sel epitel, vernix, dan rambut halus yang disebut lanugo. Volume cairan
ketuban penting dalam keselamatan janin yang akan berubah sepanjang kehamilan.
Perubahan volume cairan ketuban dapat dikaitkan dengan masalah pada janin. Junlah
air ketuban yang terlalu sedikit disebut dengan Hidromnion yaitu sebanyak 2.000 mL
saat aterm. Hal ini dapat terjadi akibat penyakit diabetes pada ibu, kerusakan saraf,
gangguan kromosom dan malformasi sistem saraf pusat.

Saat plasenta berkembang (akhir minggu kedua), tali pusat juga terbentuk dari
amnion yang menghubungkan ibu dengan embrio yang sedang tumbuh dan terdapat
sebuah vena besar dan dua buah arteri kecil. Yang dikelilingi jeli Wharton (jaringan
ikat khusus) untuk mencegah tekanan yang akan memutus suplai darah dan nutrisi
janin. Pada saat aterm, tali pusat rata-rata memiliki panjang 22 inci dan lebar sekitar
satu inci

Sel-sel prekursor plasenta—trofoblas—pertama kali muncul empat hari setelah


pembuahan sebagai lapisan luar blastokista. Trofoblas blastokista awal ini
berdiferensiasi menjadi semua sel yang membentuk plasenta. Tiga hari setelah
pembuahan, trofoblas membuat human chorionic gonadotropin (hCG) yang
merupakan hormone untuk memastikan bahwa endometrium akan menerima embrio
yang ditanamkan. Selama beberapa minggu berikutnya, plasenta mulai membuat
hormon yang mengontrol fisiologi dasar ibu sedemikian rupa sehingga janin disuplai
dengan nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Plasenta juga
melindungi janin dari serangan kekebalan ibu, membuang produk limbah dari janin,

Selama kehamilan, darah ibu tidak pernah bercampur dengan darah janin karena
tidak ada kontak langsung antara darah mereka karena adanya lapisan jaringan janin
yang selalu memisahkan darah ibu dan darah janin. Pada tahap ini, arteri uterina ibu
memberikan nutrisi ke plasenta, yang akan memberikan nutrisi ke janin yang sedang
berkembang; vena rahim ibu membawa produk limbah janin pergi. Struktur plasenta
biasanya selesai pada minggu ke-12. Plasenta bukan hanya organ untuk menghantarkan
nutrsi dan doksigen tetapi juga menghasilkan beberapa hormon yang diperlukan untuk
kehamilan normal seperti hCG, human plasenta lactogen (Hpl), estrogen (estriol),
progesterone (progestin) serta hormone relaksin. Selain itu, pasenta juga bertindak
sebagai jalan masuk nutrisi antara ibu dan janin sehingga hampir semua yang ditelan
ibu (makanan, alkohol, obat-obatan) diteruskan ke konseptus yang sedang berkembang.
Inilah sebabnya mengapa sangat penting untuk menasihati ibu hamil agar tidak
mengonsumsi obat-obatan, alkohol, dan tembakau, karena dapat membahayakan
konsepsi. Selama tahap embrionik, konseptus tumbuh dengan cepat saat semua organ
dan struktur terbentuk. Selama periode kritis diferensiasi ini, embrio yang sedang
tumbuh paling rentan terhadap kerusakan dari sumber eksternal, termasuk teratogen (zat
yang menyebabkan cacat lahir, seperti alkohol dan obat-obatan), infeksi (seperti rubella
atau cytomegalovirus), radiasi, dan defisiensi nutrisi.
3) Tahap Janin

Tahap janin adalah waktu dari akhir minggu kedelapan sampai kelahiran. Tahap
ini merupakan periode terlama dari perkembangan prenatal. Selama tahap ini konseptus
yang cukup matang disebut dengan janin.

C. Tanda Kehamilan Pasti dan Tanda Kehamilan Palsu


Menurut Prawiroharjo dalam Sari, (2018) tanda dan gejala kehamilan dibagi menjadi 3
bagian, yaitu:
1. Tanda tidak pasti kehamilan
- Amenorea (tidak dapat haid)
- Mual dan muntah
- Mengidam
- Pingsan
- Anoreksia (tidak ada nafsu makan)
- Payudara menjadi tegang dan membesar
- Miksi sering (sering BAK)
- Konstipasi atau obstipasi (kesulitan BAB)
- Pigmentasi (perubahan pada warna kulit)
- Varises
2. Tanda kemungkinan kehamilan
a. Perut membesar (minggu ke-14)
b. Uterus membesar (minggu ke-7 hingga 12)
c. Terdapat tanda hegar (minngu ke- 6 hingga 12)
Tanda hengar merupakan Konsistensi rahim selama kehamilan berubah menjadi
lunak, terutama pada daerah ismus. Pada minggu pertama ismus uteri mengalami
hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada trimester pertama
mengakibatkan ismus menjadi panjang dan lunak.
d. Tanda Chadwick (minggu ke 6 hingga 8)
Tanda chadwick merupakan perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan
pada vulva, vagina, dan serviks yang disebabkan pengaruh hormon estrogen.
e. Tanda Piscaseck
Tanda piscaseck merupakan pembesaran uterus yang terkadang pembesaran ini
tidak rata tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini
menyebabkan uterus membesar ke salah satu sisi hingga menonjol jelas di sisi
pembesarannya
f. Tanda Braxton-Hicks (minngu ke-16 hingga 28)
Apabila uterus diberi rangsangan dan mudah berkontraksi, ini merupakan tanda
khas uterus pada saat kehamilan. Pada keadaan uterus yang membesar tetapi tidak
ada kehamilan misalnya pada mioma uteri, tanda Braxton-Hicks tidak ditemukan
g. Teraba Ballotemen (minngu ke-16 hingga 28)
Merupakan fenomena bandul atau pantulan balik. Ini merupakan tanda adanya
janin didalam uterus
h. Reaksi kehamilan positif (minggu ke 4-12)
Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human chorionic
gonadotropin pada kehamilan muda adalah air kencing pertama pada pagi hari.
Dengan tes ini dapat membantu diagnosa kehamilan sedini mungkin
3. Tanda pasti kehamilan
a. Gerakan janin yang dapat dilihat, diraba, atau dirasa (minggu ke 20)
b. Denyut jantung janin (minggu ke-10 hingga 12)
1) Didengar dengan stetoskop monoral Laennac
2) Dicatat dan didengar dengan alat Doppler
3) Dicatat dengan feto-elektro kardiogram
4) Dilihat pada ultrasonograf
c. Terlihat tulang-tulang janin pada foto rontgen
D. Adaptasi Fisiologis dan Psikologis pada Masa Kehamilan
1) Adaptasi fisiologis pada masa kehamilan
a. Adaptasi system reproduksi
1. Rahim
 Peningkatan ukuran Rahim hingga 20 kali lipat dari ukuran sebelum
hamil.
 Peningkatan kapasitas rahim hingga 2.000 kali untuk mengakomodasi
janin yang sedang berkembang.
 Pertumbuhan uterus terjadi sebagai akibat dari hiperplasia dan
hipertrofi sel miometrium.
 Peningkatan kekuatan dan elastisitas Rahim yang memungkinkan rahim
berkontraksi dan mengeluarkan janin selama kelahiran.
2. Serviks
 Peningkatan massa, kadar air, dan vaskularisasi pada serviks
 Perubahan dari struktur yang relatif kaku menjadi lunak dan dapat
diregangkan agar janin dapat dikeluarkan
 Di bawah pengaruh progesteron, sumbat lendir tebal terbentuk guna
menghalangi tulang serviks dan melindungi janin yang sedang
berkembang dari invasi bakteri.
3. Vagina
 Peningkatan vaskularisasi karena pengaruh estrogen yang
mengakibatkan kongesti panggul dan hipertrofi
 Peningkatan ketebalan mukosa seiring dengan peningkatan sekresi
vagina untuk mencegah infeksi bakteri
4. Ovarium
 Peningkatan suplai darah ke ovarium menyebabkan ovarium membesar
sampai kira-kira minggu ke-12 hingga ke-14 saat plasenta mengambil
alih fungsinya.
 Ovulasi berhenti selama kehamilan karena peningkatan kadar estrogen
dan progesteron
5. Payudara
 Perubahan payudara dimulai setelah pembuahan seperti peningkatan
ukuran dan pigmentasi areolar.
 Tuberkel Montgomery membesar dan menjadi lebih menonjol seta
putingnya lebih tegak.
 Pembuluh darah menjadi lebih menonjol dan aliran darah ke payudara
berlipat ganda
b. Adaptasi system tubuh
1. Sistem pencernaan
 Mulut dan faring: Gusi menjadi hiperemis, bengkak, rapuh dan
cenderung mudah berdarah.
 Produksi air liur meningkat.
 Kerongkongan: Penurunan tekanan dan nada sfingter esofagus bagian
bawah, yang meningkatkan risiko mengembangkan mulas
 Perut: Penurunan tonus dan mobilitas dengan waktu pengosongan
lambung yang tertunda sehingga meningkatkan risiko refluks
gastroesofagus dan muntah.
 Penurunan keasaman lambung dan pengeluaran histamine yang
meningkatkan gejala penyakit tukak lambung.
 Usus: Penurunan motilitas tonus usus yang meningkatkan risiko
sembelit dan perut kembung
 Kandung empedu: Penurunan tonus dan motilitas yang dapat
meningkatkan risiko pembentukan batu empedu
2. Sistem kardiovaskular
 Volume darah: Peningkatan yang nyata dalam plasma (50%) dan sel
darah merah (25% - 33%) dibandingkan dengan nilai saat tidak hamil.
 Menyebabkan hemodilusi yang terdapat dalam hematokrit dan
hemoglobin yang lebih rendah.
 Curah jantung dan denyut jantung: pada minggu ke-32, CO meningkat
dari 30% menjadi 50% sebelum kehamilan.
 Denyut jantung meningkat 10 sampai 15 bpm antara 14 dan 20
minggu kehamilan dan peningkatan ini berlanjut sampai aterm.
 Tekanan darah: Tekanan diastolik biasanya menurun 10 sampai 15
mmHg untuk mencapai titik terendah pada pertengahan kehamilan
yang kemudian secara bertahap kembali ke nilai dasar tidak hamil
dengan istilah.
 Komponen darah: Jumlah sel darah merah meningkat selama
kehamilan ke tingkat 25%-33% lebih tinggi dari nilai sebelum hamil.
Baik kadar fibrin dan plasma fibrinogen meningkat bersamaan dengan
berbagai faktor pembekuan darah.
 Faktor-faktor ini membuat kehamilan menjadi hiperkoagulasi
3. Sistem pernapasan
 Pembesaran rahim menggeser diafragma hingga 4 cm di atas posisi
biasanya.
 Saat otot dan tulang rawan di daerah toraks rileks, dada melebar,
dengan konversi dari pernapasan perut ke pernapasan dada. Hal ini
menyebabkan peningkatan 50% volume udara per menit. Volume
tidal, atau volume udara yang dihirup, meningkat secara bertahap
sebesar 30% hingga 40% (dari 500 hingga 700 mL) seiring dengan
kemajuan kehamilan.
4. Sistem Ginjal/Kemih
 Pelvis ginjal menjadi melebar.
 Ureter (terutama ureter kanan) memanjang, melebar, dan menjadi
lebih melengkung di atas tepi panggul.
 Tonus kandung kemih menurun dan kapasitas kandung kemih berlipat
ganda pada saat aterm.
 GFR meningkat 40%-60% selama kehamilan.
 Aliran darah ke ginjal meningkat 50%- 80% sebagai akibat dari
peningkatan curah jantung.
5. Sistem muskuloskeletal
 Distensi perut akibat pertumbuhan janin mengakibatkan panggul
terdorong ke depan, menggeser pusat gravitasi. Sehingga, ibu
mengkompensasi dengan mengembangkan peningkatan kelengkungan
(lordosis) tulang belakang.
 Relaksasi dan peningkatan mobilitas sendi terjadi karena hormon
progesteron dan relaksin yang mengarah pada karakteristik “waddle
gait” yang ditunjukkan wanita hamil menjelang aterm.
6. Sistem integumen
 Hiperpigmentasi kulit adalah perubahan yang paling umum selama
kehamilan. Area yang paling umum termasuk areola, kulit genital,
aksila, bagian dalam paha dan linea nigra.
 Striae gravidarum atau stretch mark adalah garis-garis kemerahan
tidak beraturan yang mungkin muncul di perut, payudara, dan bokong
pada sekitar separuh wanita hamil.
 Terbentuknya garis dengan pigmen pada kulit perut yang disebut linea
nigra, yang memanjang dari umbilikus ke daerah kemaluan.
 Melasma terjadi pada 455%-70% wanita hamil. Ini ditandai dengan
area pigmentasi yang tidak teratur dan bernoda pada wajah, terutama
di pipi, dagu dan hidung.
7. Sistem endokrin dan sistem kekebalan tubuh
 System endokrin mengontrol integritas dan durasi kehamilan dengan
mempertahankan korpus luteum melalui sekresi hCG; produksi
estrogen, progesteron, HPL, dan hormon lain serta faktor
pertumbuhan melalui plasenta; pelepasan oksitosin (oleh kelenjar
hipofisis posterior), prolaktin (oleh hipofisis anterior), dan relaksin
(oleh ovarium, uterus, dan plasenta)
 Sistem kekebalan: Peningkatan umum imunitas bawaan (respon
inflamasi dan fagositosis) dan penekanan imunitas adaptif (respon
protektif terhadap antigen asing tertentu) terjadi selama kehamilan.
2) Adaptasi psikologis pada masa kehamilan
Adaptasi Psikologis pada masa kehamilan adalah waktu yang unik dalam
kehidupan seorang wanit. Hal ini terjadi akibat adanya perubahan dramatis dalam
tubuh dan penampilannya, serta saat perubahan status sosialnya. Semua perubahan
ini terjadi secara bersamaan dengan perubahan fisiologis dalam sistem tubuhnya
karena mereka menghadapi perubahan peran dan gaya hidup yang signifikan.
a. Respon Emosional Ibu
Harapan yang begitu tinggi membuat banyak yang hamil wanita
mengalami berbagai emosi selama kehamilan mereka. Hal ini dipengaruhi oleh
susunan emosinya, latar belakang sosiologis dan budayanya, penerimaan atau
penolakannya terhadap kehamilan, apakah kehamilan tersebut direncanakan, jika
ayahnya diketahui dan sistem pendukungnya. Terlepas dari emosi yang luas
yang terkait dengan kehamilan, banyak wanita mengalami respons serupa.
Respons ini biasanya mencakup ambivalensi, introversi, penerimaan, perubahan
suasana hati, dan perubahan citra tubuh.
 Ambivalensi
Realisasi kehamilan dapat menyebabkan respons yang beragam, Misalnya,
terlepas dari apakah kehamilan itu direncanakan, seorang ibu mungkin merasa
bangga dan gembira atas pencapaiannya sementara pada saat yang sama takut
dan cemas akan implikasinya. Reaksi tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor termasuk cara wanita dibesarkan situasi keluarganya saat ini, kualitas
hubungan dengan calon ayah dan harapannya untuk masa depan. Beberapa
ibu mengungkapkan keprihatinan atas waktu kehamilan, berharap bahwa
tujuan mereka hidup telah terpenuhi sebelum hamil. Ibu lain mungkin
mempertanyakan bagaimana bayi baru lahir atau bayi akan mempengaruhi
karir mereka atau hubungan mereka dengan teman dan keluarga. Perasaan ini
dapat menyebabkan konflik dan kebingungan tentang kehamilan.
Ambivalensi atau memiliki perasaan yang bertentangan pada saat yang
sama merupakan perasaan universal dan dianggap normal ketika
mempersiapkan perubahan gaya hidup dan peran baru. Ibu hamil umumnya
mengalami ambivalensi selama trimester pertama. Biasanya ambivalensi
berkembang menjadi penerimaan pada trimester kedu ketika gerakan janin
dirasakan. Kepribadian dan kemampuan ibu untuk beradaptasi dengan
keadaan yang berubah dan reaksi pasangannya akan mempengaruhi
penyesuaian dirinya untuk hamil dan penerimaannya untuk menjadi ibu yang
akan datang.
 Introversi
Introversi atau fokus pada diri sendiri merupakan hal yang umum selama
bagian awal kehamilan. Ibu itu mungkin menarik diri dan menjadi semakin
sibuk dengan dirinya sendiri dan janinnya. Akibatnya, partisipasinya dengan
dunia luar mungkin kurang, dan dia akan terlihat pasif di hadapan keluarga
dan teman-temannya. Perilaku introspektif ini adalah adaptasi psikologis
normal untuk menjadi ibu bagi kebanyakan wanita. Introtrimester, ketika
fokus wanita adalah pada perilaku yang akan memastikan hasil kehamilan
yang aman dan sehat. Pasangan perlu menyadari perilaku ini dan harus
diberitahu tentang langkahlangkah untuk mempertahankan dan mendukung
fokus pada keluarga.
 Penerimaan
Selama trimester kedua, perubahan fisik janin yang tumbuh dengan perut
yang membesar dan gerakan janin membawa realitas dan validitas kehamilan.
Ada banyak tanda nyata bahwa seseorang yang terpisah dari dirinya hadir. Ibu
hamil merasakan gerakan janin dan mungkin mendengar detak jantung. Dia
mungkin melihat gambar janin pada layar ultrasound dan merasakan bagian
yang berbeda, mengenali pola tidur dan bangun yang independen. Dia
menjadi mampu mengidentifikasi janin sebagai individu yang terpisah dan
menerima ini.
Banyak wanita akan mengungkapkan perasaan positif tentang kehamilan
dan akan mengkonseptualisasikan janin. Wanita itu mungkin menerima citra
tubuh barunya dan berbicara tentang kehidupan baru di dalamnya.
Menumbuhkan diskusi tentang perasaan wanita dan menawarkan dukungan
dan validasi pada kunjungan prenatal adalah penting.
 Perubahan suasana hati
Labilitas emosional adalah karakteristik di sebagian besar kehamilan.
Suatu saat seorang wanita bisa merasakan kegembiraan yang luar biasa, dan
dalam waktu singkat dia bisa merasakan keterkejutan dan ketidakpercayaan.
Seringkali, ibu hamil akan mulai menangis tanpa sebab yang jelas. Beberapa
wanita merasa seolah-olah mereka sedang menaiki “roller-coaster
emosional”. Emosi yang ekstrem ini dapat menyulitkan pasangan dan anggota
keluarga untuk berkomunikasi dengan wanita hamil tanpa menyalahkan diri
sendiri atas perubahan suasana hati mereka. Penjelasan yang jelas tentang
bagaimana perubahan suasana hati yang umum selama kehamilan sangat
penting.
 Perubahan Citra Tubuh
Cara kehamilan mempengaruhi citra tubuh wanita sangat bervariasi.
Beberapa wanita merasa seolah-olah mereka jelek sedangkan yang lain
menghabiskan kehamilan mereka dengan perasaan kelebihan berat badan dan
tidak nyaman. Perubahan citra tubuh adalah hal yang normal tetapi bisa
sangat menegangkan bagi ibu hamil. Menawarkan penjelasan menyeluruh dan
memulai diskusi tentang perubahan tubuh yang diharapkan dapat membantu
keluarga untuk mengatasinya.
b. Tugas Peran Ibu
Tugas ibu yang harus diselesaikan seorang wanita untuk memasukkan
peran keibuan ke dalam kepribadiannya. Menyelesaikan tugas-tugas ini
membantu ibu hamil untuk mengembangkan konsep dirinya sebagai seorang ibu
dan untuk membentuk hubungan yang saling memuaskan dengan bayinya.
Berikut merupakan tugas dan peran ibu :
 Memastikan perjalanan yang aman selama kehamilan dan
kelahiran. Fokus utama perhatian wanita hamil :
- Trimester pertama: wanita berfokus pada dirinya sendiri,
bukan pada janinnya
- Trimester kedua: wanita mengembangkan keterikatan yang
sangat berharga dengan janinnya
- Trimester ketiga: wanita memiliki kepedulian terhadap
dirinya dan janinnya sebagai satu kesatuan
- Partisipasi dalam aktivitas perawatan diri yang positif
terkait dengan diet, olahraga, dan kesejahteraan secara
keseluruhan
 Mencari penerimaan bayi oleh orang lain
- Trimester pertama: penerimaan kehamilan oleh dirinya
sendiri dan orang lain
- Trimester kedua: keluarga perlu berhubungan dengan janin
sebagai anggota
- Trimester ketiga: penerimaan tanpa syarat tanpa penolakan
 Mencari penerimaan diri dalam peran ibu terhadap bayi
- Trimester pertama: ibu menerima gagasan tentang
kehamilan, tetapi tidak tentang bayi
- Trimester kedua: dengan sensasi gerakan janin
(mempercepat), ibu mengakui janin sebagai entitas yang
terpisah di dalam dirinya
- Trimester ketiga: ibu rindu menggendong bayi dan lelah
hamil
c. Kehamilan dan Seksualitas
Cara seorang wanita hamil dalam merasakan tubuhnya selama kehamilan
dapat mempengaruhi seksualitasnya. Perubahan bentuk wanita, status emosional,
aktivitas janin, perubahan ukuran payudara, tekanan pada kandung kemih dan
ketidaknyamanan lain dari kehamilan mengakibatkan peningkatan tuntutan fisik
dan emosional. Ini dapat menghasilkan stres pada hubungan seksual antara
wanita hamil dan pasangannya. Ketika perubahan kehamilan terjadi, banyak
pasangan menjadi bingung, cemas, dan takut bagaimana hubungan itu dapat
terpengaruh.
Hasrat seksual ibu hamil dapat berubah sepanjang kehamilan. Selama
trimester pertama, wanita mungkin kurang tertarik pada seks karena kelelahan,
mual, dan takut mengganggu perkembangan embrio awal. Selama trimester
kedua, minatnya dapat meningkat karena stabilitas kehamilan. Selama trimester
ketiga, ukuran tubuhnya yang membesar dapat menyebabkan ketidaknyamanan
selama aktivitas seksual.
Kesehatan seksual seorang wanita terkait erat dengan citra dirinya sendiri.
Posisi seksual untuk meningkatkan kenyamanan saat kehamilan berlangsung
serta cara ekspresi seksual noncoital alternatif, seperti memeluk, membelai, dan
memegang, harus didiskusikan. Memberi izin untuk membicarakan dan
kemudian menormalkan seksualitas dapat membantu meningkatkan pengalaman
seksual selama kehamilan dan, pada akhirnya, hubungan pasangan. Jika jalan
komunikasi terbuka mengenai seksualitas selama kehamilan, ketakutan dan
mitos apa pun yang dimiliki pasangan dapat dihilangkan.
d. Kehamilan dan Pasangannya
Asuhan keperawatan yang berkaitan dengan persalinan telah berkembang
dari kebutuhan kesehatan fisik ibu dan bayi menjadi fokus yang lebih luas pada
kebutuhan yang berhubungan dengan keluarga, sosial dan emosional. Salah satu
ciri menonjol dari pendekatan yang berpusat pada keluarga ini adalah bounding
attachmen antara ibu dan bayi. Untuk mencapai praktik yang benar-benar
berpusat pada keluarga, perawat harus membuat komitmen yang sebanding
untuk memahami dan memenuhi kebutuhan pasangan dalam keluarga baru.
Studi terbaru menunjukkan bahwa kontribusi potensial pasangan untuk
perkembangan bayi secara keseluruhan telah disalahartikan atau diremehkan
seperti kemampuan dan kemauan pasangan untuk mengambil peran yang lebih
aktif dalam perawatan bayi.
Reaksi terhadap kehamilan serta perubahan psikologis dan fisik oleh
pasangan wanita sangat bervariasi. Beberapa orang menikmati peran mereka
orang tua akan tetapi sebagian lain merasa terasingkan sehingga mencari
kenyamanan di tempat lain. Beberapa calon ayah mungkin melihat kehamilan
sebagai bukti kejantanan mereka dan mengambil peran dominan, sedangkan
yang lain melihat peran mereka sangatlah kecil sehingga menyerahkan
kehamilan sepenuhnya kepada wanita.
Secara emosional dan psikologis, pasangan mungkin mengalami
perubahan yang kurang terlihat dibandingkan wanita, tetapi sebagian besar
perubahan ini tetap tidak terekspresikan dan tidak dihargai. Pasang, atau calon
ayah juga mengalami banyak penyesuaian dan kekhawatiran. Secara fisik,
mereka mungkin mengalami kenaikan berat badan di sekitar bagian tengah dan
mengalami mual dan gangguan GI lainnya—yang disebut sindrom couvade yang
merupakan respons simpatik terhadap kehamilan pasangannya. Mereka juga
mengalami ambivalensi selama awal kehamilan dengan emosi yang ekstrem
(misalnya, kebanggaan dan kegembiraan versus rasa tanggung jawab yang akan
datang).
Selama trimester kedua kehamilan, pasangan melalui penerimaan peran
mereka sebagai pencari nafkah, pengasuh, dan orang yang mendukung. Mereka
akan mencoba menerima kenyataan ketika merasakan gerakan janin mereka.
Selama trimester ketiga, calon ayah mempersiapkan realitas peran baru dan
merundingkan peran apa yang akan dimainkan selama proses persalinan dan
melahirkan. Banyak yang mengungkapkan keprihatinan tentang menjadi orang
yang mendukung utama selama persalinan dan kelahiran dan khawatir
bagaimana mereka akan bereaksi ketika dihadapkan dengan orang yang mereka
cintai kesakitan.
Pasangan hamil memiliki banyak kecemasan yang sama dengan pasangan
mereka yang sedang hamil. Namun, sangat sulit bagi mereka untuk
mengungkapkan kecemasan ini kepada pasangannya atau profesional perawatan
kesehatan.
e. Kehamilan dan Saudara kandung
Reaksi saudara kandung terhadap kehamilan bergantung pada usia.
Beberapa anak mungkin mengekspresikan kegembiraan dan antisipasi,
sedangkan yang lain mungkin memiliki reaksi negatif. Seorang balita muda
mungkin mengalami kemunduran dalam pelatihan toilet atau meminta untuk
minum dari botol lagi. Anak usia sekolah yang lebih tua mungkin mengabaikan
anggota baru dalam keluarga dan terlibat dalam aktivitas di luar untuk
menghindari anggota baru. Pengenalan bayi ke dalam keluarga sering kali
merupakan awal dari sibling rivalry yang dihasilkan dari ketakutan anak akan
perubahan keamanan hubungan dengan orang tuanya. Persiapan saudara
kandung untuk mengantisipasi kelahiran sangat penting dan harus dirancang
sesuai dengan usia dan pengalaman hidup saudara kandung di rumah.
E. Penentuan Usia Kehamilan dan Taksiran Hari Persalinan
1. Penetuan Usia Kehamilan
a. Patokan haid pertama hari terakhir (HPHT)
HPHT merupaka haid pertama seseorang sebelum hamil. Cara menentukan HPHT
yaitu dengan melakukan anamnesis pada ibu secara tepat. Haid terakhir tersebur
harus normal, baik dari lamanya maupun dari banyaknya. Beberapa pertanyaan
yang dapat diajukan:
- Kapan ibu mengeluarkan haid terakhir sebelum kehamilan
- Apakah pada tanggal tersebut sudah bersih atau masih baru keluar darah
haidnya
- Berapa lama menstruasinya (jika sedikit kemungkinan sudah terjadi nidasi)
b. Gerakan pertama fetus
Diperkirakan terjadinya gerakan pertama fetus pada usia kehamilan 16 minggu.
Namun perkiraan ini kurang tepat karena perbedaan merasakan gerakan antara
primigravida dan multigravida. Pada primigravida biasanya dirasakan pada usia
kehamilan 18 minggu dan pada multigravida pada usia kehamilan 16 minggu.
2. Penentuan Taksiran Persalinan
Cara yang paling sering digunakan dalam menghitung usia kehamilan adalah dengan
menentukan tanggal menstruasi terakhir sebelum kehamilan. Metode ini dikenal
dengan rumus Naegele. Cara ini dianggap cara terbaik untuk wanita yang memiliki
siklus haid teratur 28 hari. Tentukan tanggal HPHT kemudian tambahkan 40 minggu
dari tanggal tersebut untuk memperkirakan hari persalinan. Dengan mengetahui
perkiraan hari kelahiran bayi, maka usia kehamilan akan bisa diketahui.
Langkah perhitungannya:
a. Untuk HPHT bulan April-Desember
1) Tentukan hari pertama haid terakhir (HPHT)
2) Tambahkan satu tahun, tujuh hari, dan mundurkan tiga bulan
b. Untuk HPHT bulan Januari-Maret
1) Tentukan hari pertama haid terakhir (HPHT)
2) Tambahkan sembilan bulan dan tujuh hari

Misalnya:

HPHT 31 Desember 2019, perhitungannya menjadi:

a. 31 Desember 2020 + 1 tahun = 31 Desember 2021


b. 31 Desember 2021 + 7 hari = 7 Januari 2022
c. 7 Januari 2022 – 3 bulan = 7 Oktober 2021 (tafsiran persalinan)
F. Penentuan Taksiran Berat Janin
1) Pemeriksaan Ultrasonografi
Pemeriksaan USG merupakan suatu metode diagnostik dengan menggunakan
gelombang ultrasonik untuk mempelajari morfologi dan fungsi suatu organ
berdasarkan gambaran eko dari gelombang uktrasonik dan dipantulkan oleh organ.
Penentuan berat badan janin dengan USG menggunakan beberapa parameter, seperti
Biparietal Diameter (BPD), Femur Length (FL), Abdominal Circumferefnce (AC),
Cross Sectional Area of Thigh 9 (CSAT). Saat ini, penggunaan USG oleh para
penyedia pelayanan kesehatan telah banyak digunakan untuk memantau tumbuh
kembang dan merupakan suatu cara yang modern dalam memprediksi kesejahteraan
janin dalam uterus. Ketersediaan fasilitas dan sarana pelayanan diperlukan untuk
mendeteksi adanya kelainan pada janin, termasuk memantau suatu cara alternatif
untuk memantau pertumbuhan berat janin.
2) Pengukuran Tinggi Fundus Uteri
Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) merupakan salah satu dari 10T yaitu
kebijakan program pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu, dimana
pengukuran TFU adalah indikator untuk melihat kesejahteraan ibu dan janin. Tinggi
fundus uteri (TFU) dapat digunakan untuk menentukan usia kehamilan atau
menentukan taksiran berat badan janin (TBJ). TFU diukur dengan methelin dari
fundus ke simfisis pubis. Cara pengukurannya dengan menggunakan methelin, 10
dengan titik nol diletakkan di atas simfisis pubis, lalu ditarik setinggi fundus uteri ibu
hamil.
3) Rumus Taksiran Berat Janin
a. Rumus Johnson Tausack
Johnson dan Tausack menggunakan suatu metode untuk menaksirkan berat
badan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri (TFU), yaitu dengan
mengukur jarak antara tepi atas simfisis pubis sampai puncak fundus uteri
dengan mengikuti lengkungan uterus, memakai pita pengukur dalam centimeter
dikurangi 11, 12, atau 13 kemudian hasilnya dikalikan 155 sehingga
didapatkanlah berat badan bayi dalam gram. Pengurangan 11, 12, atau 13
tergantung dari posisi kepala bayi.
 Jika kepala sudah melewati tonjolan tulang (spinaischiadika) maka
dikurangi 12
 Jika kepala bayi belum melewati tonjolan tulang (spinaischiadika)
dikurangi 11.

Rumus Johnson adalah sebagai berikut :

TBJ = (TFU-N) x 155 =

Keterangan :

 TBJ = Taksiran Berat Janin


 TFU = Tinggi Fundus Uteri
 N = 13 bila kepala belum masuk PAP
12 bila kepala masih berada di atas spina ischiadika.
11 bila kepala berada di bawah spina ischiadika
b. Rumus Niswander
Niswander melakukan penelitian dan menemukan rumus yang berbeda untuk
taksiran berat janin Rumus Niswander dalam Gayatri (2012) adalah sebagai
berikut :
TFU −13
TBJ = × 453,6
3
Keterangan :
 TBJ = Taksiran Berat Janin
 TFU = Tinggi Fundus Uteri
c. Rumus Risanto
Rumus Risanto adalah rumus yang diformulasikan berdasarkan penelitian yang
dilakukan pada populasi masyarakat Indonesia tetapi rumus tersebut tidak
digunakan secara luas oleh tenaga kesehatan. Rumus Risanto ditemukan oleh
Risanto Siswosudarmo pada tahun 1990 berdasarkan tinggi fundus uteri berupa
persamaan garis regresi linier. Berikut adalah rumus Risanto :
TBJ = 127,6 × TFU-931,5
Keterangan :
 TBJ = Taksiran Berat Janin
 TFU = Tinggi Fundus Uteri
d. Formula Dare
Metode yang dipakai berupa pengukuran lingkar perut ibu dalam centimeter
kemudian dikalikan dengan ukuran fundus uteri dalam centimeter, maka akan
didapat taksiran berat janin. Metode ini dianggap lebih mudah digunakan
berbagai kalangan dan memiliki nilai bias yang minimal dibandingkan
penggunaan tinggi symphysial-fundal. Rumus Formula Dare adalah sebagai
berikut :
TBJ = TFU x LP
Keterangan :
 TBJ = Taksiran Berat Janin
 TFU = Tinggi Fundus Uteri
 LP = Lingkar Perut
G. Faktor-faktor yang Mempersulit Persalinan

Proses persalinan yang sulit biasa disebut Distosia/ penyulit persalinan. Distosia/
penyulit persalinan merupakan persalinan yang abnormal dimana persalinan menjadi
lebih panjang, lebih nyeri/ sulit dan abnormal karena masalah persalinan berupa power,
passageway, passenger, position, atau psychologic.
Reeder, Martin & Griffin dalam dalam Sari, (2018) menyatakan bahwa penyebab distosia
adalah :

1) Power, kontraksi uteri kurang kuat atau kurang terkoordinasi untuk menimbulkan
pembukaan dan pendataran servix.
Masalah power pada persalinan adalah masalah pada kontraksi uterus dan
kekuatan meneran ibu. Kontraksi uterus/ his yang normal mempunyai sifat kontraksi
yang simetrik, dominasi pada fundus uteri, kontraksi semakin kuat dan sering diselingi
relaksasi yang baik. Pada kala satu, his terjadi tiap 3 – 5 menit, selama 35 detik,
sedangkan pada akhir kala I dan II tiap 2 – 3 menit selama 60 detik.
His terlalu kuat dapat menimbulkan partus presipitatus 2 (persalinan yang selesai
dalam waktu kurang dari 3 jam). Hal ini terjadi akibat his yang lebih kuat, lebih
lama, dan lebih sering dari umumnya (Wagiyo & Putrono, 2016). Sedangkan kekuatan
meneran ibu dapat dipengaruhi oleh anestesi atau obat penenang, kelelahan atau
rasa nyeri yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan ibu tidak kuat mendorong
bayi secara efektif.
2) Passageway, bentuk dan ukuran tulang panggul yang abnormal.
Masalah passageway pada persalinan dapat terjadi karena panggul sempit,
panggul patologik, atau tumor jalan lahir. Bentuk dan ukuran panggul sangat
menentukan kelancaran persalinan. Panggul normal wanita adalah berbentuk ginekoid
yang merupakan bentuk terbaik bagi jalan keluar janin. Panggul berbentuk ginekoid
dapat dikatakan bermasalah jika ukuran kepala janin tidak sesuai dengan ukuran
panggul ibu atau sering disebut sebagai cephalopelvic disproportion (CPD). Selain
distosia pada panggul, penyebab distosia pada passageway adalah leiomioma, tumor
ovarium, dan lain- lain.
3) Passenger, malpresentasi atau malposisi, ukuran yang tidak normal atau perkembangan
janin yang tidak normal, letak plasenta tidak normal.
Masalah passenger/kelainan janin disebabkan akibat kelainan letak,
presentasi atau posisi, kelainan bentuk janin, tali pusat menumbung atau tali pusat
terkemuka. Selain itu, pada pemeriksaan dalam pada kelainan presentasi ganda, teraba
tangan/ kaki disamping kepala atau tangan disamping bokong, dan mungkin teraba
pula tali pusat. Sedangkan kelainan bentuk janin dapat berupa hidrosefalus, janin
terlalu besar, tali pusat menumbung.
4) Position, Posisi ibu saat melahirkan dapat memberikan keuntungan terhadap
mekanisme persalinan dengan efek gravitasi untuk memudahkan dalam melahirkan.
Masalah position pada persalinan dapat terjadi karena posisi yang kurang tepat
pada ibu bersalin Posisi ibu saat melahirkan dapat memberikan keuntungan terhadap
mekanisme persalinan dengan efek gravitasi untuk memudahkan dalam melahirkan.

H. Deteksi Risiko pada Masa Kehamilan (Skor Poedji)

Ibu hamil dibagi dalam 3 kelompok yaitu :

1) Kehamilan Resiko Rendah (KKR) skor 2 hijau


Kehamilan normal tanpa masalah atau faktor resiko. Kemungkinan besar :
persalinan normal, tetap waspada komplikasi persalinan ibu dan bayi baru lahir
hidup sehat

2) Kehamilan Resiko Tinggi (KRT) skor 6-10 kuning


Kehamilan dengan faktor resiko, baik dari ibu dan atau janin dapat
menyebabkan komplikasi persalinan. Dampak kematian atau kesakitan atau
kecacatan pada ibu atau bayi baru lahir

3) Kehamilan Resiko Sangat Tinggi (KRST) skor ¿ 12 merah


Kehamilan dengan faktor resiko ganda 2 lebih baik dari ibu dan atau janinnya
yang dapat menyebabkan :

- Lebih besar resiko atau bahaya komplikasi persalinan


- Lebih besar dampak kematian ibu dan atau bayi
SKOR POEDJI ROCHJATI

I II III IV

Triwulan

KEL Masalah / Faktor Resiko SKOR III.1 III.


NO. I II
F.R 2

Skor Awal Ibu Hamil 2

I 1 Terlalu muda hamil I ≤16 Tahun 4

2 Terlalu tua hamil I ≥35 Tahun 4

Terlalu lambat hamil I kawin ≥4 Tahun 4

3 Terlalu lama hamil lagi ≥10 Tahun 4

4 Terlalu cepat hamil lagi ≤ 2 Tahun 4

5 Terlalu banyak anak, 4 atau lebih 4

6 Terlalu tua umur ≥ 35 Tahun 4

7 Terlalu pendek ≥145 cm 4

8 Pernah gagal kehamilan 4

9 Pernah melahirkan dengan


4
a.terikan tang/vakum

b. uri dirogoh 4

c. diberi infus/transfuse 4
10 Pernah operasi sesar 8

II Penyakit pada ibu hamil


4
         Kurang Darah      b. Malaria,

11          TBC Paru            d. Payah Jantung 4

         Kencing Manis (Diabetes) 4

         Penyakit Menular Seksual 4

Bengkak pada muka / tungkai


12 4
dan tekanan darah tinggi.

13 Hamil kembar 4

14 Hydramnion 4

15 Bayi mati dalam kandungan 4

16 Kehamilan lebih bulan 4

17 Letak sungsang 8

18 Letak Lintang 8

III 19 Perdarahan dalam kehamilan ini 8

20 Preeklampsia/kejang-kejang 8

JUMLAH SKOR
I. WOC Kehamilan
J. Data Fokus dan Asuhan Keperawatan pada Masa Kehamilan Trimester 1/2/3
1. Pengkajian
a. Identitas klien
- Nama suami/ istri : Memudahkan mengenali ibu dan suami serta mencegah
kekeliruan

- Umur : Kondisi fisik ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun akan sangat
menentukan proses kelahirannya. Proses pembuahan, kualitas sel telur wanita
usia ini sudah menurun jika dibandingkan dengan sel telut pada wanita usia
reproduksi (20-35 tahun)
- Agama : Mengetahui kepercayaan sebagai dasar dalam memberikan asuhan saat
hamil dan bersalin
- Pendidikan : Mengetahui tingkat pengetahuan untuk memberikan konseling
sesuai pendidikannya. Tingkat pendidikan ibu hamil juga sangat berperan dalam
kualitas perawatan bayinya
- Pekerjaan : Mengetahui kegiatan ibu selama hamil. Penelitian menunjukkan
bahwa ibu yang bekerja mempunyai tingkat pengetahuan lebih baik daripada ibu
yang tidak bekerja
- Alamat : Mengetahui lingkungan ibu dan kebiasaan masyarakatnya tentang
kehamilan serta untuk kunjungan rumah jika diperlukan
- Penghasilan : Mengetahui keadaan ekonomi ibu, berpengaruh apabila sewaktu-
waktu ibu dirujuk. Juga sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan
psikologis ibu hamil
b. Keluhan utama

Keluhan yang dirasakan klien dalam beberapa hari sebelumnya dan saat
pengkajian. Keluhan yang sering terjadi, pada saat hamil adalah sering buang air
kecil (TM I dan III), Hemoroid (TM II dan III), Keputihan (TM I,II, dan III),
Sembelit (TM I dan III), Kram kaki (TM II dan III), napas sesak (TM II dan III),
Nyeri ligamentum rotundum (TM II dan III), Pusing/sinkop (TM II dan III), mual
muntah (TM I), sakit punggung (II dan III)
c. Riwayat haid
Anamnese haid memberikan kesan tentang faal alat reproduksi/ kandungan,
meliputi hal-hal seperti; umur menarche (pada wanita Indonesia umumnya sekitar
12-16 tahun), lamanya (frekuensi haid bervariasi 7 hari atau lebih), siklus haid
(lebih awal atau lebih lambat dari siklus normal 28 hari), banyaknya darah, HPHT
(membantu penetapan tanggal perkiraan kelahiran), keluhan saat haid (keluhan
yang disampaikan dapat menunjukkan diagnose tertentu, seperti sakit kepala
sampai pingsan atau jumlah darah yang banyak)
d. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sebelumnya\
- Kehamilan
Pengkajian mengenai masalah/gangguan saat kehamilan seperti
hyperemesis, perdarahan pervaginam, pusing hebat, pandangan kabur, dan
bengkak-bengkak ditangan dan wajah
- Persalinan
Kaji cara kelahiran spontan atau buatan, aterm atau prematur, perdarahan
dan ditolong oleh siapa. Jika wanita pada kelahiran terdahulu melahirkan
secara bedah sesar, untuk kehamilan saat ini mungkin melahirkan
pervaginam. Keputusan ini tergantung pada lokasi insisi di uterus, jika
insisi uterus berada dibagian bawah melintang, nukan vertikal maka bayi
diupayakan untuk dikeluarkan pervaginam
- Nifas
Kaji adakah panas, perdarahan, kejang-kejang, dan laktasi. Keshatan fisik
dan emosi ibu harus diperhatikan
e. Riwayat kehamilan sekarang
- Trimester I : Berisi tentang bagaimana awal mula terjadinya kehamilan,
ANC dimana dan berapa kali, keluhan selama hamil muda, obat yang
dikonsumsi, serta KIE yang didapatkan
- Trimester II : Berisi tentang ANC dimana dan berapa kali, keluhan selama
hamil muda, obat yang dikonsumsi, serta KIE yang didapat. Sudah atau
belum merasakan gerakan janin, usia berapa merasakan gerakan janin
(gerakan pertama fetus pada primigravida dirasakan pada usia 18 minggu
dan pada multigravisa 16 minggu), serta imunisasi yang didapat
- Trimester III : Berisi tentang ANC dimana dan berapa kali, keluhan
selama hamil muda, obat yang dikonsumsi, serta KIE yang didapat
f. Riwayat keluarga
Kaji apakah memiliki penyakit keturunan (hipertensi, DM), memiliki riwayat
anak kembar
g. Pemeriksaan head to toe
1) Keadaan umum : Baik/tidak, cemas/tidak, untuk mengetahui keadaan umum
pasien secara keseluruhan
2) Berat badan : Kg (trimester I bertambah 4 kg, trimester II dan III bertambah
0,5 kg/hari)
3) Tinggi badan : < dari 145 cm (resiko meragukan, berhubungan dengan
kesempitan panggul)
4) LILA : > 23,5 cm. Jika <23,5 merupakan indikator status gizi kurang
5) TTV :

- TD : Tekanan darah pada orang normal rata-rata 120/80 mmHg dengan


diastole maksimal 140 mmHg dan sistole maksimal 90 mmHg. Pada ibu
hamil tekanan darah menurun hingga pertengahan kehamilan. Tekanan
sistolik menurun hingga 8-10 mmHg sedangkan diastolik mengalami
penurunan 12 poin
- Nadi : N = 70x/menit, ibu hamil 80-90x/menit
- Suhu : Normal (36,5-37,5 oC) bila suhu tubuh hamil >37,5 oC dikatakan
demam, berarti ada infeksi dalam kehamilan
- RR : Normal (12-20x/menit) jumlah pernapasan, kapasitas vital, dan
kapasitas napas maksimum tidak terpengaruh selama kehamilan
berlangsung. Ibu hamil akan bernapas lebih dalam sekitar 20-25% dari
biasanya
6) Pemeriksaan fisik
a) Kepala dan Rambut
 Inspeksi : bentuk kepala, apakah terdapat luka/benjolan, penyebaran
rambut, warna rambut, rambut mudah patah/tidak
 Palpasi : apakah terdapat nyeri tekan atau tidak
b) Wajah
 Inspeksi : warna kulit wajah apakah sama dengan badan atau tidak,
terdapat benjolan/luka, simetris/tidak
 Palpasi : terdapat nyeri tekan/tidak
c) Mata
 Inspeksi : simetris atau tidak antara kanan dan kiri, konjungtiva
(anemis/ananemis), sklera (ikterik/tidak ikterik), reflek pupil terhadap
cahaya ada/tidak, terdapat luka/benjolan
 Palpasi : terdapat nyeri tekan/tidak
d) Hidung
 Inspeksi : simetris/tidak antara kanan dan kiri, terdapat luka/tidak,
terdapat benjolan/tidak, terdapat sekret/tidak
 Palpasi : terdapat nyeri tekan/tidak
e) Bibir, Gigi, dan Lidah
 Inspeksi : lihat warna bibir (merah/pucat), bibir kering/tidak, lihat
lidah apakah merah/keputihan, terdapat sariawan/tidak, sebaran gigi,
dan jumlah gigi
 Palpasi : apakah terdapat nyeri tekan/tidak
f) Telinga
 Inspeksi : melihat kesimetrisan kedua telinga, membrane timpani
ada/tidak, terdapat serumen/tidak, terdapat luka/benjolan
 Palpasi : apakah terdapat nyeri tekan/tidak
 Auskultasi: melakukan tes pendengaran (tes garpu tala, tes bisik, dan
tes audiometri)
g) Leher
 Inspeksi : bentuk leher (simetris/tidak) periksa (ada/tidak lesi,
peradangan, dan massa), ada pembesaran kelenjar limfe/tidak
(terutama pada leher, submandibula, dan sekitar telinga), ada
pembesaran vena jugularis/tidak.(nilai normal JVP adalah 2-5 cmHg)
 Palpasi : ada pembesaran kelenjar tiroid/tidak
h) Thorax
- Dada
 Inspeksi : melihat kesimetrisan dinding dada dan melihat
penggunaan otot bantu pernafasan
 Palpasi : melakukan focal fremitus (“tujuh tujuh”),
mengkaji apakah terdapat benjolan pada dada
 Perkusi : pada lapang paru untuk mengetahui bunyi lapang
paru (bunyi resonan/sonor, atau hiperrosonan)
 Auskultasi : mendengarkan suara nafas (normal, wheezing,
ronchi)
- Jantung
 Inspeksi : ictus cordis terlihat/tidak
 Palpasi : ictus cordis teraba/tidak
 Perkusi : terdapat kardiomegali/tidak
 Auskultasi : dilakukan di IC 2 kanan dan kiri, IC 3, IC 4 dan
daetah ictus, irama jantung (regular/tidak), terdapat bising
jantung/tidak
- Payudara
 Inspeksi : apakah simetris antara kanan dan kiri, apakah
terasa lebih penuh/tidak, geli dan lebih lunak, warna aerola dan
putting menjadi lebih gelap/tidak, kolostrum sudah keluar/belum,
puting susu menonjol keluar/tidak
 Palpasi : melihat apakah terdapat benjolan/tidak
i) Abdomen
 Inspeksi : apakah terdapat linea nigra dan striae gravidarum, lakukan
pemeriksaan leopold
- Leopold 1: untuk mengetahui bagian janin yang terdapat pada
fundus uterus ibu hamil. Jika bulat, keras, melenting dan mudah
digerakan merupakan bagian kepala. Jika lunak/lembut dan tidak
melenting merupakan bagian bokong
- Leopold 2: untuk mengetahui bagian janin yang terdapat pada
kanan dan kiri uterus ibu. Jika terasa panjang, lulus, tegak dan
memanjang merupakan bagian dari punggung bayi. Jika teraba
bagian kecil-kecil merupakan bagian ekstremitas
- Leopold 3: untuk mengetahui bagian bawah uterus ibu hamil. Jika
bulat, keras, melenting dan mudah digerakan merupakan bagian
kepala. Jika lunak/lembut dan tidak melenting merupakan bagian
bokong
- Leopold 4: untuk mengetahui apakah janin sudah masuk ke dalam
pintu atas panggul (PAP). Goyangkan bagian bawah uterus ibu,
jika bergoyang berati kepala bayi belum masuk PAP
- Memeriksa Tinggi Fundus Uterus (TFU), jika usia kandungan
memasuki trimester 2 dan 3 lakukan pemeriksaan TFU. Caranya
luruskan kaki klien, kemudian ambil meteran, ukur dari fundus
uterus ibu hamil sampai simfisis pubis ibu, dan lihat berapa cm
TFU.
 Auskultasi:
- Periksa DJJ, caranya tentukan posisi punggung dan kepala janin,
tentukan pusar/pusat ibu. Letakkan alat. Satu tangan memeriksa
nadi klien dan satu tangan memegang alat. Jika perawat
mendengar denyut yang berbeda dengan denyut nadi ibu itu
adalah DJJ. Jika mendengar denyut yang sama dengan denyut
nadi ibu itu merupakan denyut nadi ibu.
- Menilai keteraturan, frekuensi, kekuatan DJJ
j) Ekstremitas
- Ekstremitas atas
 Periksa apakah terdapat udem/tidak, CRT kanan dan kiri
<2detik/tidak
- Ekstremitas bawah
 Periksa apakah terdapat udem/tidak, terdapat varises/tidak, dan
reflex patella
 Lakukan pemeriksaan reflex patella : reflek patella negatif
menandakan ibu kekurangan vit B1
7) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
Wanita hamil diperiksa urinnya untuk mengetahui kadar protein
glukosanya, diperiksa darah untuk mengetahui faktor rhesus, golongan darah,
Hb dan penyakit rubella

Tes Lab Nilai Normal Nilai Tidak Diagnosis


Normal Masalah Terkait
Hemoglobin 10,5-14,0 <10,5 Anemia

Protein Urin Terlacak/negatif Protein urine


Bening/negatif
Glukosa dalam urin Warna hijau Kuning, Diabetes
orange, coklat
VDRL/RPR Negatif Positif Syphilis
Faktor rhesus Rh + Rh- Rh sensitization
Golongan Darah A B O AB - Ketidakcocokan
ABO
HIV - + AIDS
Rubella Negatif Positif Anomali pada
janin jika ibu
terinfeksi
Feses untuk ova/telur Negatif Positif Anemia akibat
cacing dan parasit cacing

b) Pemeriksaan Rontgen
Dilakukan pada kehamilan yang sudah agak lanjut karena sebelum bulan
ke IV rangka janin belum tampak. Pemeriksaan rontgen dilakukan pada
kondisi-kondisi :

- Diperlukan tanda pasti hamil


- Letak anak tidak dapat ditentukan dengan jelas dengan palpasi
- Mencari sebab dari hidraamnion
- Untuk menentukan kelainan anak
c) Pemeriksaan USG
Kegunaannya :

- Diagnosis dan konfrimasi awal kehamilan


- Penentuan umur gestasi dan penafsiran ukuran fetal
- Mengetahui posisi plasenta
- Mengetahui adanya IUFD
- Mengetahui pergerakan janin dan detak jantung janin
2. Diagnosa Keperawatan

- Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrisi


- Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran terhadap proses persalinan
- Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
- Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan menemukan sumber
informasi
3. Intervensi Keperawatan

No. SDKI SLKI SIKI


1. Defisit nutrisi berhubungan dengan 1. Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi nutrisi Kriteria Hasil : Tindakan :
 Porsi makan yang dihabiskan Observasi
 Berat badan  Identifikasi status nutrisi
 Indeks massa tubuh (IMT)  Identifikasi alergi dan
 Frekuensi makan intoleransi makan

 Nafu makan  Identifikasi makanan yang

 Membrane mukosa disukai


 Monitor berat badan

Terapeutik
 Sajikan makanan yang menarik
dan suhu yang sesuai
 Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
 Berikan suplemen makan , jika
perlu

Edukasi
 Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
2. Ansietas berhubungan dengan 1. Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
kekhawatiran terhadap proses
persalinan Kriteria Hasil : Tindakan :
 Verbalisasi khawatir akibat Onbservasi
kondisi yang dihadapi  Identifikasi saat tingkat
 Perilaku gelisah ansietas berubah
 Keluhan pusing  Identifikasi kemampuan
 Konsentrasti mengambil keputusan

 Pola tidur
Terapeutik
 Ciptakan suasana terapeutik
untuk menumbuhkan
kepercayaan
 Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan, jika
perlu
 Pahami situasi yang membuat
pasien ansietas
 Dengarkan dengan penuh
perhatian
 Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
 Diskusikan perencanaan
realitas tentang peristiwa yang
akan data

Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang akan dialami
 Ajarkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
 Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi ketegangan
 Latih teknik relaksasi
3. Gangguan rasa nyaman 1. Status Kenyamanan Perawatan Kehamilan Trimester
berhubungan dengan kekhawatiran Kedua dan Ketiga
mengalami kegagalan Kriteria Hasil :
 Kesejahteraan fisik Tindakan
 Kesejahteraan psikologis Observasi

 Dukungan sosial dari keluarga  Monitor tanda-tanda vital

 Keluhan tidak nyaman menurun  Timbang berat badan

 Gelisah menurun  Ukur tinggi fundus

 Pola eliminasi  Periksa gerakan janin

 Postur tubuh  Periksa denyut jantung janin

Terapeutik
 Pertahankan postur tubuh yang
benar
 Lakukan perawatan kebersihan
gigi dan mulut secara teratur
 Jaga kuku tetap pendek dan
bersih
 Jaga kebersihan vulva dan
vagina
 Tinggikan kaki saat istirahat
 Berikan kompres hangat dan
dingin pada punggung
 Libatkan keluarga untuk
pemberian dukungan

Edukasi
 Anjurkan menghindari
kelelahan
 Anjurkan menggunakan
pakaian dalam berbahan katun
dan tidak ketat
 Anjurkan menggunakan bra
yang menyokong
 Anjurkan sepatu dan kaos kaki
yang nyaman
 Anjurkan posisi duduk atau
berdiri terlalu lama dan
menyilangkan kaki pada lutut
 Anjurkan latihan fisik secara
teratur
 Anjurkan teknik relaksasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemeriksaan USG
 Kolaborasi pemeriksaan
laboratorium (mis. Hb, protein,
glukosa)
 Rujuk jika mengalami masalah
atau penyulit kehamilan
4. Defisit pengetahuan berhubungan 1. Tingkat Pengetahuan Edukasi Penggunaan Alat
dengan ketidaktahuan menemukan Kontrasepsi
sumber informasi Kriteria Hasil :
 Perilaku sesuai anjuran Tindakan
 Verbalisasi minat dalam Observasi
belajar  Identifikasi pengetahuan,
 Kemampuan menjelaskan keadaan umum, penggunaan
pengetahuan tentang suatu alat kontrasepsi sebelumnya,
topik riwayat obstetri dan ginekologi
 Perilaku sesuai dengan ibu
pengetahuan
 Pertanyaan tentang masalah Terapeutik
yang dihadapi menurun  Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
 Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
 Fasilitasi ibu memilih
kontrasepsi yang tepat
 Berikan kesempatan untuk
bertanya

Edukasi
 Jelaskan kepada ibu dan
pasangan tentang tujuan,
manfaat, dan efek samping
penggunaan alat kontrasepsi
 Jelaskan ibu dan pasangan
tentang jenis-jenis alat
kontrasepsi
 Jelaskan ibu dan pasangan
tentang faktor risiko jika terlalu
sering atau terlalu dekat jarak
persalinan
 Jelaskan ibu dan pasangan
tentang usia produktif dan
aman untuk melahirkan dan
jarak ideal melahirkan
 Anjurkan ibu dan pasangan
memantau keluhan yang timbul
selama menggunakan alat
kontrasepsi
 Anjurkan ibu mengidentifikasi
tanda-tanda masalah
ginekologi
 Anjurkan ibu dan pasangan
untuk merencanakan jumlah
anak
 Anjurkan ibu berkonsultasi
dengan dokter atau tenaga
medis lainnya sebagai
pertimbangan
 Anjurkan ibu dan pasangan
menghitung masa subur dan
siklus menstruasi
3. Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah
ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pelaksanaan
adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah di susun pada
tahap pencanaan.

4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan
yang disengaja dan terus-menerus dengan melibatkan pasien, perawat, dan anggota tim
kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi,
dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.
DAFTAR PUSTAKA

Irfan Rahmatullah. (2016). 9 bulan dibuat penuh cinta dibuahi penuh harap menjalani
kehamilan & persalinan sehat. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Purwaningsih, W., & Fatmawati. (2010). Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Ricci, S. S., Keyle, T., & Carman, S. (2013). Maternity and pediatric nursing (2nd ed.).
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Sari, Y. P. (2018). Asuhan keperawatan maternitas seri : Prenatal fisiologi. Padang: Andalah
University Press.

Sunarti. (2013). Asuhan Kehamilan. Jakarta: In Media.

Wagiyo, & Putrono. (2016). Asuhan keperawayan antenatal, intranatal & bayi baru lahir.
Yogyakarta: ANDI.

Anda mungkin juga menyukai