Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEIMANAN DAN KETAQWAAN


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama
Dosen Pengapu : Ami Roni Fahmy Suwarno AS, S.Pd.I., M.M.

Disusun Oleh :

Kelompok 5

1. Dadan Suhendar 2122.01.02.0032


2. Miftahudin 2122.01.02.0038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP AL AMIN
INDRAMAYU
2021
KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum. Wr. Wb,

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan

pertolongannya tugas Penyusunan Makalah tentang Keimanan dan Ketaqwaan

ini sampai selesai, kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

telah ikut andil dalam penyusunan Makalah ini.

Kami menyadari bahwa Makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh

karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun, demi

kesempurnaan pembuatan Makalah ini.

wassalamuallaikum. Wr. Wb.

Indramayu, November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

C. Tujuan …………………………………………………............................ 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

A. Iman ……………………………................................................................ 3

B. Taqwa.......................................................................................................... 9

C. Hubungan antara Keimanan danKetaqwaan............................................... 10

BAB III PENUTUP………………………………………………….................... 13

A. Kesimpulan................................................................................................. 13

B. Saran............................................................................................................ 13

Daftar Pustaka …………........................................................................................ 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dalam menjalani kehidupan selalu berinteraksi dengan manusia

lain atau dengan kata lain melakukan interaksi sosial. Dalam melakukan interaksi

sosial manusia harus memiliki akhlak yang baik agar dalam proses interaksi

tersebut tidak mengalami hambatan atau masalah dengan manusia lain. Proses

pembentuk akhlak sangat berperan dengan masalah keimanan dan ketakwaan

seseorang. Keimanan dan Ketakwaan seseorang berbanding lurus dengan akhlak

seseorang atau dengan kata lain semakin baik keimanan dan ketakwaan seseorang

maka semakin baik pula akhlak seseorang hal ini karena keimanan dan ketakwaan

adalah modal utama untuk membentuk pribadi seseorang.

Keimanan dan ketakwaan sebenarnya potensi yang ada pada manusia sejak

ia lahir dan melekat pada dirinya hanya saja sejalan dengan pertumbuhan dan

perkembangan seseorang yang telah terjamah oleh lingkungan sekitarnya maka

potensi tersebut akan semakin muncul atau sebaliknya potensi itu akan hilang

secara perlahan.

Saat ini keimanan dan ketakwaan telah dianggap sebagai hal yang biasa,

oleh masyarakat umum, bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekali arti yang

sebenarnya dari keimanan dan ketakwaan itu, hal ini dikarenakan manusia selalu

menganggap remeh tentang hal itu dan mengartikan keimanan itu hanya sebagai

arti bahasa, tidak mencari makna yang sebenarnya dari arti bahasa itu dan

membiarkan hal tersebut berjalan begitu saja. Oleh karena itu dari persoalan dan

1
masalah-masalah yang terpapar diataslah yang melatar belakangi kelompok kami

untuk membahas dan mendiskusikan tentang keimanan dan ketakwaan yang kami

bukukan menjadi sebuah makalah kelompok.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian Iman ?

2. Bagaimaan pengertian Taqwa ?

3. Bagaimana Hubungan antara Keimanan dan Ketaqwaan ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Iman

2. Untuk mengetahui pengertian Taqwa

3. Untuk mengetahui Hubungan antara Keimanan dan Ketaqwaan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Iman

1. Pengertian Iman

Iman menurut bahasa adalah yakin, keimanan berarti keyakinan. Dengan

demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang

harus diyakini oleh setiap pemeluk agama Islam. Kata iman juga berasal dari kata

kerja amina-yu’manu – amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti

percaya menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati..

Dalam surah al-Baqarah ayat 165 :

َ ‫س َمنْ يَتَّ ِخ ُذ ِمنْ دُو ِن هَّللا ِ َأ ْندَادًا يُ ِحبُّونَ ُه ْم َك ُح ِّب هَّللا ِ ۖ َوالَّ ِذينَ آ َمنُوا َأ‬
‫ش ُّد ُحبًّا هَّلِل ِ ۗ َولَ ْو‬ ِ ‫َو ِمنَ النَّا‬

ِ ‫ش ِدي ُد ا ْل َع َذا‬
‫ب‬ َ ‫يَ َرى الَّ ِذينَ ظَلَ ُموا ِإ ْذ يَ َر ْونَ ا ْل َع َذ‬
َ َ ‫اب َأنَّ ا ْلقُ َّوةَ هَّلِل ِ َج ِمي ًعا َوَأنَّ هَّللا‬

Artinya :

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan


selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika
seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat
siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan
bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”

Dalam hadits diriwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan

dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan

amal perbuatan (Al-Immaanu ‘aqdun bil qalbi waigraarun billisaani wa’amalun

bil arkaan). Dengan demikian, iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara

3
hati, ucapan, dan laku perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan

dan sikap hidup atau gaya hidup.

2. Definisi Iman Secara Istilah Syar’iy

a. Al-Imaam Ismaa’iil bin Muhammad At-Taimiy rahimahullah berkata :

‫اإليمان في الشرع عبارة عن جميع الطاعات الباطنة والظاهرة‬

“Iman dalam pengertian syar’iy adalah satu perkataan yang mencakup


makna semua ketaatan lahir dan batin” [Al-Hujjah fii Bayaanil-Mahajjah,
1/403].
b. Imaam Ibnu ‘Abdil-Barr rahimahullah berkata :

x‫ وال عمل إال بنية‬،‫أجمع أهل الفقه والحديث على أن اإليمان قول وعمل‬

“Para ahli fiqh dan hadits telah sepakat bahwasannya iman itu perkataan
dan perbuatan. Dan tidaklah ada perbuatan kecuali dengan niat” [At-
Tamhiid, 9/238].

c. Al-Imaam Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata :

‫ وهو‬،‫ قول القلب‬: ‫ والقول قسمان‬.‫حقيقة اإليمان مركبة من قول وعمل‬


‫ عمل‬: ‫ والعمل قسمان‬.‫ وهو التكلّم بكلمة اإلسالم‬،‫ وقول اللسان‬،‫االعتقاد‬
‫ زال‬،‫ فإذا زالت هذه األربعة‬.‫ وعمل الجوارح‬،‫ وإخالصه‬x‫ وهو نيته‬،‫القلب‬
‫ لم تنفع بقية األجزاء‬،‫ وإذا زال تصديق القلب‬،‫اإليمان بكماله‬
“Hakekat iman terdiri dari perkataan dan perbuatan. Perkataan ada dua :
perkataan hati, yaitu i’tiqaad; dan perkataan lisan, yaitu perkataan tentang
kalimat Islam (mengikrarkan syahadat – Abul-Jauzaa’). Perbuatan juga
ada dua : perbuatan hati, yaitu niat dan keikhlasannya; dan perbuatan
anggota badan. Apabila hilang keempat hal tersebut, akan hilang iman
dengan kesempurnaannya. Dan apabila hilang pembe
naran (tashdiiq) dalam hati, tidak akan bermanfaat tiga hal yang lainnya”
[Ash-Shalaah wa Hukmu Taarikihaa, hal. 35].

4
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian iman adalah pembenaran

dengan segala keyakinan tanpa keraguan sedikitpun mengenai yang datang dari

Allah SWT dan rasulNya.

3. Tanda-tanda Orang yang Beriman

Al-Qur’an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:

a. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu

Allah tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al-

Qur’an, maka bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya (al-Anfal:

2). Dia akan berusaha memahami ayat yang tidak dia pahami sebelumnya.

b. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah,

diiringi dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah

menurut Sunnah Rasul (Ali Imran: 120, al-Maidah: 12, al-Anfal: 2, at-

Taubah: 52, Ibrahim: 11, Mujadalah: 10, dan at-Taghabun: 13).

c. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al-

Anfal:3dan al-Mu’minun: 2, 7). Bagaimanapun sibuknya, kalau sudah

masuk waktu shalat, dia segera shalat untuk membina kualitas imannya.

d. Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Mukminun: 4).

Hal ini dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan

di jalan Allah merupakan upaya pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi

ketimpangan antara yang kaya dengan yang miskin.

e. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan

(al-Mukminun: 3, 5). Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah

yang berstandar ilmu Allah, yaitu al-Qur’an menurut Sunnah Rasulullah.

5
f. Memelihara amanah dan menempati janji (al-Mukminun: 6). Seorang

mu’min tidak akan berkhianat dan dia akan selalu memegang amanah dan

menepati janji.

g. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal: 74). Berjihad di

jalan Allah adalah bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah,

baik dengan harta benda yang dimiliki maupun dengan nyawa.

h. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62). Sikap

seperti itu merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin, orang yang

berpandangan dengan ajaran Allah dan Sunnah Rasul.

4. Wujud iman

Akidah Islam dalam al-Qur’an disebut iman. Iman bukan hanya berarti

percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat.

Oleh karena itu lapangan iman sangat luas, bahkan mencakup segala sesuatu yang

dilakukan seorang muslim yang disebut amal saleh.

Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap sesuatu,

melainkan kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan

sesuatu sesuai dengan keyakinan. Karena itu iman bukan hanya dipercayai atau

diucapkan, melainkan menyatu secara utuh dalam diri seseorang yang dibuktikan

dalam perbuatannya.

Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. Ia

merupakan keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal.

Seseorang dipandang sebagai muslim atau bukan muslim tergantung pada

akidahnya. Apabila ia berakidah Islam, maka segala sesuatu yang dilakukannya

6
akan bernilai sebagai amaliah seorang muslim atau amal saleh. Apabila tidak

beraqidah, maka segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa, kendatipun

perbuatan yang dilakukan bernilai dalam pendengaran manusia.

Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat

dengan segala aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi

seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur

dalam ajaran Islam. Seluruh hidupnya didasarkan pada ajaran Islam.

5. Proses Terbentunya iman

Imam mulai membentuk dan berproses sejak janin masih berada dalam

rahim sang ibu. Apa yang di makan ibu, sikap hidup dan psikologis serta aktivitas

kedua orang tuanya akan mempengaruhi perkembangan keimanan seorang anak.

Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang

berkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak disertai pemeliharaan yang

intensif, besar kemungkinan menjadi punah. Demikian pula halnya dengan benih

iman.

Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung,

baik yang disengaja maupun tidak disengaja amat berpengaruh terhadap iman

seseorang. Tingkah laku orang tua dalam rumah tangga senantiasa merupakan

contoh dan teladan bagi anak-anak. Tingkah laku yang baik maupun yang buruk

akan ditiru anak-anaknya. Jangan diharapkan anak berperilaku baik, apabila orang

tuanya selalu melakukan perbuatan yang tercela. Dalam hal ini Nabi SAW

bersabda, “Setiap anak, lahir membawa fitrah. Mengenal ajaran Allah adalah

7
langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal

ajaran Allah, maka orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah.

Seseorang yang menghendaki anaknya menjadi mukmin kepada Allah,

maka ajaran Allah harus diperkenalkan sejak dini mungkin sesuai dengan

kemampuan anak itu dari tingkat verbal sampai tingkat pemahaman. Bagaimana

seorang anak menjadi mukmin, jika kepada mereka tidak diperkenalkan al-

Qur’an.

Di samping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan,

karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja semula benci berubah menjadi

senang. Seorang anak harus dibiasakan untuk melaksanakan apa yang

diperintahkan Allah dan menjauhi hal-hal yang dilarang-Nya, Secara metodologis

ada beberapa prinsip dalam penanaman iman yaitu:

a. Prinsip pembinaan berkesinambungan

Proses pembentukan iman adalah suatu proses yang penting, terus

menerus, dan tidak berkesudahan. Belajar adalah suatu proses yang

memungkinkan orang semakin lama semakin mampu bersikap selektif. yang

diperlukan motivasi sejak kecil dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena

itu penting mengarahkan proses motivasi agar membuat tingkah laku lebih

terarah dan selektif menghadapi nilai-nilai hidup yang patut diterima atau

yang seharusnya ditolak.

b. Prinsip internalisasi dan individuasi

Suatu nilai hidup antara lain iman dapat lebih mantap terjelma dalam

bentuk tingkah laku tertentu, apabila anak didik diberi kesempatan untuk

8
menghayatinya melalui suatu peristiwa internalisasi (usaha menerima nilai

sebagai bagian dari sikap mental) dan individuasi (menempatkan nilai serasi

dengan sifat kepribadiannya). Dalam hal ini perlu diperhatikan adalah proses

penanaman nilai tersebutbukan hasilnya semata,karena dengan pengalaman-

pengalaman yang panjang terjadi Kritalisasi nilai

c. Prinsip sosialisasi

Pada umumnya nilai-nilai hidup bru benar-benar mempunyai arti apabila

telah memperoleh dimensi sosial. Keberhasilan suatu usaha baru dapat terukur

jika sudah dapat diterimasecara sosial bukan bukan tataran individual saja.

d. Prinsip konsistensi dan koherensi

Nilai iman lebih mudah tumbuh terakselerasi, apabila sejak semula

ditangani secara konsisten, yaitu secara tetap, serta secara koheren, yaitu tanpa

mengandung pertentangan antara nilai yang satu dengan nilai lainnya..

e. Prinsip integrasi

Hakikat kehidupan sebagai totalitas, senantiasa menghadapkan setiap

orang pada problematika kehidupan yang menuntut pendekatan yang luas dan

menyeluruh. Tingkah laku yang dihubungkan dengan nilai iman tidak dapat

terbentuk terpisah-pisah dan berdiri sendiri, namun semakin integral

pendekatan seseorang terhadap kehidupan, makin fungsional pula hubungan

setiap bentuk tingkah lakuyang berhubungan dengan iman yang dipelajari.

B. Taqwa

1. Pengertian Taqwa

9
Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga,

memelihara dan melindungi.Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka

taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam

pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten ( istiqomah ).

Seorang muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan

perintah Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dalam kehidupan ini.

2. Karakteristik orang – orang yang bertaqwa

a. Iman kepada Allah, para malaikat, kitab – kitab dan para nabi. Dengan

kata lain, instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan

memelihara fitrah iman.

b. Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang –

orang miskin, orang – orang yang terputus di perjalanan, orang – orang

yang meminta – minta dana, orang – orang yang tidak memiliki

kemampuan untuk memenuhi kewajiban memerdekakan hamba sahaya.

Indikator taqwa yang kedua ini, dapat disingkat dengan mencintai sesama

umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan

harta.

c. Mendirikan solat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain,

memelihara ibadah formal.

d. Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan

diri.

e. Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan kata

lain memiliki semangat perjuangan.

10
C. Hubungan antara Keimanan dan Ketaqwaan

Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.

Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman yaitu yang berpandangan dan

bersikap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul yakni orang yang

melaksanakan shalat, sebagai upaya pembinaan iman dan menafkahkan rizkinya

untuk mendukung tegaknya ajaran Allah.

Iman yang benar kepada Allah dan Rasulnya akan memberikan daya

rangsang atau stimulus yang kuat untuk melakukan kebaikan kepada sesama

sehingga sifat-sifat luhur dan akhlak mulia itu pada akhirnya akan menghantarkan

seseorang kepada derajat takwa. Orang yang bertakwa adalah orang yang benar

imannya dan orang yang benar-benar beriman adalah orang yang memiliki sifat

dan akhlak yang mulia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang yang

berakhlak mulia merupakan cirri-ciri daro orang yang bertaqwa. Keimanan pada

keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua yaitu tauhid

teoritis dan tauhid praktis. Tahuid teoritis adalah tauhid yang membahas tentang

keesaan Zat, keesaan Sifat, dan keesaan Perbuatan Tuhan. Pembahasan keesaan

Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan berkaitan dengan kepercayaan, pengetahuan,

persepsi, dan pemikiran atau konsep tentang Tuhan. Konsekuensi logis tauhid

teoritis adalah pengakuan yang ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud

Mutlak, yang menjadi sumber semua wujud.

Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah, berhubungan

dengan amal ibadah manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid

teoritis. Kalimat Laa ilaaha illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah) lebih

11
menekankan pengartian tauhid praktis (tauhid ibadah). Tauhid ibadah adalah

ketaatan hanya kepada Allah. Dengan kata lain, tidak ada yang disembah selain

Allah, atau yang berhak disembah hanyalah Allah semata dan menjadikan-Nya

tempat tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan langkah.

Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam pengartian beriman

kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Mempercayai saja keesaan Zat, Sifat, dan

Perbuatan Tuhan, tanpa mengucapkan dengan lisan serta tanpa mengamalkan

dengan perbuatan, tidak dapat dikatakan seorang yang sudah bertauhid secara

sampurna. Dalam pandangan Islam, yang dimaksud dengan tauhid yang sempurna

adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan dalam perbuatan praktis

kehidupan manusia sehari-hari. Dengan kata lain, harus ada kesatuan dan

keharmonisan tauhid teoritis dan tauhid praktis dalam diri dan dalam kehidupan

sehari-hari secara murni dan konsekuen.

Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan amal,

konsep dan pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan

demikian bertauhid adalah mengesakan Tuhan dalam pengartian yakin dan

percaya kepada Allah melalui fikiran, membenarkan dalam hati, mengucapkan

dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan. Oleh karena itu seseorang baru

dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat tauhid

dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku bersaksi bahwa tidak ada

Tuhan selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah

dan meninggalkan segala larangan-Nya.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Iman menurut bahasa adalah yakin, keimanan berarti keyakinan. Dengan

demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang

harus diyakini oleh setiap pemeluk agama Islam

Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga,

memelihara dan melindungi.Sesuai dengan makna etimologis tersebut.

Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.

Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman yaitu yang berpandangan dan

bersikap hidup dengan ajaran Allah.

B. Saran

Hendaknya umat muslim senantiasa berperilaku terpuji agar iman dalam

dirinya meningkat., Hindari sifat-sifat tercela agar iman dalam diri kita senantiasa

terjaga, Hendaknya umat muslim senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah

diberikan oleh Allah SWT, Senantiasa tawakkal dan muhasabah diri agar tidak

mengalami kesesatan hidup.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://fitachoiyanti14.blogspot.com/2016/03/makalah-keimanan-dan-ketaqwaan-

matkul.html/online/2021/10/29

http://digilib.uinsgd.ac.id/29899/4/4_bab1.pdf/online/2021/10/29

https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/15770/1/Sabarita%2C

%20140402057%2C%20FDK%2C%20BKI%2C%20085324434126.pdf/

2021/10/29

14

Anda mungkin juga menyukai