Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH

PADA KEPERAWATAN JIWA

Disusun Oleh :

Jery pranaya

18100008

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
A. Pengertian Harga Diri Rendah
Harga diri rendah menurut Keliat, 2010 dalam Titik 2014 adalah perasaan tidak
berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif
terhadap diri sendiri dan kemampuan diri, dan sering disertai dengan kurangnya
perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani menatap lawan
bicara lebih banyak menunduk, berbicara lambat dan nada suara lemah.
Harga diri rendah adalah adanya perasaan hilang percaya diri , merasa gagal karena
karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Nugroho, 2011).
Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perilaku orang
lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri
seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri
tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk
berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah melihat
lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman (Suerni & dkk, 2015)
B. Etiologi (Penyebab)
1. Faktor Penyebab/Faktor Predisposisi Harga diri Rendah (Yusuf & dkk, 2015) :
a. Penolakan.
b. Kurang penghargaan.
c. Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu dituruti, terlalu dituntut.
d. Persaingan antara keluarga.
e. Kesalahan dan kegagalan berulang.
f. Tidak mampu mencapai standar.
2. Faktor Presipitasi Harga Diri Rendah (Yusuf & dkk, 2015) :
a. Trauma. (Seperti; penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan keja-
dian yang mengancam kehidupan seperti kehilangan bagian tubuh).
b. Ketegangan peran. (Seperti; peran atau posisi yang diharapkan dimana individu
mengalami frustrasi).
c. Transisi peran perkembangan.
d. Transisi peran situasi.
e. Transisi peran sehat-sakit.
C. Tanda dan Gejala (Manifestasi)
Tanda gejala yang mungkin dialami oleh seseorang yang Harga Diri Rendah Menurut
Nugroho, 2011 antara lain :
1. Data Objektif :
Tampak ketergantungan pada orang lain, tampak sedih dan tidak melakukan
aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, wajah tampak murung
2. Data Subjektif :
Mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan orang lain dan
mengungkapkan malu dan tidak bisa bila diajak melakukan sesuatu.
Selain gejala diatas muncul juga tanda gejala lain yang terjadi pada pasien HDR yaitu :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat
terapi sinar pada kanker.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera
ke rumah sakit, menyalahkan/mengejek dan mengkritik diri sendiri.
3. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang
bodoh dan tidak tahu apa-apa.
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan
orang lain, lebih suka sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih
alternatif tindakan.
6. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
D. Mekanisme Koping
Menurut Stuart dan Sundeen yang dikutip oleh Anna Budi Keliat, 1998, mekanisme
koping pada pasien dengan gangguan konsep diri menjadi 2 yaitu :
1. Koping jangka pendek
 Aktifitas yang dapat memberikan kesempatan lari sementara dari kasus.
 Aktifitas yang dapat memberikan kesempatan mengganti identitas sementara.
 Aktifitas yang memberikan kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep
diri atau identitas yang kabur.
 Aktifitas yang memberi arti dalam kehidupan.
2. Koping jangka panjang
Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi koping jangka
panjang. Penjelasan positif akan menghasilkan identitas dan keunikan individu.
E. Pohon Masalah

Resiko Isolasi Sosial : Resiko Perilaku Kekerasan . . . . . akibat


Menarik Diri

Gangguan konsep diri:


. . . . . core problem
• Harga diri rendah: kronis

Koping individu tidak efektif . . . . . mekanisme koping

Faktor predisposisi/Faktor Presipitasi . . . . . penyebab


F. Pengkajian
1. Faktor Predisposisi
2. Faktor Presipitasi
3. Mekanisme Koping
4. Perilaku : Harga diri rendah
Data Subyektif :
 Mengkritik diri sendiri atau orang lain.
 Perasaan tidak mampu.
 Pandangan hidup yang pesimis.
 Perasaan lemah dan takut.
  Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri.
  Pengurangan diri/mengejek diri sendiri.
 Hidup yang berpolarisasi.
 Ketidakmampuan menentukan tujuan.
 Mengungkapkan kegagalan pribadi.
 Merasionalisasikan penolakan.
Data Obyektif :

 Produktifitas menurun.
 Perilaku destruktif pada diri sendiri dan orang lain.
 Penyalahgunaan zat.
 Menarik diri dari hubungan sosial.
 Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah.
 Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan).
  Tampak mudah tersinggung / mudah marah(Yusuf & dkk, 2015).
G. Diagnosa Keperawatan
 Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah b/d koping individu
inefektif(NANDA, 2015).
H. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Tujuan
a. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
b. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
c. Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan.
d. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan.
e. Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya.
2. Tindakan keperawatan
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.
1) Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek
positif seperti kegiatan pasien di rumah, serta adanya keluarga dan lingkungan
terdekat pasien.
2) Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan
pasien penilaian yang negatif.
b. Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
1) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat
ini setelah mengalami bencana.
2) Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan
diri yang diungkapkan pasien.
3) Perlihatkan respons yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif.
c. Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan sesuai dengan
kemampuan.
1) Mendiskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dan
dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.
2) Bantu pasien menetapkan aktivitas yang dapat pasien lakukan secara mandiri,
aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga, dan aktivitas yang
perlu bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat pasien. Berikan
contoh cara pelaksanaan aktivitas yang dapat dilakukan pasien. Susun bersama
pasien dan buat daftar aktivitas atau kegiatan sehari-hari pasien.
d. Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih sesuai kemampuan.
1) Mendiskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan kegiatan (yang sudah
dipilih pasien) yang akan dilatihkan.
2) Bersama pasien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan yang akan
dilakukan pasien.
3) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang diperlihatkan
pasien.
e. Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya.
1) Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan.
2) Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari.
3) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap
aktivitas.
4) Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan keluarga.
5) Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan
kegiatan.
6) Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang dilakukan pasien
(Yusuf & dkk, 2015).

TUJUAN INTERVENSI
Tujuan umum : Pasien memiliki konsep diri yang Bina hubungan saling percaya dengan
positif mengungkapkan prinsip komumikasi terapeutik:
Tujuan khusus : 1. Sapa pasien dengan ramah baik verbal
TUK 1 : maupun non verbal.
Pasian dapat membina hubungan saling percaya 2. Perkenalkan diri dengan sopan.
dengan perawat. 3. Tanyakan nama lengkap pasien dan nama
kriteria hasil: setelah 1x24 jam interaksi,pasien panggilan yang disukai pasien.
menunjukkan ekspresi wajah
bersahabat,menunjukkan rasa senang,ada kontak 4. Jelaskan tujuan pertemuan.
mata,mau berjabat tangan,mau menyebut 5. Jujur dan menepati janji.
nama,mau menjawab salam,pasien mau 6. Tunjukkan sikap empati dan menerima
duduk,berdampingan dengan perawat,mau pasien apa adanya.
mengutarakan masalah yang dihadapi.
7. Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan
kebutuhan dasar pasien.
TUK 2 : 1. Diskusikan kemampuan aspek positif, keluarga
Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan dan lingkungan yang dimiliki pasien.
aspek positif yang dimiliki. 2. Bersama pasien membuat daftar tentang :
Kriteria hasil: Setelah 1x24 jam interaksi pasien a. Aspek positif pasien, keluarga, dan lingkungan.
dapat menyebutkan: b. Kemampuan yang dimiliki pasien.
a. Kemampuan yang dimiliki pasien 3. Utamakan memberi pujian yang realistik dan
b. Aspek positif keluarga hindarkan penilaian negatif.
c. Aspek positif lingkungan
TUK 3 : 1. Diskusikan dengan pasien kemampuan yang
Pasien dapat menilai kemampuan yang dimiiki masih dapat dilaksanakan dan digunakan
untuk digunakan. selama sakit.
Kriteria hasil: 2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
Setelah…..x interaksi pasien dapat menyebutkan penggunaannya.
kemampuan yang dapat digunakan
TUK 4 : 1. Rencanakan bersama pasien aktivitas yang
Pasien dapat (menetapkan) merencanakan dapat dilakukan setiap hari sesuai
kegiatan sesuai dengan kemampuan yang kemampuan a. Kegiatan mandiri b. Kegiatan
dimiliki. dengan bantuan c. Kegiatan yang
Kriteria hasil: Setelah…..x interaksi, pasien membutuhkan bantuan total
mampu membuat rencana kegiatan harian 2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi
kondisi pasien
3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang
boleh pasien lakukan
TUK 5 : 1. Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba
Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kegiatan yang telah direncanakan
rencana yang telah dibuat. 2. Pantau kegiatan yang dilaksanakan pasien
Kriteria hasil: Setelah…..x pertemuan,pasien 3. Beri pujian atas keberhasilan pasien.
dapat melakukan kegiatan jadwal yang telah 4. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan
dibuat kegiatan setelah pasien pulang
TUK 6 : 1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga
Pasien dapat memanfaatkan system pendukung tentang cara merawat pasien dengan harga
yang ada. diri rendah.
Kriteria hasil: Setela…..x pertemuan,pasien 2. Bantu keluarga memberikan dukungan
memanfaatkan system pendukung yang ada di selama pasien dirawat.
keluarga 3. Bantu keluaga menyiapkan lingkungan rumah
TUK 7 : Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang
Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik. dosis,frekuensi dan manfaat obat:
Kriteria hasil: Setelah dilakukan pertemuan 1. Anjurkan pasien meminta sendiri obat pada
selama 1x24 jam perawat, dan merasakan manfaatnya.
1. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan 2. Anjurkan pasien dengan bertanya kepada
manfaat,dosis dan efek samping obat. dokter tentang efek dan efek samping obat
2. Pasien dapat mendemonstrasikan penggunaan yang dirasakan.
obat. 3. Diskusikan akibat berhentinya tanpa
3. Pasien termotivasi untuk berbicara dengan konsultasi.
perawat apabila dirasakan ada efek samping 4. Bantu pasien menggunakan obat dengan
obat. prinsip 5 benar.
4. Pasien memahami akibat berhentinya obat.
5. Pasien dapat menyebutkan prinip 5 benar
penggunaan obat
Daftar Pustaka

NANDA. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
NIC. (2016). Nursing Interventions Classification Edisi Keenam. Jakarta: ISBN Indonesia.
NOC. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Kelima. Jakarta: ISBN
Indonesia.
Nugroho, A. (2011). Asuhan Keperawatan pada Pasien Ny.U dengan Gangguan Konsep Diri
: Harga Diri Rendah di RSJD. Amino Gondohutomo Semarang. Semarang: PSIK :
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA.
Suerni, T., & dkk. (2013). Penerapan Terapi Kognitif dan Psikoedukasi Keluarga pada Klien
Harga Diri Rendah di Ruang Yudistira RS Dr.H. MARZOEKI MAHDI. Jurnal
Keperawatan Jiwa : Volume 1, No. 2, 161-169.
Yusuf, A., & dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai