Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN

PADA KEPERAWATAN JIWA

Disusun Oleh :

Jery pranaya

18100008

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang yang
diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan pada diri
sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau membiarkan diri dalam
bentuk penelantaran diri. Perilaku kekerasan pada orang adalah tindakan agresif yang
ditujukan untuk melukai atau membunuh orang lain. Perilaku kekerasan pada lingkungan
dapat berupa perilaku merusak lingkungan, melempar kaca, genting, dan semua yang ada
di lingkungan (Yusuf, 2015).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah
yang tidak konstruktif (Purba, 2015).
Perilaku kekerasanmerupakan hasil dari marah yang ekstrim atau ketakutan sebagai
respon terhadap perasaanterancam, baik berupa ancaman serangan fisik atau konsep diri.
Perasaan terancam ini dapatberasal dari lingkungan luar (penyerangan fisik, kehilangan
orang berarti dan kritikan dariorang lain) dan lingkungan dalam (perasaan gagal di
tempat kerja, perasaan tidakmendapatkan kasih sayang dan ketakutan penyakit fisik)
(Nurhalimah, 2016).
B. Penyebab
Proses terjadinya perilaku kekerasan pada pasien akan dijelaskan denganmenggunakan
konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi faktor predisposisi dan presipitasi
(Nurhalimah, 2016) :
a. Faktor Predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan, meliputi :
1. Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter yaitu
adanyaanggotakeluarga yang sering memperlihatkan atau melakukan perilaku
kekerasan,adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, adanyan
riwayat penyakitatau trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA (narkoti,
psikotropika dan zataditif lainnya).
2. Faktor Psikologis
Pengalaman marah merupakan respon psikologis terhadap stimulus eksternal,
internalmaupun lingkungan.Perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari
akumulasifrustrasi.Frustrasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai
sesuatu menemuikegagalan atau terhambat.Salah satu kebutuhan manusia
adalah “berperilaku”, apabilakebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui
berperilaku konstruktif, maka yangakan muncul adalah individu tersebut
berperilaku destruktif.
3. Faktor Sosiokultural
Teori lingkungan sosial (social environment theory)menyatakan bahwa
lingkungansosial sangat mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan
marah.Normabudaya dapat mendukung individu untuk berespon asertif atau
agresif.Perilakukekerasan dapat dipelajari secara langsung melalui proses
sosialisasi (social learningtheory).
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi perilaku kekerasan pada setiap individu bersifat unik, berbeda
satuorang dengan yang lain.Stresor tersebut dapat merupakan penyebab yang brasal
dari daridalam maupun luar individu (Blackwell, 2015).
Faktor dari dalam individu meliputi kehilangan relasi atau hubungan dengan
orangyang dicintai atau berarti (putus pacar, perceraian, kematian), kehilangan rasa
cinta,kekhawatiran terhadap penyakit fisik, dll. Sedangkan faktor luar individu
meliputi seranganterhadap fisik, lingkungan yang terlalu ribut, kritikan yang
mengarah pada penghinaan,tindakan kekerasan (Swanson, 2013).
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan seringkali berkaitan
dengan :
1. Ekspresi diri, inngin menunjukkan eksitensi diri atau simbol solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal
dan sebagainya
2. Ekspresi diri tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
3. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik
4. Ketidaaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
menempati dirinya sebagai seorang yang dewasa
5. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa
frustasi.
6. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
C. Pathway

Sumber : Yusuf (2015)


D. Rentang Respon Marah
Marah yang dialami setiap individu memiliki rentang dimulai dari respon adaptifsampai
maladaftif. Sekarang marilah kita bersama-sama mempelajarinya untukmempermudah
pemahaman Anda dibawah ini akan digambarkan rentang respon perilakukekerasan.

(Nurhalimah, 2016)
Keterangan
Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.
Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis/terhambat.
Pasif : Pasien tidak mampu mengungkapkan perasaannya.
Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol.
Amuk : Perilaku destruktif dan tidak terkontrol.

Sumber : Yusuf (2015)


E. Tanda dan Gejala
Menurut Yosep dan Sutini (2014), tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah :
1. Data Objektif :
a. Mata merah
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang
d. Nada suara tinggi
e. Suka berdebat
f. Sering memaksakan kehendak
g. Merampas makanan dan memukul jika tidak senang
h. Postur tubuh kaku
i. Mengepalkan tangan.
j. Jalan mondar mandir
k. Melempar atau memukul benda/orang lain
l. Menyerang orang lain
m. Melukai diri sendiri/orang lain
n. Merrusak lingkungan
o. Amuk/agresif
2. Data Subjektif :
a. Mengeluh merasa terancam
b. Mengeluhkan perasaan tidak berguna
c. Mengungkapkan perasaan jengkel
d. Mengungkapkan adanya keluhan fisik seperti merasa tercekik, sesak dan
binggung.
F. FungsiPositif Marah
MenurutYusuf, (2015) ada beberapa fungsi positif dari marah/emosi diantaranya :
1. FungsiEnergi : Marah dapat meningkatkan energi.
2. Fungsiekspresi : Ekspresi marah yang aseratif – sehat.
3. Self promotional Fungtion : Marah untuk menunjukkan harga diri.
4. Fungsi devensive : Kemarahan merupakan pertahanan ego.
5. Patentiantingfungtion : Kemarahan dapat meninkatkan potensi.
6. Fungsi deskriminasi :Membedakan ekspresi seseorang marah, sedih/gembira.
G. Pengkajian Keperawatan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul
diri sendiri/orang lain.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
b. Perilaku kekerasan / amuk
Data Subyektif :
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Obyektif ;
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
H. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku kekerasan
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
I. Rencana Keperawatan
Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
Perilaku Setelah dilakukan tidakan “Strategi Pelaksanaan”
kekerasan keperawatan selama 3x SP 1 :
pertemuan diharapkan masalah 1. Identifikasi penyebab,tanda &
perilaku kekerasan klien dapat gejala, perilaku kekerasan yang
teratasi dengan kriteria hasil : dilakukan, akibat dari perilaku
1. klien dapat mengidentifikasi kekerasan
tanda-tanda perilaku 2. Jelaskan cara mengontrol marah :
2. klien mengidentifikasi akibat fisik, obat, verbal, spiritual
dari perilaku 3. Latihan cara mengontrol marah
3. klien dapat mengontrol secara fisik : tarik nafas dalam dan
marah pukul kasur dan bantal Secara
4. klien dapat menggunakan verbal: ketakan dengan cara yang
obat dengan benar baik jika sedang marah atau kesal
4. Secara spiritual: berdoa,
sembahyang
5. Masukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan fisik
SP 2 :
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik,
beri pujian
2. Latih cara mengontrol marah
dengan obat (jelaskan enam
benar ; jenis, guna, dosis,
frekuensi, cara, kontinuitas minum
obat)
3. Masukka jadwal kegiatan latihan
fisik dan minum obat
SP 3 :
1. Evaluasi kegiatan fisik dan obat,
beri pujian
2. Latih cara mengontrol marah
secara verbal (3 cara ;
mengungkapkan, meminta dan
menolak dengan benar)
3. Masukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan fisik, minum obat
dan verbal
SP 4 :
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik 1, 2
dan obat, verbal dan spiritual. Beri
pujian
2. Nilai kemampuan yang telah
mandiri
3. Nilai apakah marah terkontrol
Harga diri Setelah dilakukan tidakan SP 1
rendah keperawatan selama 3x 1. Bina hubungan saling percaya:
pertemuan diharapkan klien dapat salam terapeutik, empati, sebut
melakukan perawatan diri dengan nama perawat dan jelaskan
kriteria hasil : tujuan interaksi
1. Klien dapat membina 2. Panggil klien dengan nama
hubungan saling percaya panggilan yang disukai
2. Klien dapat mengidentifikasi 3. Bicara dengan sikap tenang,
kemampuan dan aspek positif rileks dan tidak menantang
3. Klien mampu menilai SP 2
kemampuan yang dapat 1. Diskusikan kemampuan dan
digunakan untuk diri sendiri aspek positif yang dimiliki
dan keluarga 2. Hindari penilaian negative setiap
4. Klien dapat merencanakan pertemuan klien
kegiatan yang bermanfaat 3. Utamakan pemberian pujian
sesuai kemampuan yang yang realitas
dimiliki SP 3
5. Klien dapat melakukan 1. Diskusikan kemampuan dan
kegiatan sesuai kondisi dan aspek positif yang dimiliki
kemampuan 2. Diskusikan pula kemampuan
6. Klien dapat memanfaatkan yang dapat dilanjutkan setelah
system pendukung yang ada pulang kerumah
SP 4
1. Rencanakan bersama klien
aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan
2. Beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang klien lakukan
3. Tingkatkan kegiatan sesuai
dengan toleransi kondisi klien
SP 5
1. Beri klien kesempatan mencoba
kegiatan yang telah direncanakan
2. Beri pujian atas keberhasilan
klien
3. Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan yang ada
SP 6
1. Beri pendidikan kesehatan pada
keluarga tentang cara merawat
klien
2. Bantu keluarga member
dukungan selama klien dirawat
3. Bantu keluarga menyiapkan
lingkungan dirumah
4. Beri reinforcement positif atas
keterlibatan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Yosep, I, A. &Sutini, T. 2014. Buku Ajar KeperawatanJiwadan Mental Advance Mental
Health Nursing. Bandung: PT RefikaAditama.
Yusuf, Fitryasari&Nihayati, 2015. Buku Ajar KeperawatanKesehatanJiwa. Jakarta:
SalembaMedika.
Nurhalimah (2016). Bahan Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
Blackwell, Wiley. 2015. Nursing Diagnoses, Definition and Classification. United State of
America: Nanda International Defining The Knowledge of Nursing
Swanson, E., dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification. United State of America: Elsevier
Wagner, CM., dkk. 2013. Nursing Interventions Classification. United State of America:
Elsevier

Anda mungkin juga menyukai