Topik 30
Topik 30
NIM :
Offering :
PENDAHULUAN
Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pembelajaran speserta didik di
bawah pengawasan pendidik atau guru. Seperti lembaga yang lainnya, sekolah juga
menghadapi masalah. Masalah didefinisikan sebagai “penyimpangan dari serangkaian
kondisi spesifik yang diinginkan atau berbagai kondisi yang dapat diterima yang
menghasilkan gejala atau jaringan gejala yang dikenali sebagai kebutuhan untuk ditangani”
(Baer, dkk., 2009). Menurut Nickerson, dkk. (2012), suatu masalah mencakup empat
aktivitas, yaitu (1) penemuan, pembingkaian, dan perumusan masalah; (2) pemecahan
masalah; (3) mengimplementasikan solusi; dan (4) mengoperasikan solusi yang
diimplementasikan dengan memanfaatkan orang, proses, aset fisik maupun tidak berwujud.
Naskah ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana keterlibatan guru dan tenaga
kependidikan dalam mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi sekolah. Pokok-pokok
bahasan dalam naskah ini antara lain proses identifikasi masalah, serta bagaimana melibatkan
guru dan tenaga kependidikan dalam mengidentifikasi masalah sekolah.
PEMBAHASAN
Beberapa ahli telah memaparkan proses identifikasi masalah dalam suatu organisasi.
Menurut Delbecq dan Van De Ven (1971), proses penyelesaikan masalah dalam suatu
organisasi dapat dilakukan dengan Program Planning Models (PPM). PPM merupakan
seperangkat langkah, tugas, atau keputusan yang ketika dilakukan, menghasilkan spesifikasi
desain dan hasil untuk aktivitas instruksional yang sistematis (Work dan Buskey, 1986). PPM
merupakan model yang digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah dalam organisasi.
Terdapat 5 fase dalam PPM, antara lain Eksplorasi Masalah, Eksplorasi Pengetahuan,
Pengembangan Prioritas, Pengembangan Program, dan Evaluasi program. Proses identifikasi
masalah merupakan fase pertama dalam PPM ini.
Menurut Delbecq dan Van De Ven (1971), fase identifikasi masalah diawali dengan
melakukan pertemuan antara klien dan supervisor. Kemudian, mereka diminta untuk
membentuk kelompok kecil yang beranggotakan 6-7 orang. Kelompok-kelompok kecil ini
kemudian diminta untuk berdiskusi dan menuliskan daftar masalah personal dan masalah
organisasional dalam kelompok mereka pada sebuah kartu. Kartu masalah dari masing-
masing kelompok kemudian dikumpulkan. Langkah selanjutnya adalah menentukan masalah
prioritas. Hal ini dilakukan dengan pengambilan suara (voting) dari masing-masing peserta.
Dengan begitu, diketahui masalah-masalah yang harus segera diselesaikan.
Menurut Aken dan Berends (2018), proses identifikasi masalah diawali dengan
“intake meeting”, yaitu pertemuan yang menghadirkan perwakilan-perwakilan organisasi
untuk membahas kemungkinan masalah-masalah yang akan diselesaikan. Daftar masalah
tersebut kemudian didiskusikan dalam pertemuan yang dihadiri oleh para pemangku
kepentingan untuk diidentifikasi sebab, akibat, serta rencana desain penyelesaian masalahnya.
Pemecah masalah dapat menyusun pohon-sebab-akibat untuk mengidentifikasi kemungkinan-
kemungkinan yang mengakibatkan masalah atau diakibatkan oleh masalah, sehingga dapat
diktahui akar dan akibat dari masalah.
Melibatkan Guru dan Tenaga Pendidik dalam Identifikasi Masalah yang Dihadapi
Sekolah
Dengan menerapkan dua prosedur yang dikemukakan oleh Delbecq dan Van De Ven
(1971) serta Aken dan Berends (2018) dalam ranah sekolah, identifikasi masalah sekolah
dapat dilakukan dengan mengadakan pertemuan antara guru dan tenaga kependidikan
(sebagai klien) dan kepala sekolah (sebagai supervisor). Menurut Maduratna (2013), Sebagai
pemimpin, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk memberikan petunjuk dan
pengawasan. Sedangkan guru dan tenaga pendidik adalah komponen utama yang
menjalankan aktifitas sekolah. Jadi, guru dan tenaga kependidikan harus tirut serta andil
dalam proses identifikasi masalah sekolah.
KESIMPULAN
Melalui identifikasi masalah yang dihadapi sekolah, guru, kepala sekolah, dan tenaga
kependidikan dapat memecahkan masalah dengan lebih efisien, sehingga kegiatan sekolah
dapat dilaksanakan dengan optimal. Proses identifikasi masalah sekolah harus melibatkan
peran dari guru dan tenaga kependidikan, karena mereka adalah komponen utama yang
menjalankan aktifitas sekolah. Identifikasi masalah harus berangkat dari masalah yang
dihadapi oleh guru dan tenaga kependidikan, baik secara personal maupun kelembagaan.
Masalah-masalah yang telah dikemukakan harus dipilih berdasarkan prioritas dan urgensi
masalah, untuk kemudian diidentifikasi penyebab, akibat, serta penyelesaiannya, termasuk
juga sumber-sumber yang dibutuhkan dalam penyelesaian masalah.
DAFTAR RUJUKAN
Baer, M., Dirks, K., & Nickerson, J. 2009. A Theory of Strategic Problem Formulation.
Washington: Olin Business School.
Delbecq, A. L. & Van De Ven, A. H. 1971. A Group Process Model for Problem
Identification and Program Planning. Journal of Applied Behavioral Science, 7(4).
Fadhilah, S. 2015. Peranan Guru dalam Mengidentifikasi Masalah Peserta Didik di Sekolah
Dasar dan Bentuk Bimbingannya. Makalah ini disajikan dalam Seminar Nasional dan
Call for Papers Pendidikan Guru Sekolah Dasar UMS 2015, Surakarta, 9 Mei 2015.
Nickerson, J., Yen, C. J., & Mahoney, J. T. 2012. Exploring the Problem-Finding and
Problem-Solving Approach for Designing Organizations. Academy of Management
Perspectives, 26(1), Dari https://doi.org/10.5465/amp.2011.0106