Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pengawasan ialah sebuah proses untuk memastikan bahwa semua aktifitas yang
terlaksana telah sesui dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.
Pengertian Pengawasan
Pengawasan ialah sebuah proses untuk memastikan bahwa semua aktifitas yang
terlaksana telah sesui dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Tak dapat
disangkal bahwa masing-masing fungsi pimpinan berhubungan erat satu sama lain.
Hal ini akan lebih jelas, bila kita ingat bahwa sesungguhnya fungsi pimpinan yang
lima itu, yaitu merencanakan, pengorganisasian, penyusunan, memberi perintah
dan pengawasan adalah prosedur atau urut-rutan pelaksanaan dalam merealisasi
tujuan badan usaha.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Perilaku Menyimpang :
Pengertian, Ciri, Dan Jenis Beserta Contohnya Secara Lengkap
Pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa
yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila perlu dengan maksud
supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. Tujuan utama dari
pengawasan ialah mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan.
Sarwoto (2001:83)
“Pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai
kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas dan kegiatan, apakah
sesuai dengan yang semestinya atau tidak”.
Makna Pengawasan
Pengawasan adalah salah satu fungsi dan wewenang pimpinan pada berbagai
tingkatan manajemen di dalam suatu organisasi.
Berkaitan dengan topik pembahasan di dalam proposal ini, maka pengawasan yang
di maksud adalah pengawasan terhadap disiplin kerja pegawai pada Inspektorat
Kabupaten Pangkep dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sehari-hari.
pengawasan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah mereka bekerja sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Jenis-Jenis Pengawasan
Nah dibawah ini beberapa berbagai jenis pengawasan yang dapat dilakukan
diantaranya sebagaimana berikut ini.
Pengawasan Internal “intern” ialah pengawasan yang dilakukan oleh orang ataupun
badan yang ada terdapat di dalam lingkungan unit organisasi/lembaga yang
bersangkutan. Sedangkan pengawasan eksternal “ekstern” ialah pengawasan atau
pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan yang ada di luar unit
organisasi/lembaga yang diawasi.
Tujuan Pengawasan
Menjamin terwujudnya kepuasan masyarakat atas barang dan jasa yang dihasilkan.
Adapun menurut Terry dan Rue “2000, hl 240” mengatakan dimana manfaat dari
pengawasan ialah relatif dan tergantung dari pentingnya kegiatan itu, sumbangan
yang dibuat, serta besarnya organisasi.
Fungsi Pengawasan
Untuk menilai apakah setiap unit-unit telah melakukan kebijaksanaan dan prosedur
yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing.
Untuk meneliti apakah kegiatan sudah terlaksana secara efektif yaitu mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi pengawasan ialah untuk memberikan nilai,
analisis, merekomendasikan serta menyampaikan hasil surat/laporan sehubungan
dengan bidang pekerjaan organisasi atau lembaga yang telah diteliti.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : 8 Pengertian Lirik Lagu
Menurut Para Ahli Lengkap
Prinsip – Prinsip Pengawasan
Untuk mendapatkan suatu sistem pengawasan yang efektif, maka perlu dipenuhi
beberapa prinsip pengawasan. Dua prinsip pokok, yang merupakan suatu conditio
sine qua non bagi suatu sistem pengawasan yang efektif. Prinsip pokok pertama
merupakan suatu keharusan, rencana itu merupakan standar atau alat pengukur
daripada pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan.
Demikianpun prinsip pokok kedua merupakan suatu keharusan yang perlu ada agar
sistem pengawasan itu memang benar-benar dapat efektif dilaksanakan. Selain
kedua prinsip pokok diatas, maka suatu sistem pengawasan haruslah pula
mengandung prinsip-prinsip berikut:
Dapat dimengerti.
Oleh karenanya, agar sistem pengawasan itu benar-benar efektif artinya dapat
merealisasi tujuannya, maka suatu sistem pengawasan setidak-tidaknya harus dapat
dengan segera melaporkan adanya penyimpangan-penyimpangan dari rencana.
Mempertebal rasa tanggung jawah terhadap pejabat yang diberi tugas dan
wewenang dalam menjalankan pekerjaan.
Mendidik para pejabat supaya mereka menjalankan pekerjaan sesuai dengan
prosedur yang sudah ditentukan.
Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, penyelewengan, kelalaian dan
kelemahan supaya tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan.
Manfaat pengawasan
1. Untuk memberikan ruang regular untuk merenungkan isi dan pekerjaan
mereka
2. Untuk mengembangkan pemahaman dan keterampilan dalam bekerja
3. Untuk menerima informasi dan perspektif lain mengenai pekerjaan
seseorang
4. Untuk menjadi dukungan baik segi pribadi ataupun pekerjaan
5. Untuk memastikan bahwa sebagai pribadi dan sebagai orang pekerja
tidak ditinggalkan tidak perlu membawa kesulitan, masalah dan proyeksi
saja
7. Untuk merencanakan dan memanfaatkan sumberdaya pribadi dan
professional yang lebih baik
8. Untuk menjadi proaktif bukan reaktif
9. Untuk memastikan kualitas pekerjaan
Prinsip – prinsip pengawasan
Harold Koontz dan Cyril O’Donnell dalam buku “ Principles of
Management “, menetapkan prinsip – prinsip pengawasan agar supaya
pengawasan itu berjalan efektif sebagai berikut:
1. Prinsip tercapainya tujuan
Control harus ditujukan terhadap tercapainya tujuan yaitu dengan
mengadakan koreksi untuk menghindarkan penyimpangan –penyimpangan /
deviasi daripada perencanaan.
2. Prinsip efisiensi pengawasan
Control adalah efisien bilamana dapat menghindarkan penyimpangan –
penyimpangan dari pada perencanaan ( planning ), sehingga tidak timbul hal
– hal lain diluar dugaan.
3. Prinsip tanggung jawab pengawasan
Control hanya dapat dilaksanakan apabila manager bertanggung jawab
penuh terhadap pelaksanaan perencanaan.
4. Prinsip pengawasan terhadap masa yang akan datang
Pengawasan yang efektif harus ditujukan terhadap pencegahan
penyimpangan perencanaan yang akan terjadi baik pada waktu sekarang
maupun yang akan datang.
5. Prinsip pengawasan langsung
Teknik control yang paling efektif ialah mengusahakan adanya manager
bawahan yang berkualitas baik. Control itu dilakukan oleh manager atas
dasar bahwa manusia itu suka berbuat salah. Cara yang paling baik untuk
menjamin adanya pelaksanaan yang sesuai dengan perencanaan adalah
mengusahakan sedapat mungkin para petugas memiliki kualitas yang
terbaik.
6. Prinsip refleksi perencanaan
Control harus disusun dengan baik sehingga dapat mencerminkan karakter
dan susunan dari pada perencanaan. Sebagai contoh bilamana control itu
ditujukan terhadap pemeriksaan keuangan, maka harus diketahui terlebih
dahulu berapa anggaran belanja yang disediakan. Dan bilamana control itu
ditujukan terhadap kebijaksanaan, maka manager harus mengerti terlebih
dahulu, hakekat dari pada policy itu dan bidang –bidang pelaksanaannya.
7. Prinsip penyesuaian dengan organisasi
Control harus dilakukan sesuai dengan struktur organisasi. Manager dan
bawahannya merupakan sarana untuk melaksanakan perencanaan. Dengan
demikian control yang efektif harus disesuaikan dengan luas authority
manager, sehingga mencerminkan struktur organisasi.
8. Prinsip kedirian pengawas
Control harus sesuai dengan kebutuhan manager. Teknik control harus
ditujukan terhadap kebutuhan – kebutuhan akan informasi dari pada setiap
manager. Ruang lingkup informasi yang dibutuhkan itu berbeda satu sama
lain, tergantung kepada tingkat dan tugas dari pada manager.
9. Prinsip standard
Control yang efektif dan efisien memerlukan standard yang tepat. Prinsip
standard ini menghendaki bahwa setiap perencanaan itu mempunyai ukuran
efektivitas yaitu untuk mengukur bahwa suatu program dari pada suatu
perencanaan itu telah dilakukan. Hal ini dibutuhkan mengingat control
terhadap pekerjaan itu dilakukan melalui orang – orang. Perlu diingat
sekalipun manager yang paling kualifikasi tidak dapat melepaskan diri dari
pada pengaruh – pengaruh yang bersifat pribadi. Kadang – kadang pekerjaan
itu dikamuflase dengan laporan – laporan yang tidak benar dengan
mempergunakan teknik jilastisme. Oleh karena itulah perlu adanya standard
untuk menghindarkan hal – hal yang tidak beres dalam hasil pekerjaan.
10. Prinsip pengawasan terhadap point strategis
Pengawasan yang efektif dan efisien memerlukan adanya perhatian yang
ditunjukan terhadap faktor faktor yang strategis dalam pelaksanaan. Prinsip
– prinsip ini harus mencerminkan kenyataan bahwa manager itu tidak perlu
meneliti sampai hal – hal yang sekecil – kecilnya dalam pelaksanaan
perencanaan. Yang penting baginya ialah bahwa perencaan itu sedang
dilaksanakan dan dapat selesai. Oleh karena itu, manager harus memusatkan
perhatiannya terhadap faktor – faktor yang mungkin atau sedang
menimbulkan penyimpangan – penyimpangan dari pada perencanaan. Tidak
ada garis pedoman yang dapat dipakai oleh manager untuk menentukan
apakah pelaksanaan perencanaan itu akan atau sedang menyimpang. Hal ini
seluruhnya tergantung kepada seni daripada manager.
11. Prinsip kekecualian
Efisiensi dalam control membutuhkan adanya perhatian yang ditujukan
terhadap faktor kekecualian. Prinsip ini menunjukkan adanya kekecualian
daripada kebiasaan dalam pelaksanaan. Oleh karena itu, dapat menimbulkan
penyimpangan dari pada perencanaaan. Kekecualian ini dapat terjadi di
dalam keadaan tertentu di mana situasi berubah atau tidak sama.
12. Prinsip daya – suai pengawasan
Control harus fleksibel untuk menghindarkan kegagalan perencanaan.
13. Prinsip peninjauan kembali
Sistem control harus ditinjau secara berkali – kali, agar supaya sistem yang
digunakan berguna untuk mencapai tujuan.
14. Prinsip tindakan
Control adalah mengenai apabila ada ukuran – ukuran untuk mengoreksi
penyimpangan – penyimpangan dari pada planning, organizing, staffing dan
directing. Sebagai contoh apabila dalam pelaksanaan perencanaan ini
terdapat petugas – petugas yang kurang atau tidak cakap melaksanakan
pekerjaan, maka manager harus menggantinya dengan petugas lain yang
cukup cakap atau melatihnya sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan dengan
sebaik – baiknya.
Tipe pengawasan
Macam – macam pengawasan menurut Terry, adalah sebagai berikut :
1. Inventory control ( pengawasan barang – barang inventaris )
2. Production control ( pengawasan produksi )
3. Maintenance control ( pengawasan pemeliharaan )
4. Quality control ( pengawasan kualitas )
5. Quantity control ( pengawasan jumlah barang – barang )
6. Salary control ( pengawasan upah / gaji )
7. Sales control ( pengawasan penjualan )
8. Advertising control ( pengawasan advertensi )
9. Cost control ( pengawasan biaya ).
. Menetapkan Standar Pengawasan
Standar pengawasan merupakan ukuran yang digunakan di dalam pengawasan
untuk mengetahui dan membatasi ruang lingkup pengawasan, sehingga proses
pengawasan terfokus pada obyek yang ingin diawasi.
Menurut Harold Koonts (Ibrahim Lubis, 1984 :157) standar pengawasan
digolongkan ke dalam : 1) Standar fisik 2) Standar moneter, meliputi standar
biaya, modal dan standar pendapatan, standar upah; 3) Standar abstrak.
Standar fisik adalah standar yang berhubungan dengan pengukuran
nonmoneter atas pelaksanaan kerja. Standar ini adalah pada tingkat operasi
yang sebenarnya dari perusahaan dimana bahan-bahan digunakan, tenaga
buruh dipakai, jasa-jasa diberikan dan barang-barang diproduksi. Standar ini bisa
kuantitatif sifatnya, misalnya; jam kerja buruh permenit produk, mil/ton lalu lintas
barang yang diangkut, unit produksi per jam kerja mesin atau ukuran kuantitatif
yang lain.
2. Mengukur Pelaksanaan Pekerjaan
Dokumen perencanaan daerah yang berbentuk rencana pembangunan jangka
panjang daerah (RPJP) untuk masa 20 tahun, rencana pembangunan jangka
menengah daerah (RPJMD) untuk masa 5 tahun dan rencana kerja
pembangunan daerah (RKPD) untuk 1 tahun, dapat dijadikan alat ukur
pengawasan di penyelenggaraan pemerintahan daerah. Mengingat pengawasan
dilaksanakan periodek per-semesteran pada setiap tahunan, maka yang
langsung dapat dijadikan alat ukur adalah RKPD. Adapun untuk pengawasan
pada setiap satuan kerja perangkat daerah atau SKPD dapat mengacu pada
antara lain :
1) Peraturan Daerah tentang Kewenangan Daerah;
2) Peraturan Daerah tentang Organisasi Perangkat Daerah;
3) Peraturan Daerah tentang Perencanaan dan Penganggaran (APBD);
4) Peraturan Gubernur, Bupati/.Walikota (GBWK) Tugas Pokok dan Fungsi serta
Wewenang SKPD;
5) Keputusan GBWK tentang Penunjukkan Pejabat Sekretariat Daerah,
Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Badan Daerah, Direktur RSUD, Kantor
Daerah, Camat, Lurah, UPTD dan lain-lain.
3. Membandingkan Standar Pengawasan dengan Hasil Pelaksanaan
Pekerjaan
Membandingkan standar pengawasan dengan hasil pelaksanaan pekerjaan
dimaksudkan untuk mengetahui selisih di antara keduanya, selisih adalah dapat
berbentuk :
a. Pekerjaan telah sesuai dengan target dalam perencanaan;
b. Pekerjaan belum sepenuhnya sesuai dengan target dalam perencanaan;
c. Pekerjaan belum sesuai dengan targent dalam perencanaan.
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dapat diambil contoh : dalam rencana
kerja tahunan Dinas PU pengaspalan jalan dilakukan pada semester 2 tahun
2011 maka pada akhir tahun 2011 pelaksanaan pekerjaan sudah harus selesai.
4. Tindakan Koreksi
Contoh pada butir 3 di atas yaitu dalam rencana kerja tahunan Dinas PU
pengaspalan jalan dilakukan pada semester 2 tahun 2011 maka pada akhir
tahun 2011 pelaksanaan pekerjaan sudah harus selesai. Tindakan koreksi
pengawas adalah pada pemeriksaan semester 1 sudah diminta data kesiapan
pengaspalan jalan pada semester 2, sehingga koreksi pada pekerjaan yang akan
datang lebih efektif. Akan tetapi apabila prakteknya semester 2 dan baru
ditanayakan pada akhir tahun anggaran, barangkali akan menjadi temuan
ketidakpatuhan pelaksanaan pekerjaan terhadap perencanaan waktu
pelaksanaan.
Tindakan koreksi hakekatnya adalah untuk pelurusan pekerjaan agar
dikembalikan sesuai perencanaan. Untuk itu menjadi tampak penting kinerja
perencanaan terkait langsung dengan kinerja pelaksanaan. Kinerja pengawasan
berada pada posisi rekomendasi atas temuan di lapangan dipadukan dengan
perencanaan.
Memperhatikan berbagai uraian pengawasan serta pengamatan penulis,
pengawasan yang baik meliputi antara lain :
1) Mengutamakan langkah pencegahan dari pada tindakan;
2) Pegawasan dialaksanakan sesuai standar yang ada;
3) Berdampak pada peningkatan kinerja perencanaan,
4) Mampu meningkatkan kinerja satuan kerja organisasi (SKPD);
5) Memperkecil penyimpangan;
6) Hasil pengawasn disampaikan kepada pimpinan;
7) Pemimpin mengambil langkah konkrit dari hasil pengawasan.
5. Pembinaan dan Pengawasan
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan PEMERINTAHAN DAERAH
Di dalam pasal 222 UU No. 32 Tahun 2004 pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan Pemerintahan daerah diatur sebagai berikut :
(1) Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
sebagaimana dimaksud dalam pasal 217 dan pasal 218 secara nasional
dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri;
(2) Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) untuk kabupaten /kota dikoordinasikan
oleh Gubernur;
(3) Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan desa
dikoordinasikan oleh Bupati/Walikota;
(4) Bupati dan Walikota dalam pembinaan dan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dapat dilimpahkan kepada Camat.
Langkah-Langkah Proses Pengawasan
Seperti dikemukakan di depan bahwa langkah-langkah proses pengawasan ada empat
langkah. Empat langkah tersebut apabila digambarkan sebagai berikut:
1. Menetapkan Standar
Kegiatan pengawasan adalah mengukur atau menilai pelaksanaan atau hasil pekerjaan
dari pada pejabat atau pekerja, untuk dapat melakukan pengukuran harus mempunyai
alat pengukur (standar)
Standar ini adalah mutlak diperlukan, yaitu untuk mengukur atau menilai apakah
pekerjaan dilakukan sesuai dengan sasaran-sasaran yang ditentukan (standar) atau
tidak.
Standar tersebut harus ditetapkan lebih dahulu sebelum para pekerja melaksanakan
pekerjaan (tugas-tugasnya), dan para pekerja harus tahu benar ukuran yang
dipergunakan untuk menilai pekerjaannya.
Karena itu harus dijelaskan sebaik-baiknya kepada para pekerja sebelum
melaksanakan pekerjaannya.
Dalam garis besarnya, jenis-jenis standar itu dapat digolongkan ke dalam empat bentuk
yaitu:
a.Standar fisik:
- Jumlah produksi
- Kwalitas produksi
- Jumlah langganan
b. Standar moneter
- Biaya tenaga kerja
- Biaya penjualan
- Laba kotor
- Pendapatan penjualan
c. Standar waktu
- Kecepatan produksi
- Batas waktu selesainya suatu pekerjaan
d. Standar intangible
- Sikap pekerja terhadap perusahaan
- Kesetiaan pekerja terhadap pekerjaan
Demikianlah berbagai jenis standar yang dipergunakan untuk menilai efektif tidaknya
kegiatan-kegiatan para pekerja.
Bentuk standar mana yang akan dipergunakan akan tergantung kepada jenis kegiatan
yang akan dinilai.
2. Pengukuran Kegiatan
Agar pengukuran kegiatan dapat dilakukan secara tepat perlu diperhatikan:
Berapa kali (how after) pelaksanaan seharusnya diukur (setiap jam, setiap hari,
setiap bulan dan sebagainya).
Dalam bentuk apa (what form) pengukuran akan dilakukan (laporan tertulis,
inspeksi visual, melalui telepon).
Siapa (who) yang terlibat pengukuran (manajer, kepala bagian dan sebagainya).
Adapun pelaksanaan pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan:
Observasi/inspeksi
Laporan lisan dan tertulis
Pengujian/test, mengambil sampel
Metode otomatis
Fungsi Pengawasan
1. Sebagai penilai apakah setiap unit-unit telah melaksanakan kebijaksanaan dan
prosedur yang menjadi tanggungjawabnya masing-masing
2. Sebagai penilai apakah surat-surat atau laporan yang didapat sudah
menggambarkan kegiatan-kegiatan yang sebenarnya secara tepat dan cermat.
3. Sebagai penilai apakah pengendalian manajemen sudah cukup memadai dan
dilakukan secara efektif.
4. Sebagai peneliti apakah kegiatan telah dilaksanakan secara efektif yakni
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
5. Sebagai peneliti apakah kegiatan telah dilaksanakan secara efisien
Jadi bisa disimpulkan bahwa fungsi pengawasan ialah untuk memberikan nilai, analisis,
merekomendasikan dan menyampaikan hasil laporan atau surat yang berhubungan
dengan bidan pekerjaan sebuah lembaga atau organisasi yang telah diteliti.