DISUSUN OLEH:
DISUSUN OLEH :
ADINDA RISKA YANTI
ANISA
ARIFA IZZATUNISA
ASTRI AMBARANI
DARNA FIDIAWATI
DIKA ANUGRAH PRATAMA
ERY OKTAVIANDI
EVI YANNUAR
FEBI ARIMBI
DISETUJUI OLEH :
MENGETAHUI
KEPALA RUANGAN INTENSIVE CARE UNIT
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat,
kasih dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan “LAPORAN KELOMPOK HASIL
WAWANCARA dan OBSERVASI dengan KEPALA RUANGAN di RUANG ICU” untuk
memenuhi mata kuliah manajemen keperawatan. Pembuatan laporan ini sangatlah jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari Dosen Pembimbing dan Preseptor Klinik demi kesempurnaan laporan ini dan untuk
memenuhi kebutuhan dalam bidang keperawatan.
Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan dan bimbingan dalam penyusunan laporanini. Kiranya segala bantuan
dan bimbingan yang telah diberikan oleh semua pihak selama penyusunan laporan ini dapat
diterima bagi semua pihak.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
1. Fungsi Perencana
2. Fungsi Pengorganisasi
3. Fungsi Pengarahan
4. Fungsi Pengendalian
BAB III PEMBAHASAN
A. Fungsi Perencanaan ............................................................................
B. Fungsi Pengorganisasian.....................................................................
C. Fungsi Pengarahan...............................................................................
D. Fungsi Pengendalian
E. Tugas dan Fungsi Kepala Ruangan , Ketua Tim dan Perawat Pelaksana
F. Metode Penugasan
G. Operan
H. Pre dan post conference
I. Ronde keperawatan
J. Supervisi
K. Struktur Organisasi
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu lingkungan dimana
orang-orang yang bekerja sama didalam suatu kelompok dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan seefisien mungkin (H.Weihrich dan H. Koontz dalam Suarli dan Bahtiar,
2009). Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam, 2013).
Fungsi manajemen keperawatan sejalan dengan fungsi manajemen secara umum yaitu
pengorganisasian. perencanaan,kepemimpinan, dan pengawasan (Suarli dan Bahtiar, 2009).
Pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya
mengarahkan bawahan untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dalam mencapai tujuan
organisasi. Sedangkan kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin dalam mempengaruhi
perilaku bawahan, agar man bekerja sama dan bekerja secara produktifuntuk mencapai tujuan
organisasi (Hasibuan, 2014).
Dalam manajemen keperawatan, ada beberapa tingkatan manajemen antara lain
sebagai berikut: top manager, middle manager, dan nursing low manager. Kepala ruang
keperawatan merupakan bagian darinursing low manager yang mempunyai peranan penting
dalam pelayanan di suatu bangsal atau ruangan. Kepala ruang keperawatan yang merupakan
bagian dari manajemen keperawatan berpihak kepada fungsi manajemen keperawatan yaitu
POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) dalam rangka untuk memajukan staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional (Nursalam, 2013).
Sebagai seorang pemimpin, kepala ruang harus mampu dalammengutarakan ide atau
gagasan, baik secara lisan maupun tulisan. Hal nipenting bagi pemimpin untuk dapat
mendorong maju bawahan,memberikan ataupun menerima bagi kemajuan organisasi dan
kepentinganbersama Seorang pemimpin harus memberikan petunjuk-petunjuk, mengoreksi
kesalahan-kesalahan yang terjadi, mengajukan gagasan dan menerima saran-saran. Kepala
ruang harus memiliki kemampuan bekerja sama dengan orang-orang dengan berbagai ragam
sifat-sifatnya, sehingga mereka benar-benar dengan penuh kemauan dan kesetiaan di bawah
kepemimpinannya. Sebagai seorang pemimpin, kepala ruang harus pandai mengadakan
pendekatan terhadap orang-orang dan menghargai pendapat pendapat atau pandangan-
pandangan orang lain. Sedangkan kemampuan teknis diperlukan karena dengan memiliki
kemampuan ini seorang pemimpin akan lebih mudah mengadakan koreksi bila terjadi
kesalahan pelaksanaan tugas dari bawahannya.
Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan
tujuan organisasi dengan tujuan individu, untukmencapai suatu tujuan (Suarli dan Bahtiar,
2009). Setiap kepala ruang keperawatan memiliki gaya kepemimpinan bermacam-macam
dalam mempengaruhi perilaku bawahanya agar mau bekerja secara produktif untuk mencapai
tujuan organisasi. Menurut Ronald Lippith dan Rapiph K White dalam Nursalam (2013),
terdapat tiga gaya kepemimpinan yaitu: gaya kepemimpinan otoriter, gaya kepemimpinan
demokrasi dan gayakepemimpinan liberal. Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang
kepala ruang dapat menjadi penilaian tersendiri oleh para perawat dan bahkan dapat
mempengaruhi kinerja seorang perawat. Gaya kepemimpinan seorang kepala ruang dapat
dipengaruhi oleh lamanya kerja kepala ruang tersebut.
Lama kerja adalah jangka waktu yang telah dilalui seseoran menekuni pekerjaan.
Lama kerja dapat menggambarkan pengalaman seseorang dalam menguasai bidang tugasnya.
Pada umumnya, petugas dengan pengalam bekerja yang banyak tidak memerlukan bimbingan
dibandingkan dengan petugas yang pengalam kerjanya sedikit. Semakin lama seseorang
bekerja pada suatu organisasi maka akan semakin berpengalaman orang tersebut sehingga
kecakapan kerjanya semakin baik.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum yang didapatkan dari penelitian adalah untuk mengetahui hubungan
lama kerja dengan gaya kepemimpinan kepala ruang menurut persepsi perawat pelaksana
di RSUD Dr. (H.C) Ir. Soekarno.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik responden.
b. Mendeskripsikan lama kerja kepala ruang keperawatan di RSUD Dr. (H.C) Ir.
Soekarno.
c. Mendeskripsikan gaya kepemimpinan kepala ruang dengan lamakerja kepala ruang di
RSUD Dr. (H.C) Ir. Soekarno.
d. Mendeskripsikan gaya kepemimpinan kepala ruang menurutperawat pelaksana di
RSUD Dr. (H.C) Ir. Soekarno.
e. Menganalisis hubungan antara lama kerja dengan gayakepemimpinan kepala ruang
menurut persepsi perawat pelaksana di RSUD Dr. (H.C) Ir. Soekarno.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi
1. Kepala ruangan
Kepala ruangan merupakan tenaga perawat yang diberi tugas memimpin satu
ruang rawat, dan bertanggung jawab terhadap pemberian asuhan keperawatan, yang
berperan sebagai first line manager di sebuah rumah sakit, yang diharapkan mampu
melaksanakan fungsi manajemen keperawatan (Sitorus, R & Panjaitan)
2. Ketua Tim
Menurut Suarli dan Bachtiar (2012) sebagai perawat profesional ketua tim, harus
mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan. Ketua tim harus dapat membuat
keputusan tentang prioritas perencanaan, supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan.
Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim, yakni apakah
berorientasi pada tugas atau pada klien.
3. Perawat Pelaksana
UU RI Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan) Perawat pelaksana adalah
seorang tenaga kesehatan yang bertanggung jawab dan diberikan wewenang untuk
memberikan pelayanan keperawatan pada instansi kesehatan di tempat atau ruang dia
bekerja.
2. Ketua tim
a. Fungsi Perencanaan
- Bersama karu mengadakan serah terima tugas pada setiap pergantian dinas.
- Melakukan pembagian tugas pada anggota berdasarkan ketergantungan klien.
- Menyusun rencana asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, intervensi dan
kriteria evaluasi.
- Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan askep meliputi,Menyiakan format
pencatatan,Menyiakan alat untuk pemantauan pasien,Menyiakan peralatan obat.
- Mengikuti vissite dokter.
- Menilaai hasil pengkajian kelompok dan mendiskusikan permasalahan yang ada.
- Menciptakan kerja sama yang harmonis antara tim dan antara anggota tim.
- Memberikan pertolongan segera pada klien dan kedaruratan.
- Membuat laporan klien.
- Melakukan ronde kperawatan bersama dengan karu
- Memberikan orientasi pada klien baru.
b. Fungsi pengorganisasian
- Bersama kepala ruangan melakukan serah terima pergantian dinas/tugas
- Melakukan pembagian tugas pada Perawat Asosiet (PA)
- Menyiapkan keperluan untuk askep dan pendokumentasian
- Mengikuti visit dokter
- Membuat laporan klien
- Mengevaluasi asuhan keperawatan dan pendokumentasian
c. Fungsi pengarahan
- Pembagian tanggung jawab Perawat Asosiet (PA) diarahkan sesuai dengan tingkat
ketergantungan klien dan jumlah perawat.
- Pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh
institusi.
- Perawat Asosiet diharapkan mengikuti arahan Perawat Primer.
- Anggota tim diharapkan menggalang kerjasama yang baik antar sesama anggotatim
kesehatan lainnya.
- Memberi motivasi pada anggota tim.
- Memberi pengalaman pada perawat asosiet tentang asuhan keperawatan
danpendokumentasian yang masih memerlukan tambahan.
- Melibatkan anggota tim dari awal sampai akhir
d. Fungsi pengendalian
a. Pelaksanaan kinerja Perawat Asosiet (PA) sesuai dengan standar operasional
prosedur.
b. Pencapaian hasil asuhan keperawatan sesuai dengan kriteria evaluasi
c. Pelaporan hasil evaluasi, rekomendasi untuk perubahan/revisi
d. Melakukan revisi terhadap perencanaan bila diperlukan
e. Perawat Pelaksana
Tugas pokok perawat pelaksana adalah melaksanakan asuhan keperawatan
pada pasien di ruangan, dengan uraian tugas sebagai berikut :
1) Memelihara kebersihan ruang rawat dan lingkungannya.
2) Menerima pasien baru bersama katim sesuai prosedur dan ketentuan yang
berlaku.
3) Memelihara peralatan perawatan dan medis agar selalu dalam keadaan siap pakai.
4) Melaksanakan program orientasi kepada pasien tentang ruangan dan lingkungan,
peraturan, tata tertib yang berlaku, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya,
serta kegiatan rutin sehari-hari di ruangan.
5) Menciptakan hubungan kerjasama yang baik dengan pasien dan keluarganya.
Universitas Sumatera Utara.
6) Mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan pasien, sesuai batas kemampuannya.
7) Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan kemampuannya.
8) Melaksanakan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai kebutuhan dan batas
kemampuannya.
9) Berperan serta melaksanakan latihan mobilisasi pada pasien agar dapat segera
mandiri.
10) Melakukan pertolongan pertama kepada pasien dalam keadaan darurat secara
tepat dan benar sesuai kebutuhan.
11) Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan sesuai batas kemampuannya.
12) Memantau dan menilai kondisi pasiendan memelihara suasana yang baik antara
pasien dan keluarganya, sehingga tercipta ketenangan.
13) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang keperawatan, antara lain,
melalui pertemuan ilmiah dan pelatihan.
14) Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan yang tepat
dan benar, sehingga tercipta sistem informasi rumah sakit yang dapat dipercaya
akurat Menurut ( Sitorus,2006 )
3. Metode Asuhan Keperawatan
a. Metode Kasus:
Menurut Sitorus (2006), pada metode ini satu perawat akan memberikan
asuhan keperawatan kepada seorang klien secara total dalam satu periode dinas.
Jumlah klien yang dirawat oleh satu perawat bergantung pada kemampuan perawat
tersebut dan kompleksnya kebutuhan klien. Setiap perawat ditugaskan untuk
melayani seluruh kebutuhan pasien pada saat dinas. Pasien akan dirawat oleh
perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan
dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.Sementara menurut Nursalam
(2007), metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal
ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus
seperti: isolasi, intensive care.
- Kelebihan : kelebihannya studi kasus dapat mengungkapkan hal-hal yang
spesifik, unik, dan hal hal yang amat mendetail.
- Kekurangan : studi kasus sering dipersoalkan dari segi validitas,reliabilitas dan
generalilsasi.
b. Metode Fungsional:
Menurut Arwani & Supriyatno (2005), metode fungsional ini efisien, namun
penugasan seperti ini tidak dapat memberikan kepuasan kepada pasien maupun
perawat. Keberhasilan asuhan keperawatan secara menyeluruh tidak bisa dicapai
dengan metode ini karena asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
terpisah-pisah sesuai dengan tugas yang dibebankan kepada perawat. Di samping itu,
asuhan keperawatan yang diberikan tidak profesional yang berdasarkan masalah
pasien. Perawat senior cenderung akan sibuk dengan tugas-tugas administrasi dan
manajerial, sementara asuhan keperawatan kepada pasien dipercayakan kepada
perawat junior.
- Kelebihan fungsional:
1. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas
danpengawasan yang baik
2. Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga
3. Perawat trampil untuk tugas dan pekerjaan tertentu 4. Mudah memperoleh
kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas
4. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang
melakukanpraktek untuk keterampilan tertentu
5. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuksatu tugas yang sederhana
- Kelemahan metode fungsional:
1. Tidak memberikan kepuasan pada pasien
2. Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau tidak memungkinkan untuk
melakukankeperawatan secara holistik
3. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja
4. Kepuasan kerja secara keseluruhan sulit dicapai dan sulit diidentifikasi
konstribusiterhadap pelayanan
5. Apabila pekerjaan selesai perawat cenderung meninggalkan klien dan
melaksanakanpekerjaan non keperawatan
6. Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan
c. Metode Tim:
Metode tim merupakan pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang
perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif. Namun pada metode ini, kesinambungan asuhan keperawatan belum
optimal sehingga para pakar mengembangkan metode keperawatan primer
(Douglas,1992).
Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan menurut Arwani &
Supriyatno (2005), adalah untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan objektif pasien sehingga pasien merasa puas. Selain itu, metode tim dapat
meningkatkan kerjasama dan koordinasi perawat dalam melaksanakan tugas,
memungkinkan adanya transfer of knowledge dan transfer of experiences di antara
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan meningkatkan pengetahuan
serta keterampilan dan motivasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
d. Metode Keperawatan Primer:
Menurut Nursalam (2007), metode penugasan di mana satu orang perawat
bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai
dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Metode primer ini ditandai dengan
adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan
selama pasien dirawat.
Keuntungan yang dirasakan klien ialah mereka merasa lebih dihargai sebagai
manusia karena terpenuhi kebutuhannya secara individu, asuhan keperawatan yang
bermutu tinggi dan tercapainya pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. Metode itu dapat meningkatkan mutu
asuhan keperawatan karena:
Hanya ada satu perawat yang bertanggung jawab dalam perencanaan dan
koordinasi asuhan keperawatan
- Jangkauan observasi setiap perawat 4-6 klien
- Perawat primer bertanggung jawab selama 24 jam
- Rencana pulang klien dapat diberikan lebih awal
- Rencana asuhan keperawatan dan rencana medik dapat berjalan parallel
Kelebihan:
a. Model Praktek Keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.
b. Memungkinkan Asuhan Keperawatan yang komprehensif % memungkinkan penerapan
proses keperawatan.
c. Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
d. Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan.
e. Bersifat kontinu dan komprehensif
f. Mendorong kemandirian perawat
Kekurangan :
a. Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat.
b. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
c. Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain
Menurut Sitorus (2006), staf medis juga merasakan kepuasan dengan
metode ini karena senantiasa mendapat informasi tentang kondisi klien yang
mutakhir dan komprehensif.
e. Metode Modular:
Menurut Gillies (1994), metode modular merupakan bentuk variasi dari
metode keperawatan primer, dengan perawat profesional dan perawat non-
profesional bekerja sama dalam memberikan asuhan keperawatan, disamping itu
karena dua atau tiga orang perawat bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien.
Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode modifikasi
primer , satu tim terdiri dari 2 hingga 3 perawat memiliki tanggung jawab penuh
pada sekelompok pasien berkisar 8 hingga 12 orang (Arwani & Supriyatno, 2005).
Berbagai keuntungan metode modular menurut Sumijatun (2008), diantaranya
dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif dan holistik dengan
pertanggungjawaban yang jelas, konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat
ditekan melalui rapat tim yang juga efektif untuk pembelajaran, memungkinkan
menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda dengan efektif dan aman
serta produktif karena adanya kerjasama dan komunikasi.
Kelebihan :
a. Menurunkan dana perawatan
b. Lebih mencerminkan otonomi
c. Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga yang menerima asuhan
keperawatan.
d. Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
e. Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.
f. Produktif karena kerjasama, komunikasi dan moral
g. Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda- beda
dengan aman dan efektif.
h. Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal.
i. Konflik atau perbedaan pendapat antar staf daapt ditekan melalui rapat tim,cara
ini efektif untuk belajar.
j. Memungkinkan pencapaian proses keperawatan.
k. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif dan holistik dengan
pertanggungjawaban yang jelas.
Kekurangan :
a. Masalah komunikasi.
b. Perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan.
c. Perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi kesehatan/kedokteran.
d. Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain karena lebih banyak
menggunakan perawatprofesional.
e. Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional.
f. Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung
jawab klien bertugas.
g. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan.
C. Operan, pre-coference, post-conference, ronde keperawatan, dan supervisi
1. Operan
- Definisi
Operan merupakan suatu teknik atau cara untuk menyampaikan dan
menerima suatu laporan yang berkaitan dengan pasien (Nursalam, 2011).
Operan jaga adalah komunikasi dan serah terima antara perawat pada shift
pagi, sore, dan malam. Komunikasi dalam hal ini mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan keadaan klien.
Operan dari dinas malam ke dinas pagi dan dari dinas pagi ke dinas sore
dipimpin oleh kepala ruangan. Sedangkan operan dinas sore ke dinas malam
dipimpin oleh penanggung jawab shift sore.
- Tujuan
1. Menyampaikan kondisi atau keadaan umum klien.
2. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
yang dilakukan kepada pasien.
3. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh perawat pada
shift berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk shift berikutnya.
- Kegiatan
1) Kepala Ruangan
a. Membuka operan dengan salam
b. Memimpin ronde ke kamar klien
c. Merangkum informasi operan
d. Memberikan saran dan tindak lanjut
e. Merangkum informasi operan
f. Memimpin doa bersama
2) Menutup operanPerawat Primer
a. Jika bertindak sebagai PJ shift maka kegiatan PP sama seperti Kepala
Ruangan
b. Jika sudah ada Kepala Ruang maka PP menyampaikan kepada
penanggung jawab shift hal-hal berikut ini:
a) Identitas klien dan diagnosa medis
b) Kondisi/keadaan klien secara umum
c) Diagnosa keperawatan aktual
d) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilakukan
e) Tindak lanjut untuk shift berikutnya
3) Perawat Asosiet
- Jika bertindak sebagai PJ shift maka PA sama seperti Kepala Ruangan.
- Jika Kepala Ruangan dan PP tidak ada maka PA bertugas seperti PP untuk
menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan klien, seperti yang
dilakukan PP.
2. Pre-conference
- Definisi
Pre-conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan
tambahan rencana dari katim dan PJ tim.
Pre-conference adalah komunikasi antara perawat primer/KaTim dan
perawat asosiet setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift
tersebut yang dipimpin oleh PP atau KaTim.
Pre-conference dilakukan pada metode penugasan tim, MPKP. Jika
yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre-conference
ditiadakan.
- Tujuan
Menetapkan klien yang menjadi tanggung jawab PA. Pembagian
klien didasarkan pada jumlah klien, tingkat ketergantungan klien, dan tempat
tidur yang berdekatan. Bila pada satu shift PP didampingi oleh dua orang PA,
maka semua klien dibagi pada kedua PA sebagai penanggung jawabnya. Bila
PP hanya didampingi oleh satu orang pada satu shift maka jumlah klien yang
menjadi tanggung jawab PP adalah sebanyak 20%.PP membagi tugas untuk
masing-masing PA.
Mengingatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.
Mengingatkan kembali tentang kedisplinan, ketelitian, kejujuran dan
kemajuan masing-masing PA.
- Kegiatan
a. Perawat Primer/KaTim
b. Memimpin preconference
c. Membagi hasil klien kepada PA yang sedang bertugas
d. Menanyakan rencana harian masing-masing perawat asosiet
e. Memberikan masukan dan tindak lanjut terkait dengan asuhan
keperawatan yang diberikan saat itu
f. Menetapkan rencana tindakan untuk masing-masing pasien
g. Mendiskusikan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
h. Memberikan reinforcement
i. Menutup acara
j. Perawat Asosiet
k. Mencatat klien yang menjadi tanggung jawabnya
l. Mencatat tindakan keperawatan yang harus dilakukan pada klien yang
menjadi tanggung jawabnya
m. Menanyakan hal-hal yang kurang jelas terkait pembagian tugas dari PP
3. Post-coverensef
- Definisi
Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang
hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post
conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan
(tindak lanjut).
Post conference adalah komunikasi antara perawat primer/koordinator
shift dengan perawat asosiet tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum
operan kepada shift berikut.
Isi post conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat dan hal
penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh
PP/Koordinator shift.
- Tujuan
a. Membahas tindakan keperawatan yang sudah, belum dan akan dilakukan pada
shift berikut.
b. Mendiskusikan masalah keperawatan klien sesuai tanggung jawab.
c. Membahas perkembangan klien selama satu shift.
- Kegiatan
a. Perawat Primer/KaTim
b. Membuka acara
c. Menanyakan hasil asuhan masing-masing klien
d. Menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan
e. Menanyakan tindak lanjut asuhan keperawatan klien yang harus dioperkan
kepada perawat shift berikut
f. Menutup acara
g. Perawat Asosiet
h. Menyampaikan hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan selama satu
shift
i. Menyampaikan kendala asuhan keperawatan yang sudah diberikan
j. Menyampaikan perkembangan klien selama satu shift
4. Ronde Keperawatan
- Definisi
Ronde Keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan mengatasi suatu
masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping klien
dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien
yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan untuk membahas
dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat associate
yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim.
Tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan/atau
konsuler, kepala ruangan, perawat asosiet, yang perlu juga melibatkan seluruh
anggota tim.
- Karakteristik:
1) Klien dilibatkan secara langsung
2) Klien merupakan fokus kegiatan
3) Perawat asosiet, perawat primer, dan konselor melakukan diskusi bersama
4) Konsuler memfasilitasi kreativitas
5) Konsuler mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat primer untuk
meningkatkan kemampuan dan mengatasi masalah
6) Kriteria klien yang dilakukan ronde
7) Klien dengan masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan
8) Klien dengan kasus baru atau langka
- Tujuan
1) Menumbuhkan cara berpikir secara kritis
2) Menumbuhkan pemikiran tentang keperawatan yang berasal dari masalah
klien
3) Meningkatkan validitas data klien
4) Menilai kemampuan justifikasi
5) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
6) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan
- Peran Perawat Asosiet
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa
untuk memaksimalkan keberhasilan, yang bisa disebutkan antara lain:
a. Menjelaskan keadaan dan data demografi klien
b. Menjelaskan masalah keperawatan utama
c. Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
d. Menjelaskan tindakan selanjutnya
e. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
f. Perawat primer dan/atau konselor
g. Memberikan justifikasi
h. Memberikan reinforcement
i. Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan
yang rasional
j. Mengarahkan dan memberikan koreksi
k. Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
- Kegiatan
Langkah-langkah yang diperlukan dalam ronde keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
2. Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum pelaksanaan ronde
3. Pemberian informed consent kepada klien atau keluarga
4. Pelaksanaan ronde
5. Penjelasan tentang klien oleh perawat asosiet dalam hal ini penjelasan
difokuskan kepada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau
telah dilaksanakan dana memilih prioritas yang akan didiskusikan
6. Diskusi antar anggota tim tentang masalah tersebut
7. Pemberian justifikasi oleh perawat primer/konselor/kepala ruang tentang
masalah klien serta rencana tindakan yang akan dilakukan
8. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan akan ditetapkan
9. Paska ronde
10. Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta
menetapkan tindakan yang perlu dilakukan
5. Supervisi keperawatan
- Definisi
Pitman (2011) mendefinisikan supervisi sebagai suatu kegiatan yang
digunakan untuk menfasilitasi refleksi yang lebih mendalam dari praktek yang
sudah dilakukan, refleksi ini memungkinkan staf mencapai, mempertahankan, dan
kreatif dalam menigkatkan kualitas pemberian asuhan keperawatan melalui sarana
pendukung yang ada. Supervisi menurut Rowe, dkk (2007) adalah kegia yang
menjadi tanggung jawab manajer untuk memberikan dukungan, mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai kelompok. individu atau tim.
Dalam supervisi keperawatan dapat dilakukan oleh pemangku jabatan dalam
berbagai level seperti ketua tim, kepala ruangan, pengawas, kepala seksi, kepala
bidang perawatan atau pun wakil direktur keperawatan. Sistem supervisi akan
memberikan kejelasan tugas, feedback dan kesempatan perawat pelaksana
mendapatkan promosi. Supervisi menurut Nursalam (2015) merupakan suatu
bentuk dari kegiatan manajemen keperawatan yang bertujuan pada pemenuhan dan
peningkatan pelayanan pada klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan,
keterampilan, 12 13 dan kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas.
Kunci supervisi menurut Nursalam (2015) meliputi pra (menetapkan
kegiatan, menetapkan tujuan dan menetapkan kompetensi yang akan di nilai),
pelaksanaan (menilai kinerja, mengklarifikasi permasalahan. melakukan Tanya
jawab, dan pembinaan), sertat pascasupervisi 3F (F-fair yaitu memberikan
penilaian, feedback atau memberikan umpan balik dan klarifikasi, reinforcement
yaitu memberikan penghargaaan dan follow up. perbaikan). Supervisi klinik tidak
diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari kesalahan, tetapi lebih kepada
pengawasan partisipatif, mendahulukan penghargaan terhadap pencapaian hasil
positif dan memberikan jalan keluar terhadap hal yang masih belum dapat
dilakukan.
Perawat tidak sekedar merasa dinilai akan tetapi dibimbing untuk melakukan
pekerjaannya secara benar (Keliat, 2006). Supervisi keperawatan berdasarkan
penjelasan diatas dapat disimpulkan sebagai suatu proses berkesinambungan yang
dilakukan oleh manajer keperawatan atau pemimpin untuk meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan seseorang. sehingga hal ini dapat meningkatkan
kualitas kinerja melalui pengarahan, observasi dan bimbingan yang pada akhirnya
dapat meningkatkan mutu pelayanan.
- Manfaat Supervisi
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak
manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Suarli & Bachtiar,
2009);
a. Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja ini
erathubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan,
serta makinterbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara
atasan dan bawahan.
b. Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi kerja ini
erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan,
sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia akan
dapat dicegah. Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya
dengan telah tercapainya tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok dari supervisi ialah
menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara benar dan
tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan
organisasi dapat dicapai dengan memuaskan (Suarli & Bachtiar, 2008).
- Prinsip-Prinsip Supervisi
Ada beberapa prinsip yang dilakukan di bidang keperawatan
(Nursalam,2007) antaralain:
a. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.
b. Supervisi menggunakan pengetahuan dasar manajemen,keterampilan
hubungan antarmanusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan
kepimpinan.
c. Fungsi supervsi diuraikan dengan jelas,terorganisasi dan dinyatakan
melaluipetunjuk, peraturan, tugas dan standar.
d. Supervisi merupakan proses kerjasama yang demokratis antara supervisor dan
perawat pelaksana.
e. Supervisi merupakan visi,misi, falsafah tujuan dan rencana yang spesifik.
f. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif
kreatifitas, dan motivasi.
g. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdayaguna dalam pelayanan
keperawatan yang memberikan kepuasan klien perawat dan manajer.
- Teknik supervisi
Menurut Nursalam (2015) kegiatan pokok pada supervisi pada dasarnya
mencangkupempat hal yang bersifat pokok, yaitu :
a.Menetapkan masalah dan prioritas
b. Menetapkan penyebab masalah, prioritas, dan jalan keluar
c.Melaksanakan jalan keluar
d. Menilai hasil yang dicapai untuk tindak lanjut berikutnya
Untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua teknik:
a. Langsung Menurut Nursalam (2015) pengamatan yang langsung dilaksanakan
supervisi dan harus memperhatikan hal berikut:
1) Sasaran pengamata Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya
dapat menimbulkan kebingungan. Untuk mencegah keadaan ini, maka
pengamatanlangsung ditujukan pada sesuatu yang 22 bersifat pokok dan
strategis.
2) Objektifitas pengamatan Pengamatan langsung yang tidak berstandarisasi
dapat menganggu objektifitas. Untuk mencegah keadaan seperti ini maka
diperlukan suatu daftar isian atau check list yang telah dipersiapkan.
3) Pendekatan pengamatan Pengamatan langsung sering menimbulkan
berbagai dampak kesan negatif, misal rasa takut, tidak senang, atau kesan
menganggu pekerjaan. Dianjurkan pendekatan pengamatan dilakukan
secara edukatif dan suportif, bukan kekuasaan atau otoriter.
b. Tidak langsung Teknik supervisi yang dilakukan melalui laporan baik tertulis
maupun lisan sehingga supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di
lapangan.
Teknik supervisi dimana supervisor berpartisipasi langsung dalam melakukan
supervisi. Kelebihan dari teknik ini pengarahan dan petunjuk dari supervisor tidak
dirasakan sebagai suatu perintah, selain itu umpan balik dan perbaikan dapat
dilakukan langsung saat ditemukan adanya penyimpangan (Suarli dan Bahtiar,
2009).
- Langkah supervisi
Menurut Ali Zaidin dalam Nursalam (2015) metode dalam melaksanakan
pengawasan adalah bertahap dengan langkah-langkah berikut:
a.Mengadakan persiapan pengawasan
b. Menjalankan pengawasan
c.Memperbaiki penyimpangan
- Model-Model Supervisi
Menurut Sudaryanto (2008) menyatakan model-model supervisi terdiri dari :
a. Model development Superviso diberikan kewenangan untuk membimbing perawat
dengan 3 cara yaitu:
1) Change agent seperti supervisor membimbing perawat menjadi agen perubahan.
2) Counselor seperti supervisor membimbing, 24 mengajarkan kepada perawat
yangberkaitan dengan tugas rutin perawat.
3) Teaching seperti supervisor mengenalkan dan mempraktikkan nursing practice
yangsesuai dengan tugas perawat.
b. Model academic Dalam model academic proses supervisi klinik meliputi 3 kegiatan
yaitu kegiatan educative, supportive dan managerial.
c. Model experimental Dalam model ini proses supervisi klinik keperawatan
meliputitraining dan mentoring.
d. Model 4S Model supervisor ini dikembangkan dengan 4 strategi yaitu structure,
skills, support dan sustainability.
- Pelaksanaan Supervisi
Menurut Suarli dan Bahtiar (2009) pelaksanaa dalam supervisi yaitu :
a. Sebaiknya pelaksanaan supervisi adalah atasan langsung dari yang disupervisi.
b. Pelaksana supervisi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup
untukjenis pekerjaan yang akan disupervisi 26.
c. Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilan melakukan supervisi
artinyamemahami prinsip pokok dan teknik supervisi.
d. Pelaksana supervisi harus memiliki sifat edukatif dan suportif, bukan otoriter
e. Pelaksana supervisi harus memiliki waktu yang cukup, sabar, dan selalu berupaya
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku bawahan yang disupervisi.
B. Fungsi Pengorganisian
Fungsi pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolongkan, dan
mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang, dan
pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai tujuan
organisasi (Muninjaya, 2004).
Berdasarkan hasil wawancara dan observarsi di ruang ICU, metode yang digunakan
metode kasus, kebutuhan jumlah perawat yang ada diruangan sudah sangat mencukupi 23
perawat dan karu,ketergantungan pasien diruang ICU yaitu Total care, yang dimana semua
kebutuhan pasien dibantu sepenuhnya oleh perawat pelaksana yang ada di ICU,pembagian
pasien tiap perawat memegang satu pasien, dan perawat harus bertanggungjawab dengan
pasiennya,satu shif pagi terdiri dari 5 orang dalam satu tim, satu Kepala Ruangan, satu
Ketua Tim dan empat Perawat Pelaksana, Activity Daily Living Karu.
Menurut pendapat kelompok kami, seorang kepala ruangan sudah baik dalam
menentukan metode kasus yang harus di gunakan dalam menangani pasien-pasien di ruang
icu,perawat diruangan sudah mencukupi, semua pasien di ruangan ICU sangat
ketergantungan pada alat medis dalam mempertahankan hidup dan dalam melakukan
tindakan tersebut juga dipantau sangat ketat dan teliti, sudah melaksanakan tugasnya dengan
baik untuk membagi stafnya dalam memegang 1 pasien 1 perawat dalam melakukan
tindakan keperawatan, sudah bertindak cukup baik dalam penyusunan atau pembagian
jadwal shif pada setiap anggotanya, sudah melakukan tugas nya dengan baik dari
memantau stafnya ada yang tidak masuk, pasien, alat-alat kesehatan dan membantu
memberikan asuhan keperawatan dengan baik.
C. Fungsi Pengarahan
Fungsi pengarahan yang dilakukan oleh kepala ruangan antara lain memberikan
motivasi, membina komunikasi, menangani konflik, memfasilitasi kerjasama dan negosiasi
(Marquis, B.L & Huston, 2010).
Berdasarkan hasil wawancara dan observarsi di ruang ICU,supervisi dilakukan tidak
rutin, supervisi dilakukan hanya saat ada pengaduan, handover dilakukan minimal 2 orang.
Pesan handover dilakukan antar katim dan untuk tambahan khusus pasien antar perawat
masing-masing, pre dan post conference sudah terlaksana tetapi tidak rutin, ronde
keperawatan belum dilakukan, cara mereka mengatasi konflik tersebut dengan cara
kekeluargaan, mereka saling kompromi utnuk pemecahan masalah dari konflik yang terjadi
dan kepala ruangan juga akan memberi solusi untuk menyelesaikan konflik tersebut, untuk
sejauh ini karu memberikan kelonggaran supaya timnya tidak merasa tertekan dan selalu
happy dan ikhlas dalam menjalankan tugas.
Menurut pendapat kelompok kami, seorang kepala ruangan sudah baik dalam
melakukan supervisi setiap hari baik itu berupa alat-alat kesehatan,kesalahan staf nya dalam
bekerja, berjalan dengan baik sesuai dengan SOP yang berlaku dan mengikuti kaidah-kaidah
keperawatan, harus lebih di tingkat lagi pre dan post conference kedepan secara rutin dalam
membahas penyakit pasien tersebut, harus mencoba melakukan ronde keperawatan untuk
kedepannya sebagai pembelajaran dalam melakukan asuhan keperawatan, sudah baik sejauh
ini dalam menyelesaikan konflik antar anggotanya di ruangan ICU secara kekeluargaan,
sudah mau mengasihkan motivasi terhadap anggota dan teman sejawatnya di ruangan.
D. Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian merupakan standar keberhasilan program yang dituangkan
dalam bentuk target pencapaian, prosedur kerja, dan sebagainya harus dibandingkan dengan
hasil yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan oleh staf (Muninjaya, 2004).
Berdasarkan hasil wawancara dan observarsi di ruang ICU,dari hasil kuesioner yang
telah diisi oleh pasien dan keluarga, rata-rata pasien merasa puas dengan tindakan pelayanan
asuhan keperawatan yang telah diberikan oleh perawat di ruangan, kinerja perawat diruang
ICU sangat bagus, sangat baik dan dinilai secara berjenjang/bertingkat 3/6 bulan
sekali,indikator mutu pelayanan diruang ICU adalah zero decubitus, standar mutu diruang
icu, karena mutu pelayanan sangat bergantung pada kepuasan pasien dan kepuasan pasien
bergantung dengan baik atau buruknya pelayanan keperawatan yang diberikan, maka kepala
ruangan senantiasa menegur perawat yang melakukan kesalahan atau tidak melakukan
keperawatan dengan baik, fungsi pengendalian karu, tugas fungsi karu,supervisi.
Menurut pendapat kelompok kami, seorang kepala ruangan sudah baik dan mau
menanyakan kepuasaan keluarga pasien dalam tindakan asuhan keperawatan yang kami
berikan berdasarkan SOP, sangat bagus dalam memberikan tindakan keperawatan dengan
cepat dan mampu membentuk tim perawat dalam menangani pasien secara tepat dan total
care, sangat bagus dalam menurunkan angka dekubitus di ruangan icu dengan cara
mengoles minyak zaitun setiap pagi di tubuh pasien, sudah baik melakukan kebijakan
apabila ada anggota nya yang lalai dalam tindakan keperawatan dan melakukan kesalahan
saat memberikan asuhan keperawatan harus ditegur atau dibilang, sudah baik dalam
melakukan pemantauan alat-alat kesehatan yang rusak atau tidak, sudah tegas kepada staf
nya yang melakukan kesalahanan, sebaiknya harus dilakukan rutin dan secara berkala setiap
hari, hal –hal yang harus disupervisi meliputi kinerja perawat sudah baik dalam pemberian
asuhan keperawatan kepada pasien, tindakan keperawatan sudah dilakukan menurut SOP
dari salam, menyebutkan nama pasien, kebutuhan cairan yang masuk kepasien, komunikasi
terapeutik sudah dilakukan dengan baik, kedisplinan perawat masih kurang karena ada yang
datang terlambat walaupun sudah di kasih kelonggaran dari karu jam 07.15 wib.
E. Struktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI
RUANGAN INTENSIVE CARE UNIT
RSUD. Dr. (H.C) Ir. SOEKARNO
DPJP RUANGAN
Dr. HALIM, Sp. An, KIC
KOORDINATOR RUANGAN
SAURINA SITUMORANG, AMK
TEAMTIM
KETUA I TEAM II TEAM III TEAM IV
A. KESIMPULAN
Pelaksanaan Praktik Klinik Stase Manajemen Keperawatan diruangan ICU
(Intensive Care Unit) RSUD Dr. ( H.C) Ir. Soekarno. Kelompok melakukan pengkajian
selama 6 hari dimulai tanggal 7 Februari 2022 sampai 12 februari 2022. Dari hasil
pengkajian kelompok tersebut dapat kami simpulkan bahwa:
Fungsi Perencanaan
1. Kepala ruangan sebagai manajer diruangan. Fungsi manajemen adalah
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian dengan baik.
Fungsi Pengorganisian
2. Metode keperawatan yang digunakan diruang ICU adalah metode kasus. Namun,
belum sesuai dengan metode kasus ruangan karena hanya ada satu tim dalam
setiap shif.
Fungsi Pengarahan
3. Supervisi dilakukan tidak rutin, supervisi dilakukan hanya saat ada pengaduan.
Datangnya juga hanya sebentar. Supervisi dilakukan oleh keperawatan dan
Kepala Ruangan secara rolling.
4. Manajemen konflik diruangan ICU tidak ada Standar Operasional Prosedur saat
ini.
5. Operan atau timbang terima sudah dilakukan setiap pergantian shif. Namun,
masih ada keiatan yang dilakukan sesuai Standar Operasional Prosedur ruangan
yang berlaku.
6. Pre dan Post Conference belum sepenuhnya dilakukan diruang ICU.hanya
dilakukan diskusi singkat tanpa mengikuti langkah-langkah sesuai Standar
Operasional Prosedur yang berlaku
7. Ronde Keperawatan diruang ICU belum dilaksanakan karena ketidakpahaman
dari tenaga kesehatan lain dan kurangnya arahan dari kepala bidang pelayanan
keperawatan dirumah sakit. Perlu pelatihan untuk tenaga perawat dan tenaga
kesehatan lainnya.
Fungsi Pengendalian
8. Indikator mutu ruangan yaitu Zero Decubitus, Kepuasan Klien, dan Kinerja
Perawat.
B. SARAN
1. Pihak rumah sakit
a. Menindaklanjuti setiap keluhan dan aspirasi karyawan untuk peningkatan mutu
pelayanan dan kualitas rumah sakit kedepannya
b. Meningkatkan ketidaksiplinan dalam menjalankan kegiatan pengawasan,
pengendalian dan penialaian secara berkala agar tidak ada penurunan mutu dan
kualitas rumah sakit.
c. Memberikan solusi dan pengarahan jika terdapat masalah dan penyimpanan
darai SOP rumah sakit secara keseluruhan,baik secara kinerja karyawan, sarana
parasarana dan kualitas rumah sakit.
d. Memfasilitasi pengembangan karir
e. Menyediakan sarana dan prasarana penunjang pelayanan keperawatan dan
peningkatan mutu pelayanan
f. Pengesahan standart operasional prosedur
g. Pihak RS memberikan Extra pooding untuk perawat yang dinas malam
2. Pihak Bidang pelayanan Keperawatan
a. Melakukan supervisi yang keperawatan secara continue
b. Mengikutsertakan kepala ruangan untuk pelatihan manajemen kepala ruangan
c. Mengevaluasi kegiatan operan. Pre dan post conference, ronde keperawatan dan
supervise diruangan keperawatan
d. Mengevaluasi hasil indikator mutu dan penambahan indikator mutu lainnya
e. Mengesahkan dan menetapkan Standart Operasional Prosedur pre dan pos
converence, ronde keperawatan dan manajemen konflik di ruangan ICU
3. Pihak Ruangan Icu
a. Kepala ruangan melakukan supervisi kepada stafnya secara rutin diruangan
b. Diharapkan dari pihak manajemen harus mengadakan pelatihan-pelatihan,untuk
merefresh ilmu perawat-perawat di ruang ICU
c. Update ilmu keperawatan melalui seminar yang diadakan organisasi
d. Harus menggunakkan standar asuhan keperawatan yang digunakan 3S ( SDKI,
SLKI, SIKI)