Disusun Oleh :
Kelompok 1
2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang, saya
ucapkan puji syukur alhamdulillah karena berkat rahmat dari Allah SWT saya mampu
menyelesaikan makalah ini sebagai pemenuhan tugas dari mata kuliah Fiqh Ibadah.
Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan dari baginda rasul Muhammad Saw.
yang selalu dinantikan Syafaatnya oleh para umat muslim.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Penulis berharap semoga makalah tentang
“Ilmu Fiqh dan Pengaruhnya terhadap Ekonomi” ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 4
A. Pengertian Fiqh...........................................................................................................4
A. Kesimpulan.................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam permasalahan dunia umumnya tidak lepas dari persoalan hukum, baik
kehidupan pribadi ataupun kehidupan bermasyarakat. Didalam islam juga terdapat suatu
bidang ilmu yang membahas segala permasalahan manusia, yang mengatur tentang
persoalan hukum antara manusia dengan dunianya maupun manusia dengan Tuhannya,
ilmu ini disebut dengan Ilmu Fiqh. Ilmu inilah yang membahas secara rinci tentang
berbagai permasalahan manusia yang disertai dengan dalil lengkap dalam
pembahasannya. Secara umum ilmu Fiqh membahas tentang cara beribadah, prinsip
Rukun Islam, dan hubungan antar manusia sesuai yang tersurat dalam Al-Qur'an dan
Sunna.
Menurut Juhaya S. Praja bahwa Pengunaan istilah Fiqh awalnya mencakup hukum-
hukum agama secara keseluruhan, baik hukum-hukum yang berkeanaan dengan
keyakinan (‘aqaid) maupun yang berkenaan dengan hukum-hukum praktis (amaliah) dan
akhlak. Oleh karena itu dijumpai istilah al-fiqh al-akbar dan al-fiqh al-asgar. Kedua
istilah ini mulai diperkenalkan oleh Abu Hanifah. al-Fiqh al-akbar berkonotasi usuhul al-
din yang kemudian dikenal ulama dengan nama ilmu tauhid, ilmu kalam, ilmu ‘aqaid.
Adapun al-fiqh al-asgar berkonotasi ushul al-fiqh, yakni dasardasar pembinaan fiqih atau
metodologi hukum Islam.1
Saat ini, pengunaan terminologi Hukum Fiqh, secara garis besar dikategorikan
meliputi: a). Hukum Ibadah, meliputi tata cara bersuci, shalat, puasa, haji, zakat, sumpah,
dan aktivitas sejenis terkait dengan hubungan seorang hamba dengan Tuhannya. b).
Hukum Muamalah, meliputi tata cara melakukan akad, transaksi, hukum pidana atau
perdata dan lainnya yang terkait dengan hubungan antarmanusia atau dengan masyarakat
luas.2
1
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: Pusat Penerbitan Universitas LPPM, Universitas
Islam Bandung, 1995), h. 12.
2
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Juz I, (Beirut: Dar al-Fikr, 2008), h. 33-34.
Lihat juga, Ahmad Muhammad al-Sayid dan Yusuf ‗Ali Badiwi, al-Mufid fi alIbadat wa al-
Mu’amalat, (Beirut: Dar Ibn Kasir, 1998), h. 7.
1
Salah satu cabang Ilmu Fiqh ini juga berhubungan dengan kegiatan ekonomi
manusia, yaitu dalah satunya adalah Fiqh Muamalat. Fiqh Muamalat, secara etimologi
berasal dari kata عايم يعايهة يعايمyang artinya saling bertindak, saling berbuat, dan saling
mengamalkan. Sedangkan pengertian Mu‘amalat secara terminologis, dapat dibedakan
dalam pengertian secara sempit dan luas. Fiqh Mu‘amalat dalam arti sempit adalah
aturan-aturan Allah yang wajib ditaati yang mengatur hubungan manusia dengan
manusia dalam kaitannya dengan memperoleh dan mengembangkan harta benda.
Mu‘amalat dalam arti luas mencakup masalah waris, misalnya, padahal masalah waris
dewasa ini telah diatur dalam disiplin ilmu tersendiri, yaitu dalam fiqh mawaris (tirkah),
karena masalah waris telah diatur dalam disiplin ilmu tersendiri, maka dalam Mu‘amalah
pengertian sempit tidak termasuk di dalamnya.3
Melihat adanya keterkaitan anatara Fiqh dengan ekonomi maka dalam makalah
ini juga akan membahas tentang pengaruh-pengaruh Fiqh terhadap ekonomi.
Pembahasan secara lengkap akan dipaparkan dengan rinci beserta dalil-dalil yang ada.
Sudah terbukti bahwa Fiqh bukan hanya membahas perihal hubungan manusia dengan
Tuhannya, tetapi disini Fiqh juga berperan dalam kegiatan dunia, salah satunya yaitu
dalam Ekonomi. Ekonomi Islam yang pada umumnya memuat ajaran-ajaran yang sesuai
dengan syariat islam, yang berasal dari ajaran-ajaran Fiqh juga.
Selain akan membahas tentang pengaruh fiqh terhadap ekonomi, makal ini juga
akan membahas tentang pentingnya mempelajari Ilmu Fiqh atau dengan kata lain
Urgensi mempelajari Ilmu Fiqh. Mengapa kita perlu mempelajari Ilmu Fiqh? tentunya
banyak keutamaan saat kita mempelajari ilmu Fiqh, karena ilmu Fiqh adalah salah satu
ilmu yang bermanfaat bagi kita umat muslim, dapat juga dikatakan sebagai penyempurna
akhlak kita.
3
Zainil Ghulam.,Relasi Fiqh Muamalat dengan Ekonomi Islam, (Lumajang : Institut Agama Islam
Syarifuddin Lumajang, Indonesia,2016), h. 134
2
1. Rumusan Masalah
2. Tujuan Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Fiqh
Kata Fiqh4 berasal dari يفقه – فقها- فقهyang artinya pengetahuan dan pemahaman
tentang sesuatu5. Makna ini dipertegas oleh Abi alHusan Ahmad, bahwa kata fiqh
menunjuk pada maksud sesuatu atau ilmu pengetahuan. Itulah sebabnya, setiap ilmu
yang berkaitan dengan sesuatu disebut fiqh.6 Secara etimologis, kata fiqh juga
berarti ―kecenderungan dalam memahami sesuatu secara mutlak‖ atau ― mengetahui
sesuatu, memahami, dan menanggapi secara sempurna.7 Begitu juga Wahbah al-Zuhaili
mendefinisikan kata fiqh secara bahasa adalah al-fahmnu (pemahaman), baik
pemahaman secara holistik maupun parsial.8 Kata Fiqh pada mulanya digunakan oleh
orang Arab untuk menyebutkan seseorang yang ahli dalam mengawinkan unta, dan yang
mampu membedakan unta betina yang sedang birahi dengan unta betina yang sedang
bunting. Ungkapan fahlun faqihan, sebagai julukan bagi seseorang yang ahli dalam
masalah unta, merupakan kata umum yang digunakan di kalangan mereka. Dari
ungkapan ini dapat diyakini bahwa fiqh berarti pengetahuan dan pemahamn yang
mendalam tentang sesuatu.9
Dalam bahasa Arab, secara harfiah fikih berarti pemahaman yang mendalam
terhadap suatu hal. Beberapa ulama memberikan penguraian bahwa arti fikih secara
terminologi yaitu merupakan ilmu yang mendalami hukum Islam yang diperoleh melalui
dalil di Al-Qur'an dan Sunnah. Selain itu fikih merupakan ilmu yang juga membahas
hukum syar'iyyah dan hubungannya dengan kehidupan manusia sehari-hari, baik itu
dalam ibadah maupun dalam muamalah. Dalam ungkapan lain, sebagaimana dijelaskan
dalam sekian banyak literatur, bahwa fiqh adalah "al-ilmu bil-ahkam asy-syar'iyyah al-
4
Dedi Supriyadi, M.Ag., Sejarah Hukum Islam, Dari Kawasan Jazirah Arab sampai Indonesia,
(Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007), h. 20-21.
5
Sya‘ban Muhammad Isma‘il, al-Tasyri’ al-Islamiy Mashadiruhu wa Athwaruhu, (Kairo: al-Nahdah
al-Misriyah, 1985), h. 10.
6
Abi al-Husan Ahmad, Mu’jam Maqayis al-Lughah, Juz IV, (Beirut: Dar al-Fikr, 1979), h. 442.
7
Umar Shihab, al-Qur’an dan Kekenyalan Hukum, (Semarang: Dina Utama, 1993), h. 28., Lihat juga,
Abu Bakar Aceh, Ilmu Fiqih Islam dalam Lima Madzhab, (Jakarta: Islamic Research Institute, 1997),
h. 11.
8
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Juz I, h. 33.
9
Ahmad Hasan, Pintu Ijtihad Tertutp, (Bandung: slaman, 1994), h. 1.
4
amaliyyah al-muktasab min adillatiha at-tafshiliyyah", ilmu tentang hukum-hukum
syari'ah praktis yang digali dari dalil-dalilnya secara terperinci". Terdapat sejumlah
pengecualian terkait pendefinisian ini. Dari "asy-syar'iyyah" (bersifat syari'at),
dikecualikan ilmu tentang hukum-hukum selain syariat, seperti ilmu tentang hukum alam,
seperti gaya gravitasi bumi. Dari "al-amaliyyah" (bersifat praktis, diamalkan), ilmu
tentang hukum-hukum syari'at yang bersifat keyakinan atau akidah, ilmu tentang ini
dikenal dengan ilmu kalam atau ilmu tauhid. Dari "at-tafshiliyyah" (bersifat terperinci),
ilmu tentang hukum-hukum syari'at yang didapat dari dalil-dalilnya yang "ijmali"
(global), misalkan tentang bahwasanya kalimat perintah mengandung muatan kewajiban,
ilmu tentang ini dikenal dengan ilmu ushul fiqh.
Pengertian ini ditunjukkan oleh beberapa firman Allah ta’ala, diantaranya :
Adapun secara istilah, berikut ini pengertian fiqih menurut para ulama :
1. Al-Utsaimin
ص لي ُِيم ِة بِأودِّمِِ وها لاّعو وّ ُِيم ِة اّ م
ش لً ِعيم ِة لاأوْل َ ِواِ وّ لع ًِفوةل ِ اِّ م لف
Artinya : Mengenal hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliyyah dengan dalil-
dalilnya yang terperinci.[1]
2. Az-Zarkasyi
ش لً ِعيم ِة بِ لاأوْل َ ِواِ لاّ ِع لُ لم
ُ لاّعو وّ ُِيم ِة اّ م صي ُِيم ِة أودِّمِِ وها ِّ لن لاّ لّ لَِ و و
َ ل ِ اِّ م لف
Artinya : Ilmu tentang hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliyyah yang digali
dari dalil-dalilnya yang terperinci.[2]
3. Imam Al-Haramain
ش لً ِعيمة لاّ لَّوُمفين أوفعواُ ِبأوْل َواِ لاّعُم ُ ولو
لاّعو لق ُِيمة دَن اّ م
Artinya : Adalah ilmu tentang hukum-hukum perbuatan mukallaf secara syar’i
bukan secara akal.
Dari 3 pendapat ulama diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Ilmu Fiqh
adalah Ilmu fiqih adalah ilmu yang membahas tentang hukum syar’I Pembahasan fiqih
5
hanya yang bersifat amaliyyah, seperti tata cara sholat, zakat, haji dan semisalnya, Ilmu
fiqih hanya membahas hukum syar’i, tidak membahas hukum akal dan hukum adat.
Dalam pembahasannya, ilmu fiqih digali dari dalil-dalilnya yang terperinci Ilmu fiqih
juga membahas hukum perbuatan mukallaf, seperti wajib, sunnah, mubah, makruh, dan
haram.
Mengutip pendapat Dede Supriyadi, M.Ag., dapat disimpulkan bahwa makna
fiqh, telah menjadi disiplin tersendiri. Istilah fiqh atau sering pula disebut dengan fiqh
Islami – biasanya diartikan dengan hukum Islam atau ada yang menyebutnya dengan
hukum positif Islam. Ilmu fiqh dapat berarti ilmu hukum Islam (Islamic Jurisprudence),
sebagaimana tertuang dalam definisi Ilmu fiqh juga berupa materi hukum, bahkan juga
prosedur dalam proses di pengadilan (hukum acara), sebagaimana tertuang dalam
definisi Majmu’at al-Ahkam. Meskipun pada saat ini, fiqh biasa diartikan hukum Islam,
hukum di sini tidak selalu identik dengan law atau rules (peraturan perundang-undangan).
Fiqh lebih dekat dengan konsep etika (religious ethics).10
Selain itu masih banyak para ahli atau ulama yang mengemukakan tentang
pengertian Fiqh. Ilmu Fiqh ini berarti luas yang pada umumnya memang membahas
tentang persoalan hukum mengenai segala aspek kehidupan manusi. Beberapa Ulama
Fiqh seperti Imam Abu Hanifah mendefinisikan Fiqh sebagai Pengetahuan seorang
muslim tentang kewajiban dan haknya sebagai hambaa Allah.
10
Dedi Supriyadi, M.Ag., Sejarah Hukum Islam, Dari Kawasan Jazirah Arab Sampai Indonesia, h. 25.
6
B. Urgensi mempelajari Ilmu Fiqh
Sebelum membahas tentang urgensi mempelajari ilmu fiqh, kita perlu tau akan
karakter-karakter Fiqh yang membuat fiqh itu perlu diterapkan oleh umat muslim. Dari
karakter-karakter tersebut kita dapat mengetahui seberapa pentingnya mempelajari ilmu
Fiqh dan menerapkannya dalam kehidupan nyata. Dibawah ini adalah beberapa karakter
fiqh yang dapat kita pelajari.
1. Fiqih memiliki pondasi wahyu dari Ilahi
Karakter fiqih yang pertama adalah sumber yang jelas yaitu berasal dari wahyu
Ilahi dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Sehingga, setiap mujtahid yang menelusuri (istimbath)
hukum-hukum fiqih dibatasi dengan teks-teks Al-Qur'an dan Sunnah, dalil-dalil yang
menjadi cabangnya secara langsung, petunjuk-petunjuk yang menjadi jiwa syariat,
tujuan-tujuan umum syariat, kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip syariat yang bersifat
universal. Sebab itu, fiqih lahir ke dunia dengan pertumbuhan yang sempurna, struktur
yang benar-benar kokoh, karena prinsip-prinsip, kaidah-kaidah dan pokok-pokoknya
telah sempurna dan ditanamkan pada masa turunnya wahyu Rasulullah SAW.
2. Fiqih bersifat Universal
Karakter fiqih yang kedua adalah cakupannya terhadap semua tuntutan
kehidupan. Dalam hal ini fiqih menyentuh tiga aspek dalam kehidupan manusia, yakni
dalam hubungannya dengan Tuhan, hubungannya dengan dirinya sendiri, dan
hubungannya dengan sosial. Dari sini, fiqih memiliki dua fungsi, yaitu duniawi dan
ukhrawi, fungsi dalam agama dan negara punya sifat universal bagi seluruh umat
manusia dan abadi hingga akhir masa. Hukum-hukumnya ditopang oleh keempat pilar
yang menjadi unsur-unsurnya yaitu akidah, ibadah, akhlak dan keserasian hubungan
(Muamalah). Dengan penuh kesadaran dan perasaan bertanggung jawab dalam
mengamalkan fiqih, akan tercipta kedamaian, ketenangan, ketenteraman, keimanan,
kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia.
3. Fiqih berkaitan dengan etika
Karakter fiqih yang ketiga adalah eksistensi hukum-hukumnya yang
bersinggungan dengan norma-norma etika. Bahkan fiqih berfungsi sebagai penyempurna
dan penopang terhadap etika. Hal ini berbeda dengan undang-undang positif yang
targetnya hanya bersifat personal yaitu upaya menjaga sistem dan memelihara stabilitas
keamanan sosial, meskipun tidak jarang dengan mencampakkan sebagian prinsip-prinsip
agama dan etika.
7
Selain itu, fiqih juga menjadi pendorong dan penggerak terpeliharanya keutamaan,
terealisasinya idealisme yang luhur dan termanifestasinya etika yang lurus. Kewajiban
beribadah bertujuan untuk menyucikan jiwa dan menjauhkannya dari perbuatan onar
ditengah-tengah masyarakat. Pengharaman riba bertujuan untuk menyebarkan semangat
tenggang rasa, jiwa kasih sayang serta melindungi mereka yang membutuhkan bantuan
dari keserakahan pemilik harta. Kemudian larangan menipu ketika melakukan transaksi
apapun, larangan makan harta anak yatim secara batil dan tidak mengesahkan akad yang
mengandung unsur spekulasi bertujuan menyebarkan rasa kasih sayang, terciptanya
saling percaya, mencegah percekcokan antar sesama, menyucikan dari noda materi, dan
menghormati hak-hak orang lain. Pengharaman minuman keras bertujuan memelihara
akal yang menjadi penentu baik dan buruk. Begitu pula dalam hukum-hukum fiqih yang
lain. kaidah-kaidah etika menjadi nilai-nilai keindahan dalam tata pergaulan antar
manusia. Dengan begitu, penerapan hukum-hukum fiqih juga bisa diartikan sebagai
penanaman nilai-nilai etika.
Bila agama dan etika saling menopang dalam iklim interaksi yang harmonis,
maka akan tercipta kesejahteraan dan kebahagiaan individu maupun sosial, serta akan
terciptanya jalan menuju kenikmatan abadi di akhirat nanti. Dengan begitu target fiqih
adalah kebaikan manusia di masa sekarang, yang akan datang dan kebahagian mereka di
dunia dan di akhirat.
Selain karakter yang telah disebutkan diatas, ada beberapa manfaat yang dapat
diambil setelah mempelajari ilmu fiqh. Sebenarnya ilmu fiqh ini penting untuk dipelajari,
karena melihat perannya yang berpengaruh besar dalam kehidupan manusia. Terkait
dengan etika-etika dan dalil-dalilnya yang jelas, menjadikan ilmu ini ilmu yang patut
dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan manusia, tidak menutup kemungkinan jika
ilmu ini dipelajari oleh masyarakat umum dengan kata lain tidak hanya dipelajari oleh
para umat islam, karena kaidah-kaidah ilmu ini sangat bermanfaat jika dengan benar
pengaplikasiannya. Manfaat ilmu fiqh diantaranya yaitu :
1) Melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya
Allah dan Rasul-Nya telah mewajibkan kepada kita semua untuk menuntut ilmu
agama. Di antaranya yang menunjukkan akan hal itu yaitu bagaimana Allah menurunkan
wahyu pertama yang berkaitan berkaitan dengan perintah untuk belajar. Demikian pula
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dalam banyak hadits di antaranya beliau bersabda:
ُ لاّ ِع لُ ِم فو ًِي و
َةة وعُوى لَ ِمْ لّ لَ ُِ مم َُ و ل
و
8
Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.”(HR. Ibnu Majah: 224).
“Wajib seorang menurut ilmu yang bisa menegakkan agamanya.” Ditanyakan kepada
beliau: Seperti apa? Beliau menjawab: “Yaitu sesuatu yang tidak ada udzur untuk tidak
tahu dalam hal itu seperti shalat, puasa dan yang semisalnya.” (Hushul Ma’mul: 12)Ilmu
fikih adalah ilmu yang mempelajari hal-hal itu; shalat, puasa, zakat, dst. Sehingga
termasuklah ilmu fikih ini ke dalam kewajiban yang disebutkan itu.
Dua syarat diterimanya sebuah amal ibadah yaitu ikhlas dan mutaba’ah.
Mengikhlaskan niat ibadah hanya untuk Allah dan melaksanakan ibadah tersebut sesuai
dengan tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Hal ini sebagaimana yang
diisyaratkan oleh Allah dalam firman-Nya:
ع وّ ةَ و
ًِِا ِّ ةْا وَ وَ يل لش ًِ لْ بِ ِعَوادو ِ َي أوِم وّا ِِ لّو له لَ لم ِِ لّوهة و
اَْة فو وّن وَانو يو لً لَو ِّقوا وٍ وَ ِبم ِه فو لُيو لع وّ لْ و َل لْ ِِِم وّا أوِوا بوش ةوً ِ مِّلُل لَ لم يلو وْ لى ِِّو م
وَ ِبم ِه أ و وَْةا
ُ
اَّوا ِّ ل، ِ ووابةا اّعو وّ لْ وَ يل لقَو لْ وِْمى يو لَ لونو َوا ِّ ة: ُا
صا و ص وو ل َ َِِّوا وَانو وعُوى ا
وَاّ م، ِّ َِِوا وَانو ِ م: َُم ِة
“Sebuah amalan tidak akan diterima kecuali dengan ikhlas dan shawab. Ikhlas apabila
untuk Allah semata dan shawab apabila sesuai sunnah (tuntunan Rasulullah).” (Jamiul
Ulumi wal Hikam: 19 cet. Darul Aqidah)
9
Syarat yang pertama yaitu ikhlas dipelajari serta dibahas dalam disiplin ilmu
akidah dan tazkiyatun nufus. Sedangkan syarat yang kedua yaitu mengikuti tuntunan
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dipelajari dalam disiplin ilmu fikih.
Kemudian dia kembali shalat, setelah itu ia kembali datang dan mengucapkan
salam. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kembali bersabda: ‘Wa’alaikas salam,
kembalilah ulangi shalatmu karena engkau belum shalat.’ Lalu laki-laki itu mengatakan
setelah kali kedua atau ketiga: ‘Ajarilah aku wahai Rasulullah.’ Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya seorang hamba shalat, tidak ditulis baginya dari shalatnya tersebut
kecuali sepersepuluh, sepersembilan, seperdelapan, sepertujuh, seperenam, seperlima,
seperempat, sepertiga, setengah.” (HR.Ahmad: 18415, dihasankan Syaikh Al-albani
dalam Shahih al-Jami’: 1626)
Dalam masalah fikih terdapat sesuatu hal yang pasti yaitu perselisihan pendapat.
Bahkan Imam Qatadah mengungkapkan:
“Barang siapa yang tidak mengetahui perselisihan ulama maka hidungnya belum
mencium bau fikih.” (Jami’u Bayanil Ilmi wa Fadhlihi: )
Yang menyebabkan perpecahan serta tidak adanya sikap toleransi adalah karena
tidak tahu perselisihan serta ditambah dengan mengikuti hawa nafsu. Maka apabila
seorang mempelajari fikih, niscaya ia akan mengetahui hal ini dan akan muncul sikap
toleransi padanya.
11
Dengan pemahaman seperti ini, kita dapat menyimpulkan bahwa ilmu fiqih
merupakan sistem universal bagi umat manusia, bukan hanya bagi umat Islam. Hal ini
terbukti bahwa tidak ada suatu persoalan apapun yang luput dai sorotan hukum fiqih.
Tidak terkecuali pada kegiatan ekonomi, fiqh juga berpengaruh dalam kegitan tersebut,
jadi sudah jelas bahwa fiqh ini memang pennting untuk diterapkan para umat manusia
untuk mengatasi segala permasalahan hukum baik menyangkut duniawi maupun dengan
Tuhan.
Disebutkan juga Tujuan pembelajaran fiqih dalam Kurikulum 2013 harus
mencakup keterampilan yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sehingga
tujuan pembelajaran fiqih adalah untuk mengetahui hukum Islam (kognitif), untuk cakap
(psikomotor) melaksanakan hukum (afektif) mematuhi hukum. Mempelajari hukum
berarti bahwa siswa mengetahui semua tentang hukum, misalnya aturan menshalati
janazah, syarat dan ketentuan sholat, dan sebagainya. Ketaatan pada hukum berarti
mahasiswa dapat mengakui dan mengikuti ketentuan hukum Allah SWT yang ada.
Terampil dalam pelaksanaan hukum berarti siswa ahli dalam pelaksanaan hukum yang
dipercayakan kepada mereka, seperti kemampuan untuk melakukan shalat yang baik
dalam harmoni (af'al) dan harmoni kata-kata (aqwal).11
2010), h. xviii
Zainil Ghulam.,Relasi Fiqh Muamalat dengan Ekonomi Islam, (Lumajang : Institut
15
15
pihak yang terkait. Karena Allah akan memberikan rahmat bagi orang yang
mempermudah dalam transaksi jual beli.
7. Jujur dan Amanah. Kejujuran merupakan bekal utama untuk meraih keberkahan.
Namun, kata jujur tidak semudah mengucapkannya, sangat berat memegang
prinsip ini dalam kehidupan. Seseorang bisa meraup keuntungan berlimpah dengan
lipstick kebohongan dalam bertransaksi. Sementara, orang yang jujur harus
menahan dorongan materialisme dari cara-cara yang tidak semestinya. Perlu
perjuangan keras untuk membumikan kejujuran dalam setiap langkah kehidupan
Jadi pada hakikatnya, ilmu Ekonomi Islam membahas dua disiplin ilmu secara
bersamaan. Kedua disiplin ilmu itu adalah ilmu Ekonomi (murni) dan ilmu Fikih
Muamalah. Dengan demikian, dalam operasionalnya ilmu Ekonomi Islam akan selalu
bersumber dari kedua disiplin ilmu tersebut.16
Praktek Muamalat sudah ada sejak zaman dahulu kala. Karena antar sesama
manusia, sama-sama memiliki kebutuhan yang tidak dipenuhi sendiri, baik dari degi
pengadaan barang atau jasa. Sistim Barter (tukar-menukar barang) termasuk praktek
Muamalat pada awal-awal peradaban manusia, kemudian berkembang menjadi transaksi
jual-beli hingga sekarang transaksi tersebut berkembangan dalam transaksi
multidimesional. Seiring perkembangan, praktek tersebut dikenal dengan terma ekonomi.
Dengan demikian adanya istilah Ekonomi merupakan perkembangan dari salah satu ilmu
Fiqh yaitu Muamalat.
Manusia sebagai makhluk ekonomi (homo economicus) tentu akan mempelajari
ekonomi sebagai bagian dari prilakunya untuk mencukupi kebutuhannya sesuai dengan
prinsip-prisnip interaksi antar manusia. Maka dari itu, pola interaksi antar manusia (baca:
Muamalat) dalam praktek ekonomi (Islam), dapat disimpulkan bahwa sejatinya ekonomi
Islam dalah bagian dari Fiqh Muamalat17.
16
Iskandar, Azwar, and Khaerul Aqbar. "Kedudukan Ilmu Ekonomi Islam di Antara Ilmu
Ekonomi dan Fikih Muamalah: Analisis Problematika Epistemologis." NUKHBATUL'ULUM:
Jurnal Bidang Kajian Islam 5.2 (2019): 88-105. h. 95
17
Zainil Ghulam.,Relasi Fiqh Muamalat dengan Ekonomi Islam, (Lumajang : Institut Agama Islam
Syarifuddin Lumajang, Indonesia,2016), h. 134-135
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Fiqh sendiri adalah Ilmu fiqih adalah ilmu yang membahas tentang hukum
syar’I,Pembahasan fiqih hanya yang bersifat amaliyyah, seperti tata cara sholat, zakat,
haji dan semisalnya, Ilmu fiqih hanya membahas hukum syar’i, tidak membahas
hukum akal dan hukum adat. Dalam pembahasannya, ilmu fiqih digali dari dalil-
dalilnya yang terperinci Ilmu fiqih juga membahas hukum perbuatan mukallaf, seperti
wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram.
18
Zainil Ghulam.,Relasi Fiqh Muamalat dengan Ekonomi Islam, (Lumajang : Institut Agama
Islam Syarifuddin Lumajang, Indonesia,2016), h. 134-135
17
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, Azwar, and Khaerul Aqbar. "Kedudukan Ilmu Ekonomi Islam di Antara
Ilmu Ekonomi dan Fikih Muamalah: Analisis Problematika
Epistemologis." NUKHBATUL'ULUM: Jurnal Bidang Kajian Islam 5.2
(2019): 88-105
Dedi Supriyadi, M.Ag., Sejarah Hukum Islam, Dari Kawasan Jazirah Arab Sampai
Indonesia.
Abi al-Husan Ahmad, Mu’jam Maqayis al-Lughah, Juz IV, (Beirut: Dar al-Fikr,
1979).
Umar Shihab, al-Qur’an dan Kekenyalan Hukum, (Semarang: Dina Utama, 1993),
Lihat juga, Abu Bakar Aceh, Ilmu Fiqih Islam dalam Lima Madzhab, (Jakarta:
Islamic Research Institute, 1997).
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Juz I, (Beirut: Dar al-Fikr, 2008),
Lihat juga, Ahmad Muhammad al-Sayid dan Yusuf ‗Ali Badiwi, al-Mufid fi
alIbadat wa al-Mu’amalat, (Beirut: Dar Ibn Kasir, 1998).
18